Monday, April 19, 2010

Re: [Milis_Iqra] Apabila Makam Keramat Membela Diri



2010/4/19 andri subandrio <subandrio.andri@gmail.com>
Ternyata banyak dari kita ini yang belum bisa untuk saling belajar, bahwa belajar adalah bagaimana membahas suatu kesamaan untuk saling diamalkan bersama dan bagaimana membahas suatu perbedaan untuk saling diamalkan oleh masing-masing yang berbeda.

Memprihatinkan sekali bahwa milis ini yanga seharusnya bisa dijadikan ajang untuk bertukar pendapat tapi dipergunakan untuk saling "tukaran"

Apakah Milis ini hanya untuk salah satu golongan saja, saya rasa dalam peraturan milis ini sudah sangat jelas bahwa milis ini bukan untuk salah satu golongan saja.

Seyogyanya bila ada suatu artikel menyangkut apapun, bagi yang berbeda pendapat hendaknya dengan cara yang arif dan santun dalam membantahnya, kenapa kita harus mencaci "Wahabi" atau perkataan lainnya yang tendensius, toh pada akhirnya kembali kepada masing-masing pihak untuk mengamalkannya.

Apakah seorang Wahabi menjadi kafir dan halal darahnya, dan apakah seorang yang mengaku Ahlu Sunnah wal Jamaah merasa lebih suci dari golongan lainnya, marilah kita sama-sama melihat ke dalam nurani kita sendiri apakah kita sudah merasa pantas untuk lebih benar dari yang lainnya.

Saya pikir ada kalimat bijak "Laa tandhur ila man qalaa wa andhur ilaa maa qalaa"


[Arman] : Benar sekali pak Andri, maaf saya baru sempat membaca siang ini menyangkut topik makam keramat membela diri ini ... ternyata malah menimbulkan kontroversi. Hampir 1 minggu kemarin saya absen dari milis karena ada pelatihan tertentu dari kementrian dan balitbang. Maaf jika terpaksa berpanjang kata ditopik ini.


Seperti kutipan dari pak Andri, Imam Ali dipercaya juga pernah berkata : undhur 'maa' qaal, wa laa tandhur 'man' qaal : Perhatikan "apa yang dikatakan" , dan jangan lihat "siapa yang mengatakan" atau juga dalam bentuk lainnya "undhur ila ma qaala wa laa tandhur man qaa la" artinya "lihatlah apa yang dikatakan dan janganlah melihat siapa yang berkata". Jadi intinya kalo perkataan itu baik (apalagi mengandung kebenaran) kenapa harus di tepis atau ditolak ?

Ada hadis lain yg dipercaya juga berasal dari Nabi Muhammad Saw : Qulil haqqa wainkaana Murra, katakanlah kebenaran itu walaupun pahit.

Masalah ziarah kubur yang disampaikan oleh Mbak Whe-En dan ditanggapi oleh beberapa rekan lainnya pada dasarnya adalah hal yang benar (ini diluar konteks soal status wali atau yang disebut-sebut sebagai peraturan nomo 5, karena saya belum bisa mengkonfirmasikan kebenarannya). Kita jangan terlalu berlebihan dalam menyikapi fenomena orang-orang tertentu yang kita anggap suci (atau malah naik status menjadi wali ?) apalagi bila ybs sudah wafat.

Saya termasuk diantara mereka yang tidak sepakat bila makam sang Habaib harus dibongkar oleh Pelindo, ini bukan karena saya juga adalah seorang habaib atau karena kami sama-sama berasal dari Palembang, tetapi lebih kepada kronologis awal sejarah kepemilikan tanah dimana makam itu diributkan. Ini menyangkut hak orang yang masih hidup dan juga cara kita menghargai eksistensi sang habaib beserta ahli bait beliau yang telah menyebarkan Islam disaat negeri ini masih miskin dengan para cendikiawan muslimnya.

Kenapa kita tidak boleh menjadikannya semacam tempat wisata atau cagar budaya sementara kita sendiri aktif menggali situs-situs hindu-budha jaman dahulu kala untuk studi purbakala dan kesejarahan ? masalah adanya penyimpangan dalam pelaksanaan ziarah tersebut maka ini urusan yang berbeda dan memang sangat perlu untuk diluruskan.

Kebetulan saya sudah membahas masalah ziarah kubur ini panjang lebar dalam buku ke-4 saya "Misteri Kecerdasan Syahadat" yang saya ambil juga dari pengalaman pribadi secara langsung ditanah yogya lebih dari 14 tahun yang lampau.

Milis_Iqra didirikan bebas sekte, tidak ada keberpihakan pada salah satu pemahaman kecuali kebenaran, sehingga semua argumentasi yang dibahas mestinya memiliki sandaran atau hujjah yang bisa dibahas dan dipikirkan secara bersama dan bukan sebatas egoisme buta kita yang hanya mengandalkan suka atau tidak suka.

Kita tidak suka dengan pemahaman wahabi karena alasan apa, argumentasinya bagaimana, begitu juga bila kita tidak sepaham dengan ahlussunnah ataupun Syi'ah ... sehingga dengan demikian kita dimilis ini memang belajar, baik itu belajar secara akal sekaligus belajar mendewasakan diri untuk bisa menerima perbedaan dan berbesar jiwa. Jika memang sesuatu itu benar, kenapa mesti ditolak, tetapi jika memang itu salah, kenapa juga mesti harus terus di-ikuti ?

Demikian untuk sementara ini tanggapan tambahan dari saya.,


--
Salamun 'ala manittaba al Huda



ARMANSYAH

--
-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-
Serulah kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik
dan bantahlah mereka dengan cara yang lebih baik. -Qs. 16 an-Nahl :125
 
Berilah mereka pelajaran, dan katakanlah kepada mereka perkataan yang berbekas pada jiwa mereka. -Qs. 4 an-Nisa' : 63
 
Gabung : Milis_Iqra-subscribe@googlegroups.com
Keluar : Milis_Iqra-unsubscribe@googlegroups.com
Situs 1 : http://groups.google.com/group/Milis_Iqra
Mod : moderator.milis.iqra@gmail.com
-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-

No comments:

Post a Comment