Hanya berdasarkan QS.3:96 umat Islam mengklaim bahwa
Ibrahim pernah tinggal di Mekkah dab bersama Ismail
mendirikan ka'bah.
Benar-benar mustahil tokoh besar/nabi besar sekaliber
Ibrahim tidak meninggalkan jejak apapun ditempat yang
pernah didiami selama puluhan tahun,para ilmuwan/
arkreolog benar-benar merasa putus asa dalam penye-
lidikan selama puluhan tahun tanpa menemukan bukti
sedikitpun tentang sosok yang dianggap bapak leluhur
umat beragama samawi.
Sungguh aneh dan mustahil peristiwa besar seperti
pembangunan rumah Allah (ka'bah)bisa terlewatkan
oleh bangsa Israel yang terkenal paling cermat dan
super teliti dalam mencatat setiap peristiwa yang
terjadi,dan tidak satupun kitab tradisi Yahudi maupun
buku sejarah sekuler pernah mencatat bahwa Abraham
bersama keluarganya pernah berdiam di Mekkah seperti
klaim umat Muslim.
Bapak leluhur pertama bangsa Arab ialah Qahtan atau
Yoktan. Nama beberapa putranya dipakai untuk menamai
tempat-tempat geografis Arabia pada masa itu,seperti
Sheba,Hajarmaveth,Ophir dan Havilah.
Sumber leluhur ketiga datang dari keponakan Abraham
yaitu Lot (Luth)melalui dua putrinya yang menjadi
bani Moab dan bani Ammon. Dan sumber leluhur keempat
berasal dari adik kembar Yakub yaitu Esau.
Dan hampir semua orang melupakan sumber leluhur yang
terakhir yakni dari istri ketiga Abraham yaitu Keturah
yang melahirkan enam putera yang juga menjadi nenek
moyang sebagian suku bangsa Arab.
Keluarga Abraham tinggal di Mesopotamia dinegeri orang
Kasdim,kemudian keluar dari negeri tersebut berangkat
ketanah Kanaan lalu terus ke Sikhem,ditempat inilah
yaitu More bukan di Mekkah,Abraham mendirikan mesbah
bagi Tuhan yang menampakkan diri kepadanya.
Ditengah kelaparan yang melanda Abraham sekeluarga
sempat tinggal sementara di Mesir dan selanjutnya
ke Negeb dan akhirnya menetap di di Kanaan,dan kem-
bali mendirikan mesbah di Mamre dekan Hebron (tidak
di Mekkah),sempat juga tinggal di Bersyeba dan kemu-
dian mati dan dikuburkan di gua Makhpela sebelah
timur Mamre yang sampai sekarang makamnya dijadikan
tempat ziarah bagi orang-orang yang menjunjung Abra-
ham.Jadi dimana pun tidak pernah ada bukti/prasasti
yang pernah mencatat bahwa Abraham dan keluarhanya
pernah hijrah dan menetap di Mekkah dan membangun
baitullah atau ka'bah,semua itu hanya dongeng-dongeng
yang menjadi konsumsi bangsa Arab.
Sampai saat ini semua itu hanya dugaan/tafsir yang
tidak bisa dibuktikan kebenarannya oleh para ahli
sejarah manapun kalau ada jejak keluarga Abraham
pernah datang dan tinggal di Mekkah seperti halnya
para tokoh besar yang selalu meninggalkan jejak dan
sangat mudah dilacak oleh para ahli sejarah.
Pandangan bahwa Sayidina Ibrahim pernah ke Mekah
didasarkan dari ayat berikut :
Surat Ali 'Imran (3): 96
"Sesungguhnya rumah yang mula-mula dlbangun (untuk
tempat beribadat) manusia, ialah Baitullah yang di
Bakkah (Makkah) yang diberkahi dan menjadi petunjuk
bagi semua manusia."
Kisah ini diperkuat dalam :
Sahih Bukhari Volume 4, buku 55, nomer 583 :
Dikisahkan oleh Ibn Abbas: "
Sayidina Ibrahim membawa Siti Hajar dan anaknya Ismael
yang masih menyusu ketempat dekat Ka'ba dibawah pohon
dilokasi Zam Zam, diposisi tertinggi dari rumah Allah.
Pada saat itu tidak ada orang di Mekah, begitu pula
tidak ada air.
Sayidina Ibrahim kembali tidak menjumpai Ismael dalam
jangka waktu yang telah ditentukan Allah dan kemudian
berusaha untuk menemui Ismael kembali. Kali ini
Sayidina Ibrahim melihat Ismael dibawah pohon di Zam
Zam, sedang menajamkan anak panahnya. Ketika Ismael
melihat Sayidina Ibrahim , dia berdiri dan
menyambutnya. Sayidina Ibrahim berkata, 'Oh Ismael,
Allah telah memberi perintah kepadaku." Ismael
berkata, "Kerjakanlah apa yang telah diperintahkan
Allah kepadamu." Sayidina Ibrahim bertanya, "Apakah
engkau mau membantuku?'. Ismael berkata, "Aku akan
membantumu". Sayidina Ibrahim berkata, "Allah telah
memerintahkan untuk membangun sebuah rumah disini (red
: Ka'ba)." Kemudian mereka mulai membangun rumah
tersebut. ……."
Apakah klaim bahwa Sayidina Ibrahim pernah ke Mekah
bahkan membangun Ka'abah ini valid atau sah?
Kita coba lihat dari sumber-sumber Islam.
Pertama :
Perhatikan kutipan dari buku:
Sirah Ibnu Ishaq Kitab Sejarah Nabi Tertua,
Muhammadiah University Press, Juni 2002, Jilid 1,
halaman 15 - 16.
Kutipan ini mengisahkan raja Abu Karib Tiban As'ad
yang berasal dari Yaman yang saat itu melakukan
perjalanan ke Yatsrib.
Halaman 15 :
"Tubba menulis baris-baris berikut tentang
perjalanannya, apa yang dia lakukan terhadap Madinah
dan Ka'bah, ……."
Dalam salah satu baris syairnya yang terdapat di
halaman 16 :
"Aku tidak tahu tentang adanya kuil yang murni
Yang dipersembahkan untk tuhan di lembah Mekah..."
Raja ini adalah ayah dari Dzu Nawas yang menyerang
kaum Kristen Najran pada tahun 523 M (Sejarah Hidup
Muhammad Sirah Nabawiyah, Robbani Press, Mei 2002,
Syaikh Shafiyyur Rahman Al-Mubarakfury, halaman 36).
Jika kita asumsikan bahwa raja Abu Karib Tiban As'ad
melakukan perjalanan ke Madinah dan Mekah 70 tahun
sebelumnya, berarti perjalanan terjadi pada sekitar
tahun 450 M.
Dan pada tahun 450 M, Ka'abah di Mekah tidak diketahui
oleh seorang raja dari Yaman!
Sungguh aneh, padahal menurut Al-qur'an Kabah dibangun
oleh Sayidina Ibrahim dan Ismail yang hidup sekitar
1900 SM - 2000 SM, kenapa tidak dikenal pada tahun 450
M??
Kedua :
Tentang waktu pembangunan Kabah.
Dikutip dari tafsir Ibn Kathir terhadap QS 3 : 96 yang
dapad diakses di
http://www.tafsir.com/default.asp?sid=3&tid=8799
Imam Ahmad recorded that Abu Dharr said; "I said, `O
Allah's Messenger! Which Masjid was the first to be
built on the surface of the earth' He said, `Al-Masjid
Al-Haram (in Makkah).' I said, `Which was built next'
He replied `Al-Masjid Al-Aqsa (in Jerusalem).' I said,
`What was the period of time between building the two'
He said, `Forty years.'
Terjemahan bebas :
Imam Ahmad mencatat bahwa Abu Dharr berkata; "Aku
berkata, "O Rasulullah, masjid mana yang pertama
dibuat didunia ini?. Dia berkata, "Al-Masjid Al Haram
(di Mekah)". Aku berkata, "Mana yang dibangun setelah
itu?". Dia menjawab, "Al-Masjidil Al-Aqsa (di
Yerusalem)". Aku berkata, "Berapa jangka waktu antara
pembangunan kedua bangunan itu?" Dia berkata, "Empat
puluh tahun"
Menurut perhitungan :
Sayidina Ibrahim dan Ismail hidup sekitar tahun 1900
SM – 2000 SM.
Raja Salomo (Sulaiman) yang membangun bait Allah di
Yerusalem hidup sekitar 1000 SM - 950 SM.
Jadi ada beda waktu 1000 tahun antara Ismail (yang
membangun Masjidil Haram) dengan raja Salomo (yang
membangun Bait Allah di Yerusalem).
Jadi bagaimana bisa dikatakan beda waktu keduanya
hanya 40 tahun?
Lagi-lagi, tampaknya Muhammad telah mengalami
disorientasi waktu saat merangkai cerita Sayidina
Ibrahim dan raja Salomo!
Ketiga :
Makanya tidaklah mengherankan jika ada pakar Islam
sendiri yang MERAGUKAN kisah pembangunan Kabah oleh
Sayidina Ibrahim . Lebih lanjut kutipan dari tokoh
Islam modern tentang hubungan Ismail dan Arab sebagai
berikut :
Dr. Taha Husayn, seorang profesor dari Mesir,
pendapatnya dikutip dalam buku "Mizan al Islam karya
Anwar Jundi", halaman 170 :
"Dalam kasus cerita Sayidina Ibrahim dan Ismail
membangun Kabah cukup jelas, cerita ini muncul
belakangan disaat Islam mulai berkembang. Islam
mengeksploitasi kisah ini untuk kepentingan
agama/politik."
Siapa DR.Taha Husayn?
Dikutip dari :
Encyclopaedia Britannica edisi 2003
Sub Topik : Taha Hussein
Terjemahan bebas :
Lahir Nov. 14, 1889, Maghaghah, Mesir
Meninggal Oct. 28, 1973, Kairo
Figur yang menonjol dalam khasanah Mesir modern
…..Ditahun 1902 dia belajar di Al-Azhar, Kairo ……
Ditahun 1908 dia masuk Universitas Kairo dan di tahun
1914 menjadi orang pertama yang meraih gelar doktor ……
Taha menjadi professor Kebudayaan Arab di Universitas
Kairo, karirnya dipenuhi dengan gejolak karena
pandangan-pandangan kritisnya yang sering membuat
marah kaum Islam ortodoks. ….Tahun 1926 dia
menerbitkan buku On Pre-Islamic Poetry, dalam buku ini
dia menyimpulkan beberapa syair-syair yang dinyatakan
pra Islam sebetulnya adalah pemalsuan oleh muslim
kemudian karena beberapa alasan, salah satunya adalah
untuk memberikan otoritas kepada Al-Qur'an. Karena
buku ini, dia dinyatakan kafir. ….. Taha kemudian
menjabat sebagai Menteri Pendidikan ditahun 1950 –
1952 …..
Informasi tambahan:
Perjalanan Sayidina Ibrahim Dari Kota Ur-Kasdim ke
Tanah Perjanjian Berdasarkan Alkitab
Menurut buku 'Atlas of the Bible: with A-Z Guide to
Places' karangan Eerdmans, perjalanan Sayidina Ibrahim
dari kota Ur-Kasdim ke tanah perjanjian (yang berakhir
di Hebron) ternyata TIDAK menunjukkan bahwa rute
perjalanan Sayidina Ibrahim tersebut melewati Arab
Saudi atau kota Mekkah. Perjalanan Sayidina Ibrahim di
mulai dari kota Ur, di tanah Khaldea, kemudian menuju
ke barat-laut, yakni Haran di sebelah tenggara Turki
atau masih di sebelah timur sungai Eufrat dan kemudian
dari sana berbelok menuju ke arah barat daya menuju
Hebron (tanah kanaan).
Dari rute perjalanan tersebut, nampaknya Sayidina
Ibrahim tidak melewati daerah Arab Saudi, khususnya
kota Mekkah. Anehnya, umat Islam mengklaim bahwa
Sayidina Ibrahim (Ibrahim) pernah berada di Mekah.
Apakah memang ada bukti (dari Kitab Suci) bahwa
Ibrahim memang pernah tinggal (lewat) di Mekkah?
Perlu diketahui, kota Haran berbeda dengan padang
Paran. Padang Paran (Desert of Paran) juga bukan
terletak di daerah Arab Saudi, melainkan di daerah
Sinai (wilayah Mesir).
Memang secara logika, kalau Sayidina Ibrahim diminta
oleh Allah untuk meninggalkan kota kediamannya (Ur)
menuju ke tanah Kanaan, maka posisi tanah Kanaan
memang berada di arah barat dari Ur. Sementara, kota
Mekah terletak di sebelah barat daya dari kota Ur.
Karena Sayidina Ibrahim melakukan perjalanan (nomad),
maka sangat mungkin dia akan memilih jalan dekat
sungai Eufrat dan akhirnya berhenti sementara di kota
Haran. Di kota Haran ini, ayah Sayidina Ibrahim ,
Terah, meninggal dunia.
Sementara Padang Paran, tempat di mana Ismael dan
ibunya tinggal berada di daerah Sinai. Padang Paran
ini juga pernah dilewati oleh bangsa Israel ketika
melakukan perjalanan keluar dari Mesir, kembali ke
tanah kanaan.
Secara Alkitab, tak ada bukti bahwa Sayidina Ibrahim
pernah tinggal/lewat kota Mekah. Tempat-tempat yang
dilewati Sayidina Ibrahim adalah:
1. Berangkat dari Ur-Kasdim (Kej 11:31)
2. Sampai di Haran (Kej 11:31) Ayah Sayidina Ibrahim ,
Terah, mati di Haran.
3. Sampai di Sikhem (Kej 12:6)
4. Sampai pegunungan sebelah Timur Betel. (Kej 12:
5. Sampai ke tanah Negeb (Kej 12:9) Ketika ada
kelaparan di negeri itu, Sayidina Ibrahim pergi ke
Mesir.
6. Sampai di Mesir (Kej 12:10)
7. Kembali ke tanah Negeb (Kej 13:1)
8. Menuju ke Betel (Kej 13:3) Sayidina Ibrahim pernah
membuat mezbah di Betel (Kej 13:4). Betel = Beth-el
(Beth = rumah, El = Allah)= Baitullah
9. Pindah ke Mamre, dekat Hebron (Kej 13:1
10. Sayidina Ibrahim punya anak Ismael ketika di
Kanaan (Kej 16:3)
11. Sayidina Ibrahim ke tanah Negeb (Kej 20:1)
12. Sayidina Ibrahim punya anak Ishak sewaktu berada
di tanah Negeb (Kej 21:2)
13. Siti Hajar dan Ismael mengembara di gurun Bersyeba
(Kej 21:14)
14. Siti Hajar dan Ismael akhirnya tinggal di gurun
Paran (Kej 21:21)
15. Sayidina Ibrahim menanam pohon di Bersyeba (Kej
21:33)
16. Sayidina Ibrahim ke tanah Moria (Kej 22:2)
17. Sayidina Ibrahim pergi dan tinggal di Bersyeba
(Kej 22:19) Sara nampaknya tetap tinggal di Hebron.
18. Sara wafat di Hebron (Kej 23:2)
19. Sayidina Ibrahim dimakamkan di gua Makhpela
(Hebron) (Kej 25:9)
Catatan: Dalam Alkitab ada kota/tempat tang bernama
Maakha, yaitu sebuah kota kecil di sebelah tenggara
gunung Hermon (gunung Hermon terletak di perbatasan
Libanon dan Syria). Namun berdasarkan lokasinya, kota
Maakha ini tidak bisa disamakan dengan Mekkah.
Wasallam
abdi yono
S
> From: whe - en <whe.en9999@gmail.com>
> Subject: [Milis_Iqra] Keistimewaan Air Zam-Zam
> To: Milis_Iqra@googlegroups.com
> Date: Wednesday, 2 December, 2009, 14:33
> From milis sebelah
>
>
> ---------- Forwarded message
> ----------
> From: Abu Abdillah <abdullah_abu@hotmail.com>
>
> To: assunnah assunnah <assunnah@yahoogroups.com>
>
>
> KEISTIMEWAAN AIR ZAM-ZAM
>
> Oleh
> Ustadz Mu'tashim
> http://www.almanhaj.or.id/content/2581/slash/0
>
>
> Air Zam-Zam bukanlah air yang asing bagi kaum Muslimin. Air
> ini
> mempunyai keutamaan yang sangat banyak. Rasulullah telah
> menjelaskan
> kegunaan air tersebut. Beliau bersabda,"Sebaik-baik
> air yang ada di
> muka bumi adalah Zam-Zam. Di dalamnya terdapat makanan
> yang
>
> mengenyangkan dan penawar penyakit."[1] Apa rahasia
> dibalik air yang
> banyak memiliki khasiat dan penuh barakah ini?
>
> MAKNA ZAM-ZAM
> Kata Zam-Zam dalam bahasa Arab berarti, yang banyak atau
> melimpah [2].
>
> Adapun air Zam-Zam yang dimaksud oleh syari'at, yaitu
> air yang berasal
> dari sumur Zam-Zam. Letaknya dengan Ka'bah, berjarak
> sekitar 38 hasta.
>
> Dinamakan Zam-Zam, sesuai dengan artinya, karena memang air
> dari sumur
>
> tersebut sangat banyak dan berlimpah. Tidak habis walau
> sudah diambil
> dan dibawa setiap harinya ke seluruh penjuru dunia oleh
> kaum Muslimin.
>
> Dinamakan dengan Zam-Zam, bisa juga diambil dari perbuatan
> Hajar.
> Ketika air Zam-Zam terpancar, ia segera mengumpulkan dan
> membendungnya.
>
> Atau diambil dari galian Malaikat Jibril dan perkataannya,
> ketika ia
> berkata kepada Hajar.
>
> Disebutkan juga, bahwa nama Zam-Zam adalah 'alam, atau
> nama asal yang
> berdiri sendiri, bukan berasal dari kalimat atau kata lain.
> Atau juga
>
> diambil dari suara air Zam-Zam tersebut, karena zamzamatul
> ma` adalah,
> suara air itu sendiri.[3]
>
> Nama lain Zam-Zam, sebagaimana telah diketahui, antara lain
> ia disebut
> barrah (kebaikan), madhmunah (yang berharga), taktumu
> (yang
>
> tersembunyi), hazmah Jibril (galian Jibril), syifa` suqim
> (obat
> penyakit), tha'amu tu'im (makanan), syarabul abrar
> (minuman orang-orang
> baik), thayyibah (yang baik) [4].
>
> SEJARAH MUNCULNYA ZAM-ZAM
> Disebutkan oleh Imam al Bukhari dalam Shahih-nya, dari
> hadits Ibnu
>
> 'Abbas. Suatu saat, ketika berada di Mekkah, Nabi
> Ibrahim menempatkan
> istrinya Hajar dan anaknya Ismail di sekitar Ka`bah, di
> suatu pohon
> besar yang berada di atas sumur Zam-Zam. Waktu itu, tidak
> ada
> seorangpun di Mekkah, melainkan mereka bertiga. Setelah
> Nabi Ibrahim
>
> Alaihissalam meletakkan kantong berisi kurma dan air, iapun
> beranjak
> pergi. Namun Hajar mengikutinya seraya mengatakan,"Wahai
> Ibrahim,
> kemanakah engkau akan pergi dengan meninggalkan kami
> sendiri di tempat
> yang tiada manusia lain, atau yang lainnya?"
>
>
> Pertanyaan itu ia ulangi terus, tetapi Nabi Ibrahim tidak
> menengok
> kepadanya. Sampai akhirnya Hajar berseru
> kepadanya,"Apakah Allah yang
> menyuruhmu melakukan hal ini?"
>
> "Ya," jawab Nabi Ibrahim.
>
> "Kalau begitu, Allah tidak akan menyengsarakan
> kami," seru Hajar.
>
> Kemudian kembalilah Hajar ke tempatnya, dan Nabi Ibrahim
> terus
> melanjutkan perjalanannya.
>
> Sesampainya di Tsaniyah -jalan bebukitan, arah jalan ke
> Kada`.
> Rasulullah ketika memasuki Mekkah juga melewati jalan
> tersebut- dan
>
> keluarganya tidak dapat melihatnya lagi, Nabi Ibrahim q
> menghadap ke
> arah Baitullah, lalu mengangkat kedua tangannya seraya
> berdoa : "Ya
> Tuhan kami, sesungguhnya aku telah menempatkan sebahagian
> keturunanku
>
> di lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman di dekat rumah
> Engkau
> (Baitullah) yang dihormati. Ya Tuhan kami, (yang demikian
> itu) agar
> mereka mendirikan shalat. Maka jadikanlah hati sebagian
> manusia
> cenderung kepada mereka, dan beri rizkilah mereka dari
> buah-buahan,
>
> mudah-mudahan mereka bersyukur" [Ibrahim/14 : 37]
>
> Ibunda Ismail menyusui anaknya dan meminum dari kantong air
> tersebut.
> Hingga akhirnya air itupun habis, dan anaknya kehausan. Dia
> melihat
> anaknya dengan penuh cemas, karena terus menangis. Dia pun
> pergi untuk
>
> mencari sumber air, karena tidak tega melihat anaknya
> kehausan.
>
> Pergilah dia menuju bukit terdekat, yaitu bukit Shafa, dan
> berdiri di
> atasnya. Pandangannya diarahkan ke lembah di sekelilingnya,
> barangkali
> ada orang disana. Akan tetapi, ternyata tidak ada.
>
>
> Dia pun turun melewati lembah sampai ke bukit Marwa.
> Berdiri di atasnya
> dan memandang barangkali ada manusia di sana? Tetapi,
> ternyata tidak
> juga. Dia lakukan demikian itu hingga tujuh kali.
>
> Ketika berada di atas bukit Marwa, dia mendengar ada suara,
> dia berkata
>
> kepada dirinya sendiri, "Diam!" Setelah
> diperhatikannya ternyata memang
> benar dia mendengar suara, kemudian dia pun berkata,
> "Aku telah
> mendengar, apakah di sana ada pertolongan?"
>
> Tiba-tiba dia melihat Malaikat Jibril, yang mengais tanah
> dengan
>
> kakinya (atau dengan sayapnya, sebagaimana disebutkan dalam
> riwayat
> yang lain), kemudian memukulkan kakinya di atasnya. Maka
> keluarlah
> darinya pancaran air.
>
> Hajar pun bergegas mengambil dan menampungnya. Diciduknya
> air itu
>
> dengan tangannya dan memasukkannya ke dalam tempat air.
> Setelah
> diciduk, air tersebut justru semakin memancar. Dia pun
> minum air
> tersebut dan juga memberikan kepada putranya, Ismail. Lalu
> Malaikat
> Jibril berkata kepadanya, "Jangan takut terlantar.
> Sesungguhnya, di
>
> sinilah Baitullah yang akan dibangun oleh anak ini (Ismail)
> bersama
> ayahnya. Dan sesungguhnya, Allah tidak akan menelantarkan
> hambanya."
>
> Beberapa waktu kemudian, datanglah orang-orang dari kabilah
> Jurhum
>
> turun di lembah Makkah. Mereka turun karena melihat burung
> -burung yang
> berputar-putar. Mereka berkata,"Burung ini
> berputar-putar di sekitar
> air. Kami yakin di lembah ini ada air," lalu mereka
> mengirim utusan,
>
> dan ternyata benar mereka mendapatkan air. Utusan itupun
> kembali dan
> memberitahukan kepada orang-orang yang mengutusnya tentang
> adanya air.
> Merekapun kemudian mendatanginya, dan meminta izin dari
> Ummu Ismail,
> bahwa mereka akan mampir ke sana. Ummu Ismailpun
> mempersilahkan dengan
>
> syarat, bahwa mereka tidak berhak memiliki (sumber) air
> tersebut, dan
> kabilah Jurhum inipun setuju [6].
>
> PENEMUAN KEMBALI AIR ZAM-ZAM
> Ketika Abdul Muthalib sedang tidur di Hijr Ismail, dia
> mendengar suara yang menyuruhnya menggali tanah.
>
>
> "Galilah thayyibah (yang baik)!"
> "Yang baik yang mana?" tanyanya.
>
> Esoknya, ketika tidur di tempat yang sama, dia mendengar
> lagi suara yang sama, menyuruhnya menggali barrah (yang
> baik)?"
>
>
> Dia bertanya, "Benda yang baik yang mana?" Lalu
> dia pergi.
>
> Keesokan harinya, ketika tidur di tempat yang sama di Hijr
> Ismail, dia
> mendengar lagi suara yang sama, menyuruhnya menggali
> madhmunah (sesuatu
>
> yang berharga).
>
> Dia bertanya," Benda yang baik yang mana?"
>
> Akhirnya pada hari yang keempat dikatakan kepadanya :
> "Galilah Zam-Zam!"
>
> Dia bertanya,"Apa itu Zam-Zam?"
>
>
> Dia mendapat jawaban : "Air yang tidak kering dan
> tidak meluap, yang
> dengannya engkau memberi minum para haji. Dia terletak di
> antara tahi
> binatang dan darah. Berada di patukan gagak yang hitam,
> berada di
> sarang semut".
>
>
> Sesaat Abdul Muthalib bingung dengan tempatnya tersebut,
> sampai
> akhirnya ada kejelasan dengan melihat kejadian yang
> diisyaratkan
> kepadanya. Kemudian iapun bergegas menggalinya.
>
> Orang-orang Quraisy bertanya kepadanya,"Apa yang
> engkau kerjakan, hai Abdul Muthalib?
>
>
> Dia menjawab,"Aku diperintahkan menggali
> Zam-Zam," sampai akhirnya ia
> beserta anaknya, Harits mendapatkan apa yang diisyaratkan
> dalam
> mimpinya, menggali kembali sumur Zam-Zam yang telah lama
> dikubur dengan
>
> sengaja oleh suku Jurhum, tatkala mereka terusir dari kota
> Mekkah.[6]
>
> KEUTAMAAN DAN KHASIAT AIR ZAM-ZAM
> Dari penjelasan Rasulullah dan para ulama dapat diketahui,
> bahwa air
> Zam-Zam memiliki barakah dan keutamaan. Di antara
> dalil-dalil yang
>
> menunjukkan keutamaan air Zam-Zam dapat disebutkan sebagai
> berikut.
>
> "Dari Jabir dan Ibnu 'Abbas, Rasulullah
> Shallallahu 'alaihi wa sallam
> bersabda,"Air Zam-Zam, tergantung niat orang yang
> meminumnya."[7]
>
>
> Ibnu Taimiyyah berkata,"Seseorang disunnahkan untuk
> meminum air Zam-Zam
> sampai benar-benar kenyang, dan berdoa ketika meminumnya
> dengan doa-doa
> yang dikehendakinya. Tidak disunnahkan mandi dengannya
> (menggunakan air
>
> Zam-Zam)."[8]
>
> "Dari Ibnu 'Abbas Radhiyallahu 'anh,
> Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa
> sallam bersabda : "Air Zam-Zam sesuai dengan niat
> ketika meminumnya.
> Bila engkau meminumnya untuk obat, semoga Allah
> menyembuhkanmu. Bila
>
> engkau meminumnya untuk menghilangkan dahaga, semoga Allah
> menghilangkannya. Air Zam-Zam adalah galian Jibril, dan
> curahan minum
> dari Allah kepada Ismail."[9]
>
> "Dari Abi Thufail, dari Ibnu Abbas Radhiyallahu
> 'anhu, ia berkata :
>
> Saya mendengar Rasulullah bersabda,"Kami menyebut air
> Zam-Zam dengan
> syuba'ah (yang mengenyangkan). Dan kami juga
> mendapatkan, air Zam-Zam
> adalah sebaik-baik pertolongan (kebutuhan atas
> kemiskinanan)". [HR
>
> Tabrani] [10]
>
> "Dari Usamah, bahwasanya Rasulullah meminta untuk
> didatangkan segantang
> air Zam-Zam, kemudian beliau meminumnya dan berwudhu
> dengannya" [HR
> Ahmad] [11]
>
> "Disebutkan dalam Silsilah Shahihah, adalah
> Rasululllah membawa air
>
> Zam-Zam di dalam kantong-kantong air (yang terbuat dari
> kulit). Beliau
> menuangkan dan membasuhkannya kepada orang yang sedang
> sakit".
>
> Tatkala Jibril memukul Zam-Zam dengan tumit kakinya, Ummi
> Ismail segera
>
> mengumpulkan luapan air. Nabi berkata,"Semoga Allah
> merahmati Hajar dan
> Ummu Ismail. Andai ia membiarkannya, maka akan menjadi mata
> air yang
> menggenangi (seluruh permukaan tanah)."[12]
>
> "Dari Ibnu 'Abbas, Rasulullah Shallallahu
> 'alaihi wa sallam
>
> bersabda,"Sebaik-baik air yang terdapat di muka bumi
> adalah Zam-Zam. Di
> dalamnya terdapat makanan yang mengenyangkan dan penawar
> penyakit."[13]
>
> Abu Dzar al Ghifari berkata,"Selama 30 hari, aku tidak
> mempunyai
>
> makanan kecuali air Zam-Zam. Aku menjadi gemuk dan lemak
> perutku
> menjadi sirna. Aku tidak mendapatkan dalam hatiku kelemahan
> lapar."[14]
>
> "Dari Hammam, dari Abi Jamrah ad-Duba`i, ia berkata :
> "Aku duduk
>
> bersama Ibnu 'Abbas di Mekkah, tatkala demam
> menyerangku. Ibnu 'Abbas
> mengatakan, dinginkanlah dengan air Zam-Zam, karena
> Rasulullah
> mengatakan, sesungguhnya demam adalah dari panas Neraka
> Jahannam, maka
>
> dinginkanlah dengan air atau air Zam-Zam" [15]
>
> Dari 'Aisyah, ia membawa air Zam-Zam. Ia mengkabarkan,
> sesungguhnya dahulu Rasulullah membawanya (sebagai
> bekal-Pen.).[16]
>
> Ibnul Qayyim berkata,"Aku dan selain diriku telah
> megalami perkara yang
>
> ajaib tatkala berobat dengan air Zam-Zam. Dengan izin
> Allah, aku telah
> sembuh dari beberapa penyakit yang menimpaku. Aku juga
> menyaksikan
> seseorang yang telah menjadikan air Zam-Zam sebagai makanan
> selama
> beberapa hari, sekitar setengah bulan atau lebih. Ia tidak
> mendapatkan
>
> rasa lapar, ia melaksanakan thawaf sebagaimana manusia yang
> lain. Ia
> telah memberitahukan kepadaku bahwa, ia terkadang seperti
> itu selama
> empat puluh hari. Ia juga mempunyai kekuatan untuk
> berjima', berpuasa
>
> dan melaksanakan thawaf ".[17]
>
> Beliau rahimahullah berkata,"Ketika berada di Mekkah,
> aku mengalami
> sakit dan tidak ada tabib dan obat (yang dapat
> menyembuhkannya). Akupun
> mengobatinya dengan meminum air Zam-Zam dan membacakan
> atasnya
>
> berulangkali (dengan al Fatihah), kemudian aku meminumnya.
> Aku
> mendapatkan kesembuhan yang sempurna. Akupun menjadikannya
> untuk
> bersandar ketika mengalami rasa sakit, aku benar-benar
> banyak mengambil
> manfaat darinya."[18]
>
>
> Demikian penjelasan singkat tentang air Zam-Zam. Rasulullah
> Shallallahu
> 'alaihi wa sallam telah memberitahukan kepada kita dan
> membenarkan
> khasiat dan keutamaan air yang tak pernah kering tersebut,
> meskipun
>
> setiap hari diambil oleh banyak manusia. Dengan mengetahui
> secara
> sepintas air Zam-Zam ini, maka hendaknya dapat meningkatkan
> dan
> memperkuat sandaran dan ketergantungan kita kepada Allah.
> Dia-lah yang
> Maha Penguasa mengatur segala yang Ia kehendaki.
>
> Wallahu a'lam.
>
> Sumber Bacaan :
> - Shahihul-Bukhari, 3/1190, Cet Daar Ibnu Katsir, al
> Yamamah, Beirut.
> - Fat-hul Bari, 6/402, Cetakan tahun 1379, Darul Ma`rifah,
> Beirut.
> - Shahih Muslim, 4/1919, Cetakan Dar Ihya Turats Arabi,
> Beirut.
>
> - Syarh Nawawi 'ala Muslim, 8/194, Cetakan Dar Ihya`
> Turats al Arabi, Beirut.
> - Sunan Tirmidzi, 3/295, Cetakan Dar Ihya` Turats al Arabi,
> Beirut.
> - Bidayah wan-Nihayah, Ibnul Katsir, 2/244-245, Cetakan
> Maktabah al Ma`arif, Beirut.
>
> - Musnad Ahmad, Cetakan Muassasah al Qurtubah, Mesir,
> halaman 1/291.
> - Zaadul Maad, Cetakan Muassasah ar Risalah, Beirut,
> 4/162.
> - Shahih Sirah Nabawiyah, al Albani, Cetakan al Maktabah
> Islamiyah, Beirut.
> - Shahih Targhib wa Tarhib, al Albani, Cetakan al Maktabah
> Islamiyah, Urdun, Beirut
>
> - Irwa-ul Ghalil, al Albani, Cetakan al Maktabah Islamiyah,
> Beirut.
> - Mukhtashar Irwa`, al Albani, Cetakan al Maktabah
> Islamiyah, Beirut.
> - Manasik Haji wal Umrah, al Albani, Cetakan al Maktabah
> Islamiyah, Beirut.
>
> - Al Mutli` 'ala Abwabul-Fiqh, al Bali, Cetakan Maktab
> al Islami, Beirut, halaman 1/200.
> - Kementerian Urusan Keislaman, Wakaf, Dakwah dan
> Penyuluhan Saudi Arabia, internet. www.al-islam.com
>
> - Kamus al Munawir, Edisi II, Cetakan Pustaka Progessif.
>
> [Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 09/Tahun
> X/1427H/2006.
> Diterbitkan Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl. Solo
> – Purwodadi
> Km.8 Selokaton Gondangrejo Solo 57183 Telp. 0271-761016]
>
> _________
> Footnotes
> [1]. Hadits hasan. Lihat Shahih Targhib wa Tarhib, Syaikh
> al Albani, 2/18.
> [2]. Lihat Nihayah, Ibnul Atsir, 5/605, 2/779; al Mutli`
> 'ala
> Abwabul-Fiqh, Abu Fath al Ba'li, halaman 200; kamus al
> Munawir, 583.
>
> [3]. Lihat Ibnul Atsir, 2/779; al Mutli` 'ala
> Abwabul-Fiqh, Abu Fath al Ba'li, 1/200; Syarh Nawawi ala
> Muslim, 8/194.
> [4]. Lihat al Mutli` 'ala Abwabul-Fiqh, Abu Fath al
> Ba'li, 1/200.
> [5]. Lihat Fat-hul Bari, 6/402; Shahih Sirah Nabawiyah, al
> Albani, 40,
>
> Kementerian Urusan Keislaman, Wakaf, Dakwah dan Penyuluhan
> Saudi
> Arabia, www.al-islam.com.
> [6]. Bidayah wan-Nihayah, Ibnu Katsir, 2/244-245.
> [7]. Hadits shahih. Lihat Irwa-ul Ghalil, al Albani,
> 1/218.
>
> [8]. Lihat Hajjatun-Nabi, al Albani, 1/117.
> [9]. Hadits hasan li ghairihi. Lihat Shahih Targhib wa
> Tarhib, al Albani, 2/19.
> [10]. Lihat Shahih Targhib wa Tarhib, al Albani, 2/19
> [11]. Hadits hasan. Lihat Mukhtasar Irwa-ul Ghalil, al
> Albani, 1/3.
>
> [12]. Silsilah Shahihah, 4/232.
> [13]. Hadits hasan. Lihat Shahih Targhib wa Tarhib, al
> Albani, 2/18.
> [14]. Lihat Shahih Muslim, 4/1919, Cetakan Dar Ihya Turats
> Arabi, Beirut. Lihat Shahih Sirah Nabawiyah, al Albani,
> 129.
>
> [15]. Lihat Shahihul-Bukhari, 3/1190, Cetakan Dar Ibnu
> Katsir, al
> Yamamah, Beirut. Dalam riwayat yang sama terdapat dalam
> Musnad Ahmad.
> Shuaib al Arnauth mengatakan, bahwa sanadnya shahih sesuai
> dengan
> syarat shahihain. Lihat Musnad Ahmad, halaman 1/291,
> Cetakan Muassasah
>
> al Qurtubah, Mesir.
> [16]. Hadist hasan, sebagaimana yang dikatakan oleh
> Tirmidzi, dan
> dishahihkan oleh al Albani. Lihat Sunan Tirmidzi, 3/295,
> Cetakan Dar
> Ihya` Turast al Arabi, Beirut.
> [17]. Lihat Zaadul Maad, 3/192, Cetakan al Misriyah.
>
> [18]. Lihat Zaadul Maad, 4/162, Cetakan Muassasah
> ar-Risalah, Beirut.
>
>
> ------------------------------------
>
>
>
> >
>
>
>
--~--~---------~--~----~------------~-------~--~----~
-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-
Serulah kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik
dan bantahlah mereka dengan cara yang lebih baik. -Qs. 16 an-Nahl :125
Berilah mereka pelajaran, dan katakanlah kepada mereka perkataan yang berbekas pada jiwa mereka. -Qs. 4 an-Nisa' : 63
Gabung : Milis_Iqra-subscribe@googlegroups.com
Keluar : Milis_Iqra-unsubscribe@googlegroups.com
Situs 1 : http://groups.google.com/group/Milis_Iqra
Mod : moderator.milis.iqra@gmail.com
-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-
-~----------~----~----~----~------~----~------~--~---
No comments:
Post a Comment