By: Adian Husaini
Sumber : http://voa-islam.com/islamia/christology/2010/09/22/10261/kisruh-pendirian-gereja-hkbp-untuk-apa-didirikan/
KASUS penyegelan rumah milik jemaat Huria Kristen Batak Protestan
(HKBP) di Ciketing Bekasi, Jawa Barat yang disalahgunakan menjadi
gereja HKBP Pondok Timur Indah, akhirnya berbuntut panjang. Jemaat
HKBP tidak terima dengan keputusan pemerintah dan melakukan berbagai
aksi demonstratif, yang akhirnya berujung pada insiden bentrokan
jemaat HKBP dengan warga Muslim Bekasi. Sebagian kalangan kemudian
mengangkat dan membesar-besarkan kasus ini sampai ke dunia
internasional, sehingga memberikan citra negatif terhadap Indonesia.
Citra buruk yang tampaknya ingin dibentuk adalah bahwa seolah-olah
negeri Muslim terbesar di dunia ini merupakan satu bangsa yang tidak
beradab yang tidak menghargai kebebasan beragama; seolah-olah, kaum
Kristen di Indonesia merupakan kaum yang tertindas. Sejumlah aktivis
Kristen di Indonesia tergolong rajin memanfaatkan momentum kasus-kasus
konflik soal pendirian gereja, menjadi komoditi yang berharga untuk
membentuk citra buruk bangsa Indonesia, khususnya kaum Muslim.
Ujung-ujungnya, muncul tekanan dari berbagai Negara atau kelompok di
luar negeri, agar Indonesia memberikan ruang kebebasan beragama yang
lebih besar kepada golongan minoritas Kristen. Pada 12 Februari 2010
lalu, Forum Komunikasi Kristiani Jakarta (FKKJ) mengeluarkan data,
yang menurut mereka, dalam tahun 2007 ada 100 buah gereja yang
diganggu atau dipaksa untuk ditutup. Tahun 2008, ada 40 buah gereja
yang mendapat gangguan. Tahun 2009 sampai Januari 2010, ada 19 buah
gereja yang diganggu atau dibakar di Bekasi, Depok, Parung,
Purwakarta, Cianjur, Tangerang , Jakarta , Temanggung dan Sibuhuan
Kabupaten Padang Lawas (Sumatera Utara).
Menurut data FKKJ tersebut, selama masa pemerintahan Presiden Sukarno
(1945 - 1966) hanya ada 2 buah gereja yang dibakar. Pada era
pemerintahan Presiden Suharto (1966 - 1998) ada 456 gereja yang
dirusak atau dibakar. Pada periode 1965-1974, kata FKKJ, "hanya" 46
buah gereja yang dirusak atau dibakar. Sedangkan dari tahun 1975 atau
masa setelah diberlakukannya SKB 2 Menteri tahun 1969 hingga saat
lengsernya Suharto tahun 1998, angka gereja yang dirusak atau dibakar
sebanyak 410 buah.
Jadi, menurut catatan FKKJ hingga awal tahun 2010, telah ada hampir
sekitar 1200 buah gereja yang dirusak dan ditutup. "Jadi kita
menemukan angka perusakan gereja untuk masa reformasi paska Suharto
sebanyak 740 buah," tulis siaran pers FKKJ yang ditandatangani oleh
Theophilus Bela dan Gustav Dupe.
...Forum Komunikasi Kristiani Jakarta (FKKJ) mengeluarkan data tentang
jumlah gereja yang diganggu atau dipaksa untuk ditutup. Sayangnya,
pihak FKKJ tidak menyajikan analisis yang komprehensif tentang data
tersebut. Benarkah yang dirusak itu memang gereja?...
Mungkin banyak pihak yang tercengang melihat besarnya angka perusakan
gereja di Indonesia. Sangat fantastis. Sayangnya, pihak FKKJ tidak
menyajikan analisis yang komprehensif tentang data tersebut. Benarkah
yang dirusak itu memang gereja? Mengapa hal itu terjadi? Umat Islam
bisa saja membuat data, berapa ribu masjid dan mushola yang dirusak
dan digusur oleh developer Kristen! Juga, mestinya ada analisis,
mengapa sudah begitu banyak gereja yang dirusak, tetapi pertumbuhan
gereja di Indonesia juga sangat fantastis?
Analisis yang komprehensif sangat diperlukan jika kita ingin
menyelesaikan masalah secara mendasar, bukan sekedar memanfaatkan
kasus-kasus untuk tujuan tertentu. Apalagi, dalam siaran pers FKKJ itu
juga disebutkan, seolah-olah biang keladi semua itu adalah adanya SKB
dua menteri tahun 1969 yang mengatur pendirian rumah ibadah. Pihak
Kristen. Khususnya kelompok-kelompok evangelis, tidak mau terbuka,
bahwa sebenarnya pendirian Gereja bukanlah sekedar persoalan tempat
ibadah belaka, tetapi terkait dengan misi mereka untuk mengkristenkan
Indonesia. Keterbukaan dan dialog ini sangat penting, sebab kedudukan
dan fungsi Gereja bagi kaum Kristen berbeda dengan kedudukan dan
fungsi masjid bagi umat Islam.
…Aturan-aturan tentang kemasjidan sangat jelas dalam Kitab Suci umat
Islam. Masjid digunakan shalat lima waktu dalam sehari. Kaum Muslim
juga bisa shalat di masjid mana saja, selama bukan masjid aliran
sesat. Sementara kaum Kristen tidak bisa kebaktian di Gereja sekte apa
saja, karena beda tata cara ritual. Perbedaan-perbedaan semacam itu
seyogianya dipahami, agar dapat dicarikan solusi yang komprehensif…
Kaum Muslim mendirikan masjid karena dicontohkan oleh Nabi Muhammad
SAW. Aturan-aturan tentang kemasjidan sangat jelas dalam Kitab Suci
umat Islam dan Sunnah Nabi Muhammad SAW. Bagi kaum Muslim, Masjid
digunakan shalat lima waktu dalam sehari. Kaum Muslim juga bisa shalat
di masjid mana saja, selama bukan masjid aliran sesat. Sementara kaum
Kristen tidak bisa kebaktian di Gereja sekte apa saja, karena beda
tata cara ritual. Perbedaan-perbedaan semacam itu seyogianya dipahami,
agar dapat dicarikan solusi yang komprehensif.
Misi Gereja
Apa sebenarnya misi dan tujuan suatu gereja didirikan?
Tahun 1964, tokoh Kristen Batak, Dr. Walter Bonar Sidjabat,
menerbitkan buku berjudul Panggilan Kita di Indonesia Dewasa Ini
(Jakarta: Badan Penerbit Kristen, 1964). Melalui bukunya ini, Dr.
Sidjabat menegaskan misi sejati kehadiran Kristen dan Gereja-gereja
mereka di seluruh pelosok Indonesia. Dalam pengantar bukunya, ia
menulis:
"Kita terpanggil untuk mengikrarkan iman kita di daerah-daerah
berpenduduk berambut keriting, berombak-ombak dan lurus-lurus, di
tengah penduduk berkulit coklat, coklat tua, kuning langsat dan
sebagainya. Guna penuaian panggilan inilah gereja-gereja kita
berserak-serak di seluruh penjuru Nusantara agar rakyat yang
"bhineka tunggal ika", yang terdiri dari penganut berbagai agama dan
ideologi dapat mengenal dan mengikuti Yesus Kristus." (Kutipan-kutipan
dari buku Dr. Sidjabat dalam artikel ini telah disesuaikan dengan
EYD).
Mengikuti pemikiran tokoh Kristen Batak ini, bisa dipahami bahwa
kehadiran sebuah gereja bagi kaum Kristen bukanlah sekedar persoalan
"kebebasan beribadah" atau "kebebasan beragama". Banyak kalangan
Muslim dan mungkin juga kaum Kristen sendiri yang tidak paham akan
eksistensi sebuah gereja. Bahwa, menurut kaum Kristen, pendirian
sebuah gereja bukan sekedar pendirian sebuah tempat ibadah, tetapi
juga bagian dari sebuah pekerjaan Misi Kristen; agar masyarakat di
sekitarnya "mengenal dan mengikuti Yesus Kristus".
…Mengikuti pemikiran tokoh Kristen Batak ini, bisa dipahami bahwa
kehadiran sebuah gereja bagi kaum Kristen bukanlah sekedar persoalan
"kebebasan beribadah" atau "kebebasan beragama". Gereja bukan sekedar
pendirian sebuah tempat ibadah, tetapi juga bagian dari sebuah
pekerjaan Misi Kristen; agar masyarakat di sekitarnya "mengenal dan
mengikuti Yesus Kristus".
Dikatakan dalam buku ini: "Di atas Gereja terletak tugas pekabaran
Injil. Pekabaran Injil adalah dinamis. Secara dinamis Gereja
bertanggung jawab akan pekabaran Injil ke dalam, kepada orang-orang
yang telah menjadi anggota-anggota tubuh Kristus ("ecclesia") dan
keluar, kepada orang-orang yang sedang menunggu, mengabaikan, menolak
atau tidak acuh terhadap Yesus sebagai Juruselamat mereka." (hal. 41).
Sementara itu, bagi kaum Muslim yang sadar akan keislamannya,
persoalan misi Kristen, bukanlah masalah sepele. Orang yang berganti
agama, keluar dari agama Islam, dalam pandangan Islam disebut orang
yang murtad dan kafir. Amal perbuatan mereka tidak diterima oleh
Allah. (QS 2:217, 24:39). Al-Quran juga menegaskan, bahwa Allah SWT
sangat murka jika dikatakan Dia mempunyai anak. (QS 19:88-91). Dan
orang-orang yang menyatakan bahwa Allah adalah salah satu dari tiga
oknum, maka orang itu disebut telah kafir (QS 5:72-75).
Dalam menjalankan misi mereka di dunia Islam, kaum Kristen sadar benar
akan tantangan berat yang datang dari umat Islam. Sebab, memang, Islam
adalah satu-satunya agama yang Kitab Sucinya (al-Quran) memberikan
koreksi secara mendasar terhadap dasar-dasar teologi Kristen. (QS
4:157). Karena itulah, dalam bukunya, Dr. Sidjabat secara khusus,
menguraikan sejarah perkembangan Islam di Indonesia, yang dinilainya
merupakan tantangan berat bagi perkembangan misi Kristen di Indonesia.
Sidjabat mengimbau Kaum Kristen di Indonesia tidak surut langkah dalam
menjalankan misi mereka. Bahkan, kalau perlu melakukan konfrontasi.
Maka, simaklah pesan-pesan penting Sidjabat kepada kaum Kristen
Indonesia berikut ini:
"Saudara-saudara, kenyataan-kenyataan jang saya telah paparkan ini
telah menunjukkan adanya suatu tantangan jang hebat sekali untuk ummat
Kristen. Sudah pasti bahwa yang dapat saya rumuskan pada
lembaran-lembaran ini hanya sebagian kecil dari realita Islam di
Indonesia. Dalam hubungan ini saya hendak menunjukkan kepada ummat
Kristen bahwa sekarang ini jumlah yang menunggu-nunggu Injil Kristus
Yesus jauh lebih banyak daripada jumlah jang dihadapi oleh Rasul-rasul
pada abad pertama tarich Masehi. Dan perlu diketengahkan bahwa jumlah
tadi tidaklah hanya "jumlah" bilangan saja, tetapi manusia-manusia
yang hidup, yang ingin mengetahui nilainya dan yang haus akan
pengetahuan tentang haluan hidupnya, kemana ummat Islam Indonesia juga
tergolong.
Di Indonesia ini, hal yang saya utarakan itu dapat dengan terang
dilihat dan dihayati. Menurut pertimbangan secara insani, penduduk
Indonesia masih terus lagi akan merupakan penduduk yang sebagian besar
beragama Islam, sekalipun banyak yang sudah beralih kepada agama atau
aliran lain, antara lain: agama Buddha, Komunisme, aliran kebatinan
yang lepas dari Islam, ateisme dan lain-lain. Pekabaran Indjil di
Indonesia, kalau demikian, masih akan terus menghadapi "challenge"
Islam di negara gugusan ini...
Seluruhnya ini menunjukkan bahwa pertemuan Injil dengan Islam dalam
bidang-cakup yang lebih luas sudah "dimulai". Saya bilang "dimulai",
bukan dengan melupakan Pekabaran Injil kepada ummat Islam sejak abad
jang ketudjuh, melainkan karena kalau kita perhatikan dengan seksama
maka "konfrontasi" Injil dan agama-agama di dunia ini dalam
bidang-cakup yang seluas-luasnya, dan dalam hal ini dengan Islam,
barulah "dimulai" dewasa ini secara mendalam. Dan bagi orang-orang
yang berkeyakinan atas kuasa Allah Bapa, Yesus Kristus dan Roch Kudus,
setiap konfrontasi seperti ini akan selalu dipandangnya sebagai
undangan untuk turut mengerahkan jiwa dan raga memenuhi tugas demi
kemuliaan Allah."
*****
Membaca pemikiran tokoh Kristen Batak seperti ini, kaum Muslim
Indonesia tentu memahami, bahwa sejak awal mula misi dijalankan,
Gereja sudah menyiapkan diri untuk melakukan konfrontasi, khususnya
dengan umat Islam. Bahkan, konfrontasi itu harus dilakukan dengan
mengerahkan jiwa dan raga demi kemuliaan Tuhan.
Dalam konteks semacam inilah, barangkali kita bisa memahami, mengapa
kaum Kristen senantiasa menolak berbagai peraturan yang mengatur
tatacara pendirian rumah ibadah dan penyebaran agama, meskipun
peraturan itu juga menjerat kaum Muslim di daerah-daerah minoritas
Muslim.
Dalam konteks inilah kita juga memahami militansi sikap jemaat HKBP
Ciketing Bekasi. Juga, kita paham, mengapa kaum Kristen Indonesia –
dari berbagai sekte dan agama – seperti bersatu dalam menyikapi kasus
HKBP Ciketing dan berusaha menyeret kasus ini ke isu "kebebasan
beragama" dan "pluralisme". Meskipun Gereja-gereja terus tumbuh bak
cendawan di musim hujan, senantiasa dicitrakan, kaum Kristen adalah
umat tertindas dan tidak punya kebebasan beragama di negeri Muslim
terbesar ini.
…Dalam konteks inilah kita juga memahami militansi sikap jemaat HKBP
Ciketing Bekasi. Meskipun Gereja-gereja terus tumbuh bak cendawan di
musim hujan, senantiasa dicitrakan, kaum Kristen adalah umat tertindas
dan tidak punya kebebasan beragama di negeri Muslim terbesar ini…
Justru, yang sulit kita pahami adalah orang-orang yang mengaku
beragama Islam tetapi – sadar atau tidak – telah menempatkan dirinya
menjadi "jubir" Gereja Kristen Batak, dengan imbalan meraih gelar
kehormatan "Tokoh Pluralis" dan sejenisnya.
Padahal, ambisi kalangan Kristen untuk mengkristenkan Indonesia belum
pernah berakhir. Pada Catatan Akhir Pekan ke-281, penulis telah
membahas ambisi dari sekelompok kaum Kristen evangelis yang memasang
target tahun 2020 sebagai masa "panen raya". Sebuah buku berjudul
Transformasi Indonesia: Pemikiran dan Proses Perubahan yang Dikaitkan
dengan Kesatuan Tubuh Kristus (Jakarta: Metanoia, 2003), menggambarkan
ambisi dan harapan besar kaum misionaris Kristen di Indonesia
tersebut. Ditegaskan dalam buku tersebut:
"Indonesia merupakan sebuah ladang yang sedang menguning, yang besar
tuaiannya! Ya, Indonesia siap mengalami transformasi yang besar. Hal
ini bukan suatu kerinduan yang hampa, namun suatu pernyataan iman
terhadap janji firman Tuhan. Ini juga bukan impian di siang bolong,
tetapi suatu ekspresi keyakinan akan kasih dan kuasa Tuhan. Dengan
memeriksa firman Tuhan, kita akan sampai kepada kesimpulan bahwa
Indonesia memiliki prakondisi yang sangat cocok bagi tuaian besar yang
Ia rencanakan."
Inilah tekad kaum misionaris Kristen untuk mengkristenkan Indonesia.
Segala daya upaya mereka kerahkan. Gereja-gereja terus dibangun di
mana-mana untuk memuluskan misi mereka. Gereja-gereja dan gerakan misi
terus bergerak untuk meraih tujuan, yang ditegaskan pada sampul
belakang buku ini: "supaya semua gereja yang ada di Indonesia dapat
bersatu sehingga Indonesia dapat mengalami transformasi dan
dimenangkan bagi Kristus."
…Menghadapi serbuan kaum misionaris tersebut, seharusnya kaum Muslim
tidak perlu berkecil hati. Sudah saatnya umat Islam tidak bersikap
menunggu dan defensif. Mungkin sudah tiba masanya,
organisasi-organisasi Islam mencetak dai-dai yang tangguh, cerdas,
berani, santun, dan ramah, untuk menyadarkan para pendeta Kristen dan
tokoh-tokohnya, bahwa mereka sedang memeluk keyakinan yang salah atau
sesat…
Menghadapi serbuan kaum misionaris tersebut, seharusnya kaum Muslim
tidak perlu berkecil hati. Sudah saatnya umat Islam tidak bersikap
menunggu dan defensif. Mungkin sudah tiba masanya,
organisasi-organisasi Islam mencetak dai-dai yang tangguh, cerdas,
berani, santun, dan ramah, untuk menyadarkan para pendeta Kristen dan
tokoh-tokohnya, bahwa mereka sedang memeluk keyakinan yang salah atau
sesat (adh-dhalliin). Ajaklah mereka untuk menyembah Allah
semata-mata, tidak menserikatkan Allah dengan yang lain, dan mengakui
kenabian Muhammad SAW. Jangan menyatakan Allah punya anak.
Jika mereka menolak, katakanlah, kami orang-orang Muslim; kita hormati
keyakinan mereka, meskipun kita tidak membenarkannya. Sebab, tugas
umat Muhammad SAW hanyalah menyampaikan kebenaran, bukan memaksakan.
Di akhirat nanti, akan terbukti, siapa yang benar dan siapa yang
salah. Sebagai Muslim, kita yakin, bahwa kita benar!
[taz/insisnet.com]
--
Salamun 'ala manittaba al Huda
ARMANSYAH
--
-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-
Serulah kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik
dan bantahlah mereka dengan cara yang lebih baik. -Qs. 16 an-Nahl :125
Berilah mereka pelajaran, dan katakanlah kepada mereka perkataan yang berbekas pada jiwa mereka. -Qs. 4 an-Nisa' : 63
Gabung : Milis_Iqra-subscribe@googlegroups.com
Keluar : Milis_Iqra-unsubscribe@googlegroups.com
Situs 1 : http://groups.google.com/group/Milis_Iqra
Mod : moderator.milis.iqra@gmail.com
-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-
No comments:
Post a Comment