MENGAPA PEREMPUAN MODERN INGGRIS MEMILIH ISLAM ?
Rabu, 27 Oktober 2010 | 16:17 WIB
TEMPO Interaktif, Ipar tiri Tony Blair, Lauren Booth, ternyata tak sendirian
memilih Islam sebagai agama barunya usai melawat ke kota suci Qom, Iran.
Pilihan iman jurnalis dan penyiar televisi Iran itu rupanya juga diikuti
sejumlah perempuan modern Inggris lainnya.
Eve Ahmed, perempuan berkarir sebagai penulis. Ia dilahirkan di London, beribu
Inggris dan ayahnya Muslim asal Pakistan. Sedari kecil, ia tumbuh sesuai dengan
iman ayahnya. Namun sesungguhnya dia tak bisa terima. "Ketika berusia 18
tahun dan kuliah, saya menolaknya."
Islam, sejauh ini, selalu ditolaknya. Menurut pengakuannya, banyak hal yang
remeh temeh dilarang oleh Islam. Misalnya, tak boleh mengunyah permen karet,
mengendarai sepeda, berhias, mempertontonkan lekuk tubuh, tak boleh makan di
jalan, memotong rambut atau mengecat kukuh. Semua itu tak pernah mendapatkan
penjelasan, termasuk mengapa tak boleh memelihara anjing. Dan, tentu saja,
duduk bersama pria, bersalaman, serta berhubungan badan dengannya.
Nilai-nilai Islam semacam itu dipaksakan ayahnya agar bisa mejadi seorang
Muslimah yang baik. Sebagai perempuan merdeka yang dibesarkan di Inggris, sikap
ayahnya ditolak keras. Dia memilih layaknya perempuan modern. Namun, kini
nilai-nilai Islam yang diajarkan ayahnya dinikmati di tengah kehidupan modern
Inggris.
Lauren Booth, 43 tahun. Jurnalis dan penyiar televisi itu setelah menjadi
Mualaf kini mengenakan jilbab setiap keluar rumah, salat lima kali sehari dan
berjamaah di Masjid setempat, "Jika ada kesempatan."
Booth memutuskan menjadi Muslimah enam pekan lalu usai melawat ke tempat suci
Fatima al-Masumeh di kota Qom seraya berkata "Pada Selasa petang, saya
duduk bersila di bawah seperti mendapatkan suntikan rokhani, sebuah kebahagian
tak terhingga."
Sebelum bekerja di Iran, dia 'simpati" dengan Islam dan menghabiskan
waktunya bekerja di Palestina. "Saya senantiasa terkesan dengan kekuatan
dan Islam memberikan sesuatu," ujarnya.
Kristane Backer, 43 tahun, adalah mantan presenter MTV di London. Sejak belia,
pilihan hidupnya adalah menjadi perempuan bebas, bergaya hidup Barat, modern,
dan liberal. Namun, apa alasannya memilih Islam?
Perkenalannya terhadap Islam bermula saat bertemu dengan bekas pemain criket
Pakistan, Muslim Imran Khan, pada 1992, di kala kariernya meroket, selanjutnya
pria itu mengajaknya ke Pakistan. Dari sinilah dia mulai tersentuh dengan
nilai-nilai spiritual yang tak pernah dikenyam dan terkesan dengan kehangatan
masyarakat.
Kristiane katakan, "Sejak itu saya mulai belajar Islam dan pindah agama.
Sebabnya alami. Saya telah wawancara dengan sejumlah bintang-bintang Rock,
melakukan perjalanan ke seluruh dunia namun demikian saya merasa kosong. Kini,
semua telah berlalu. Saya menikmati kebahagiaan sebab Islam telah memberikan
tujuan hidupku."
"Di Barat, kami hidup dengan alasan-alasan dangkal seperti soal pakaian.
Di Islam, setiap orang nampak memiliki tujuan yang agung. Setiap hal dilakukan
atas nama Allah.
"Saya tumbuh di Jerman dalam sebuah keluarga Protestan yang tidak
religius. Saya mabuk dan suka pesta. Kini saya memiliki tujuan hidup yang baik.
Kami bertanggungjawab atas seluruh perbuatan."
Lyne Ali, 31 tahun. Perempuan asal Dagenham, Essex, pertama kali bersentuhan
dengan Islam melalui sahabatnya beragama Islam. Dia mengaku selama ini
merupakan tipikal perempuan yang suka pesta.
"Saya suka mabuk bersama teman-teman, mengenakan pakaian ketat,
menanggalkan baju, dan kencan dengan lelaki."
"Saya juga bekerja paruh waktu sebagai DJ. Saya dulu berdoa layaknya
seorang Kristen, namun saya menggunakan Tuhan sebagai dokter sementara."
Namun ketika bertemu dengan sahabatnya, Zahid, di universitas atau
kadang-kadang dalam suasana dramatis. Lalu, "Saudara perempuannya
berbicara tentang Islam, dan hal tersebut merasuk dalam kalbuku. Saya pikir,
saya harus mencari sesuatu dan saya merasa kebiasaan saya mabuk dan berpesta
tak ada gunanya."
Lynne pindah agama pada usia 19 tahun. "Saat itu juga saya mengenakan
jilbab," jelasnya.
Sekarang, "saya tak pernah lagi mempertontonkan rambut saya di depan
publik. Di rumah, saya akan mengenakan pakaian Barat hanya untuk suami, tapi
kalau keluar tak pernah."
Camilla Leyland, 32 tahun. Guru yoga ini tinggal di Cornwall memilih Islam
sebagai agama baru. Ibu dari anak tunggal, Inaya, memeluk Islam di tengah
maraknya diskusi soal "feminisme" di Barat.
Tumbuh besar di Southampton, ayahnya seorang direktur Institut Pendidikan
Shoutampton dan ibunya guru ekonomi. Camilla tertarik pada Islam sejak di
bangku sekolah.
Dia melanjutkan pendidikan di universitas dan mengambil gelar master bidang
Kajian Timur Tengah. Selanjutnya bekerja di Syria. Mengenal Islam melalui
teman-temannya.
[Non-text portions of this message have been removed]
No comments:
Post a Comment