> betul juga kata rizal semua agama memiliki misterinya masing masing.
> entah mungkin pengetahuan saya yg emang kurang, di islampun saya merasa
> masih banyak msiteri yg belum bisa dipecahkan contoh yg paling gampang
> adalah haramnya daging babi ato isra-miraj nya nabi muhammad s.a.w, bahkan
> wanita diwajibkan memakai jilbabpun bagi saya masih misteri toh orang
> berjilbab tidak semuanya baik ato tidak berjilbab tidak semuanya jahat
> ditinjau dari sisi prilaku umum bukan dari sudut taat pada aturan agama
> tentunya.
>
> tapi yg saya tahu dalam islam masalah keesaan tuhan itu sudah bukan
> misteri.. kenapa demikian?misteri itu adalah sesuatu yg belum bisa
> diungkapkan secara logis.kalau sesuatu itu sudah bisa diungkapkan secara
> logis tentu bukan misteri lagi namanya.dan logika adalah hal yg berlaku umum
> bukan milik satu agama saja.sehingga ketika islam dengan logika ketuhanan yg
> esa sudah bisa dibuktikan secara logis inipun seharusnya bisa diapakai
> secara umum bukan tuhan yg esa yg tidak beranak dan tidak beribu itu adalah
> milik islam saja tapi tuhan milik semua umat manusia yg mempunyai logika.
>
> demikian hanya urun pendapat saja. makasihhh
>
> --- Pada Sel, 9/2/10, teddy susanto <teddysusanto.28@gmail.com> menulis:
>
> Dari: teddy susanto <teddysusanto.28@gmail.com>
> Judul: Re: [Milis_Iqra] Trinitas : misteri yang tidak bisa dijelaskan
> Kepada: milis_iqra@googlegroups.com
> Tanggal: Selasa, 9 Februari, 2010, 3:57 PM
>
> pak rizal
>
> secara logika sederhana patut dipertanyakan pak. Kenapa tuhan yang
> maha kuasa hanya memilih menjadi manusia biasa (yesus) ?
> kenapa dia tidak memilih dilahirkan menjadi raja saja ?.biar
> sejarahnya / asal usulnya (nasabnya) lebih dapat diverifikasi
> (meminjam istilah bapak).
>
> terus kalau kristen bukan agama kepercayaan, lantas agama apa ya ?
>
> Pada tanggal 06/02/10, rizal lingga <nyomet123@yahoo.com> menulis:
>> Dari pembukaan kalimat, Armansyah sudah menyebut paganisme atau
>> berhalaisme
>> sebagai kerangka untuk menunjuk kepada misteri Trinitas Kristen. Hal ini
>> jelas mengacu kepada doktrin keesaan Islam, dimana Allah itu tidak
>> terbagi-bagi, bulat satu dan merupakan continuum (tidak terpecah).
>> Artinya,
>> Armansyah melihat Trinitas Kristen jelas sekali dalam kacamata Islam,
>> sebagai berhala yang menyembah banyak tuhan. Dengan perkataan lain,
>> Armansyah tidak mampu obyektif melihat dan memahami Trinitas, artinya,
>> dengan kacamata Islam, tertutup sudah memahami Tuhan dengan cara lain.
>> Armansyah, semua agama memiliki misterinya masing2, itulah sebabnya mereka
>> disebut agama. Sebab suatu ajaran tanpa misteri hanyalah berupa
>> filsafat,sosiologi, dan psikologi belaka jika sudah berbicara mengenai
>> manusia.
>> Agama dan filsafat memiliki kesamaan dalam arti berupa pikiran
>> manusia.perbedaannya adalah bahwa agama bersifat absolut, take it or leave
>> it.Sedangkan filsafat selalu terbuka untuk diperdebatkan.Namun disini
>> Armansyah melakukan kekeliruan memakai analisa akal untuk mencoba
>> menganalisa suatu misteri agama Kristen. Akal senantiasa berada dalam
>> ranah
>> logika, sedangkan misteri agama selalu berada diluar logika manusia namun
>> dipercaya. jadi Armansyah memakai alat pemahaman yang keliru untuk
>> memahami
>> Trinitas. Didalam Alquran sendiri ada beberapa ayat yang umumnya terdapat
>> pada awal surat, berupa kata-kata yang tak bermakna. Maka dianggap
>> misteri.
>> Dulu pernah saya coba terangkan apa itu Trinitas, tapi Armansyah tidak
>> bisa
>> menerima, karena pikirannya sudah dipenuhi oleh pemahaman Islam akan
>> Allah,
>> sehingga tidak mungkin lagi baginya untuk berpikir dan mencoba memahami
>> dari
>> sudut lain. Bagi Armansyah, berbicara tentang Allah hanya satu pemahaman
>> yang benar yaitu pemahaman Islam, dan semua yang lain adalah salah. Maka
>> jika sudah dipatokkan demikian, maka semua penjelasan lain diluar pemaham
>> Islam jelas tidak bisa diterima. Menyadari pemikiran Armansyah yang
>> demikian, maka saya berhenti untuk menerangkan akan Trinitas, karena akan
>> percuma saja.
>> Namun saya memiliki logika yang sederhana akan Tuhan. Yaitu, bahwa Tuhan
>> itu
>> mahakuasa dan bisa berbuat apa saja, kecuali berbuat dosa. Sampai disini
>> pemahaman Islam dan Kristen sama. Namun ketika Kristen mengatakan bahwa
>> Tuhan bisa jadi manusia, disitulah menjadi mustahil bagi Allah. Maka bagi
>> saya, ternyata Allahnya Islam itu memiliki keterbatasan, yaitu tak mampu
>> menjadi manusia yang diciptakannya. Itu berarti, ternyata Allahnya Islam
>> tidak Mahakuasa. Demikianlah logika saya dalam memahami Allahnya Islam,
>> tidak mahakuasa. Jadi manusia saja dia tak mampu.
>> Tapi karena ini berbicara soal kepercayaan, dan saya sadar dalam agama
>> Islam
>> sangat banyak mengandung unsur2 kepercayaan yang tidak bisa dan tidak
>> perlu
>> diverifikasi secara sejarah, saya maklum dan tidak ngotot menuntut,
>> apalagi
>> mengejek. Saya sadar bahwa Islam itu hanyalah agama kepercayaan belaka.
>>
>>
>> --- On Thu, 2/4/10, Armansyah <armansyah.skom@gmail.com> wrote:
>>
>> From: Armansyah <armansyah.skom@gmail.com>
>> Subject: [Milis_Iqra] Trinitas : misteri yang tidak bisa dijelaskan
>> To: "Milis_Iqra@googlegroups.com" <milis_iqra@googlegroups.com>
>> Date: Thursday, February 4, 2010, 7:52 AM
>>
>> Diambil dari buku :
>> Rekonstruksi Sejarah Isa al-Masih : Sebuah Pelurusan Sejarah & Jawaban
>> untuk
>> Dinasti Yesus
>>
>> Karya : Armansyah
>>
>> Penerbit : Restu Agung, 2008
>>
>> Bab 5 : Penyimpangan Ajaran Isa al-Masih
>>
>> Hal. 284 s/d 293
>>
>>
>> Trinitas, misteri yang tidak bisa dijelaskan
>>
>> Kemelut ajaran paganisme yang
>> sudah bercampur baur kedalam pengajaran asli Isa al~Masih memang
>> memunculkan berbagai perdebatan hebat disepanjang sejarah agama
>> Kristen, tidak kurang dari ratusan ribu orang yang menolak menerima
>> Kristen Trinitas sebagai akidahnya telah dihukum bakar atau diakuisisi
>> oleh pihak gereja diabad-abad kelamnya. Dari sini mungkin kita perlu
>> juga sedikit banyak mendalami apa sebenarnya yang telah membuat jurang
>> yang cukup lebar antara pengajaran Tauhid Isa kepada bangsa Israel
>> dengan pengajaran Trinitas oleh sejumlah pihaknya.
>>
>> Telah umum dalam pemahaman orang-orang Kristen bahwa Tuhan dikonsepkan
>> menjadi tiga oknum, yaitu Tuhan Bapa (God the Father), Tuhan anak (Jesus
>> the
>> Christ) dan Tuhan Roh Kudus (The Holy Spirit).
>> Dan ketiga-tiga oknum ini didalam keyakinan mereka merupakan sehakikat
>> dan satu dalam kesatuannya. Adanya kehadiran Jesus atau Isa al~Masih
>> yang disebut sebagai Tuhan anak (The Son of God) didalam salah satu
>> unsur ke-Tuhanan Kristen, tidak hanya dipandang sebagai kiasan
>> (metafora), namun lebih cenderung dalam arti yang sebenarnya. Oleh
>> karena perkataan Tuhan anak disini digunakan dalam arti yang
>> sebenarnya, maka perkataan "Tuhan Bapa" disini seharusnya juga
>> digunakan pula dalam arti "Bapa" yang sesungguhnya, sebab dengan
>> demikian pemahaman ini menjadi benar. Namun hal ini akan menjadikan
>> suatu hal yang mustahil untuk dapat diterima oleh akal sehat !
>>
>> Karena diri
>> "anak" yang sebenarnya dari sesuatu, adalah mustahil akan memiliki
>> suatu zat dengan diri sang "Bapa" yang sesungguhnya dari sesuatu itu
>> juga. Sebab pada ketika zat yang satu itu disebut anak, tidak dapat
>> ketika itu juga zat yang satu ini disebut sebagai Bapak. Begitupula
>> sebaliknya, yaitu pada ketika zat yang satu itu disebut sebagai Bapa,
>> tidak dapat ketika itu kita sebut zat yang sama ini sebagai anak dari
>> Bapa itu. Ketika zat yang satu ini kita sebut sebagai Bapa, maka
>> dimanakah zat anak ?
>>
>>
>> Tentunya kita semua sepakat bahwa kata apapun yang kita pakai dalam
>> membicarakan Tuhan itu semata sebagai pengganti kata Dia (yaitu kata
>> ganti yang tentu saja memang ada kata yang digantikannya), dan kata Zat
>> dalam konteks pembicaraan kita disini bukanlah kata zat yang dapat
>> dibagi menjadi zat zair, padat dan gas namun lebih kepada esensi
>> wujud-Nya. Oleh karena dunia Kristiani memiliki konsep pluralitas Tuhan
>> dalam satu zat, maka disini telah terjadi suatu dilema yang sukar dan
>> untuk menjawab hal ini, mereka selalu melarikan diri pada jawaban
>> "Misteri Tuhan yang sulit diungkapkan." Suatu pernyataan yang mencoba
>> menutupi ketidak berdayaan penganut Kristen didalam memberikan
>> pemahaman mengenai doktrin keTuhanan mereka yang bertentangan dengan
>> akal sehat.
>>
>> Disatu sisi
>> mereka memberikan kesaksian akan ke-Esaan dari Allah, namun pada sisi
>> lain mereka juga dipaksa untuk menerima kehadiran unsur lain sebagai
>> Tuhan selain Allah yang satu itu, logikanya adalah, jika disebut zat
>> Tuhan Bapa lain dari zat Tuhan anak, maka akan nyata pula bahwa Tuhan
>> itu tidak Esa lagi tetapi sudah menjadi dua (dualisme keTuhanan dan
>> bukan Monotheisme atau Tauhid). Begitu pula dengan masuknya unsur
>> ketuhanan yang ketiga, yaitu Roh Kudus, sehingga semakin menambah oknum
>> ketuhanan yang satu menjadi tiga oknum yang berbeda satu dengan yang
>> lainnya sehingga mau tidak mau pengakuan tentang ke-Esaan Tuhan
>> (prinsip Monotheisme) akan menjadi sirna. Khusus mengenai diri Tuhan
>> Roh Kudus sendiri, didalam al-Kitab kadangkala digambarkan sebagai api,
>> sebagai burung dan lain sebagainya. Dan Tuhan Roh Kudus ini menurut
>> kitab Perjanjian Lama sudah seringkali hadir ditengah-tengah manusia,
>> baik sebelum kelahiran Isa al~Masih, masa keberadaannya ditengah para
>> murid-murid hingga masa-masa setelah ketiadaan Isa paska penyaliban.
>> Dan menghadapi hal ini, kembali kita sebutkan bahwa unsur Tuhan sudah
>> terpecah kedalam tiga zat yang berbeda. Sebab jika tetap dikatakan
>> masih dalam satu zat (satu kesatuan), maka ketika itu juga terjadilah
>> zat Tuhan Bapa adalah zat Tuhan anak kemudian zat Tuhan anak dan zat
>> Tuhan Bapa itu adalah juga zat dari Tuhan Roh Kudus. Pertanyaannya
>> sekarang, sewaktu zat yang satu disebut Bapa, dimanakah anak ?
>>
>>
>> Dan sewaktu zat yang yang satu disebut sebagai Tuhan anak, maka
>> dimanakah Tuhan Bapa serta Tuhan Roh Kudus ? Oleh sebab itu haruslah
>> disana terdapat tiga wujud Tuhan dalam tiga zat yang berbeda. Sebab
>> yang memperbedakan oknum yang pertama dengan oknum yang kedua adalah
>> 'keanakan' dan 'keBapaan'. Sedang anak bukan Bapa dan Bapa bukan anak !
>>
>> Jadi nyata kembali bahwa Tuhan sudah tidak Esa lagi. Oleh karena itulah
>> setiap orang yang mau mempergunakan akal pikirannya dengan baik dan
>> benar akan menganggap bahwa ajaran Trinitas, bukanlah bersifat
>> Monotheisme atau meng-Esakan Tuhan melainkan lebih condong kepada paham
>> Polytheisme (sistem kepercayaan banyak Tuhan). Dengan begitu, maka
>> nyata sudah bahwa ajaran itu bertentangan dengan ajaran semua Nabi-nabi
>> yang terdahulu yang mengajarkan bahwa Tuhan itu adalah Esa dalam arti
>> yang sebenarnya.
>>
>> Kita dapati
>> dari kitab Perjanjian Lama, Perjanjian Baru (khususnya 4 Injil) sampai
>> kepada kitab suci umat Islam yaitu al-Qur'an, tidak didapati konsep
>> pluralitas ketuhanan sebagaimana yang ada pada dunia Kristen itu
>> sendiri. Pada masanya, Adam tidak pernah menyebut bahwa Tuhan itu ada
>> tiga, demikian pula dengan Abraham, Daud, Musa, dan nabi-nabi sebelum
>> mereka sampai pada Isa al~Masih sendiri juga tidak pernah mengajarkan
>> asas ke-Tritunggalan Tuhan, apalagi dengan apa yang diajarkan oleh Nabi
>> Muhammad SAW. Lebih jauh lagi bila kita analisa konsep Trinitas ini
>> menyebutkan bahwa oknum Tuhan yang pertama terbeda dengan Ke-Bapaan,
>> karena itu ia disebut sebagai Tuhan Bapa (Dia dianggap sebagai Tuhan
>> yang lebih tua), sementara oknum Tuhan kedua terbeda dengan Keanakan
>> yang lahir menjadi manusia bernama Isa al~Masih dalam pengertian
>> singkatnya bahwa Tuhan anak baru ada setelah adanya Tuhan Bapa, karena
>> itu ia disebut sebagai sang anak. Hal yang paling menarik lagi adalah
>> tentang oknum Tuhan ketiga yaitu Roh Kudus yang justru terbeda sifatnya
>> dengan keluarnya bagian dirinya dari Tuhan Bapa dan Tuhan anak,
>> sehingga Bapa bukan anak dan anak bukan pula Bapak atau Roh Kudus.
>>
>> Apabila
>> sesuatu menjadi titik perbedaan sekaligus titik keistimewaan pada satu
>> oknum, maka perbedaan dan keistimewaan itu harus juga ada pada zat
>> oknum tersebut. Misalnya, satu oknum memiliki perbedaan dan
>> keistimewaan menjadi anak, maka zatnya harus turut menjadi anak.
>> Artinya zat itu adalah zat anak, sebab oknum tersebut tidak dapat
>> terpisah daripada zatnya sendiri. Apabila perbedaan dan keistimewaan
>> itu ada pada zatnya, maka ia harus adapula pada zat Tuhan, karena zat
>> keduanya hanya satu. Oleh karena sesuatu tadi menjadi perbedaan dan
>> keistimewaan pada satu oknum maka ia tidak mungkin ada pada oknum yang
>> lain. Menurut misal tadi, keistimewaan menjadi anak tidak mungkin ada
>> pada
>> oknum Bapa.
>>
>> Apabila ia tidak ada pada oknum Bapa, maka ia tidak ada pada zatnya.
>>
>> Apabila ia tidak ada pada zatnya, maka ia tidak ada pada zat Allah.
>> Karena zat Bapa dengan zat Tuhan adalah satu (unity). Dengan demikian
>> terjadilah pada saat yang satu, ada sifat keistimewaan tersebut pada
>> zat Tuhan dan tidak ada sifat keistimewaan itu pada zat Tuhan.
>> Misalnya, Tuhan anak lahir menjadi manusia. Apabila Tuhan anak menjadi
>> manusia, maka zat Tuhan Bapa harus menjadi manusia karena zat mereka
>> satu (sesuai dengan prinsip Monotheisme). Namun kenyataannya menurut
>> dunia kekristenan bahwa Tuhan Bapa tidak menjadi manusia. Dengan
>> demikian berarti zat Tuhan Allah tidak menjadi manusia.
>>
>> Maka pada
>> saat zat Tuhan Allah akan disebut menjadi manusia dan zat Tuhan Allah
>> tidak menjadi manusia, maka ini menjadi dua yang bertentangan dan suatu
>> konsep yang mustahil. Ajaran Trinitas yang mengakui adanya Tuhan Bapa,
>> Tuhan anak dan Tuhan Roh Kudus hanya dapat dipelajari dan dapat
>> diterima secara baik hanya jika dunia Kristen mendefenisikannya sebagai
>> 3 sosok Tuhan yang berbeda dan terlepas satu sama lainnya, dalam
>> pengertian diakui bahwa Tuhan bukan Esa, melainkan tiga (Trialisme).
>> Siapapun tidak akan menolak bahwa Tuhan bersifat abadi, Alpha dan
>> Omega, tidak berawal dan tidak berakhir, namun keberadaan Tuhan yang
>> menjadi anak dan lahir dalam wujud manusia telah memupus keabadian
>> sifat Tuhan didalam dunia Kristen, karena nyata ada Bapa dan ada anak
>> alias telah ada Tuhan pertama yang lebih dulu ada yang disebut sebagai
>> Tuhan tertinggi dan ada pula Tuhan yang baru ada setelah Tuhan yang
>> pertama tadi ada. Akal manusia dapat membenarkan, jika Bapa dalam
>> pengertian yang sebenarnya harus lebih dahulu ada daripada anaknya.
>> Akal manusia akan membantah bahwa anak lebih dahulu daripada Bapa atau
>> sang anak bersama-sama ada dengan Bapa, sebab bila demikian adanya
>> tentu tidak akan muncul istilah Bapa maupun anak.
>>
>> Apabila
>> Tuhan Bapa telah terpisah dengan Tuhan anak dari keabadiannya, maka
>> Tuhan anak itu tidak dapat disebut 'diperanakkan' oleh Tuhan Bapa.
>> sebab Tuhan Bapa dan Tuhan anak ketika itu sama-sama abadi, Alpha dan
>> Omega, sama-sama tidak berpermulaan dan tidak ada yang lebih dahulu dan
>> yang lebih kemudian hadirnya.
>>
>> Apabila ia
>> disebut diperanakkan, maka yang demikian menunjukkan bahwa ia adanya
>> terkemudian daripada Bapa. Karena sekali lagi, anak yang sebenarnya
>> harus ada terkemudian daripada Bapa yang sebenarnya. Apabila antara
>> Tuhan Bapa serta Tuhan anak telah terbeda dari kekekalan, maka Tuhan
>> Roh Kudus pun telah terbeda pula dari kekekalannya masing-masing,
>> mereka bukan satu kesatuan tetapi tiga unsur yang berbeda. Kenyataan
>> ini justru didukung penuh oleh kitab Perjanjian Baru sendiri, bukti
>> pertama bisa kita baca dalam Injil karangan Matius pasal 3 ayat 16
>> sampai 17 :
>>
>> Sesudah
>> dibaptis, Yesus segera keluar dari air dan pada waktu itu juga langit
>> terbuka dan ia melihat Roh Allah seperti burung merpati turun ke
>> atasnya, lalu terdengarlah suara dari sorga yang mengatakan: "Inilah
>> Anak-Ku yang Kukasihi, kepadanyalah Aku berkenan." – Injil Matius pasal 3
>> ayat 16 dan 17
>>
>> Pada ayat
>> diatas secara langsung kita melihat keberadaan tiga oknum dari zat
>> Tuhan yang berbeda secara bersamaan, yaitu satu dalam wujud manusia
>> bernama Isa dengan status Tuhan anak, satu berwujud seperti burung
>> merpati (yaitu Tuhan Roh Kudus) dan satunya lagi Tuhan Bapa sendiri
>> yang berseru dari sorga dilangit yang sangat tinggi. Dengan berdasar
>> bukti dari pemaparan Injil Matius diatas, bagaimana bisa sampai dunia
>> Kristen mempertahankan argumentasi paham Monotheisme didalam sistem
>> ketuhanan mereka ? Bukti lainnya yang menunjukkan perbedaan antara
>> masing-masing zat Tuhan didalam dunia Kristen yang semakin membuktikan
>> keterpisahan antara Tuhan yang satu dengan Tuhan yang lainnya dalam
>> kemanunggalan mereka.
>>
>> Maka kata
>> Yesus sekali lagi: "Damai sejahtera bagi kamu! Sama seperti Bapa
>> mengutus Aku, demikian juga sekarang Aku mengutus kamu." Dan sesudah
>> berkata demikian, Ia mengembusi mereka dan berkata: "Terimalah Roh
>> Kudus. - Injil Yohanes pasal 20 ayat 21 dan 22
>>
>> Ayat Injil
>> Yohanes diatas sebagaimana juga ayat dari Injil Matius pasal 3 ayat 16
>> dan 17 sebelumnya, memaparkan mengenai keterbedaan zat Tuhan anak dan
>> Tuhan Roh Kudus sehingga semakin jelas bahwa antara Tuhan Bapa, Tuhan
>> anak dan Tuhan Roh Kudus tidak ada ikatan persatuan dan tidak dapat
>> disebut Tuhan yang Esa, masing-masing Tuhan memiliki pribadinya
>> sendiri, inilah sistem kepercayaan banyak Tuhan (Pluralisme ketuhanan)
>> sebagaimana juga yang diyakini oleh orang-orang Yunani maupun Romawi
>> tentang keragaman dewa-dewa mereka. Konsep ini sama dengan konsep tiga
>> makhluk bernama manusia, ada si Arman sebagai Bapa, ada si Daffa
>> sebagai anak dan adapula si Haura, ketiganya berbeda pribadi namun
>> tetap memiliki kesatuan, yaitu satu dalam wujud, sama-sama manusia,
>> tetapi apakah ketiganya sama ? Tentu saja tidak, mereka tetaplah tiga
>> orang manusia berbeda. Tuhan Bapa, Tuhan anak maupun Tuhan Roh Kudus
>> adalah sama-sama Tuhan namun mereka tetap tiga individu Tuhan yang
>> berbeda, inilah sebenarnya konsep yang terkandung dalam paham Trinitas
>> atau Tritunggal pada dunia Kristen. Untuk menjadi pemikiran lanjutan
>> bagi kita semua, bahwa dunia Kristen Trinitas meyakini
>> Isa al~Masih merupakan anak Tuhan sekaligus Tuhan itu sendiri yang
>> lahir menjadi manusia untuk menerima penderitaan diatas kayu salib demi
>> menebus kesalahan Adam yang telah membuat jarak yang jauh antara Tuhan
>> dengan manusia.
>>
>> Sekarang,
>> bila memang demikian adanya, bisakah kita menyatakan bahwa pada waktu
>> penyaliban terjadi atas diri Isa maka pada saat yang sama Tuhan Bapa
>> (Allah) telah ikut tersalibkan ? Hal ini perlu diangkat sebagai acuan
>> pemikiran yang benar, bahwa ketika Tuhan telah memutuskan diri-Nya
>> untuk terlahir dalam bentuk manusia oleh perawan Maria maka secara
>> otomatis antara Isa dengan Tuhan Bapa tidak berbeda, yang disebut Isa
>> al~Masih hanyalah raga manusiawinya saja tetapi isi dari ruhnya adalah
>> Tuhan sehingga hal ini menjadikan diri Isa pantas disebut Tuhan anak.
>>
>> Dalam
>> keadaan apapun selama tubuh jasmani Isa masih hidup dan melakukan
>> aktivitas layaknya manusia biasa, pada waktu itu Ruh Tuhan pun tetap
>> ada dalam badan jasmani tersebut dan tidak bisa dipisahkan, sebab jika
>> Ruh Tuhan telah keluar dari badan kasarnya maka saat itu juga Isa
>> al~Masih mengalami kematian, karena tubuh jasmani telah ditinggalkan
>> oleh ruhnya. Jadi logikanya, sewaktu tubuh jasmaniah Isa disalibkan,
>> maka zat Tuhan juga telah ikut tersalib, artinya secara lebih gamblang,
>> Tuhan Bapa telah ikut disalib pada waktu bersamaan (sebab mereka satu
>> kesatuan). Pada waktu tubuh jasmani Isa al~Masih bercakap-cakap dengan
>> para murid serta para sahabat lainnya maka pada waktu yang bersamaan
>> sebenarnya Tuhan-lah yang melakukannya dibalik wadag tersebut.
>>
>> Dan
>> sekarang bila Isa mengalami kejadian-kejadian tertentu seperti
>> mengutuki pohon Ara karena rasa laparnya namun ia tidak menjumpai
>> apa-apa disana selain daun (Lihat Injil Matius pasal 21 ayat 18 dan 19)
>> maka hal ini menyatakan ketidak tahuan dari diri Isa mengenai segala
>> sesuatu dan berimplikasi bahwa Tuhan yang mengisi jiwa dari wadag
>> manusia Isa al~Masih itupun bukanlah Tuhan yang sebenarnya, sebab ia
>> tidak bersifat maha mengetahui sedangkan pencipta alam semesta ini
>> haruslah Tuhan yang mengenal ciptaan-Nya sekalipun itu dalam wujud
>> makhluk paling kecil dan hitam yang tidak tampak secara kasat mata
>> berjalan pada malam yang paling kelam sekalipun.
>> Dan pada
>> waktu Isa merasa sangat ketakutan sampai peluhnya membasahi sekujur
>> tubuhnya bagaikan titik-titik darah yang berjatuhan ketanah seperti
>> ditulis oleh Injil Lukas pasal 22 ayat 44, maka pada saat yang sama
>> kita menyaksikan Tuhan yang penuh kecacatan, betapa tidak, Tuhan justru
>> frustasi dan kecewa sampai Dia mau mati (Lihat Injil Matius pasal 26
>> ayat 3) akibat ketakutan-Nya kepada serangan para makhluk ciptaan-Nya
>> sendiri
>> yang seharusnya justru menjadi lemah dan bukan ancaman menakutkan
>> dimata Tuhan. Dan didetik-detik tersebut kita dapati pada Injil Matius
>> pasal 26 ayat 36 sampai 39 Isa telah memanjatkan doa yang ditujukan
>> kepada Tuhan. Sungguh suatu kejanggalan yang sangat nyata sekali,
>> betapa Tuhan telah menjadi makhluk dalam bentuk manusia dan Tuhan itu
>> masih memerlukan bantuan dari pihak lain (dalam hal ini Tuhan itu butuh
>> bantuan Tuhan juga), disinilah sebenarnya kita melihat kenyataan bahwa
>> Isa al~Masih itu sendiri bukan Tuhan, dia hanyalah makhluk dan sebagai
>> makhluk maka seluruh dirinya terlepas dari unsur-unsur ketuhanan, baik
>> jasmani maupun rohaninya. Karena itu dia pasti membutuhkan bantuan
>> Tuhan yang sebenarnya, Tuhan yang Maha Tahu, Tuhan yang Maha Berkuasa
>> atas segala sesuatu dari ciptaan-Nya serta Tuhan yang Maha Gagah.
>>
>> Doktrin
>> kemanunggalan Isa al~Masih dengan Tuhan, memang sungguh layak untuk
>> bisa dikaji ulang, kalimat keanakan Tuhan yang dilekatkan padanya jelas
>> bukan bahasa metafora. Dalam banyak kitab dan pasal pada Perjanjian
>> Baru, kita sebut saja misalnya Injil Matius pasal 26 ayat 64, Kisah
>> Para Rasul pasal 7 ayat 55 dan 56, Kitab Roma pasal 8 ayat 34 dan
>> sebagainya telah disebut bahwa Isa al~Masih sebagai Tuhan anak telah
>> duduk disebelah kanan Tuhan Bapa, artinya mereka berdua (antara Tuhan
>> Bapa dengan Tuhan anak) merupakan dua Tuhan yang berbeda, bukankah
>> semakin jelas kita melihat ada dua Tuhan dan bukan satu Tuhan, dan jika
>> paham satu Tuhan disebut sebagai Tauhid atau Monotheisme maka sistem
>> banyak Tuhan (lebih dari satu Tuhan) disebut sebagai Pluralisme Tuhan
>> atau Polytheisme. Inilah bukti yang bisa kita persembahkan kepada
>> golongan yang masih menerima Isa sebagai Tuhan dan menganggapnya
>> sebagai satu kesatuan yang tidak terpisahkan.
>>
>> Kita bukan
>> hendak menghujat ataupun melakukan bentuk penistaan terhadap ajaran
>> maupun keyakinan agama lain, namun disini kita mencoba menyampaikan
>> kebenaran melalui kalimat dan bukti-bukti yang bisa ditelaah dan
>> dipelajari secara obyektif oleh setiap orang. Islam melarang umatnya
>> untuk melakukan pelecehan agama manapun, kita akan tetap menghormati
>> mereka meskipun menolak apa yang sudah disampaikan. Kiranya buku ini
>> bisa mendatangkan hikmah dan hidayah bagi setiap pembacanya dan bukan
>> malah memunculkan polemik baru yang akan semakin memecah belah rasa
>> persaudaraan antar iman di Indonesia.
>>
>>
>> Serulah
>> kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan
>> bantahlah mereka dengan cara yang lebih baik. -Qs. 16 an-Nahl :125
>>
>>
>>
>> Isa al~Masih hanyalah seorang Rasul
>>
>> Secara abstrak, Tuhan
>> memang meliputi segala sesuatunya namun kalau Dia sudah didoktrinkan
>> menjadi terbatas (yaitu tersekat kedalam daging) sebagaimana pernyataan
>> orang-orang Kristiani terhadap sosok Isa al~Masih, maka artinya Tuhan
>> dengan menjadi daging itu telah tunduk dengan segala keterbatasannya,
>> maka tentunya ini tidak bisa disamakan lagi dengan konsepsi kemaha
>> kuasaan Allah.
>> ……… > Lanjutannya, silahkan baca langsung buku tersebut.
>>
>> --
>> Salamun 'ala manittaba al Huda
>>
>>
>>
>> ARMANSYAH
>>
>>
>>
>>
>> --
>>
>> -=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-
>>
>> Serulah kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik
>>
>> dan bantahlah mereka dengan cara yang lebih baik. -Qs. 16 an-Nahl :125
>>
>>
>>
>> Berilah mereka pelajaran, dan katakanlah kepada mereka perkataan yang
>> berbekas pada jiwa mereka. -Qs. 4 an-Nisa' : 63
>>
>>
>>
>> Gabung : Milis_Iqra-subscribe@googlegroups.com
>>
>> Keluar : Milis_Iqra-unsubscribe@googlegroups.com
>>
>> Situs 1 : http://groups.google.com/group/Milis_Iqra
>>
>> Mod : moderator.milis.iqra@gmail.com
>>
>> -=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-
>>
>>
>>
>>
>> --
>> -=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-
>> Serulah kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik
>> dan bantahlah mereka dengan cara yang lebih baik. -Qs. 16 an-Nahl :125
>>
>> Berilah mereka pelajaran, dan katakanlah kepada mereka perkataan yang
>> berbekas pada jiwa mereka. -Qs. 4 an-Nisa' : 63
>>
>> Gabung : Milis_Iqra-subscribe@googlegroups.com
>> Keluar : Milis_Iqra-unsubscribe@googlegroups.com
>> Situs 1 : http://groups.google.com/group/Milis_Iqra
>> Mod : moderator.milis.iqra@gmail.com
>> -=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-
>
> --
> -=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-
> Serulah kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik
> dan bantahlah mereka dengan cara yang lebih baik. -Qs. 16 an-Nahl :125
>
> Berilah mereka pelajaran, dan katakanlah kepada mereka perkataan yang
> berbekas pada jiwa mereka. -Qs. 4 an-Nisa' : 63
>
> Gabung : Milis_Iqra-subscribe@googlegroups.com
> Keluar : Milis_Iqra-unsubscribe@googlegroups.com
> Situs 1 : http://groups.google.com/group/Milis_Iqra
> Mod : moderator.milis.iqra@gmail.com
> -=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-
>
>
>
> Yahoo! Mail Kini Lebih Cepat dan Lebih Bersih. Rasakan bedanya
> sekarang! http://id.mail.yahoo.com
>
> --
> -=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-
> Serulah kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik
> dan bantahlah mereka dengan cara yang lebih baik. -Qs. 16 an-Nahl :125
>
> Berilah mereka pelajaran, dan katakanlah kepada mereka perkataan yang
> berbekas pada jiwa mereka. -Qs. 4 an-Nisa' : 63
>
> Gabung : Milis_Iqra-subscribe@googlegroups.com
> Keluar : Milis_Iqra-unsubscribe@googlegroups.com
> Situs 1 : http://groups.google.com/group/Milis_Iqra
> Mod : moderator.milis.iqra@gmail.com
> -=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-
--
-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-
Serulah kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik
dan bantahlah mereka dengan cara yang lebih baik. -Qs. 16 an-Nahl :125
Berilah mereka pelajaran, dan katakanlah kepada mereka perkataan yang berbekas pada jiwa mereka. -Qs. 4 an-Nisa' : 63
Gabung : Milis_Iqra-subscribe@googlegroups.com
Keluar : Milis_Iqra-unsubscribe@googlegroups.com
Situs 1 : http://groups.google.com/group/Milis_Iqra
Mod : moderator.milis.iqra@gmail.com
-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-
No comments:
Post a Comment