Alhamdulillah...
Mohon maaf sebelumnya saya hanya mengamati milis, maklum saya ini
hanyalah seorang hamba yang sedang belajar mendalami ilmu khususnya
ajaran yang begitu mulia ISLAM.
Mudah-mudahan Allah Subhanahu wa Ta'ala tetap memberikan nikmat kepada
kita semua untuk tetap berada di jalan yang lurus...
(yaitu) Jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepada mereka;
bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang
sesat.
( Al Faatihah :7)
Mudah-mudahan artikel ini bisa mencerahkan kita semua.
Penulis : Al-Ustadz Abul Abbas Muhammad Ihsan
Judul : Alam Barzakh, Adzab Kubur yang Menakutkan atau Nikmat Kubur
yang Menyenangkan
Allah Subhanahu wa Ta'ala di awal surat Al-Baqarah menyebutkan sifat
hamba-hamba-Nya yang bertakwa bahwa mereka beriman kepada yang ghaib
serta memiliki amalan-amalan yang nampak maupun tidak nampak. Karena
kata takwa mencakup semua hal itu. Allah Subhanahu wa Ta'ala
berfirman:
الَّذِينَ يُؤْمِنُونَ بِالْغَيْبِ
"(Yaitu) mereka yang beriman kepada yang ghaib." (Al-Baqarah: 3)
Karena, hakikat iman itu adalah pembenaran secara total terhadap
segala yang diberitakan oleh para rasul (dalam perkara yang ghaib)
yang mengandung konsekuensi ketaatan seluruh anggota tubuh. Sehingga
bukanlah termasuk iman yang benar, keyakinan terhadap hal-hal yang
hanya bisa disaksikan oleh panca indera saja. Karena tidak akan
terbedakan antara yang mukmin dan yang kafir dalam perkara tersebut.
Hanya saja permasalahan iman itu ialah terhadap perkara ghaib, yang
kita tidak bisa melihat dan merasakannya dengan panca indera yang
lainnya.
Kita beriman terhadap yang ghaib itu hanyalah karena adanya berita
dari Allah Subhanahu wa Ta'ala dan Rasul-Nya Shallallahu 'alaihi wa
sallam semata. Inilah iman yang akan membedakan antara orang yang
mukmin dengan orang kafir. Sehingga, seorang mukmin akan beriman
kepada seluruh perkara yang diberitakan Allah Subhanahu wa Ta'ala dan
Rasul-Nya Shallallahu 'alaihi wa sallam dalam Al-Qur'an dan As-Sunnah.
Sama saja baginya, apakah dia mampu mengetahuinya dengan panca
inderanya atau tidak. Sama saja baginya, apakah akalnya mampu
menjangkaunya atau tidak. Sikap seorang mukmin yang demikian ini
berbeda dengan sikap orang-orang zindiq (munafik) yang mendustakan
perkara-perkara ghaib karena telah rusak akalnya. Mereka mendustakan
perkara-perkara ghaib tersebut karena akalnya tidak mampu
menjangkaunya. Rusaklah akalnya dan kacaulah pemikirannya. Sedangkan
akal seorang mukmin menjadi bersih dan suci dengan bimbingan wahyu
ilahi.
Termasuk beriman dengan perkara ghaib adalah beriman dengan seluruh
perkara yang Allah Subhanahu wa Ta'ala dan Rasul-Nya Shallallahu
'alaihi wa sallam beritakan berupa berbagai peristiwa yang telah
terjadi maupun yang akan terjadi. Demikian pula hal-hal yang akan
terjadi di akhirat nanti. (Taisir Al-Karimirrahman, hal. 40)
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullahu berkata: "Termasuk beriman
kepada hari akhir adalah beriman dengan seluruh perkara yang Nabi
Shallallahu 'alaihi wa sallam beritakan berupa hal-hal yang akan
terjadi setelah kematian. Sehingga, Ahlus Sunnah beriman kepada adanya
fitnah (ujian pertanyaan) di kubur dan azab kubur."
Dalil-dalil dari Al-Qur'an tentang Azab Kubur
Di antara dalil-dalil yang menunjukkan adanya azab kubur dari
Al-Qur'an adalah sebagai berikut:
1. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:
فَوَقَاهُ اللهُ سَيِّئَاتِ مَا مَكَرُوا وَحَاقَ بِآلِ فِرْعَوْنَ سُوءُ
الْعَذَابِ. النَّارُ يُعْرَضُونَ عَلَيْهَا غُدُوًّا وَعَشِيًّا
وَيَوْمَ تَقُومُ السَّاعَةُ أَدْخِلُوا ءَالَ فِرْعَوْنَ أَشَدَّ
الْعَذَابِ
"Maka Allah memeliharanya dari kejahatan tipu daya mereka, dan Fir'aun
beserta kaumnya dikepung oleh azab yang amat buruk. Kepada mereka
dinampakkan neraka pada pagi dan petang, dan pada hari terjadinya
kiamat. (Dikatakan kepada malaikat): 'Masukkanlah Fir'aun dan kaumnya
ke dalam azab yang sangat keras'." (Ghafir: 45-46)
Ibnu Katsir rahimahullahu berkata: "Ayat ini adalah dalil yang paling
kuat bagi Ahlus Sunnah untuk menetapkan adanya azab kubur, yaitu
firman Allah Subhanahu wa Ta'ala:
النَّارُ يُعْرَضُونَ عَلَيْهَا غُدُوًّا وَعَشِيًّا
"Kepada mereka dinampakkan neraka pada pagi dan petang." (Ghafir: 46)
Yakni, diperlihatkan kepada mereka neraka di pagi dan sore hari.
2. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:
فَذَرْهُمْ حَتَّى يُلَاقُوا يَوْمَهُمُ الَّذِي فِيهِ يُصْعَقُونَ.
يَوْمَ لَا يُغْنِي عَنْهُمْ كَيْدُهُمْ شَيْئًا وَلَا هُمْ يُنْصَرُونَ.
وَإِنَّ لِلَّذِينَ ظَلَمُوا عَذَابًا دُونَ ذَلِكَ وَلَكِنَّ
أَكْثَرَهُمْ لَا يَعْلَمُونَ
"Maka biarkanlah mereka hingga mereka menemui hari (yang dijanjikan
kepada) mereka yang pada hari itu mereka dibinasakan, (yaitu) hari
ketika tidak berguna bagi mereka sedikit pun tipu daya mereka dan
mereka tidak ditolong. Dan sesungguhnya untuk orang-orang yang zalim
ada azab selain itu. Tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui."
(Ath-Thur: 45-47)
Ibnu Abil 'Izzi Al-Hanafi rahimahullahu berkata: "Firman Allah
Subhanahu wa Ta'ala ini, kemungkinan yang dimaksud adalah mereka
diazab di dunia dengan dimatikan atau yang lainnya. Kemungkinan (yang
kedua) mereka diazab di alam barzakh. Makna yang kedua ini yang lebih
nampak jelas, karena kebanyakan mereka mati dalam keadaan belum diazab
di dunia. Atau kemungkinan (ketiga) maksudnya adalah umum, yaitu azab
di dunia dan di akhirat (termasuk azab kubur)." (Syarh Al-'Aqidah
Ath-Thahawiyyah, hal. 612-613)
3. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:
سَنُعَذِّبُهُمْ مَرَّتَيْنِ ثُمَّ يُرَدُّونَ إِلَى عَذَابٍ عَظِيمٍ
"Nanti mereka akan Kami siksa dua kali kemudian mereka akan
dikembalikan kepada azab yang besar." (At-Taubah: 101)
Asy-Syaikh Hafizh bin Ahmad Al-Hakami rahimahullahu berkata: "Ibnu
Mas'ud radhiyallahu 'anhu, Abu Malik, Ibnu Juraid, Al-Hasan Al-Bashri,
Sa'id, Qatadah, dan Ibnu Ishaq rahimahumullah, mereka mengatakan (yang
kesimpulannya) bahwa yang dimaksudkan dengan ayat tersebut adalah azab
di dunia dan azab di kubur. Kemudian mereka dikembalikan ke azab yang
besar yaitu neraka jahannam." (Ma'arijul Qabul, 2/719)
4. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:
وَلَنُذِيقَنَّهُمْ مِنَ الْعَذَابِ الْأَدْنَى دُونَ الْعَذَابِ
الْأَكْبَرِ لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ
"Dan sesungguhnya Kami merasakan kepada mereka sebagian azab yang
dekat sebelum azab yang lebih besar (di akhirat). Mudah-mudahan mereka
kembali (ke jalan yang benar)." (As-Sajdah: 21)
Al-Imam Ibnu Katsir rahimahullahu berkata: "Al-Bara' bin 'Azib,
Mujahid, dan Abu Ubaidah berkata bahwa yang dimaksud adalah azab
kubur." (Tafsir Ibnu Katsir, 3/405)
Dalil-dalil dari As-Sunnah
Asy-Syaikh Hafizh bin Ahmad Al-Hakami rahimahullahu berkata:
"Dalil-dalil dari As-Sunnah yang menunjukkan adanya azab kubur sungguh
telah mencapai derajat mutawatir, karena para imam As-Sunnah, para
periwayat hadits dan para pakarnya (kritikus, penelitinya) dari
sejumlah besar kalangan sahabat (telah meriwayatkan dari Rasulullah
Shallallahu 'alaihi wa sallam). Di antaranya Anas bin Malik, Abdullah
bin Abbas, Al-Bara' bin Azib, Umar bin Al-Khaththab, Abdullah bin
Umar, Aisyah, dll g. (Ma'arijul Qabul, 2/721)
1. Dari Anas bin Malik radhiyallahu 'anhu, dari Nabi Shallallahu
'alaihi wa sallam, beliau bersabda;
وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ
"Dan aku berlindung kepada-Mu dari azab kubur." (Muttafaqun 'alaih)
Dalam riwayat Muslim, dari Anas radhiyallahu 'anhu bahwa Nabi
Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
لَوْلَا أَنْ لَا تَدَافَنُوا لَدَعَوْتُ اللهَ أَنْ يُسْمِعَكُمْ مِنْ
عَذَابِ الْقَبْرِ الَّذِي أَسْمَعُ
"Kalau kalian tidak saling menguburkan (jenazah), sungguh aku akan
meminta kepada Allah agar memperdengarkan sebagian azab kubur yang aku
dengar kepada kalian."
2. Dari Ibnu Abbas radhiyallahu 'anhuma, dia berkata:
مَرَّ النَّبِيُّ n بِقَبْرَينِ فَقَالَ: إِنَّهُمَا لَيُعَذَّبَانِ
وَمَا يُعَذَّبَانِ فِي كَبِيرٍ، أَمَّا أَحَدُهُمَا فَكَانَ لاَ
يَسْتَتِرُ مِنَ الْبَوْلِ وَأَمَّا الْآخَرُ فَكَانَ يَمْشِي
بِالنَّمِيمَةِ. فَأَخَذَ جَرِيدَةً رَطْبَةً فَشَقَّهَا نِصْفَيْنِ
فَغَرَزَ فِي كُلِّ قَبْرٍ وَاحِدَةً. فَقَالُوا: يَا رَسُولَ اللهِ،
لِمَا فَعَلْتَ هَذَا؟ قَالَ: لَعَلَّهُ يُخَفَّفُ عَنْهُمَا مَا لَمْ
يَيْبَسَا
Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam melewati dua kuburan. Beliau l
bersabda: "Sesungguhnya keduanya sedang diazab, dan tidaklah keduanya
diazab disebabkan suatu perkara yang besar (menurut kalian). Salah
satunya tidak menjaga diri dari percikan air kencing, sedangkan yang
lain suka mengadu domba antara manusia." Beliau lalu mengambil sebuah
pelepah kurma yang masih basah, kemudian beliau belah menjadi dua
bagian dan beliau tancapkan satu bagian pada masing-masing kuburan.
Para sahabat bertanya: "Wahai Rasulullah, mengapa engkau melakukan hal
ini?" Beliau menjawab: "Mudah-mudahan diringankan azab tersebut dari
keduanya selama pelepah kurma itu belum kering." (Muttafaqun 'alaih)
3. Dari Aisyah radhiyallahu 'anha, dia berkata:
دَخَلْتُ عَلَى يَهُودِيَّةٍ فَذَكَرَتْ عَذَابَ الْقَبْرِ
فَكَذَّبْتُهَا فَدَخَلَ النَّبِيُّ n عَلَيَّ فَذَكَرْتُ ذَلِكَ لَهُ
فَقَالَ: وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ، إِنَّهُمْ لَيُعَذَّبُونَ فِي
قُبُورِهِمْ حَتَّى الْبَهَائِمَ تَسْمَعُ أَصْوَاتَهُمْ
Aku masuk kepada seorang wanita Yahudi, kemudian dia menceritakan azab
kubur, maka aku mendustakannya. Kemudian Nabi Shallallahu 'alaihi wa
sallam masuk kepadaku, aku pun menceritakan kejadian itu kepada
beliau. Beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam lalu bersabda: "Demi Dzat
yang jiwaku di tangan-Nya, sungguh mereka akan diazab di kubur mereka,
sehingga hewan-hewan pun mendengarkan jeritan-jeritan mereka." (HR.
Muslim)
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam Berlindung Dari Azab Kubur
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam berlindung dari azab kubur
dan memerintahkan umatnya untuk berlindung darinya. Dari Aisyah
radhiyallahu 'anha, dia bertanya kepada Rasulullah Shallallahu 'alaihi
wa sallam tentang azab kubur, maka beliau menjawab:
نَعَمْ، عَذَابُ الْقَبْرِ حَقٌّ. فَقَالَتْ عَائِشَةُ x: فَمَا رَأَيْتُ
رَسُولَ اللهِ n بَعْدُ صَلَّى صَلَاةً إِلاَّ تَعَوَّذَ مِنْ عَذَابِ
الْقَبْرِ
"Ya. Azab kubur itu benar adanya." Aisyah radhiyallahu 'anha berkata:
"Setelah kejadian tersebut, aku tidak pernah melihat Rasulullah
Shallallahu 'alaihi wa sallam melakukan shalat kecuali berlindung dari
azab kubur." (HR. Al-Bukhari no. 1049)
Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu, dia berkata: Rasulullah
Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
إِذَا تَشَهَّدَ أَحَدُكُمْ فَلْيَسْتَعِذْ مِنْ أَرْبَعٍ يَقُولُ:
اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ، وَمِنْ فِتْنَةِ
الْمَحْيَا وَالْمَمَاتِ، وَمِنْ شَرِّ فِتْنَةِ الْمَسِيحِ الدَّجَّال
"Apabila salah seorang kalian bertasyahud, hendaklah dia meminta
perlindungan dari empat perkara, hendaknya dia berdoa: Ya Allah,
sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari azab neraka jahannam, azab
kubur, fitnah kehidupan dan kematian, serta dari kejelekan fitnah
Al-Masih Ad-Dajjal." (Muttafaqun 'alaih)
Dalam riwayat lain di Shahih Muslim:
إِذَا فَرَغَ أَحَدُكُمْ مِنَ التَّشَهُّدِ الْأَخِيرِ ...
"Apabila dia selesai dari tasyahud akhir...."
Dari Ibnu Abbas radhiyallahu 'anhuma:
أَنَّ رَسُولَ اللهِ n كَانَ يُعَلِّمُهُمْ هَذَا الدُّعَاءَ كَمَا
يُعَلِّمُ السُّورَةَ مِنَ الْقُرْآنِ
"Bahwasanya Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam mengajarkan doa
ini kepada mereka (para sahabat) sebagaimana beliau Shallallahu
'alaihi wa sallam mengajarkan sebuah surat dari Al-Qur'an." (HR.
Muslim, At-Tirmidzi, dan An-Nasa'i)
Sumber : http://www.asysyariah.com/syariah.php?menu=detil&id_online=809
On 2/22/10, whe - en <whe.en9999@gmail.com> wrote:
> Mas Arman,
> 1. Ketika mas Arman bilang mas Arman bukan ahli hadits, mas Arman
> seharusnya menyerahkan masalah hadits kepada ahlinya bukan?
> 2. Ketika mas Arman menulis tidak anti sunnah (bukan in ingkar sunnah) mas
> Arman pasti tahu haduts seperti apa yang bisa diterima dan seperti apa yang
> tidak bisa diterima.
> Hadits hanya bisa ditolak karena kedudukan hadits tersebut, bukan karena
> wacana ataupun pendapat seseorang termasuk pendapat saya ataupun mas Arman.
> 3. Saya dan mas Arman adalah bukan pelaku atau bukan saksi sejarah ketika
> Nabi menyampaikan risalah. Rasul tidak mungkin menyembunyikan risalah
> karena Rasul sendiri bersabsa "sudah dikelaskan semua"
> Rasullullah shallallaahu 'alaihi wa sallam bersabda:
> *Tidaklah tertinggal sesuatupun yang mendekatkan ke surga dan menjauhkan
> dari neraka melainkan telah dijelaskan semuanya kepada kalian.*
> (Hadist shahih diriwayatkan : oleh ath-Thabrani dalam al-Mu'jamul Kabirr
> (II/155-156, no. 1647) dari Shahabat Abu Dzar al-Ghifari radhiyallaahu'anhu.
> Lihat Silsilah al-Ahaadiits ash-shahiihah (no. 1803) )
>
> Jika saya dan mas Arman adalah bukan saksi sejarah waktu itu, pasti ada
> saksi yang disebut umat yang menerima risalah tersebut.
>
> Bagaimana mungkin mengabaikan orang yang menerima penjelasan secara langsung
> dan begitu saja menggantikannya dengan pendapat pribadi.
>
> Saksi sejarah waktu itu menerima penjelasan secara langsung dan
> meriwayatkannya kepada kita, jika memang mas Arman merasa dalilnya lemah,
> seharusnya orang seperti mas Arman tahu apa yang disebut hadits lemah sampai
> tidak bisa diterima dalilnya, bukan dengan mengemukakan wacana.
> pengetahuan saya dan mas Arman sangatlah terbatas soal dien ini, Risalah ini
> milik Allah dan diserahkan kepada Rasul-Nya untuk menjelaskan, jadi kenpa
> mas Arman berbeda menjelaskan hal tersebut dari Rasul.
> Firman Allah:
>
> QS Al Hujuraa (49) : 1
>
> Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu *mendahului* Allah dan Rasulnya
> dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha
> Mengetahui.
>
> 4. Jika terjadi perbedaan pandangan soal risalah ini, seharusnya saya dan
> mas Arman mengembalikannya kepada Al Qur'an dan Hadits, bukan tetap keukeuh
> pada pendapat pribadi, seperti sabda Rasulullah berikut, entahlah apakah mas
> Arman-pun menolak hadits di bawah tanpa alasan syar'i
> Dari Abu Najih al-'Irbadh bin Syariyah, ia mengatakan, " Rasulullah
> memberikan nasehat kepada kami dengan satu satu nasehat yang menggetarkan
> hati dan membuat mata menangis karenanya. Maka kami mengatakan, 'Wahai
> Rasulullah, seolah-olah ini adalah nasihat orang yang akan berpisah, maka
> berwasiatlah kepada kami.' Beliau bersabda,*'*Aku wasiatkan kepada kalian
> agar bertaqwa kepada Allah, mendengar dan taat, meskipun yang memerintah
> kalian adalah seorang hamba sahaya. *sesungguhnya barangsiapa yang masih
> hidup diantara kalian sepeninggalku, maka ia akan melihat perselisihan yang
> banyak. Oleh karena itu, wajib atas kaliah berpegang teguh dengan Sunnahku
> dan Sunnah Khulafaur Rasyidin al Mahdiyyin (para khalifah yg lurus lagi
> mendapat petunjuk).* Gigitlah ia dengan gigi-gigi geraham. Dan hati-hatilah
> terhadap perkara-perkara yg diada-adakan (dalam agama), karena setiap bid-ah
> adalah kesesatan.*'" (HR. Abu Dawud dan at Tirmidzi, dan ia mengatakan,
> "Hadist ini hasan shahih).*
> **
> "Amma ba'du, maka sebaik-baiknya perkataan adalah Kitabullah (Al-Qur'an) dan
> sebaik-baiknya petunjuk adalah petunjuk Muhammad. Dan sejelek-jeleknya
> perkara adalah perkara yang di ada-adakan dan setiap bid'ah itu sesat. "(HR.
> Muslim).
>
> Mas Arman tidak mau periwayatan dari siapapun, ini mengherankan saya.
> Bagaimana mungkin kita belajar Risalah ini tanpa periwayatan dari umat yang
> langsung diajar oleh beliau.
> Jadi bagaimana mungkin mas Arman lebih tahu petunjuk Rasulullah dibanding
> orang yang langsung menerima risalah waktu itu?
>
> 5. Jadi, tetaplah pada fokus permasalahan,
> a. Apa yang membuat hadits ditolak dan apa yang membuatnya diterima
> b.. Saya masih menunggu jawaban mas Arman ketika menolak Hadits mutawatir
> soal QS Ibrahim 27 yang menjelaskan tentang siksa kubur
> c. Jika Hadits tersebut tingkatannya bukan mutawatir menurut mas Arman,
> silahkan menjelaskan kepada saya apa yang menjadikannya tertolak.
>
>
>
> 2010/2/21 Armansyah <armansyah.skom@gmail.com>
>
>> Mbak Whe-En, seilmiah seperti apa yang mbak minta dari saya selain
>> daripada
>> pernyataan yang berupa kenyataan (base on fact) bila hadis-hadis tentang
>> siksa kubur secara nyata tidak dikuatkan satu ayatpun didalam al-Qur'an
>> kecuali berupa penampakan siksaan dineraka yang akan diterimanya setelah
>> hari penghisaban nanti.
>>
>> Mbak membahas surah Ibrahim kan ... nah coba mbak paralelkan sendiri
>> dengan
>> isi dari surah Ibrahim ayat 41 tentang permintaan Nabi Ibrahim terhadap
>> Allah untuk semua orang mukmin dihari kiamat sewaktu proses penghisaban
>> baru
>> akan dimulai :
>>
>> Ya Tuhan kami, beri ampunlah aku dan kedua ibu bapaku dan sekalian
>> orang-orang mu'min pada hari terjadinya hisab (hari kiamat).
>>
>> Mbak Whe-en mengerti kan maksud dari hisab .... dan apa itu hari hisab ?
>> apakah ada tafsir yang menyatakan hari penghisaban itu adalah hari kita
>> dikubur ?
>>
>> Dari satu ayat ini saja maka argumen saya yang mbak bingungkan dan
>> pertanyakan status keilmiahannya mestinya sudah terjawabkan dengan
>> sendirinya.
>>
>>
>>
>>
>>> Whe~en
>>> http://wheen.blogsome.com/
>>>
>>> "Tuhanku, lapangkanlah untukku dadaku, dan mudahkanlah untukku urusanku,
>>> dan lepaskanlah kekakuan dari lidahku, supaya mereka mengerti
>>> perkataanku."
>>> (QS 20 : 25-28)
>>> "Ya Allah jadikan Aku hamba yang selalu bersyukur dan penyabar"
>>>
>>
>
> --
> -=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-
> Serulah kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik
> dan bantahlah mereka dengan cara yang lebih baik. -Qs. 16 an-Nahl :125
>
> Berilah mereka pelajaran, dan katakanlah kepada mereka perkataan yang
> berbekas pada jiwa mereka. -Qs. 4 an-Nisa' : 63
>
> Gabung : Milis_Iqra-subscribe@googlegroups.com
> Keluar : Milis_Iqra-unsubscribe@googlegroups.com
> Situs 1 : http://groups.google.com/group/Milis_Iqra
> Mod : moderator.milis.iqra@gmail.com
> -=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-
--
-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-
Serulah kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik
dan bantahlah mereka dengan cara yang lebih baik. -Qs. 16 an-Nahl :125
Berilah mereka pelajaran, dan katakanlah kepada mereka perkataan yang berbekas pada jiwa mereka. -Qs. 4 an-Nisa' : 63
Gabung : Milis_Iqra-subscribe@googlegroups.com
Keluar : Milis_Iqra-unsubscribe@googlegroups.com
Situs 1 : http://groups.google.com/group/Milis_Iqra
Mod : moderator.milis.iqra@gmail.com
-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-
No comments:
Post a Comment