Berdzikir secara sir juga /boleh
Tapi ada yang tidak baik,
Ya itu orang yang tidak mau Berdzikr
Namun masih adalagi yang lebih jelek
Ya itu orang yang tidak mau berdzikir terus mencela orang yang berdzikir!
Pada tanggal 06/08/09, Ndy Ndy212 <nugraha212@gmail.com> menulis:
> RAHASIA DIBALIK DZIKIR JAHAR
>
> *sumber : http://www.daikembar.wordpress.com*
>
> <http://mnsls.com/> Hingga kini, masih banyak orang yang *under estimate*,
> merasa tidak mempercayai dengan dalil *suudzon* dan syak wasangka, apakah
> benar ada yang dinamakan dzikir *jahar* atau dzikir keras. Kebanyakan dari
> mereka, mengira bahwa yang dinamakan dzikir keras itu sesuatu yang tidak ada
> riwayat dari Rasulnya. Benarkah?
>
> Sebagai ilustrasi, sebagaimana orang bijak pernah berkata, bahwa manusia
> akan dikumpulkan dengan orang yang disukainya. Jika ia mencintai musik, maka
> ia akan berkumpul dengan para pecinta musik. Jika ia mencintai hobi *motor
> cross* misalnya, maka ia akan berkumpul dengan mereka yang mencitai hobi
> yang sama. Tidak perduli dengan suara bising dan dentuman musik yang
> menjadi-jadi. Bagi mereka yang penting adalah mencari kenikmatan.
>
> Ya, begitulah bahwa manusia akan dikumpulkan bersama dengan orang yang
> memiliki hobi dan minat yang sama. Demikian juga dengan dzikir, atau bagi
> mereka yang menyukai dzikir. Timbulnya pertanyaan, benarkah ada dzikir *
> jahar*, ialah keluar dari mereka yang memang belum mencintai apa itu dzikir
> *jahar*. Padahal, Allah sendiri adalah firman-Nya menyatakan bahwa orang
> yang beriman yang memiliki hati suci, jika mendengar dzikir akan tersentuh
> dan gemetar hatinya, *"Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu ialah
> mereka yang apabila disebut nama Allah gemetar hatinya, Dan apabila
> dibacakan kepadanya ayat-ayat-Nya bertambah kuat imannya dan mereka
> hanya** kepada
> Allah saja berserah diri" *(QS. Al Anfal ayat 2).
>
> Dalam ayat ini, Allah memberi isyarat bahwa mereka yang beriman tidak akan
> merasa resah tetapi akan tersentuh hati dan jiwanya jika mendengarkan
> dzikir. Dari ayat ini yang menjadi titik tekan adalah dalam kata *dzukiro*,
> yang berarti dzikir itu dibacakan. Berarti orang yang beriman itu mendengar
> bacaan dzikir, lalu mereka bergetar hatinya. Kemudian, kita bisa
> menyimpulkan bahwa apa pun yang bisa didengar atau terdengar itu adalah
> suara yang dinyaringkan atau dikeraskan. Berarti dzikir dalam ayat tersebut
> adalah dzikir *jahar* atau dzikir yang dinyaringkan. Untuk lebih jelasnya,
> maka kita uraikan satu per satu ayat Al Quran dan Hadits yang menerangkan
> tentang dzikir *jahar.*
>
> *HUKUM DZIKIR KERAS (JAHAR)* *DALAM AL-QUR'AN DAN AL-HADITS** **HUKUM
> DZIKIR JAHAR DALAM AQUR'AN*
>
> * *
>
> - *1. Q.S. AL-'AROF AYAT 204 : *
>
> *"Dan apabila dibacakan Al-Qur'an, maka dengarkanlah baik-baik, dan
> perhatikanlah dengan tenang agar kamu mendapatkan rahmat ."*
>
> Penjelasan ayat ini bukan menunjukan dzikir dalam hati tapi dzikir yang
> terdengar atau dzikir keras. Namun, Ayat di atas seakan bertentangan dengan
> Al-Qur'an dan hadits yang lain tentang anjuran untuk berdzikir dalam hati
> seperti Q.S.Al-'Arof ayat 205: *"Sebutlah nama Allah di dalam hatimu dengan
> merendahkan diri dan tidak dengan suara yang keras dari pagi sampai petang,
> Dan janganlah dirimu menjadi golongan yang lupa (lalai)."*
>
> Sebenarnya Ayat 205 ini tidaklah bertentangan dengan ayat 204 yang
> menunjukan akan diperintahkannya dzikir *jahar.* Dan ayat 205 ini tidak bisa
> dijadikan alasan untuk melarang dzikir keras karena akan bertentangan dengan
> dzikir yang telah umum yang biasa dibaca dengan suara keras, seperti
> takbiran, adzan, membaca *talbiyah *ketika pelaksanakan haji, membaca
> al-qur'an dengan dikeraskan atau dilagukan, membaca sholawat dangan suara
> keras dan lain-lain. Hanya saja, Q.S Al'Arof ayat 205 ini hanya menjelaskan
> tentang dzikir yang tidak memakai gerak lidah yaitu dzikir dalam hati atau *
> khofi.* Jadi penjelasan Ayat 205 ini menunjukan, bagaimanapun bentuknya
> dzikir jika dibaca dalam hati pasti tidak akan mengeluarkan suara karena
> dzikirnya sudah menggunakan hati, bahkan sudah tidak menggunakan gerak
> lidah.
>
> Kesimpulan dari dua ayat itu, Allah menunjukan adanya perintah dibolehkannya
> berdzikir dengan *jahar* (keras) maupun dzikir dalam hati (*khofi*) yang
> tidak memakai gerak lidah.
>
> - *2. Q.S.AL-BAQOROH AYAT 200 :*
>
> *"Apabila engkau telah menyelesaikan ibadah hajimu, maka berdzikirlah
> (dengan menywebut nama Allah) sebagaimana kamu menyebut
> (membangga-banggakan) nenek moyangmu atau bahkan berdzikirlah lebih (nyaring
> dan banyak) daripada itu."*
>
> Menurut Ibnu Katsir, latar belakang turunnya ayat ini ialah kebiasaan bangsa
> Arab, baik suku quraisy maupun lainnya pada musim haji mereka biasanya
> berkumpul di Mudzalifah setelah *wukuf* di Arafah. Disitu mereka
> membanggakan kebesaran nenek moyang mereka dengan cara menyebut-nyebut
> kebesaran nenek moyang mereka itu dalam pidato mereka. Ketika telah memeluk
> agama Islam, Nabi memerintahkan mereka hadir di Arafah untuk
> *wukuf*kemudian menuju
> *mudzdalifah*. Setelah *mabit* di *mudzdalifah* mereka diperintahkan untuk
> meninggalkan tempat itu dengan tidak menunjukan perbedaan diantara mereka
> (dengan cara menyebut kebesaran nenek moyang) seperti yang mereka lakukan
> pada masa pra Islam.
>
> Berbeda dengan Ibnu Katsir, yaitu Mahmud Hijazi menafsirkan ayat ini dengan
> mengatakan, bila kamu selesai mengerjakan haji maka berdzikirlah kepada
> Tuhanmu dengan baik (dengan cara menyebut-nyebut nama Allah) sebagaimana
> kamu menyebut-nyebut nama nenek moyangmu sewaktu kamu *jahiliyah* atau
> sebutlah nama Allah itu lebih keras daripada kamu menyebut-nyebut nama nenek
> moyangmu itu. Begitu pun penafsiran Ibnu Abbas, seperti terdapat dalam kitab
> *Tanwir al Miqbas* ketika menafsirkan kata *aw asyadda dzikro* yang berarti
> menyebut Allah dengan mengatakan "Ya Abba" seperti menyebut nenek moyang "Ya
> Allah".
>
> Dua pendapat mufasir di atas mengarahkan kita pada kesimpulan bahwa menyebut
> nama Allah dalam pengertian dzikrullah dianjurkan setelah menunaikan ibadah
> haji,. Dzikrullah tersebut dikerjakan dengan suara keras, bahkan boleh
> dengan suara yang lebih keras daripada suara jahiliyah tatkala mereka
> menyebut nama nenek moyang mereka ketika berhaji.* *
>
> * *
>
> * *
>
> - *3. Q.S. AL-BAQOROH AYAT 114 : *
>
> *" Dan siapakah yang lebih aniaya daripada orang yang menghalangi-halangi
> menyebut nama Allah di dalam mesjid-mesjid-Nya .."*
>
> * *
>
> - *4. Q.S. AN-NUR AYAT 36 :*
>
> *" **Didalam semua rumah Allah diijinkan meninggikan (mengagungkan) suara
> untuk berdzikir dengan menyebut nama-Nya dalam mensucikan-Nya sepanjang pagi
> dan petang."*
>
> * *
>
> *- 5. Dan lain-lain** *
>
> *HUKUM DZIKIR JAHAR MENURUT HADITS ROSUL *
>
> * *
>
> *HADITS KE SATU*
>
> *Dalam Kitab Bukhori jilid 1:*
>
> Dalam hadits shohih yang diriwayatkan oleh Imam Bukhori dari Ibnu Abbas ra.,
> berkata: *"Inna rof'ash shauti bidzdzikri hiina yanshorifunnaasu minal
> maktuubati kaana 'ala 'ahdi Rosuulillaahi sholallaahu alaihi wasallam kuntu
> 'alamu idzaanshorrofuu bidzaalika sami'tuhu.*" Artinya :*"Sesungguhnya
> mengeraskan suara dalam berdzikir setelah manusia-manusia selesai dari
> sholat fardlu yang lima waktu benar-benar terjadi pada zaman Nabi Saw. Saya
> (ibnu Abbas) mengetahui para sahabat melakukan hal itu karena saya
> mendengarnya ."*
>
> Selanjutnya dalam hadits :*"Suara yang keras dalam berdzikir bersama-sama
> pada waktu tertentu atau ba'da waktu sholat fardhu, akan berbekas dalam
> menyingkap hijab, menghasilkan nur dzikir"* (HR. Bukhari).
>
> - *HADITS KE DUA*
>
> *Dari Abu Khurairah ra*, katanya Rasulullah bersabda: *"Allah berfirman;
> 'Aku
> berada di dalam sangkaan hamba-Ku tentang diri-Ku, Aku menyertainya ketika
> dia menyebut-Ku, jika dia menyebut-Ku kepada dirinya, maka Aku menyebutnya
> kepda diri-Ku. Maka jika menyebut-tu di depan orang banyak, maka Aku akan
> menyebutnya di tempat yang lebih baik daripada mereka"* (HR. Bukhari).
> Penjelasan hadits ini, jika dikatakan menyebut *'di depan orang
> banyak',*berarti dzikir tersebut dilakukan secara
> *jahar.*
>
> * *
>
> *- HADITS KE TIGA*
>
> Diriwayatkan di dalam Al Mustadrak dan dianggap saheh, dari Jabir ra.
> berkata: *"Rasulullah keluar menjumpai kami dan bersabda: 'Wahai
> saudara-saudara, Allah memiliki malaikat yang pergi berkeliling dan berhenti
> di majlis-majlis dzikir di dunia. Maka penuhilah taman-taman syurga'. Mereka
> bertanya:'Dimanakah taman-taman syurga itu?'. Rasulullah menjawab:
> 'Majlis-majlis dzikir.' Kunjungilah dan hiburlah diri dengan dzikir kepada
> Allah"* (HR. Al Badzar dan Al Hakim).
>
> Penjelasan hadits ini, bahwa dalam kalimat *'malaikat yang pergi berkeliling
> dan berhenti* *di majlis dzikir di dunia'* maksudnya berarti dzikir dalam
> hal ini adalah dzikir *jahar* yang dilakukan manusia. Karena malaikat hanya
> mengetahui dzikir *jahar* dan tidak mampu mengetahui dzikir *khofi*. Hal ini
> sebagaimana sabda Rasul: *"Adapun dzikir yang tidak terdengar oleh malaikat
> yakni dzikir khofi atau dzikir dalam hati yakni dzikir yang memiliki
> keutamaan 70x lipat dari dzikir yang diucapkan"* (HR. Imam Baihaqi dalam
> Kitab *Tanwirul Qulub* hal.509).
>
> *- HADITS KE EMPAT*
>
> Hadits yang dishohehkan oleh An Nasai dan Ibdu Majjah dari As Sa'ib dari
> Rasululah SAW, beliau bersabda: *"Jibril telah datang kepadaku dan berkata,
> 'Perintahkanlah kepada sahabat-sahabatmu untuk mengeraskan suaranya di dalam
> ** takbir"*(HR. Imam Ahmad Abu Daud At Tirmidzi).
>
> Penjelasan hadits ini, bahwa sangat jelas tidak dilarangnya dzikir keras
> tetapi dianjurkan untuk melakukan dzikir* jahar.*
>
> * *
>
> *- HADITS KE LIMA*
>
> * *Didalam kitab Sya'bil Iman dari Abil Jauza' ra. berkata :*"Nabi Saw,
> bersabda, "Perbanyaklah dzikir kepada Allah sampai orang-orang munafik
> berkata bahwa kalian adalah orang-orang ria (mencari pujian)."*(H.R.Baihaqi)
> * *
>
> Penjelasan hadits ini, jika dikatakan menyebut "*orang-orang munafik berkata
> bahwa kalian adalah orang-orang ria (mencari pujian)."* Hadits ini
> menunjukan dzikir *jahar *karena dengan dzikir *jahar* (terdengar) itulah
> orang munafik akhirnya menyebutnya ria .
>
> *- HADIITS KE ENAM*
>
> * *Juga dalam kitab Sya'bil Iman yang di shohehkan oleh Al-Hakim dari Abu
> Sa'id Al-Khudri ra., berkata :*"Nabi Saw, bersabda," Perbanyaklah dzikir
> kepada Allah kendati kalian dikatakan** gila".* (H.R.Al-Hakim danAl-Baihaqi)
>
> *- HADITS KE TUJUH*,
>
> Dari Jabir bin Abdullahra, berkata :*"Ada seorang yang mengeraskan suaranya
> dalam berdzikir, maka seorang berkata, " semestinya dia merendahkan
> suaranya." Rosulullah bersabda," Biarkanlah dia,sebab** sesungguhnya dia
> adalah lebih baik**." *(Al-Baihaqi). Dari Sa'id bin Aslam ra., katanya Ibnu
> Adra' berkata, *" Aku menyertai Nabi Saw. Pada suatu malam, lalu melewati
> seseorang di mesjid yang mengeraskan suaranya, lalu aku berkata, " Wahai
> Rosulullah, tidaklah ia termasuk orang ria ? " Beliau menjawab, "
> Tidak,tetapi dia pengeluh,"** * (H.R.Baihaqi).
>
> * *
>
> *PENDAPAT PARA ULAMA TENTANG DZIKIR JAHAR*
>
> * Imam An-Nawawi *berkata* : "**Bahwa bacaan dzikir sir (samar) lebih utama
> apabila takut ria, atau khawatir mengganggu orang yang sedang sholat atau
> tidur. Sedangkan yang jahar (dzikir keras) lebih baik apabila tidak ada
> kekhawatiran tentang hal ini, mengingat amalan di dalamnya lebih banyak
> manfaatnya, karena ia dapat membangkitkan kalbu orang yang membaca atau yang
> berdzikir, ia mengumpulkan semangat untuk berfikir, mengalahkan pendengaran
> kepadanya, mengusir tidur, dan menambah kegiatan"* (dalam Kitab Haqiqot
> Al-Tawwasulu wa Al-Wasilat Al-Adlow'il kitabi wa As-Sunnah).
>
> *Syekh Ibrihim Al-Mabtuli r.a*. menerangkan juga dalam kita *kifayatul
> At-Qiya* hal 108 : "*Irfa'uu ashwatakum fidzdzikri ila antahshula lakum
> aljam'iyatu kal 'arifiin."* Artinya*: "Keraskanlah suaramu didalam
> berdzikir, sehingga sampai menghasilkan al jam'iyah (keteguhan hatimu)
> seperti orang-orang yang telah mengenal Allah". *Selanjutnya masih menurut
> beliau* "Dan wajib bagi murid-murid yang masih didalam tahap belajar menuju
> Allah, untuk mengangkat suaranya dalam berdzikir, sampai terbongkarlah hijab
> (yaitu penghalang kepada Allah yang telah menjadikan hati jadi keras
> bagaikan batu, penghalangnya yaitu seperti sipat malas, sombong, ria, iri
> dengki dan sebagainya)*
>
> *Imam Al-Ghozali r.a. *mengatakan*: "Sunnat dzikir keras (jahar)
> diberjemaahkan di mesjid karena dengan banyak suara keras akan memudahkan
> cepat hancurnya hati yang keras bagaikan batu, seperti satu batu dipukul
> oleh orang banyak maka akan cepat hancur".*
>
> * *
>
> *KENAPA MESTI DZIKIR KERAS?*
>
> Ulama ahli ma'rifat mengatakan bahwa untuk mencapai ma'rifat kepada Allah
> bisa diperoleh dengan kebeningan hati. Sedangkan kebeningan hati itu bisa
> dicapai dengan suatu *thoriqoh* (cara), diantaranya banyak berdzikir kepada
> Allah. Jadi, ma'rifat* *tidak akan bisa diperoleh jika hati kita busuk penuh
> dengan kesombongan, ria, takabur, iri dengki, dendam, pemarah, malas
> beribadah dan lain-lain. Oleh sebab itu dzikir diantara salah satu cara (*
> thiriqoh*) untuk membersihkan hati.
>
> Sebab, manusia sering menyalahgunakan fitrah yang diberikan Tuhan, sehingga
> hati mereka menjadi keras. Sifat-sifat yang tidak terpuji tersebut,
> mendorong manusia memiliki hati yang keras melebihi batu. Hal tersebut
> sebagaimana kalimat yang tercantum dalam Al Quran surat Al Baqoroh ayat 74:
> *"tsumma qosat quluubukum** minba'di dzaalika fahiya kal hijaaroti aw
> asyaddu qoswatun", *artinya *"Kemudian setelah itu hatimu menjadi keras
> seperti batu,bahkan lebih keras lagi".** *Dari ayat tersebut hati manusia
> yang membangkang terhadap Allah menjadikan hatinya keras bagaikan batu
> bahkan lebih keras daripada batu.
>
> Maka, jalan keluarnya untuk melembutkan hati yang telah keras bagaikan batu
> sehingga kembali tunduk kepada Allah, sebagaimana Ulama ahli
> *ma'rifat*mengatakan penafsirkan ayat tersebut, sebagaimana dalam
> kitab
> *miftahu Ash-Sshudur* karya Sulthon Awliya Assayyid Asy-Syekh Al-'Alamah
> 'Al-'Arif billah Ahmad Shohibul wafa Tajul 'Arifin r.a. bahwa *"fakamaa
> annal hajaro laa yankasiru illa biquwwatin dlorbil muawwil fakadzaalikal
> qolbu
> laayankasiru illa biquwwati ",* artinya *"sebagaimana batu tidak pecah
> kecuali bila dipukul dengan tenaga penuh pukulan palunya, demikian hati yang
> membatu tidak akan hancur kecuali dengan pukulan kuatnya suara dzikir.
> "liannadz
> dzikro laa yu'tsiru fiijam'i tsanaati qolbi shohibihi illa biquwwatin",
> artinya
> " Demikian pula dzikir tak akan memberi dampak dalam menghimpun fokus hati
> pendzikirnya yang terpecah pada Allah kecuali dengan suara keras".*
>
> * **Syekh Ibrihim Al-Mabtuli r.a*. menerangkan juga dalam kita *kifayatul
> At-Qiya* hal 108 : "*Irfa'uu ashwatakum fidzdzikri ila antahshula lakum
> aljam'iyatu kal 'arifiin."* Artinya*: "Keraskanlah suaramu didalam
> berdzikir, sehingga sampai menghasilkan al jam'iyah (keteguhan hatimu)
> seperti orang-orang yang telah mengenal Allah". *Selanjutnya masih menurut
> beliau* "Dan wajib bagi murid-murid yang masih di dalam tahap belajar menuju
> Allah, untuk mengangkat suaranya dalam berdzikir, sampai terbongkarlah hijab
> (yaitu penghalang yang akan menghalangi kita dekat kepada Allah, seperti
> sifat-sifat jelek manusia: iri, dengki, sombong, takabur,dll yang
> disumberkan oleh hati yang keras).*
>
> * *
>
> *CARA BERDZIKIR DENGAN KERAS YANG DIAJARKAN ROSUL*
>
> Dalam hadits shohihnya, dari Yusuf Al-Kaorani : *"Sesungguhnya Sayyidina
> 'Ali r.a. telah bertanya pada Nabi Saw. : Wahai Rosulullah, tunjukkanlah
> kepadaku macam-macam thoriqot (jalan) yang paling dekat menuju Allah dan
> yang paling mudah bagi hamba-hamba-Nya dan yang paling utama di sisi Allah,
> maka Nabi Saw menjawab: wajiblah atas kamu mendawamkan dzikkrullah:
> Sayyidina 'Ali r.a bertanya lagi: Bagaimana cara berdzikirnya ya Rosulallah?
> Maka Nabi menjawab: pejamkan kedua matamu, dan dengarkan (ucapan) dariku
> tiga kali, kemudian ucapkan olehmu tiga kali, dan aku akan mendengarkannya.
> Maka Nabi Saw. Mengucapkan LAA ILAAHA ILLALLAH tiga kali sambil memejamkan
> kedua matanya dan mengeraskan suaranya, sedangkan Sayyidina 'Ali r.a
> mengucapkan LAA ILAAHA ILLALLAH tiga kali, sedangkan Nabi Saw
> memdengarkannya". *(Hadits dengan sanad sahih, dalam kitab *Jami'ul Ushul
> Auliya*)
>
> Dalam kitab *Tanwirul Quluub* dijelaskan cara gerakan dzikir agar terjaga
> dari datangnya Syetan, merujuk Firman Allah dalam Al-Qur'an Surat Al'Arof
> ayat 17: *"Demi Allah (kami Syetan) akan datang kepada manusia melalui arah
> depan, arah belakang, arah kanan dan arah kiri". *Ayat ini menunjukan arah
> datangnya syetan untuk menggoda manusia agar menjadi ingkar terhadap Allah.
> Jelas, sasarannya manusia melalui empat arah; 1. Depan 2.Belakang 3.Kanan
> 4.Kiri.Maka, dzikirnya pun harus menutup empat arah. Dalam kitab *Tanwirul
> Qulub*: ucapkan kalimat "*LAA" *dengan diarahkan dari bawah pusat tarik
> sampai otak hal ini untuk menutup pintu syetan yang datang dari arah depan
> dan belakang. Adapun ditarik kalimat itu ke otak karena syetan mengganggu
> otak/pikiran kita sehingga banyak pikiran kotor atau selalu suuddzon.
> Dan "*ILAA"
> * dengan diarahkan * *ke susu kanan atas, dan kalimat "*HA" * diarahkan ke
> arah susu kanan bagian bawah adapun ini untuk menutup pintu syetan yang
> datang dari arah kanan. Dan "*ILLALLAH" *diarahkan ke susu kiri yang bagian
> atas serta bawahnya, hal ini untuk menutup pintu syetan yang datangnya dari
> arah kiri, namun lapadz *jalalah* yaitu lapadz "*ALLAAH*"nya diarahkan
> dengan agak keras ke susu kiri bagian bawah sekitar dua jari, karena
> disanalah letaknya jantung atau hati (keras bagaikan batu) sebagaimana
> pendapat Imam Al-ghozali.
>
> [image: 100_13481]
>
> * (Contoh gambar metode dzikir)*
>
> *Syarat berdzikir menurut para Ulama Tasawuf:*
>
> 1. Dengan berwudlu sempurna
>
> 2. Dengan suara kuat/ keras
>
> 3. Dengan pukulan yang tepat ke hati sanubari
>
> *MANA YANG PALING UTAMA, DZIKIR KERAS (JAHAR) ATAU DZIKIR HATI (KHOFI)?*
>
> Dalam kitab *ulfatu mutabarikin* dan kitab *makanatu Adz-dzikri * bahwasanya
> Rosul pernah bersabda: "sebaik-baik dzikir adalah dalam hati". Dalam kitab
> tersebut dijelaskan hal itu bagi orang yang telah mencapai kelembutan
> bersama Allah, hati bersih dari penyakit, hati yang sudah lembut. Sedangkan
> dzikir keras itu lebih utama bagi orang yang hatinya keras bagaikan batu,
> sehingga sulit untuk tunduk pada perintah Allah karena sudah dikuasai oleh
> nafsunya.
>
> Dalam kitab *Miftahu Ash-Shudur *karya Sulthon Auliya As-Sayyid Asy-Syekh
> Al-'Alamah 'Al-'Arif billah Syekh Ahmad Shohibul wafa Tajul 'Arifin r.a.
> bahwa *" Sulthon* *Awliya As-Sayyid Syekh Abu A-Mawahib Asy-Syadzili r.a.
> berkata:* *"Para ulama toriqoh berbeda pendapat tentang mana yang lebih
> utama, apakah dzikir sir (hati) atau dzikir jahar (keras), menurut pendapat
> saya bahwa dzikir jahar lebih utama bagi pendzikir tingkat pemula (bidayah)
> yang memang hanya dapat meraih dampak dzikir dengan suara keras dan bahwa
> dzikir sir (pelan) lebih utama bagi pendzikir tingkat akhir (nihayah)* *yang
> telah meraih Al-Jam'iyyah (keteguhan hati kepada Allah)" .*
>
> Imam Bukhori, dalam kitab Sahihnya bab dzikir setelah salat fardlu, berkata:
> " Ishaq ibnu Nasr memberitahu kami, dia berkata'Amru memberitahu saya bahwa
> Abu Ma'bad, pelayan Ibnu Abbas, semoga Allah meridloi keduanya, memberitahu
> Ibnu Abbas bahwa *"Mengeraskan suara dalam berdzikir ketika jama'ah selesai
> dan shalat fardlu sudah biasa dilakukan pada masa Nabi Muhammad. Ibnu Abbas
> berkata: "Aku tahu hal itu, saat mereka selesai shalat karena aku
> mendengarnya"*. Sayyid Ahmad Qusyayi. Q.s., berkata: "inilah dalil keutamaan
> dzikir keras (jahar) yang didengar orang lain, dengan demikian ia membuat
> orang lain berdzikir kepada Allah dengan dzikirnya kepada Allah".
>
> *DZIKIR KERAS MERESAHKAN? *
>
> Dzikir keras tidak akan meresahkan atau mengganggu orang yang hatinya penuh
> dengan cinta kepada Allah. Dengan terdengarnya dzikir menjadi magnet (daya
> tarik) yang kuat bagi orang yang beriman, bahkan menjadi kenikmatan
> tersendiri. Sebagaimana firman Allah dalam Al-qur'an QS.Al-Anfal ayat 2 :* *
>
> *"Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu ialah mereka yang apabila
> disebut nama Allah gemetar hatinya, Dan apabila dibacakan kepadanya
> ayat-ayat-Nya bertambah kuat imannya dan mereka hanya** kepada Allah saja
> berserah diri" .*
>
> *ALLAH TIDAK TULI*
>
> * *Ada anekdot dari seorang Ulama Tasawuf pengamal *thoriqoh:* suatu hari
> ada dialog antara mahasiswi dan ulama tasawuf. Mahasiswi bertanya: "Pak
> Kiai, kenapa dzikir mesti keras (*jahar*) padahal Allah itu tidak tuli?".
> Ulama Tasawuf menjawab dengan membalikan pertanyaan: "yang bisa kena sifat
> tuli itu yang memiliki telinga atau tidak?". Mahasiswi menjawab: "iya yang
> punya telinga". Ulama Tasawuf kembali bertanya: "Kalau Allah punya telinga
> tidak?". Mahasiswi menjawab: "tidak punya". Ulama tasawuf kembali bertanya
> lagi: "apakah dengan suara keras makhluk akan merusak pendengaran Allah?".
> Mahasiswi menjawab: "tidak Pak Kiai".
>
> Selanjutnya Ulama Tasawuf mengatakan: "oleh sebab itu istighfarlah dan
> bersyahadatlah dengan baik, bagaimanapun Allah tidak akan tuli dan tidak
> akan rusak pendengaran-Nya oleh suara kerasnya makhluk. Bagi-Nya suara keras
> maupun pelan terdengar oleh Allah sama. Hanya saja, hati manusia yang tuli
> akan perintah Allah. Jadi, dzikir keras bukan untuk Allah dan bukan ingin
> didengar oleh Allah karena Allah sudah tahu. Tapi tujuan dzikir keras itu
> diarahkan untuk hati yang tuli kepada Allah yang keras bagaikan batu
> sedangkan
> kita tahu batu itu tidak akan hancur kecuali dengan pukulan yang kuat,
> begitupun hati yang keras bagaikan batu tidak akan hancur kecuali dengan
> suara pukulan dzikir yang kuat. Jadi, Allah tidak butuh akan dzikir kita,
> sebaliknya kitalah yang butuh akan dzikir kepada Allah supaya hati
> menjadi lembut,
> bersih dan ma'rifat kepada Allah.
>
> --
> Follow me on twitter : http://twitter.com/nugraha212
>
> >
>
--~--~---------~--~----~------------~-------~--~----~
-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-
Serulah kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik
dan bantahlah mereka dengan cara yang lebih baik. -Qs. 16 an-Nahl :125
Berilah mereka pelajaran, dan katakanlah kepada mereka perkataan yang berbekas pada jiwa mereka. -Qs. 4 an-Nisa' : 63
Gabung : Milis_Iqra-subscribe@googlegroups.com
Keluar : Milis_Iqra-unsubscribe@googlegroups.com
Situs 1 : http://groups.google.com/group/Milis_Iqra
Mod : moderator.milis.iqra@gmail.com
-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-
-~----------~----~----~----~------~----~------~--~---
No comments:
Post a Comment