---------- Forwarded message ----------
From: Armansyah ( GMAIL ) <armansyah.skom@gmail.com>
Date: 2007/2/5
Subject: Memahami ayat al-Qur'an 5 : al-Baqarah ayat 3
To: Milis_Iqra@googlegroups.com
From: Armansyah ( GMAIL ) <armansyah.skom@gmail.com>
Date: 2007/2/5
Subject: Memahami ayat al-Qur'an 5 : al-Baqarah ayat 3
To: Milis_Iqra@googlegroups.com
Memahami ayat al-Qur'an
Bagian 5 : al-Baqarah ayat 3
Oleh : Armansyah
02 Pebruari 2007
--------------------------------------------------------
Aku Berlindung kepada Allah dari Syetan yang terkutuk.
Terjemahan : Mereka yang beriman kepada yang ghaib dan mendirikan sholat dan membagi sebagian rezeki yang telah Kami berikan kepada mereka.
-Qs. 2 al-Baqarah : 3
Ayat ini diawali dengan kata :
Terjemahan : Mereka yang beriman
Dalam kajian kita yang lampau ( lihat kembali : Memahami ayat al-Qur'an 4 : al-Baqarah ayat 2 ; posting tanggal 11 Januari 2007 ), kita telah membahas mengenai istilah muttaqien yang merupakan suatu pembebasan dari ketidak percayaan atau ketidak pahaman terhadap sesuatu yang bisa diperoleh melalui hasil penganalisaan, melalui proses belajar, proses membaca proses mencari ilmu dan pengetahuan mengenainya.
Istilah Iman, menurut saya pribadi, adalah turunan dari istilah muttaqien, tidak dalam arti asal kata, namun dari segi makna.
Dimana orang yang beriman, artinya orang yang sudah mempercayai akan kebenaran Islam meski orang tersebut belum dalam tahap memahami secara jauh berdasarkan alur logika dan keilmuannya terhadap semua yang ada tentang Islam. Artinya, seorang mualaf yang belum mengerti hukum-hukum sholat, hukum-hukum puasa, dzakat dan sebagainya dan seterusnya merupakan orang yang beriman, ini bisa dilihat dalam banyak ayat al-Qur'an yang menyamaratakan istilah Alladzi na'amanu kepada semua orang yang sudah berikrar Tiada Tuhan Selain Allah sebagaimana pula al-Qur'an menggelari orang-orang yang kebalikannya, yaitu mereka yang tidak mau mengikuti konsep Tauhid tersebut sebagai orang yang kufur, orang yang zalim, orang yang sesat.
Selanjutnya ayat ini disambung oleh kalimat :
Terjemahan : Kepada yang ghaib.
Sehingga kalimat ayat ini menjadi :
Terjemahan : Mereka yang beriman kepada yang ghaib.
Ghaib, artinya tidak terlihat, tidak diketahui, tidak terdeteksi dan tidak atau belum terjalani.
Saya membagi ghaib ini atas dua bagian, yaitu ghaib absolut atau ghaib mutlak dan yang kedua adalah ghaib relatif.
Ghaib absolut adalah sesuatu yang tidak pernah bisa diketahui atau dibuktikan eksistensi wujudnya oleh siapapun, kapanpun dan dimanapun serta oleh siapapun.; Dan ghaib tingkat ini hanya mutlak untuk Allah.; Dimana kita sebagai makhluk-Nya hanya mempu meraba dan menyelami hakekat eksistensi Dia melalui masterpiece yang ada dijagad raya ini dibantu pula oleh wahyu tekstual yang Dia berikan kepada manusia-manusia terpilih yang diangkat sebagai duta-duta kerajaan-Nya yang selanjutnya kita kenal sebagai Nabi dan Rasul.
Bagaimanapun kerasnya usaha kita untuk bisa melihat perwujudan dari ilahiah, sampai kapanpun tidak akan pernah bisa terealisasi, sebab secara logic, kita ini adalah hamba yang penuh keterbatasan sedangkan Dia adalah sesuatu yang amat sangat tidak terbatas.; Dia mampu menjangkau segala penglihatan tanpa ada kesulitan apapun atas diri-Nya, Dia mengetahui semua apa yang ada didasar laut paling dalam syahdan satu titik paling kecil dilumpur hitam dimalam pekat yang tak berbintangpun tidak akan luput dari jangkauan-Nya, belum lagi keluasan ilmu dan jangkauan tangan-Nya atas semua galaksi, semua orbit, semua planet, semua komet, semua bintang gemintang tanpa ada satupun yang bisa menghalangi-Nya dan tidak satupun yang bisa membatasi-Nya.
Dia tidak dapat dicapai oleh penglihatan mata, sedang Dia dapat melihat segala penglihatan itu dan Dialah Yang Maha Halus lagi Maha Mengetahui. -Qs. al-An'am 6:103
Dia mengetahui apa yang masuk ke dalam bumi, apa yang keluar dari padanya, apa yang turun dari langit dan apa yang naik kepadanya. Dan Dia-lah Yang Maha Penyayang lagi Maha Pengampun". -Qs. 34 Sabaa' : 2
Apa saja yang Allah anugerahkan kepada manusia berupa rahmat, maka tidak ada seorangpun yang dapat menahannya; dan apa saja yang ditahan oleh Allah maka tidak ada seorangpun yang sanggup untuk melepaskannya sesudah itu.Dan Dialah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. -Qs. 35 Faathir :2
Sementara kita, keterbatasan yang ada telah menjadikan diri kita ini sebagai sesuatu yang tidak mungkin menjangkau keseluruhan ilmu-ilmu ilahiah tersebut, bahkan penglihatan kita ini saja tidak mampu untuk sekedar melihat bentuk telinga atau kuping yang terpasang dikanan dan kiri kepada kita sendiri, kitapun bahkan tidak bisa dan tidak kuasa mengatur detak jantung didada ini sekehendak hati kita, syahdan kita untuk melihat tembus apa yang ada dibalik tembok yang merintangi penglihatan kasar kita.
Karenanya sebagian orang akhirnya malah lari kepada sikap pengingkaran akan eksistensi Tuhan yang kita sebut sebagai atheis, sebagian lagi karena kebodohan akalnya yang disebabkan nafsu-nafsu jahiliahnya telah mencoba mempersonifikasikan Tuhan yang serba tak terbatas, serba tak terjangkau itu kedalam perwujudan patung-patung maupun makhluk tertentu, mulai dari sosok manusia, sosok binatang, pepohonan hingga kepada Jin.
Kehausan manusia yang dibarengi oleh sifat-sifat kepicikannya itu akhirnya mengerucutkan kemaha besaran Tuhan kedalam sosok makhluk-makhluk yang notabene adalah juga sama seperti dirinya sendiri yang penuh keterbatasan.; Lihat saja bagaimana ada orang yang sampai memuja kepada Isa al-Masih putera Maryam yang dikultuskan sebagai sosok penjelmaan Tuhan, ada yang memuja sapi, memuja api, memuja pepohonan dan sebagainya.
Padahal misalnya bila kita lihat kedalam literatur Kristen ( sebagai salah satu contoh ), semua personifikasi ketuhanan yang ditujukan oleh manusia kepada apa-apa yang bersifat materi dan kemakhlukan adalah hal yang terlarang dan dikecam.
Jangan ada padamu allah lain di hadapan-Ku. Jangan membuat bagimu patung yang menyerupai apapun yang ada di langit di atas, atau yang ada di bumi di bawah, atau yang ada di dalam air di bawah bumi. Jangan sujud menyembah kepadanya atau beribadah kepadanya, sebab Aku, TUHAN, Allahmu, adalah Allah yang cemburu. - Sumber : Kitab Perjanjian Lama : Keluaran Pasal 20 ayat 3 s/d 5
Jawab Jesus: Hukum yang terutama adalah : Dengarlah wahai orang Israel, Tuhan kita adalah Tuhan yang Esa. - Sumber : Kitab Perjanjian Baru, Injil karangan Markus pasal 12 ayat 29
Hal senada juga bisa anda jumpai dalam Ulangan 6 ayat 4, Yesaya 43:10-11, Yesaya 44:6, Yesaya 45:18, Ulangan 4 ayat 35; Keluaran 8:10, Samuel II:7:22, Raja-raja I:8:23; Tawarikh I:17:20, Mazmur 86:8, Mazmur 113:4, Hosea 13:4; Zakharia 14:9.
Tetapi manusia memang jahil dan karena kejahilannya itu, petunjuk yang sudah jelaspun menjadi samar, menjadi terbelakang. Bahkan akal yang seharusnya menjadi filter utama dalam menyerap serta menganalisa informasipun diperbudak agar membenarkan kelakuannya yang salah.; Padahal sekali lagi bila kita melihat logic yang diketengahkan oleh literatur tersebut harusnya cukup untuk menerimanya sebagai sebuah kebenaran.
Tak seorangpun dapat mengabdi kepada dua tuan. Karena jika demikian, ia akan membenci yang seorang dan mengasihi yang lain, atau ia akan setia kepada yang seorang dan tidak mengindahkan yang lain. Kamu tidak dapat mengabdi kepada Allah dan kepada Mamon. - Sumber : Kitab Perjanjian Baru ; Injil karangan Matius pasal 6 ayat 24
Senada dengan ini juga Allah berfirman dalam al-Qur'an :
Sekiranya ada Tuhan di langit dan di bumi selain Allah, tentulah keduanya itu ( yaitu bumi dan langit ) sudah rusak binasa. Maka Maha Suci Allah yang mempunyai 'Arsy daripada apa yang mereka sifatkan. -Qs. 21: al-Anbiyaa' 22
Keinginan untuk membuktikan wujud Tuhan dengan mata kepala sendiri adalah sebuah kejahilan setan yang tidak menyadari siapa dirinya dan siapa Tuhannya, nafsunya sudah membuat orang tersebut terseret kedalam pengkerdilan ilahiah sehingga kesucian dan keagungan Tuhan dianggap sangat layak disandingkan dengan dirinya yang setiap hari bergelimang dosa, berkecimpung dalam kebinalan, kemarahan, pemutar balikan fakta, menebar pembunuhan serta permusuhan atas orang lain dan merusak alam raya.
Ghaib berikutnya adalah ghaib relatif, yaitu sesuatu yang bisa jadi diketahui, sesuatu yang bisa jadi untuk dilihat dan dibuktikan eksistensi dirinya dalam wujud yang sebenarnya oleh manusia atau sekurang-kurangnya hal itu bisa dibuat asumsi-asumsi kearah itu.
Yang termasuk kedalam golongan ghaib relatif ini misalnya mulai dari malaikat, kita tahu sebagai manusia, mungkin benar kita memiliki keterbatasan indrawi dalam memahami dan membuktikan eksistensinya, tetapi hal ini tidak membuatnya menjadi kegaiban yang absolut mengingat bahwa para Nabi dan Rasul Allah serta sejumlah hamba-Nya yang shaleh merupakan manusia-manusia yang mampu melakukan komunikasi-komunikasi verbal serta melihat eksistensi diri mereka sehingga tingkat keabsolutan yang menjadi standar keghaiban mutlak tidak terpenuhi dan jadilah mereka tergolong kedalam ghaib relatif.; Mengenai pertemuan dan dialog orang-orang suci tersebut dengan para malaikat misalnya saja bisa dilihat dalam surah 3 Ali Imron ayat 39 ( antara Jibril dengan Nabi Zakaria ), surah 3 Ali Imron ayat 42 ( antara Jibril dengan Maryam ibundanya Isa al-Masih ), surah 11 Huud ayat 69 ( antara Nabi Ibrahim dengan sekelompok malaikat yang akan mendatangkan azab Allah kepada kaum Luth sekaligus memberikan kabar gembira atas hamilnya Sarah ) dan sejumlah ayat-ayat al-Qur'an lainnya yang membicarakan tentang adanya bukti bahwa keghaiban para malaikat tidak bisa disebut mutlak, bahkan Rasulullah Saw dalam surah 53 an-Najm ayat 6 dinyatakan telah melihat wujud asli dari malaikat Jibril untuk kedua kali ( artinya beliau Saw sedikitnya sudah 2 kali melihat wujud asli malaikat ), disisi lain seperti yang digambarkan oleh al-Qur'an surah 6 al-An'aam ayat 93 bahwa orang-orang yang zalim saat sakaratul mautnya ditampakkan kepadanya sosok-sosok malaikat yang kasar dan bengis untuk mencabut nyawanya.; Sementara tidak ada satu ayatpun dari al-Qur'an yang menyinggung tentang penampakan Allah kepada makhluk-makhlukNya dalam bentuk apapun sebagai sesesuatu yang bersifat ghaib mutlak.
Selain malaikat, ghaib relatif juga mencakup konsekwensi atau resiko dari sebuah perbuatan maupun keputusan dan tingkah laku, artinya kita bisa mengambil asumsi-asumsi tertentu bahwa jika kita melakukan ini maka hasilnya kira-kira akan begini, sebaliknya bila kita melakukan itu maka hasilnya akan seperti itu. Dan ini berimplikasi terhadap semua hukum sebab dan akibat dikehidupan ini yang mengikat manusia sebagai sunnatullah.
Karenanya, seruan al-Qur'an :
Terjemahan : Mereka yang beriman kepada yang ghaib.
Menjadi seruan yang menimbulkan penyadaran diri bagi manusia itu sendiri dan menjadi sebuah dorongan untuk semakin meningkatkan taraf iman dan intelejensianya dikehidupan. Bahwa apa yang tidak atau belum bisa kita ketahui saat ini harusnya bisa terpecahkan diwaktu yang lain ( umpamanya cabang-cabang ilmu pengetahuan seperti penemuan obat terhadap penyakit-penyakit tertentu, penemuan transkrip maupun relief-relief kuno yang berisikan catatan-catatan sejarah orang-orang purbakala, penciptaan alat-alat canggih untuk bisa menyelidiki dasar lautan hingga kedalaman langit nun jauh melintasi planet dan galaksi dan sebagainya ), yang kitapun dituntut untuk menjadikan semua penemuan dan pembahasan atas keghaiban relatif ini sebagai pengantar tertunduknya kepala dan jiwa kita atas adanya keghaiban yang absolut yang Maha ghaib, Dialah Allah Azza Wajalla.
Tapi sekali lagi sayang, tidak sedikit orang yang menafikan eksistensi-Nya hanya karena Dia tidak masuk dalam ruangan relativitas keghaiban.
Astaghfirullah. Laa ilaaha illa anta subhanaka inni kuntumminazzolimin.
Ayat selanjutnya adalah :
Terjemahan : dan mendirikan sholat
Sholat secara harfiah artinya berdoa, yaitu memohon atau melakukan suatu aktivitas yang menghiba kepada sesuatu.; Dalam terminologi Islam, berdoa hanya boleh dilakukan kepada Allah, sesuai dengan isi dari konsepsi al-Fatihah surah pertama ayat 4 :
Terjemahan : Hanya kepada Engkau ( ya Allah ) kami mengabdi ( menghambakan diri ) dan hanya kepada Engkau ( juga ) kami mengharapkan pertolongan.
Konsepsi ketuhanan Islam tidak mengenal adanya ilah-ilah lain diluar ketuhanan yang maha esa dan maha gagah nan maha perkasa, olehnya maka manusia tidak seharusnya dan tidak sepantasnya memperbudak dirinya kepada apapun dan kepada siapapun selain kepada Allah itu sendiri. Tidak ada pengabdian, tidak ada permohonan ataupun ritual persembahan yang ditujukan kepada patung, kepada lautan, kepada pepohonan, kepada sapi, kepada batu, kepada kyiai, kepada ulama, kepada Nabi, kepada api dan sebagainya. Esa dalam Islam adalah Esa yang sebenarnya, bukan Esa tetapi tiga atau esa tetapi empat dan sejenisnya.
Istilah shalat atau shalaah merupakan istilah khas yang tercantum dalam al-Qur'an, abstrak noun dari verb shalla, dan orang-orang yang melakukannya disebut Mushallun, termuat dalam surah 70 ayat 22, surah 74 ayat 43 dan surah 107 ayat 4, sementara pusat tempat melakukannya disebut Mushalla tercantum dalam surah 2 ayat 125.
Istilah shalat pada hakekatnya memang tidak tepat untuk diterjemahkan dengan kata sembahyang, karena istilah ini berasal dari "menyembah Hiyang", juga tidak cukup tepat untuk diterjemahkan dengan kata "Worship" atau "Prayer" karena kedua istilah tu berarti penyembahan, pemujaan atau permohonan yang dapat dilakukan dengan berbagai cara.
Tetapi untuk tidak menambah panjang pembahasan dan demi fleksibelitas pembicaraan sehari-hari, maka okelah kita terima saja kebiasaan masyarakat Indonesia yang menyamakannya dengan kata Sembahyang, walaupun dalam penulisan-penulisan saya, mungkin tidak akan dijumpai istilah sembahyang tersebut.
Dalam al-Qur'an, "Worship" disebut dengan "'Ibadah", verbnya adalah 'Abada yang berarti "Menyembah atau menghambakan diri atau memperbudak diri". Dan "Prayer" disebut dengan "Du'aa-u", verbnya Da'aaa berarti "memohon" atau "menyeru". Sementara itu, "pemujaan" disebut dengan Sitru sebagaimana tercantum dalam Surah 18/90. Ada manusia yang menjadikan matahari sebagai sitru-nya, adapula yang menyembah thagut dan Jin, dan ada pula yang sujud untuk matahari sebagaimana termuat dalam Surah 5:60, 27:24, 34:41 dan 39:17, tetapi al-Qur'an tidak pernah memakai istilah Shalat kecuali ditujukan kepada Allah saja.
Sebagai singular, maka Shalat ialah memuliakan Allah yang Esa dengan cara-cara tertentu dalam Islam, jadi indikasinya ada mekanisme phisik atau gerakan yang sudah diatur tersendiri, bukan hanya dalam ucapan saja atau cukup sebatas eling. ... Sholat didalam Islam adalah merangkum teori dan praktek.
Sholat yang benar adalah sholat yang memang bisa membuat seseorang tercegah dari perbuatan negatif seperti korupsi, berdusta, berzinah, mabuk-mabukan, nggelek, membunuh, melawan orang tua, menghujat, menghasut, menipu dan sebagainya dan seterusnya yang intinya adalah perbuatan yang mungkar.
Terjemahan : Sesungguhnya sholat itu mencegah dari perbuatan keji dan mungkar
- Qs. 29 al-Ankaabut : 45
Seorang Muslim yang telah sholat, harusnya semua kelakuan dan sikapnya menjadi lebih terjaga, akan tetapi manakala sholatnya ternyata tidak membuat dia menjadi orang yang benar, maka celakalah orang tersebut sebagaimana disinyalir oleh al-Qur'an :
Terjemahan : Maka celakalah orang yang sholat, yaitu yang tidak khyusuk dalam sholatnya
-Qs. 107 al-maa'un : 4 -5
Sholat bukanlah untuk kebaikan Allah sehingga Allah menjadi rugi bila kita tidak sholat, namun sholat itu adalah murni untuk kita, untuk kebaikan akhlak kita, untuk memanajerial diri dan sifat-sifat kita sehingga benar-benar bisa mencapai maqommahmudah, menjadi seorang yang memberikan rahmatan lil 'aalamin.
Firman terakhir dari ayat ke-3 surah al-Baqarah adalah :
Terjemahan : dan membagi sebagian rezeki yang telah Kami berikan kepada mereka
Jelas bahwa sebagai seorang yang aamanu, seorang yang taqwa dan muttaqien maka berderma harusnya menjadi bagian tak terpisahkan dari dirinya sebagaimana ibadah sholat, keduanya adalah saudara kandung yang tidak bisa ditinggalkan satu dengan lainnya.
Kenyataannya, saat kita memiliki harta yang berkecukupan, kita menjadi lupa diri, menjadi angkuh, menjadi sombong dan tidak mau tahu akan penderitaan dan kesusahan orang lain diluar diri kita.
Kita merasa masa bodoh dengan mereka-mereka yang tinggal dibawah kolong jembatan, dengan mereka-mereka yang kelaparan dilampu merah, mereka-mereka yang mengais-ngais plastik bekas diberbagai tempat pembuangan sampah dan sebagainya.
Ketahuilah, bahwa Islam tidak mengajarkan demikian ... Islam mengintegralisasikan seluruhnya sebagai satu kesatuan utuh ajarannya yang harus diaplikasikan.
Kita sholat, dalam artian meminta bantuan akan terpenuhinya seluruh keinginan diri kita kepada Allah, kita juga mengharapkan bahwa sholat kita itu bisa membawa kita kepada kebaikan dan keterpujian sifat, namun kita menolak untuk merealisasikan sifat-sifat yang terpuji itu dalam kehidupan sehari-hari, seolah kita sholat ya untuk Tuhan, kita haji ya untuk Tuhan padahal Allah berfirman :
Terjemahan :
Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan, akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari kemudian, para malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan) dan orang-orang yang meminta-minta; dan (memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan shalat, dan menunaikan zakat; dan orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar (imannya); dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa. -Qs. 2 al-baqarah : 177
Dan ada banyak lagi ayat-ayat al-Qur'an yang berbicara mengenai sedekah dan berdzakat yang berkoleborasi dengan perintah-perintah ilahiah lain seperti sholat dan iman.
Dalam memberikan harta inipun setidaknya ada beberapa warning dari Allah :
Orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah, kemudian mereka tidak mengiringi apa yang dinafkahkannya itu dengan menyebut-nyebut pemberiannya dan dengan tidak menyakiti (perasaan si penerima)... -Qs. 2 al-Baqarah: 262
Banyak dari kita apabila sudah memberikan sedikit harta kepada orang-orang lalu kemudian kita mengungkit-ungkit hal ini didepan banyak orang lainnya yang bisa jadi tidak tahu tentang apa yang dia lakukan tetapi karena ingin disebut dermawan, ingin disebut kaya, ingin disebut perhatian maka pamerlah kita, riya'lah perbuatan kita.; Selain itu banyak pula dari kita saat memberi sedekah, saat membayar zakat sambil menggerutu dan bahkan ada pula yang sambil mencaci dan mengusir sipenerima itu sendiri.
Sungguh Allah sudah memperingatkan kita semua tentang hal ini.
--
Salamun 'ala manittaba al Huda
ARMANSYAH
--
-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-
Serulah kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik
dan bantahlah mereka dengan cara yang lebih baik. -Qs. 16 an-Nahl :125
Berilah mereka pelajaran, dan katakanlah kepada mereka perkataan yang berbekas pada jiwa mereka. -Qs. 4 an-Nisa' : 63
Gabung : Milis_Iqra-subscribe@googlegroups.com
Keluar : Milis_Iqra-unsubscribe@googlegroups.com
Situs 1 : http://groups.google.com/group/Milis_Iqra
Mod : moderator.milis.iqra@gmail.com
-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-
No comments:
Post a Comment