Mas Arman,
1. Ketika mas Arman bilang mas Arman bukan ahli hadits, mas Arman seharusnya menyerahkan masalah hadits kepada ahlinya bukan?
2. Ketika mas Arman menulis tidak anti sunnah (bukan in ingkar sunnah) mas Arman pasti tahu haduts seperti apa yang bisa diterima dan seperti apa yang tidak bisa diterima.
Hadits hanya bisa ditolak karena kedudukan hadits tersebut, bukan karena wacana ataupun pendapat seseorang termasuk pendapat saya ataupun mas Arman.
3. Saya dan mas Arman adalah bukan pelaku atau bukan saksi sejarah ketika Nabi menyampaikan risalah. Rasul tidak mungkin menyembunyikan risalah karena Rasul sendiri bersabsa "sudah dikelaskan semua"
Rasullullah shallallaahu 'alaihi wa sallam bersabda:
Tidaklah tertinggal sesuatupun yang mendekatkan ke surga dan menjauhkan dari neraka melainkan telah dijelaskan semuanya kepada kalian.
(Hadist shahih diriwayatkan : oleh ath-Thabrani dalam al-Mu'jamul Kabirr (II/155-156, no. 1647) dari Shahabat Abu Dzar al-Ghifari radhiyallaahu'anhu. Lihat Silsilah al-Ahaadiits ash-shahiihah (no. 1803) )
Jika saya dan mas Arman adalah bukan saksi sejarah waktu itu, pasti ada saksi yang disebut umat yang menerima risalah tersebut.
Bagaimana mungkin mengabaikan orang yang menerima penjelasan secara langsung dan begitu saja menggantikannya dengan pendapat pribadi.
Saksi sejarah waktu itu menerima penjelasan secara langsung dan meriwayatkannya kepada kita, jika memang mas Arman merasa dalilnya lemah, seharusnya orang seperti mas Arman tahu apa yang disebut hadits lemah sampai tidak bisa diterima dalilnya, bukan dengan mengemukakan wacana.
pengetahuan saya dan mas Arman sangatlah terbatas soal dien ini, Risalah ini milik Allah dan diserahkan kepada Rasul-Nya untuk menjelaskan, jadi kenpa mas Arman berbeda menjelaskan hal tersebut dari Rasul.
Firman Allah:
QS Al Hujuraa (49) : 1
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mendahului Allah dan Rasulnya dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.
4. Jika terjadi perbedaan pandangan soal risalah ini, seharusnya saya dan mas Arman mengembalikannya kepada Al Qur'an dan Hadits, bukan tetap keukeuh pada pendapat pribadi, seperti sabda Rasulullah berikut, entahlah apakah mas Arman-pun menolak hadits di bawah tanpa alasan syar'i
Dari Abu Najih al-'Irbadh bin Syariyah, ia mengatakan, " Rasulullah memberikan nasehat kepada kami dengan satu satu nasehat yang menggetarkan hati dan membuat mata menangis karenanya. Maka kami mengatakan, 'Wahai Rasulullah, seolah-olah ini adalah nasihat orang yang akan berpisah, maka berwasiatlah kepada kami.' Beliau bersabda,'Aku wasiatkan kepada kalian agar bertaqwa kepada Allah, mendengar dan taat, meskipun yang memerintah kalian adalah seorang hamba sahaya. sesungguhnya barangsiapa yang masih hidup diantara kalian sepeninggalku, maka ia akan melihat perselisihan yang banyak. Oleh karena itu, wajib atas kaliah berpegang teguh dengan Sunnahku dan Sunnah Khulafaur Rasyidin al Mahdiyyin (para khalifah yg lurus lagi mendapat petunjuk). Gigitlah ia dengan gigi-gigi geraham. Dan hati-hatilah terhadap perkara-perkara yg diada-adakan (dalam agama), karena setiap bid-ah adalah kesesatan.'" (HR. Abu Dawud dan at Tirmidzi, dan ia mengatakan, "Hadist ini hasan shahih).
"Amma ba'du, maka sebaik-baiknya perkataan adalah Kitabullah (Al-Qur'an) dan sebaik-baiknya petunjuk adalah petunjuk Muhammad. Dan sejelek-jeleknya perkara adalah perkara yang di ada-adakan dan setiap bid'ah itu sesat. "(HR. Muslim).
Mas Arman tidak mau periwayatan dari siapapun, ini mengherankan saya. Bagaimana mungkin kita belajar Risalah ini tanpa periwayatan dari umat yang langsung diajar oleh beliau.
Jadi bagaimana mungkin mas Arman lebih tahu petunjuk Rasulullah dibanding orang yang langsung menerima risalah waktu itu?
5. Jadi, tetaplah pada fokus permasalahan,
a. Apa yang membuat hadits ditolak dan apa yang membuatnya diterima
b.. Saya masih menunggu jawaban mas Arman ketika menolak Hadits mutawatir soal QS Ibrahim 27 yang menjelaskan tentang siksa kubur
c. Jika Hadits tersebut tingkatannya bukan mutawatir menurut mas Arman, silahkan menjelaskan kepada saya apa yang menjadikannya tertolak.
2010/2/21 Armansyah <armansyah.skom@gmail.com>
-- Mbak Whe-En, seilmiah seperti apa yang mbak minta dari saya selain daripada pernyataan yang berupa kenyataan (base on fact) bila hadis-hadis tentang siksa kubur secara nyata tidak dikuatkan satu ayatpun didalam al-Qur'an kecuali berupa penampakan siksaan dineraka yang akan diterimanya setelah hari penghisaban nanti.
Mbak membahas surah Ibrahim kan ... nah coba mbak paralelkan sendiri dengan isi dari surah Ibrahim ayat 41 tentang permintaan Nabi Ibrahim terhadap Allah untuk semua orang mukmin dihari kiamat sewaktu proses penghisaban baru akan dimulai :
Ya Tuhan kami, beri ampunlah aku dan kedua ibu bapaku dan sekalian orang-orang mu'min pada hari terjadinya hisab (hari kiamat).
Mbak Whe-en mengerti kan maksud dari hisab .... dan apa itu hari hisab ? apakah ada tafsir yang menyatakan hari penghisaban itu adalah hari kita dikubur ?
Dari satu ayat ini saja maka argumen saya yang mbak bingungkan dan pertanyakan status keilmiahannya mestinya sudah terjawabkan dengan sendirinya.
Whe~en
http://wheen.blogsome.com/
"Tuhanku, lapangkanlah untukku dadaku, dan mudahkanlah untukku urusanku, dan lepaskanlah kekakuan dari lidahku, supaya mereka mengerti perkataanku." (QS 20 : 25-28)
"Ya Allah jadikan Aku hamba yang selalu bersyukur dan penyabar"
-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-
Serulah kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik
dan bantahlah mereka dengan cara yang lebih baik. -Qs. 16 an-Nahl :125
Berilah mereka pelajaran, dan katakanlah kepada mereka perkataan yang berbekas pada jiwa mereka. -Qs. 4 an-Nisa' : 63
Gabung : Milis_Iqra-subscribe@googlegroups.com
Keluar : Milis_Iqra-unsubscribe@googlegroups.com
Situs 1 : http://groups.google.com/group/Milis_Iqra
Mod : moderator.milis.iqra@gmail.com
-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-
No comments:
Post a Comment