Monday, October 11, 2010

[Milis_Iqra] Pemborongan Senjata Oleh Negara-Negara Arab

Pemborongan Senjata Oleh Negara-Negara Arab

F-35
Perdagangan senjata termasuk transaksi paling menguntungkan sekaligus paling mengerikan. Setiap tahunnya, diperkirakan perputaran uang di sektor ini mencapai 55 milyar US dolar. Menariknya, para penjual alat-alat perang itu adalah negara-negara seperti Amerika Serikat, Perancis, Jerman, Inggris dan Rusia. Negara-negara yang tiada henti mengklaim berupaya mewujudkan perdamaian dan keamanan di dunia.
Faktor dan Motivasi

Negara-negara Timur Tengah khususnya Arab di selatan Teluk Persia, menjadi konsumen terbesar produk militer itu. Milyaran dolar dikucurkan setiap tahunnya untuk membeli senjata. Disebutkan dua faktor utama yang melatarbelakangi hal itu; pertama, friksi konstan di kawasan dan kedua kekayaan melimpah yang dimiliki negara-negara tersebut dari hasil penjualan minyak

Financial Times terbitan Inggris beberapa waktu lalu, menurunkan laporan terkait kontrak senjata antara Amerika Serikat dan empat negara Arab di selatan Teluk Persia. Menurut rencana, Arab Saudi, Kuwait, Oman, dan Uni Emirat Arab, selama empat tahun mendatang telah memesan senjata dari Amerika senilai 123 milyar dolar. Arab Saudi menyisihkan dana hingga 60 milyar dolar dan dengan demikian negara ini menjadi konsumen terbesar senjata Amerika Serikat. Berikutnya, Uni Emirat Arab dengan persiapan bujet 35 hingga 40 milyar dolar, Kuwait dengan 12 milyar dolar, dan Oman dengan 7 milyar dolar. Muncul pertanyaan mengapa dana sebesar itu tidak dibelanjakan untuk pembangunan dan kesejahteraan negara. Selain itu, kontrak senjata tersebut hanya akan kian meningkatkan ketergantungan mereka terhadap Amerika Serikat.

Ancaman dan Propaganda Barat

Memborong senjata seperti itu tentu memerlukan alasan dan motif yang kuat. Amerika Serikat dan Barat telah menyadari fakta ini dan oleh sebab itu, secara berkala mereka menebar agitasi dan propaganda soal berbagai macam ancaman dan bahaya. Di kawasan yang sangat vital dan kaya sumber minyak Teluk Persia ini, masalah keamanan adalah segala-galanya. Apa saja yang berpotensi menjadi ancaman keamanan kawasan, dapat dijadikan landasan untuk menjual senjata kepada negara-negara di selatan Teluk Persia.

Pada Agustus 1990, mantan diktator Irak, Saddam Hussein, menginstruksikan serangan dan pendudukan atas Kuwait. Dengan demikian, rezim Saddam yang beberapa tahun sebelumnya didukung penuh oleh Barat dalam serangannya ke Iran, berubah menjadi ancaman serius bagi kawasan. Meski demikian beberapa bulan kemudian, militer Irak menelan kekalahan telak dari serangan pasukan Amerika dan sekutunya. Pasca kekalahan tersebut, militer Irak benar-benar melemah. Kemudian, disusul pula dengan sanksi dari Dewan Keamanan PBB yangmenuai kemiskinan, kesengsaraan, dan penderitaan rakyat Irak. Namun di sisi lain, Barat selama satu dekade memanfaatkan peluang tersebut untuk mengenalkan rezim Saddam sebagai ancaman terbesar bagi negara-negara Arab. Pada saat yang sama, senjata-senjata Barat pun laris-manis diborong negara-negara Arab.

Nuklir Iran

Dikte ancaman dari rezim Saddam bukan hanya dijadikan alasan untuk proses penjualan senjata, bahkan menjadi pembuka jalan bagi pembangunan pangkalan militer negara-negara Barat di Teluk Persia. Selama beberapa tahun terakhir, khususnya pasca memanasnya isu nuklir Iran, Barat tiada henti mengesankan Republik Islam Iran sebagai ancaman bagi keamanan regional. Namun citra persahabatan dan semangat kerukunan yang dimiliki bangsa Iran cukup membuat sulit propaganda Barat. Apalagi Republik Islam Iran menentang keras politik imperialisme Amerika Serikat dan mendukung muqawama Lebanon dan Palestina. Kebijakan-kebijakan tersebut melambungkan citra baik Iran di opini masyarakat regional dan umat Islam dunia.

Berdasarkan hasil polling yang dilakukan oleh lembaga Brookings and Zogby beberapa bulan lalu di enam negara Arab, 92 persen responden menilai tujuan program nuklir Iran sepenuhnya damai. 77 persen responden berpendapat bahwa Iran berhak menikmati teknologi nuklir. Tingkat dukungan terhadap program nuklir Iran lebih sedikit setahun lalu. Hasil jajak pendapat yang sama menunjukkan bahwa 77 persen responden menilai rezim Zionis Israel dan Amerika Serikat sebagai dua negara paling berbahaya bagi perdamaian dunia. Ini membuktikan bahwa dukungan masyarakat regional terhadap program nuklir Iran kian meningkat di samping propaganda miring Barat.

Namun itu tidak terjadi di kalangan pejabat tinggi negara-negara Arab. Dengan kata lain, proyek Iranphobia yang telah digalakkan selama bertahun-tahun oleh Barat dan rezim Zionis Israel, cukup berpengaruh pada kebijakan negara-negara Arab. Singkatnya dalam proyek tersebut, Iran adalah ancaman terbesar sementara rezim Zionis Israel adalah karib negara-negara regional. Bahkan Menteri Peperangan Rezim Zionis Israel, Ehud Barak, meminta negara-negara Arab mengiringi Israel dalam membentuk sebuah front anti-Iran. Meski bagi masyarakat regional sangat sulit melupakan kejahatan rezim Zionis selama enam dekade terakhir, namun segelintir negara Arab justru lebih memilih mengekor Israel dan menilai Republik Islam Iran sebagai ancaman. Pada tahap selanjutnya, hal tersebut dijadikan sebagai alasan untuk memborong senjata dari Amerika Serikat.

Ketimpangan Kekuatan di Kawasan

Tidak boleh dilupakan bahwa sebelum Amerika Serikat menjual senjatanya kepada negara-negara Arab, Washington telah terlebih dahulu mempertahankan superioritas rezim Zionis Israel. Pada intinya, strategi Amerika Serikat dalam menjual senjata kepada Arab dan rezim Zionis adalah dengan tetap menjaga agar Israel lebih kuat dan memiliki persenjataan lebih lengkap dari negara-negara Arab.

"Pemerintah Amerika telah berjanji kepada Israel bahwa di sektor militer, Tel Aviv tidak akan pernah berada di bawah negara lain," demikian ungkap Ehud Barak dalam sebuah statemennya. Tidak hanya itu, demi lebih meyakinkan Israel, Amerika Serikat telah menentukan persyaratan kepada para pembeli senjatanya bahwa senjata-senjata tersebut tidak boleh digunakan terhadap rezim Zionis.

Seorang analis pertahanan dari Inggris, Jonathan Cook menyatakan, "Sebagai insentif kepada rezim Zionis Israel, Amerika Serikat menyatakan akan menyerahkan pesawat F-15 pesanan Arab Saudi tanpa senjata mutakhir, teknologi dan sistem radar, serta alat-alat elektronik modern lainnya." Ditambahkannya, "Di sisi lain, Amerika Serikat akan menjual jet tempur F-35, yang merupakan salah satu jet terbaru dan termodern produksi perusahaan Lockheed Martin, kepada Israel. Pesawat itu dijual dengan harga 150 juta dolar dan dilengkapi dengan sistem anti-radar terbaru."

Salah satu tujuan penting penjualan senjata Amerika Serikat kepada negara-negara Arab di selatan Teluk Persia adalah upaya menjaga industri militer Amerika tetap berjalan dan terus berkembang di masa-masa krisis ekonomi. Tidak jarang pengamat ekonomi yang menilai transaksi masif persenjataan tersebut adalah dalam rangka menciptakan lapangan kerja dan mengurangi angka pengangguran di Amerika Serikat. Dengan kata lain, pendapatan dari penjualan minyak negara-negara Arab Teluk Persia menjadi ramuan mujarab bagi krisis ekonomi Amerika Serikat. Selain itu, biaya penjagaan senjata-senjata tersebut bahkan empat kali lipat lebih besar dari harga senjata itu sendiri. Artinya, setelah membeli senjata itu, negara-negara Arab itu juga harus merekrut tim khusus dari Amerika Serikat untuk menjaga persenjataan tersebut.

Di saat negara-negara Arab tengah keranjingan memborong senjata dari Barat pasca propaganda Iranphobia, Republik Islam Iran terus mencapai kemajuan domestiknya di bidang militer. Namun Tehran menyatakan bahwa kemampuan militer Iran sepenuhnya bersifat defensif. Bahkan dalam berbagai kesempatan, Iran mengundang negara-negara kawasan untuk menggelar manuver militer kolektif. Beberapa negara telah menyatakan sambutan positif.

Alhasil, pengeluaran dana besar-besaran untuk membeli senjata dari Amerika Serikat, dengan kondisi yang telah disebutkan di atas tidak lain adalah penghambur-hamburan kekayaan negara. Kecuali jika memang senjata-senjata tersebut digunakan benar-benar untuk melawan pihak di kawasan yang telah terbukti kejahatannya, seperti rezim Zionis Israel.

--
Salamun 'ala manittaba al Huda



ARMANSYAH

--
-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-
Serulah kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik
dan bantahlah mereka dengan cara yang lebih baik. -Qs. 16 an-Nahl :125
 
Berilah mereka pelajaran, dan katakanlah kepada mereka perkataan yang berbekas pada jiwa mereka. -Qs. 4 an-Nisa' : 63
 
Gabung : Milis_Iqra-subscribe@googlegroups.com
Keluar : Milis_Iqra-unsubscribe@googlegroups.com
Situs 1 : http://groups.google.com/group/Milis_Iqra
Mod : moderator.milis.iqra@gmail.com
-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-

No comments:

Post a Comment