sebenarnya dinyatakan oleh kitab suci itu sendiri tanpa perlu
pemahaman atau persepsi apapun ? Bagaimana pernyataan dari yesus
sendiri bahwa Allah itu satu yang rasanya tidak memerlukan persepsi
siapapun untuk menterjemahkan kalimat itu, Lingga ?
Soal memaksakan pemahaman ... saya rasa anda sudah sangat hafal ayat
didalam Al-Qur'an bahwa kami tidak pernah diajarkan untuk memaksakan
apa yang kami pahami ... dan itulah salah satu bagian motto dari milis
kita ini.
On Sep 30, 2:09 pm, rizal lingga <nyomet...@yahoo.com> wrote:
> Armansyah, kita berbicara soal persepsi.
> Contohnya: Di kebudayaan suatu suku jika tuan rumah memberikan hidangan, maka jika tamu itu makan sampai habis, maka tuan rumah akan senang, malah disarankannya agar tamu itu tambah makan. Di kebudayaan lain, makan banyak apalagi tambah, dianggap rakus dan tidak beradab.
> Kata bujur dalam bahasa Sunda adalah pantat, dalam bahasa suku saya artinya adalah selamat, terima kasih. Dalam bahasa Batak seperti Horas.
>
> Di suatu kebudayaan jika saya makan banyak dan tambah, akan dianggap rakus. Tapi di suku lain, menghabiskan makanan di piring akan membuat tuna rumah senang.
>
> Demikian juga ada perbedaan persepsi dalam memandang dan memahami Tuhan. Kata Allah (dalam bahasa Arab) berasal dari kata Eloah (bahasa Aram) dan Elohim (dalam bahasa Ibrani). Namun kata Elohim ini artinya bukan tunggal sendiri, tapi jamak, namun dimengerti sebagai Esa.
> Jika kata El dipakai di Kitab Taurat, selalu disertai dengan suatu nama seperti El Shaddai, yang artinya Tuhan yang mencukupi. Tidak pernah kata El berdiri sendiri untuk menyebut Tuhan. Karena kata El plus suatu atribut, menyatakan hanya Tuhan sendiri yang memiliki gelar itu, tak ada yang lain. Kita lihat misalnya didalam Kejadian 1: 26, JHWH itu malah menyebut kata KITA (We dlm bhs Inggris) untuk menyebut diriNya dalam proses menciptakan manusia. Pemahaman Tuhan yang Esa namun jamak ini diteruskan oleh Kristen, namun dengan penyebutan yang lebih spesifik dengan nama Trinitas.
> Tapi dalam teologi Islam, kata Allah memang merujuk kepada ketunggalan atau keesaan yang mutlak, hal mana tidak demikian halnya dalam makna Elohim. Maka dapat dikatakan bahwa Elohim itu bukanlah Allah, sebagaimana yang dimaksudkan oleh Islam. Karena bukan hanya beda dalam persepsi teologis, tapi juga memang berbeda banyak dalam prilakunya terhadap umat Israel dan manusia.
> Namun, perbedaan persepsi ini dianggap oleh ulama2 Islam sebagai kesalahan pemahaman Kristen terhadap Tuhan, dan kalian mencoba untuk mengoreksi pemahaman akan Tuhan yang kalian anggap sudah keliru dipahami oleh Kristen.
>
> Jadi Armansyah, intinya adalah perbedaan persepsi akan pemahaman tentang yang Maha Tinggi dan Maha Esa itu. Bagi kami, Tuhan itu Esa, namun dalam pengertian Elohim sebagaimana dipahami oleh Taurat Yahudi. Pemahaman ini yang tidak bisa diterima oleh Islam, dan mengira Kristen sudah tersesat dan keliru dalam memahami akan hakikat Tuhan.
> Perbedaan persepsi itu sendiri dengan jelas menunjukkan bagi saya, bahwa pribadi Allah itu memang tidak sama dengan Elohim. Silahkan Islam menyembah dan memahami keEsaan Allah menurut apa yang kalian yakini, namun adalah keliru jika memaksakan pemahaman kalian ini bagi Kristen.
>
> --- On Sun, 9/27/09, Armansyah <armansyah.s...@gmail.com> wrote:
>
> From: Armansyah <armansyah.s...@gmail.com>
> Subject: [Milis_Iqra] Fwd: Trinitas : misteri yang tidak bisa dijelaskan
> To: "Milis_Iqra@googlegroups.com" <milis_iqra@googlegroups.com>
> Date: Sunday, September 27, 2009, 5:57 AM
>
>
>
> ---------- Forwarded message ----------
> From: Armansyah <armansyah.s...@gmail.com>
> Date: Fri, 2 May 2008 17:25:26 +0700
> Subject: Trinitas : misteri yang tidak bisa dijelaskan
> To: "Milis_Iqra@googlegroups.com" <milis_iqra@googlegroups.com>
>
> Diambil dari buku :
>
> Rekonstruksi Sejarah Isa al-Masih : Sebuah Pelurusan Sejarah & Jawaban untuk
> Dinasti Yesus
> Karya : Armansyah
> Penerbit : Restu Agung, 2008
> Bab 5 : Penyimpangan Ajaran Isa al-Masih
> Hal. 284 s/d 293
>
> *Trinitas, misteri yang tidak bisa dijelaskan***
>
> Kemelut ajaran paganisme yang sudah bercampur baur kedalam pengajaran asli
> Isa al~Masih memang memunculkan berbagai perdebatan hebat disepanjang
> sejarah agama Kristen, tidak kurang dari ratusan ribu orang yang menolak
> menerima Kristen Trinitas sebagai akidahnya telah dihukum bakar atau
> diakuisisi oleh pihak gereja diabad-abad kelamnya. Dari sini mungkin kita
> perlu juga sedikit banyak mendalami apa sebenarnya yang telah membuat jurang
> yang cukup lebar antara pengajaran Tauhid Isa kepada bangsa Israel dengan
> pengajaran Trinitas oleh sejumlah pihaknya.
>
> Telah umum dalam pemahaman orang-orang Kristen bahwa Tuhan dikonsepkan
> menjadi tiga oknum, yaitu Tuhan Bapa (*God the Father*), Tuhan anak (*Jesus
> the Christ*) dan Tuhan Roh Kudus (*The Holy Spirit*). Dan ketiga-tiga oknum
> ini didalam keyakinan mereka merupakan sehakikat dan satu dalam kesatuannya.
> Adanya kehadiran Jesus atau Isa al~Masih yang disebut sebagai Tuhan anak
> (The Son of God) didalam salah satu unsur ke-Tuhanan Kristen, tidak hanya
> dipandang sebagai kiasan (metafora), namun lebih cenderung dalam arti yang
> sebenarnya. Oleh karena perkataan Tuhan anak disini digunakan dalam arti
> yang sebenarnya, maka perkataan "Tuhan Bapa" disini seharusnya juga
> digunakan pula dalam arti "Bapa" yang sesungguhnya, sebab dengan demikian
> pemahaman ini menjadi benar. Namun hal ini akan menjadikan suatu hal yang
> mustahil untuk dapat diterima oleh akal sehat !
>
> Karena diri "anak" yang sebenarnya dari sesuatu, adalah mustahil akan
> memiliki suatu zat dengan diri sang "Bapa" yang sesungguhnya dari sesuatu
> itu juga. Sebab pada ketika zat yang satu itu disebut anak, tidak dapat
> ketika itu juga zat yang satu ini disebut sebagai Bapak. Begitupula
> sebaliknya, yaitu pada ketika zat yang satu itu disebut sebagai Bapa, tidak
> dapat ketika itu kita sebut zat yang sama ini sebagai anak dari Bapa itu.
> Ketika zat yang satu ini kita sebut sebagai Bapa, maka dimanakah zat anak ?
>
> Tentunya kita semua sepakat bahwa kata apapun yang kita pakai dalam
> membicarakan Tuhan itu semata sebagai pengganti kata Dia (yaitu kata ganti
> yang tentu saja memang ada kata yang digantikannya), dan kata Zat dalam
> konteks pembicaraan kita disini bukanlah kata zat yang dapat dibagi menjadi
> zat zair, padat dan gas namun lebih kepada esensi wujud-Nya. Oleh karena
> dunia Kristiani memiliki konsep pluralitas Tuhan dalam satu zat, maka disini
> telah terjadi suatu dilema yang sukar dan untuk menjawab hal ini, mereka
> selalu melarikan diri pada jawaban "Misteri Tuhan yang sulit diungkapkan."
> Suatu pernyataan yang mencoba menutupi ketidak berdayaan penganut Kristen
> didalam memberikan pemahaman mengenai doktrin keTuhanan mereka yang
> bertentangan dengan akal sehat.
>
> Disatu sisi mereka memberikan kesaksian akan ke-Esaan dari Allah, namun
> pada sisi lain mereka juga dipaksa untuk menerima kehadiran unsur lain
> sebagai Tuhan selain Allah yang satu itu, logikanya adalah, jika disebut zat
> Tuhan Bapa lain dari zat Tuhan anak, maka akan nyata pula bahwa Tuhan itu
> tidak Esa lagi tetapi sudah menjadi dua (dualisme keTuhanan dan bukan
> Monotheisme atau Tauhid). Begitu pula dengan masuknya unsur ketuhanan yang
> ketiga, yaitu Roh Kudus, sehingga semakin menambah oknum ketuhanan yang satu
> menjadi tiga oknum yang berbeda satu dengan yang lainnya sehingga mau tidak
> mau pengakuan tentang ke-Esaan Tuhan (prinsip Monotheisme) akan menjadi
> sirna. Khusus mengenai diri Tuhan Roh Kudus sendiri, didalam al-Kitab
> kadangkala digambarkan sebagai api, sebagai burung dan lain sebagainya. Dan
> Tuhan Roh Kudus ini menurut kitab Perjanjian Lama sudah seringkali hadir
> ditengah-tengah manusia, baik sebelum kelahiran Isa al~Masih, masa
> keberadaannya ditengah para murid-murid hingga masa-masa setelah ketiadaan
> Isa paska penyaliban. Dan menghadapi hal ini, kembali kita sebutkan bahwa
> unsur Tuhan sudah terpecah kedalam tiga zat yang berbeda. Sebab jika tetap
> dikatakan masih dalam satu zat (satu kesatuan), maka ketika itu juga
> terjadilah zat Tuhan Bapa adalah zat Tuhan anak kemudian zat Tuhan anak dan
> zat Tuhan Bapa itu adalah juga zat dari Tuhan Roh Kudus. Pertanyaannya
> sekarang, sewaktu zat yang satu disebut Bapa, dimanakah anak ?
>
> Dan sewaktu zat yang yang satu disebut sebagai Tuhan anak, maka dimanakah
> Tuhan Bapa serta Tuhan Roh Kudus ? Oleh sebab itu haruslah disana terdapat
> tiga wujud Tuhan dalam tiga zat yang berbeda. Sebab yang memperbedakan oknum
> yang pertama dengan oknum yang kedua adalah 'keanakan' dan 'keBapaan'.
> Sedang anak bukan Bapa dan Bapa bukan anak !
> Jadi nyata kembali bahwa Tuhan sudah tidak Esa lagi. Oleh karena itulah
> setiap orang yang mau mempergunakan akal pikirannya dengan baik dan benar
> akan menganggap bahwa ajaran Trinitas, bukanlah bersifat Monotheisme atau
> meng-Esakan Tuhan melainkan lebih condong kepada paham Polytheisme (sistem
> kepercayaan banyak Tuhan). Dengan begitu, maka nyata sudah bahwa ajaran itu
> bertentangan dengan ajaran semua Nabi-nabi yang terdahulu yang mengajarkan
> bahwa Tuhan itu adalah Esa dalam arti yang sebenarnya.
>
> Kita dapati dari kitab Perjanjian Lama, Perjanjian Baru (khususnya 4 Injil)
> sampai kepada kitab suci umat Islam yaitu al-Qur'an, tidak didapati konsep
> pluralitas ketuhanan sebagaimana yang ada pada dunia Kristen itu sendiri.
> Pada masanya, Adam tidak pernah menyebut bahwa Tuhan itu ada tiga, demikian
> pula dengan Abraham, Daud, Musa, dan nabi-nabi sebelum mereka sampai pada
> Isa al~Masih sendiri juga tidak pernah mengajarkan asas ke-Tritunggalan
> Tuhan, apalagi dengan apa yang diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW. Lebih jauh
> lagi bila kita analisa konsep Trinitas ini menyebutkan bahwa oknum Tuhan
> yang pertama terbeda dengan Ke-Bapaan, karena itu ia disebut sebagai Tuhan
> Bapa (Dia dianggap sebagai Tuhan yang lebih tua), sementara oknum Tuhan
> kedua terbeda dengan Keanakan yang lahir menjadi manusia bernama Isa
> al~Masih dalam pengertian singkatnya bahwa Tuhan anak baru ada setelah
> adanya Tuhan Bapa, karena itu ia disebut sebagai sang anak. Hal yang paling
> menarik lagi adalah tentang oknum Tuhan ketiga yaitu Roh Kudus yang justru
> terbeda sifatnya dengan keluarnya bagian dirinya dari Tuhan Bapa dan Tuhan
> anak, sehingga Bapa bukan anak dan anak bukan pula Bapak atau Roh Kudus.
>
> Apabila sesuatu menjadi titik perbedaan sekaligus titik keistimewaan pada
> satu oknum, maka perbedaan dan keistimewaan itu harus juga ada pada zat
> oknum tersebut. Misalnya, satu...
>
> read more »
--~--~---------~--~----~------------~-------~--~----~
-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-
Serulah kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik
dan bantahlah mereka dengan cara yang lebih baik. -Qs. 16 an-Nahl :125
Berilah mereka pelajaran, dan katakanlah kepada mereka perkataan yang berbekas pada jiwa mereka. -Qs. 4 an-Nisa' : 63
Gabung : Milis_Iqra-subscribe@googlegroups.com
Keluar : Milis_Iqra-unsubscribe@googlegroups.com
Situs 1 : http://groups.google.com/group/Milis_Iqra
Mod : moderator.milis.iqra@gmail.com
-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-
-~----------~----~----~----~------~----~------~--~---
No comments:
Post a Comment