Sunday, December 19, 2010

[Milis_Iqra] Negeri Kaya Raya, Rakyatnya Terlunta-lunta

Negeri Kaya Raya, Rakyatnya Terlunta-lunta

http://www.eramuslim.com/

Selasa, 14/12/2010 07:47 WIB | email | print | share

وَمَا أَصَابَكُم مِّن مُّصِيبَةٍ فَبِمَا كَسَبَتْ أَيْدِيكُمْ
وَيَعْفُو عَن كَثِيرٍ ﴿٣٠﴾

Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh
perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari
kesalahan-kesalahanmu). (QS. As-Syura [42] : 30).

Sampai 2009 konon Freeport sudah berhasil mengeruk lebih dari 7 juta
ton tembaga dan sekitar 725 juta ton emas. Harganya setara dengan Rp
290.000.000 triliun.

Bila belanja Negara (Indonesia) per tahun sekitar Rp 1.000 triliun,
maka dari hasil emas Papua itu saja (belum yang lain-lain) sudah bisa
memenuhi kebutuhan belanja negara selama 290.000 tahun alias 2.900
abad. Diperkirakan, hingga tahun 2041 masih terdapat cadangan tembaga
sebanyak 18 juta ton, dan cadangan emas sekitar 1.430 ton.

Belum lagi kekayaan hutan dan laut. Namun kekayaan yang melimpah ruah
itu semua kenyataannya berbeda dengan kondisi warga. Warga belum tentu
tercukupi sandang-pangan-papan dan lapangan kerja. Sehingga, banyak
yang mencari kerja ke luar negeri sebagai babu.

Di negeri orang, ratusan ribu babu berasal dari negeri yang kekayaan
alamnya melimpah ruah ini ada yang mendapat perlakuan tidak manusiawi
disamping tidak memperoleh upah, sebagaimana terjadi pada Sumiati,
Husna, Rohani, Kikim Komalasari dan sebagainya (lihat Derita Korban
Kejahatan Pengiriman Babu-babu, nahimunkar.com, edisi December 1, 2010
10:14 pm).

Pepatah lama mengatakan: Ayam bertelur di lumbung padi, mati
kelaparan. Kata-kata itu dulu hanya dianggap biasa, bahkan seakan
mengada-ada, namun kini bagi yang arif dan tidak mati rasa tentu akan
mampu menyerap maknanya bahwa itu adalah sindiran yang luar biasa
terhadap keadaan yang aneh tapi nyata ini.

Beberapa waktu lalu sejumlah harian nasional mempublikasikan jalinan
kerja sama antara PT Pertamina dengan Exxon Mobil Corporation untuk
mengelola Blok Natuna Timur (sebelumnya bernama Blok Natuna D Alpha),
yang memiliki kandungan gas alam terbesar di dunia. Yaitu, sebesar 222
triliun kaki kubik potensi gas alam senilai Rp 6.287,25 triliun.

Posisi Blok Natuna Timur yang ditemukan sejak 1973 ini, berada pada
kilometer 225 sebelah timur laut Pulau Natuna. Sedangkan Pulau Natuna
sendiri terletak di kilometer 600 sebelah timur laut Singapura dan di
kilometer 1.100 sebelah utara Jakarta. Cadangan gas alam di sini
diperkirakan dapat dieksplorasi selama 30 tahun ke depan. (Republika
online edisi Sabtu, 04 Desember 2010)

Dalam hal ini, Pertamina merasa tidak dapat mengelola kekayaan alam
itu sendirian, karena memerlukan investasi besar (sekitar 52 miliar
dolar AS) dan membutuhkan penerapan teknologi tinggi.

Sebelum akhirnya diputuskan Exxon Mobil Corporation dari Amerika
Serikat sebagai mitra yang pas, ada tujuh peminat lain yang berasal
dari berbagai negara, yaitu Shell (Belanda), Statoil (Norwegia), Total
(Prancis), Chevron (Amerika), Eni SpA (Italia), China National
Petrolium Corporation (Cina), Petronas (Malaysia).

Sebelum bernama Pertamina, perusahaan minyak dan gas bumi yang
dimiliki Pemerintah Indonesia ini, pada awal berdirinya (sejak tanggal
10 Desember 1957) bernama PT PERMINA. Barulah pada tahun 1971 bernama
PERTAMINA.

Perusahaan ini didirikan dengan maksud untuk menyelenggarakan usaha di
bidang minyak dan gas bumi, baik di dalam maupun di luar negeri serta
kegiatan usaha lain yang terkait atau menunjang kegiatan usaha di
bidang minyak dan gas bumi tersebut. Sehingga, dapat memberikan
kontribusi dalam meningkatkan kegiatan ekonomi untuk kesejahteraan dan
kemakmuran rakyat.

Sedangkan Exxon Mobil Corporation, didirikan sejak 1911 dengan nama
EXXON. Barulah pada 30 November 1999, perusahaan penghasil dan
pengecer minyak ini bernama EXXONMOBIL setelah terjadinya penggabungan
antara Exxon dan Mobil. Penghasilan ExxonMobil pada tahun 2005
mencapai 371 milyar dolar Amerika, dengan jumlah karyawan di seluruh
dunia mencapai 88.300 orang.

Di Indonesia, kehadiran ExxonMobil sudah lebih dari seratus tahun,
khususnya dalam melakukan kegiatan eksplorasi dan eksploitasi ladang
gas dan minyak di sini, terutama di Aceh, Sumatera Utara, dan Blok
Cepu (Jawa Tengah dan Jawa Timur).

Dalam upayanya itu, Exxon bekerja sama dengan PT Arun dan PT
Pertamina. Di Blok Cepu cadangan minyak di kawasan ini diperkirakan
mencapai lebih dari 600 juta barrel, dan kandungan gas alam yang
signifikan. (Kompas, Selasa, 26 Januari 2010)

Selain memiliki kekayaan gas alam, Indonesia juga memiliki kekayaan
lain berupa emas, tembaga, perak, molybdenum, rhenium. Kesemuanya
berada di tanah Papua, dan dikelola oleh Freeport, sebuah perusahaan
pertambangan asal Amerika Serikat dan penghasil emas terbesar di
dunia.

Di Indonesia, khususnya di tanah Papua, Freeport melakukan eksplorasi
di dua tempat, yaitu kawasan tambang Erstberg (sejak 1967) dan kawasan
tambang Grasberg (sejak 1988). Selain itu, Freeport juga
mengeksplorasi tembaga di kawasan Tembaga Pura, Kabupaten Mimika.

Sampai 2009 konon Freeport sudah berhasil mengeruk lebih dari 7 juta
ton tembaga dan sekitar 725 juta ton emas. Setara dengan Rp
290.000.000 triliun bila dikalikan dengan harga emas saat ni yang
mencapai Rp 400.000 per gram (725.000.000.000.000.000 X 400.000 =
290.000.000.000.000.000.000). Bila belanja negara per tahun sekitar Rp
1.000 triliun, maka dari hasil emas Papua bisa memenuhi kebutuhan
belanja negara selama 290.000 tahun. Diperkirakan, hingga tahun 2041
masih terdapat cadangan tembaga sebanyak 18 juta ton, dan cadangan
emas sekitar 1.430 ton.

Belum lagi kekayaan hutan dan laut. Namun itu semua tidak membuat
rakyatnya tercukupi sandang-pangan-papan dan lapangan kerja. Sehingga,
banyak yang mencari kerja ke luar negeri sebagai babu.

Di negeri orang, para babu ini ada yang mendapat perlakuan tidak
manusiawi disamping tidak memperoleh upah, sebagaimana terjadi pada
Sumiati, Husna, Rohani, Kikim Komalasari dan sebagainya (lihat Derita
Korban Kejahatan Pengiriman Babu-babu, nahimunkar.com, edisi December
1, 2010 10:14 pm).

TKI Terlantar

Ada juga, yang dalam upayanya mencari kerja di negeri orang, mereka
terlunta-lunta, terlantar, atau ditelantarkan oleh bangsanya sendiri
yang bertindak sebagai penyalur tenaga kerja, meski sudah membayar
sejumlah rupiah dalam jumlah yang sangat besar untuk ukuran rakyat
biasa.

Sebagaimana pernah terjadi pada Ardi alias Ardi Rumekso alias Ardi
Spanyol, warga Jalan Jatiluhur RT 001 RW 005 no. 297, Kelurahan
Ngesrep, Kecamatan Banyumanik, Kodya Semarang, Jawa Tengah.

Pada suatu hari, 15 September 2007, Ardi mendapat informasi tentang
adanya peluang bekerja di luar negeri melalui perusahaan pengerah
tenaga kerja Anugerah Presidian. Nama Anugerah Presidian diambil dari
nama salah satu anak Pak Koesno, mantan pejabat Depnaker Semarang,
yang ketika masih aktif berdinas, konon ia mengurus penempatan tenaga
kerja Indonesia untuk magang kerja ke Jepang. Selain itu, Koesno juga
dikenal sebagai salah satu tenaga pengajar di sebuah perguruan tinggi.

Dorongan ingin memperbaiki taraf hidup, dan tumbuhnya kepercayaan
kepada sosok Koesno di atas, membuat Ardi tidak ragu-ragu mentransfer
sejumlah uang, agar ia bisa ditempatkan di luar negeri untuk bekerja
dengan penghasilan yang diharapkannya tinggi. Maka, pada tanggal 24
September 2007 Ardi pun mentransfer uang pembayaran via BNI sebesar Rp
40 juta ke rekening Anugerah Presidian di Bank Mandiri.

Sekitar dua belas hari kemudian (06 Oktober 2007), Ardi melakukan
pembayaran lagi untuk keperluan notaris. Hampir sebulan kemudian
(tanggal 05 November 2007), Ardi kembali menstransfer uang sebesar Rp
20 juta ke sebuah rekening bernomor 135.000517 6530.

Meski demikian, Ardi baru diberangkatkan pada 24 Maret 2008 menuju
Prancis. Ia dan Kasmuri tiba di Prancis pada tanggal 25 Maret 2008.
Sehari kemudian, tanggal 26 Maret 2008, Ardi dan Kasmuri sudah tiba di
Spanyol.

Harapan mendapatkan pekerjaan yang layak, sehingga dapat meningkatkan
taraf hidup, buyar sudah. Kondisi hidup di Spanyol justru lebih buruk
dibanding saat ia masih berada di tanah air. Ardi dan Kasmuri
ditempatkan di sebuah penampungan di Caspe, sekitar 100 kilometer arah
timur dari provinsi Zaragoza, Spanyol.

Di Caspe ini Ardi dan kasmuri ditampung di garasi. Di tempat ini semua
aktivitas seperti makan, mandi, mencuci dan menjemur pakain, serta
memasak dilakukan. Di garasi ini terdapat 15 orang asal Indoneisa,
termasuk Ardi dan Kasmuri, hidup berdesakan tanpa penghangat.

Bahkan, perlengkapan tidur pun tidak disediakan, sehingga Ardi dan
Kasmuri harus mengais-ngais dari tempat sampah. Urusan makan juga
bermasalah. Sehari hanya diberi makan dua kali, itu pun sering
terlambat. Bahkan, kadang makanan tak tersedia, sehingga Ardi dan
kawan-kawan harus ngemis-ngemis bahan makanan kepada orang Spanyol,
atau mencuri-curi di kebun dan mencari sisa-sisa makanan orang
Spanyol.

Tak tahan berada dalam kondisi di bawah garis kemanusiaan, akhirnya
Ardi dan Kasmuri memutuskan untuk kembali ke tanah air. Tanggal 15 Mei
2008, Ardi dan kasmuri akhirnya bisa pulang ke Indonesia, berkat
perjuangan keluarga di tanah air.

Sekitar jam 10:25 waktu setempat, Ardi dan kasmuri bertolak dari
bandara Spanyol dengan penerbangan SQ377. Keesokan harinya, tanggal 16
Mei 2008, mereka tiba di Singapura sekitar pukul 07:35 pagi, dan pada
pukul 09:25 wib mereka sudah mendarat di Jakarta dengan SQ 954.

Ardi menyimpulkan, praktik yang dilakukan Koesno dan anak-anaknya
adalah penipuan dan pelecehan terhadap bangsa sendiri. Sebelum
berangkat, Ardi dijanjikan mendapat handphone dan uang saku 500 Euro.

Itu semua merupakan paket yang layak diterimanya setelah membayar
biaya sebesar Rp 60 juta lebih. Ternyata, janji itu palsu. Ardi sama
sekali tidak dibekali handphone, bahkan uang saku yang ia terima hanya
sebesar 250 Euro, itu pun setelah Ardi ngotot.

Begitu juga dengan masalah penginapan, yang dijanjikan gratis,
ternyata diharuskan membayar sebesar 80 Euro setiap bulannya. Masih
ditambah biaya makan sebesar 1 Euro per hari untuk dua kali makan
saja. Bila sudah mendapatkan pekerjaan, dikenai biaya sebesar 5 Euro
(ongkos transport) per hari.

Masih ada lagi. Bagi yang sudah bekerja, dikenakan biaya sewa papael
(surat kerja resmi) sebesar 3 Euro per hari. Padahal, para pekerja
tidak selalu mendapat upah. Ada kalanya meski sudah bekerja selama dua
minggu, upah yang seharusnya dibayarkan sama sekali tidak diterima.
Dokumen keimigrasian seperti paspor juga tidak diurus. Begitu juga
dengan surat kesehatan dan dokumen lainnya, tidak gratis tetapi
dikenakan biaya sebesar 100 Euro.

Ardi adalah salah satu rakyat Indonesia yang kaya. Namun ia harus
mengais rezeki di negeri orang. Itu pun tidak berhasil, meski ia sudah
keluar modal sebanyak Rp 60 juta lebih. Ia tidak dianiaya oleh
majikannya yang orang asing, tetapi ditipu oleh bangsanya sendiri.
Bagaimana bangsa lain mau menghargai bangsa Indonesia, bila orang
semacam Ardi tidak dihargai oleh bangsanya sendiri, bahkan
diperlakukan lebih rendah dari pembantu.

Nasib serupa Ardi juga dialami Winanto (24 tahun), warga Desa
Ngadirejo, Kecamatan Wonoasri, Kabupaten Madiun, Jawa Timur. Uang yang
disetorkan Winanto untuk bisa bekerja di Malaysia, tidak sebesar Ardi,
tetapi 'hanya' Rp 4,5 juta saja. Uang sebanyak itu ia setorkan pada
bulan Mei 2008 kepada M (38 tahun) warga Desa Blemben, Kecamatan
Jambon, Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur, yang selama ini dikenal
sebagai calo TKI.

Kepada Winanto, sang calo TKI menjanjikan akan memberangkatkan Winanto
dengan pesawat udara ke Malaysia. Ternyata, pada Juni 2008 Winanto dan
lima calon tenaga kerja asal Ponorogo lainnya, diberangkatkan ke Dumai
(Kepulauan Riau) dengan bus antar kota.

Di Dumai, Winanto dan kawan-kawan ditempatkan di sebuah ruko, dan
ditelantarkan, tanpa ada kejelasan kapan akan berangkat ke Malaysia.
Selama dua minggu lebih tanpa ada kejelasan. Tiba-tiba, calo TKI
berinisial I meminta uang sebesar Rp 2 juta per orang dengan alasan
untuk membeli tiket kapal laut menuju Malaysia. Konon, sang calo di
Dumai ini sama sekali tidak menerima uang dari M (calo TKI asal
Ponorogo).

Winanto tak punya uang sebanyak itu. Akhirnya ia berhasil menghubungi
kerabatnya di Pekanbaru, minta bantuan dana agar bisa kembali ke
Madiun. Pertengahan Agustus 2008 Winanto berhasil kembali ke kampung
halamannya. Peristiwa tersebut ia laporkan ke Polwil Madiun.

Nasib Winanto masih lebih beruntung, bila dibandingkan dengan nasib
Sri Harini asal Kendal, Jawa Tengah. Gadis kelahiran tahun 1983 ini
sudah bekerja sejak September 2006 di Abu Dhabi, Uni Emirat Arab
(UEA).

Pada pertengahan September 2008, keluarga sang majikan mengajak Sri
berlibur ke Muenchen, Jerman. Ternyata, upaya itu bagian dari rencana
sang majikan menelantarkan Sri Harini. Ketika sedang asyik berbelanja
di pusat perbelanjaan tiba-tiba mereka meninggalkan Sri begitu saja.

Sri Harini ditinggalkan begitu saja di Jerman, tanpa uang dan tanpa
dokumen. Sang majikan yang tergolong kasar, mudah marah, dan emosional
untuk hal-hal sepele, menyimpan dokumen keimigrasian Sri Harini.

Berada di negeri asing tanpa uang dan dokumen, membuat Sri hanya bisa
menangis, dan menangis, sampai akhirnya ia ditolong laki-laki budiman
bernama Shafiq, warga Jerman keturunan Turki.

Selama dua bulan Sri ikut membantu dua toko yang dimiliki Shafiq.
Sementara itu Shafiq berusaha terus mencari nomor telepon kantor
perwakilan RI yang bisa dihubungi. Akhirnya, Sri mendapat pertolongan
dari Konjen RI di Frankfurt.

Dari Grobogan, Jawa Tengah, pernah terbetik kabar tentang tujuh calon
tenaga kerja Indonesia yang ditelantarkan meski sudah menyetorkan uang
puluhan juta ke perusahan pengerah tenaga kerja PT Avco Jaya
Manunggal, yang sejak dua setengah tahun sebelumnya berjanji akan
memberangkatkan mereka paling lambat Desember 2009 ke Korea, namun
hingga pertengahan Januari 2010 tak kunjung terlaksana.

Ketujuh calon TKI ini adalah Pujianto (29 tahun), telah menyerahkan
uang sebesar Rp 22,5 juta. Purnami (36 tahun), warga Desa Gundi,
Godong, telah menyerahkan uang sebesar Rp 21 juta. Sumini (32 tahun),
warga Desa Rajek, Godong, telah menyerahkan uang sebesar Rp 22,5 juta.
Sri Wahyuni (31 tahun), warga Desa Bugel, Godong, telah menyerahkan
uang sebesar Rp 28 juta.

Lainnya, yaitu Nuryanto (25 tahun) warga Desa Nambuhan, Purwodadi,
telah menyerahkan uang sebesar Rp 21,5 juta. Sedangkan Juni (29 tahun)
warga Jatisono, Kecamatan Gajah, Kabupaten Demak, telah menyerahkan
uang sebesar Rp 24,5 juta. Yang paling banyak menyetor uang adalah,
Kartini (30 tahun), warga Desa Werdoyo, Kecamatan Kebongagung,
Kabupaten Demak, sudah menyerahkan uang senilai Rp 35 juta.

PT Avco Jaya Manunggal yang berkantor di Dusun Deresan, Desa Beringin,
Kecamatan Godong ini untuk meyakinkan korbannya, membekali mereka
dengan sejumlah pendidikan, setelah korban menyetor uang dalam jumlah
banyak.

Nasib Serli, TKI asal NTT lain lagi. Serli sudah sejak tahun 2007 lalu
bekerja sebagai Pembantu Rumah Tangga di Malaysia. Setiap hari Serli
harus bekerja dari pukul 07.00 WIB hingga pukul 02.00 WIB dini hari
tanpa istirahat, dan hanya diberi makan 2 kali sehari, dengan makan
malam berupa mie instan, dan tidak dibayarkan gajinya sejak awal
bekerja. Selain itu, Serli kerap disiksa serta dipukuli majikannya.

Pada April 2010, majikannya mengirm Serli pulang, tanpa alasan yang
jelas. Serli hanya dibekali uang sebesar Rp 1 juta, dan disuruh naik
pesawat jurusan Padang. Di Padang, Serli terlantar. Akhrnya ia
dipulangkan oleh Disnakertrans Sumatera Barat dan LSM Nurani Perempuan
ke kampung halamannya pada 4 Mei 2010.

Bila Serli terlantar di Padang, Sumatera Barat, yang masih bagian dari
negerinya sendiri, nasib yang lebih pahit dialami Jumiati (26 tahun),
tenaga kerja asal Desa Larangan, Kecamatan Larangan, Brebes, Jawa
Tengah. Ia ditelantarkan di Sri Langka, setelah sebelumnya menjadi
korban kekerasan majikannya saat bekerja di Arab Saudi.

Jumiati berangkat ke Riyadh, Arab Saudi pada 9 November 2009. Karena
tak tahan diperlakukan majikannya, Jumiati akhirnya kabur ke KBRI di
Arab Saudi. Gaji dua bulan Jumiati habis digunakan untuk mengurus
permasalahannya. Namun, Jumiati justru dikembalikan ke majikannya oleh
pihak KBRI dan agensi yang mengirimnya kerja ke Riyadh.

Sekitar Juli 2010, sang majikan berkunjung ke rumah adiknya di Sri
Langka. Jumiati dibawa serta, kemudian dipekerjakan untuk merawat anak
adik sang majikan yang masih bayi. Di sinilah Jumiati terlantar. Ia
ingin pulang karena kondisinya sakit-sakitan, sebagaimana diceritakan
Nurcholis (30 tahun) suami Jumiati.

Kasus TKI terlantar akibat ditipu tekong (calo) dialami oleh Mita
Marwati (30 tahun) asal Semarang dan Salmi (45 tahun) TKW asal Boyoli
Jawa Tengah. Mita dijanjikan bekerja di sebuah perusahaan di Malaysia
dengan gaji 600 ringgit per bulan ditambah tips dan bonus tiap hari.

Ternyata, setelah membayar sejumlah uang, Mita hanya sampai di tempat
penampungan di pantai impian, Tanjungpinang. Selama berada di
penampungan singgah, Mita dua kali dipukul Asni salah seorang tekong
yang menampungnya. Beruntung Mita bisa meloloskan diri hingga sampai
di rumah singgah Engku Putri Tanjungpinang, Provinsi Kepulauan Riau.

Hampir sama dengan Mita, Salmi mengaku ditipu tekong dengan cara
ditinggalkan di atas kapal Bukit Raya, sesaat setelah tiba di
pelabuhan Kijang-Bintan. Sebelumnya, Salmi mengaku dijanjikan akan
dipekerjakan di luar negeri dengan gaji Rp 1,5 juta per bulan. Untuk
itu, Salmi dimintai uang Rp 1 juta.

Sebelum sampai di rumah singgah Engku Putri, Salmi sempat tidur selama
berhari-hari di pelabuhan Kijang, kadang di semak atau di gubuk yang
ditemuinya. Salmi akhirnya ditolong seorang tukang ojek setelah
sebelumnya berjalan bebeberapa hari tanpa tujuan. Oleh tukang ojek,
Salmi diantar ke kantor polisi di Kijang. Polisi kemudian merujuk
Salmi ke rumah singgah Engku Putri.

Akhirnya, Mita dan Salmi pada tanggal 04 Oktober 2010 dipulangkan ke
kampung halaman masing-masing, setelah pihak pengelola rumah singgah
Engku Putri menghubungi Pemda Jawa Tengah.

Seharusnya, rakyat Indonesia tidak perlu sampai repot-repot mencari
kerja ke luar negeri, karena dengan kekayaan alamnya yang sedemikian
melimpah, bila dikelola dengan baik mampu memberikan lapangan
pekerjaan bagi sebagian besar rakyatnya. Dengan kekayaan alam yang
melimpah, kesejahteraan rakyat dapat dijamin berada pada tingkatan
yang membanggakan.

Fakta tentang kekayaan alam Indonesia yang melimpah berhadapan dengan
fakta tentang rakyatnya yang harus cari kerja ke luar negeri,
menunjukkan bahwa keberkahan telah sedemikian jauh dari bangsa kita.
Mungkin, karena syari'at Islam yang seharusnya dijadikan landasan
hidup berbangsa dan bernegara hanya dijadikan komoditas politik
semata.

Itu semua salah siapa?

Jawabannya adalah benarlah firman Allah Ta'ala,

وَمَا أَصَابَكُم مِّن مُّصِيبَةٍ فَبِمَا كَسَبَتْ أَيْدِيكُمْ
وَيَعْفُو عَن كَثِيرٍ ﴿٣٠﴾

Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh
perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari
kesalahan-kesalahanmu). (QS. As-Syura [42] : 30).

Wujud kesalahan itu di antaranya apa?

Ini jawabannya:

عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُمَرَ ، قَالَ : أَقْبَلَ عَلَيْنَا رَسُولُ
اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ، فَقَالَ : " يَا مَعْشَرَ
الْمُهَاجِرِينَ ، خَمْسٌ إِذَا ابْتُلِيتُمْ بِهِنَّ ، وَأَعُوذُ
بِاللَّهِ أَنْ تُدْرِكُوهُنَّ ،

لَمْ تَظْهَرِ الْفَاحِشَةُ فِي قَوْمٍ قَطُّ ، حَتَّى يُعْلِنُوا ،
بِهَا إِلَّا فَشَا فِيهِمُ الطَّاعُونُ وَالْأَوْجَاعُ ، الَّتِي لَمْ
تَكُنْ مَضَتْ فِي أَسْلَافِهِمُ الَّذِينَ مَضَوْا ،

وَلَمْ يَنْقُصُوا الْمِكْيَالَ وَالْمِيزَانَ ، إِلَّا أُخِذُوا
بِالسِّنِينَ ، وَشِدَّةِ الْمَئُونَةِ ، وَجَوْرِ السُّلْطَانِ
عَلَيْهِمْ ،

وَلَمْ يَمْنَعُوا زَكَاةَ أَمْوَالِهِمْ إِلَّا مُنِعُوا الْقَطْرَ مِنَ
السَّمَاءِ ، وَلَوْلَا الْبَهَائِمُ لَمْ يُمْطَرُوا

وَلَمْ يَنْقُضُوا عَهْدَ اللَّهِ ، وَعَهْدَ رَسُولِهِ إِلَّا سَلَّطَ
اللَّهُ عَلَيْهِمْ عَدُوًّا مِنْ غَيْرِهِمْ ، فَأَخَذُوا بَعْضَ مَا
فِي أَيْدِيهِمْ

وَمَا لَمْ تَحْكُمْ أَئِمَّتُهُمْ بِكِتَابِ اللَّهِ ، وَيَتَخَيَّرُوا
مِمَّا أَنْزَلَ اللَّهُ إِلَّا جَعَلَ اللَّهُ بَأْسَهُمْ بَيْنَهُمْ
"4019 (ابن ماجة ) مسند الصحابة في الكتب التسعة - (ج 17 / ص 194)

Dari Abdullah bin Umar, ia berkata, Rasulullah saw menghadapi kami
lalu bersabda: Wahai orang-orang Muhajirin, lima perkara jika kamu
ditimpa lima perkara ini (maka keadaanmu mengalami bermacam-macam
adzab) aku mohon kepada Allah agar kamu tidak mendapatinya.

(1) tidaklah perbuatan keji (zina) yang dilakukan secara nampak hingga
terang-terangan di suatu kaum kecuali akan tersebar wabah penyakit
tho'un dan penyakit-penyakit lainnya yang tidak ada pada orang-orang
terdahulu mereka yang telah lalu.

(2) tidaklah orang-orang mengurangi takaran dan timbangan kecuali
mereka akan disiksa dengan paceklik, sulitnya (bahan) kebutuhan, dan
dhalimnya penguasa atas mereka.

(3) tidaklah mereka menahan zakat harta mereka kecuali akan ditahan
pula untuk mereka hujandari langit, dan seandainya bukan karena
(adanya) hewan-hewan maka mereka (manusia tak bayar zakat harta itu)
tidak dihujani.

(4) dan tidaklah orang-orang membatalkan janji Allah dan janji Rasul-
Nya kecuali Allah akan menjadikan musuh dari selain mereka (yakni
orang-orang kafir) maka mereka (musuh) itu mengambil sebagian apa yang
ada di tangan mereka (pembatal janji itu).

(5) dan selagi pemimpin-pemimpin (pemerintahan, bangsa, masyarakat)
mereka tidak berhukum dengan kitab Allah, dan mereka memilih-milih
dari apa yang diturunkan Allah (maka tiada lain) kecuali Allah
menjadikan keganasan satu sama lain di antara mereka. (HR Ibnu Majah
no 4019, hasan menurut Al-Albani dalam As-Silisilah As-Shohihah 106/
4009).

Bagaimana mau tidak diadzab dengan aneka derita, semua dari lima
keburukan itu sudah dilanggar seluruhnya. Zina bukan lagi terang-
terangan, malah dijadikan bisnis.

Hingga Gubernur Jawa Timur memerintahkan agar pusat pelacuran di
Surabaya ditutup saja walikotanya padahal perempuan justru ngeyel,
menolak dengan alasan yang dibuat-buat.

Itu belum masalah zina di seantero negeri dengan aneka kasusnya dari
pembantu rumah tangga sampai tingkat aparat dan anggota dewan yang
terhormat, apalagi artis, jangan dikata lagi!

Pembaca yang kami hormati, bagaimana zina telah dipersilakan di negeri
ini, sampai seorang ibu pun ada yang mempersilakan anaknya yang masih
umur 13 tahun untuk berzina.

Nia Dinata, sineas (orang yang ahli tentang cara dan teknik pembuatan
film) yang kerap mengangkat tema perempuan menyatakan kepada anaknya
(ABG lelaki 13 tahun), untuk melakukan seks tidak harus pergi jauh-
jauh dari Indonesia.

Silakan kamu lakukan di Tanah Air tapi kamu harus tahu tentang
bagaimana penyakit menular, HIV/AIDS dan lain sebagainya.

"Silakan kamu melakukan itu dengan pacarmu tapi dengan syarat sama-
samamau. Tapi kamu tahu dulu tentang sex education. Tentunya, satu
sama lainharus bisa bertanggung jawab atas perbuatannya," katanya.
(okezone, ABG Impikan ke Belanda Demi Seks Bebas, Senin, 6 Desember
2010 - 08:51 wib)

Benarlah firman Allah Ta'ala dalam surat An-Nas, untuk berlindung
kepada Allah dari bisikan syetan di dada-dada manusia, dari (golongan)
jin dan manusia.

Nia Dinata juga dikenal membela pornografi dengan bukti gigihnya
memprotes rancangan undang-undang anti pornografi.

Pembelaannya terhadap pornografi itu dapat dibaca di (http://
www.nahimunkar.com/cewek-cewek-penentang-uu-pornografi-buruk-muka-cermin-dibelah
dapat juga dibaca di buku Pangkal Kekeliruan Golongan Sesat, oleh
Hartono Ahmad jaiz dkk, Pustaka Nahi Munkar, Jakarta, 2009, hal
331-334).

Dan itu bukan hanya dalam hal bermaksiat, tetapi sudah sampai pada
cara berfikir, sehingga ketika ada artis yang ditolak masyarakat
ketika mau mencalonkan diri sebagai kepala daerah karena telah dikenal
sebagai wanita yang berpenampilan seronok alias umbar aurat, tahu-tahu
ada yang mengqiyaskannya dengan Nabi. Sama-sama semula ditolak warga,
kata seorang artis yang dikenal sebagai pengacara.

Astaghfirulloh… Nabi shallallahu 'alaihi wasallam ditolak karena
mentauhidkan Allah, penolaknya itu orang-orang kafirin musyrikin yang
memang benci kepada aturan Allah.

ha kalau artis seronok, ditolaknya itu karena mengumbar aurat alias
pengusung maksiat, sedang yang menolaknya itu masyarakat yang justru
taat kepada Allah. Itulah cara berfikir seorang pembela yang sangat
dungu, menyamakan antara emas dengan kotoran manusia hanya karena sama-
sama kuningnya.

Keburukan yang kedua, curang dalam takaran dan timbangan. Di mana di
negeri ini yang orang-orangnya bersih dari itu. Dari penujual barang
di pinggir jalan sampai di tempat yang mewah banyak sekali pelaku-
pelaku curangnya. Penulis pernah naik taksi menuju ke satu
pergedungan. Tukang taksi bertanya, Pak di gedung itu isinya yang
paling banyak apa Pak?

Saya jawab, ya orang bekerja dan sebagainya.

Dia bantah dengan perkataan: Bukan Pak. Isinya paling banyak ya
maling.

Astaghfirullah… tukang taksi itu masih saja ngoceh dan saya mengelus
dada sambil senyum kecut.

Ketika isinya seperti itu, maka apabila yang memimpin negeri itu
dhalim, maka sudah sesuai dengan hadits tersebut. Ini bukan
menjustifikasi pemimpin yang dhalim, ini hanya analisis kenyataan.

Keburukan lainnya, membatalkan janji Allah dan janji Rasul-Nya, sudah
tidak dapat dihitung lagi. Mulutnya bersyahadat, bersaksi bahwa tidak
ada Tuhan yang haq disembah selain Allah.

Namun betapa banyaknya orang yang rajin meminta-minta mengenai nasib
hidupnya ke dukun, ke isi kubur –malahan dipimpin oleh orang-orang
bersorban atau perempuan berjilbab rapat dan perginya itu dengan
istilah yang seolah Islami, yakni tour ziarah, tour religi dan
sebagainya.

Kesesatan tentang ini dapat dibaca di buku Pendangkalan Akidah
Berkedok Ziarah. Di samping itu juga banyak yang berdoa atau
menyembah, atau minta berkah atau minta dihindarkan dari mala petaka
ke batu, gunung, laut, bahkan kerbau dan sebagainya dengan aneka
upacara dan cara.

Aneka kemusyrikan pun merajalela. Tidak dapat dihitung lagi, dan itu
sering justru disponsori penguasa. Itu berarti membatalkan janji Allah
dengan dipimpin oleh penguasa setempat.

Juga membatalkan janji Rasul, untuk mengikuti Rasul dalam ibadah
kepada Allah, tetapi betapa banyaknya bid'ah-bid'ah yang mereka buat.
Ada shalawat bikinan yang tidak disyari'atkan seperti apa yang disebut
Shalawat Nariyah.

Shalawat Nariyah telah dikenal oleh banyak orang. Mereka beranggapan,
barangsiapa membacanya sebanyak 4.444 kali dengan niat agar kesusahan
dihilangkan, niscaya akan terpenuhi.

Ini adalah anggapan batil yang tidak berdasar sama sekali. Apalagi
jika kita mengetahui lafadh bacaannya, serta kandungan syirik yang ada
di dalamnya. Mengandung kemusyrikan menurut Syaikh Jamil Zainu, karena
ada lafal

... محمد، الذي تنحل به العقد وتنفرج به الكرب، وتقضى به الحوائج

…Muhammad, yang dengan beliau terurai segala ikatan, hilang segala
kesedihan, dipenuhi segala kebutuhan,…

Bagaimana mungkin Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam akan rela,
jika dikatakan bahwa beliau kuasa menguraikan segala ikatan dan
menghilangkan segala kesedihan. Padahal Al-Qur'an menyeru kepada
beliau untuk memaklumkan:

قُلْ لَا أَمْلِكُ لِنَفْسِي نَفْعًا وَلَا ضَرًّا إِلَّا مَا شَاءَ
اللَّهُ وَلَوْ كُنْتُ أَعْلَمُ الْغَيْبَ لَاسْتَكْثَرْتُ مِنَ
الْخَيْرِ وَمَا مَسَّنِيَ السُّوءُ إِنْ أَنَا إِلَّا نَذِيرٌ وَبَشِيرٌ
لِقَوْمٍ يُؤْمِنُونَ(188)

"Katakanlah, 'Aku tidak kuasa menarik kemanfaatan bagi diriku dan
tidak menolak kemudharatan kecuali yang dikehendaki Allah. Dan
sekiranya aku mengetahui yang ghaib, niscaya aku membuat kebajikan
sebanyak-banyaknya dan aku tidak akan ditimpa kemudharatan. Aku tidak
lain hanyalah pemberi peringatan, dan pembawa berita gembira bagi
orang-orang yang beriman." (QS. Al-A'raf [7] : 188)

(Syaikh Muhammad bin Jamil Zainu, Minhajul Firqah An-Najiyah wat
Thaifah Al-Manshurah, diterjemahkan Ainul Haris Umar Arifin Thayib Lc,
Jalan Golongan Selamat, Darul Haq, Jakarta, cet. I, 1419 H, hlm.
173-176. Lihat pula di buku Hartono Ahmad Jaiz, Aliran dan Paham Sesat
di Indonesia, Pustaka Al-Kautsar, Jakarta, cetakan 7, 2004M, halaman
266-268).

Ada juga shalat bikinan yang tidak disyari'atkan seperti shalat
Raghaib di awal bulan Rajab, dan ada juga perayaan-perayaan atau
upacara-upacara bikinan atas nama agama yang tidak disyari'atkan. Itu
yang mereka semarakkan dan dibela mati-matian. Padahal sudah ada
ancaman dari Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam:

عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ مَسْعُودٍ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله
عليه وسلم- قَالَ « مَا مِنْ نَبِىٍّ بَعَثَهُ اللَّهُ فِى أُمَّةٍ
قَبْلِى إِلاَّ كَانَ لَهُ مِنْ أُمَّتِهِ حَوَارِيُّونَ وَأَصْحَابٌ
يَأْخُذُونَ بِسُنَّتِهِ وَيَقْتَدُونَ بِأَمْرِهِ ثُمَّ إِنَّهَا
تَخْلُفُ مِنْ بَعْدِهِمْ خُلُوفٌ يَقُولُونَ مَا لاَ يَفْعَلُونَ
وَيَفْعَلُونَ مَا لاَ يُؤْمَرُونَ فَمَنْ جَاهَدَهُمْ بِيَدِهِ فَهُوَ
مُؤْمِنٌ وَمَنْ جَاهَدَهُمْ بِلِسَانِهِ فَهُوَ مُؤْمِنٌ وَمَنْ
جَاهَدَهُمْ بِقَلْبِهِ فَهُوَ مُؤْمِنٌ وَلَيْسَ وَرَاءَ ذَلِكَ مِنَ
الإِيمَانِ حَبَّةُ خَرْدَلٍ ».

Dari Abdullah bin Mas'ud bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam
bersabda: "Tidaklah seorang nabi yang diutus oleh Allah pada suatu
umat sebelumnya melainkan dia memiliki pembela dan sahabat yang
memegang teguh sunnah-sunnah dan mengikuti perintah-perintahnya,
kemudian datanglah setelah mereka suatu kaum yang mengatakan sesuatu
yang tidak mereka lakukan, dan melakukan sesuatu yang tidak
diperintahkan. Barangsiapa yang berjihad dengan tangan melawan mereka
maka dia seorang mukmin, barangsiapa yang berjihad dengan lisan
melawan mereka maka dia seorang mukmin, barangsiapa yang berjihad
dengan hati melawan mereka maka dia seorang mukmin, dan setelah itu
tidak ada keimanan sebiji sawi." (Hadits Shahih Riwayat Muslim, No.
71)

Ketika negerinya kaya raya, penduduknya adalah Ummat Islam yang
jumlahnya terbesar se-dunia, tetapi ternyata hidupnya tidak berkah,
maka tentu ada yang salah. Kesalahannya tidak jauh dari apa yang sudah
dituturkan dalam ayat dan Hadits.

Yaitu masyarakat yang curang, membatalkan janji Allah dan janji Rasul-
Nya, mengatakan apa-apa yang tidak mereka kerjakan (pidatonya dan
ucapannya bagus-bagus, tetapi pelaksanaannya nol besar atau bahkan
sebaliknya, misalnya.

Ucapannya melarang kemusyrikan dan bid'ah tetapi lakonnya penuh dengan
keburukan sampai yang menyerempet itu, misalnya.) dan mereka
mengerjakan apa-apa yang tidak diperintahkan.

Misalnya tidak ada perintah untuk merayakan ini dan itu tetapi mereka
rayakan. Tidak ada suruhan untuk upacara ini dan itu (mengenai orang
mati, misalnya) tetapi mereka adakan upacara ini dan itu.

Bahkan kadang mereka bela mati-matian, malahan ormas terbesar atas
nama Islam pun di barisan depan dalam membela yang tidak diperintahkan
itu.

Lha kalau kenyataannya seperti itu, ya wajar. Negerinya kaya raya,
warganya terlunta-lunta. Salah siapa?

Ya salah para ulamanya, pemimpinnya, tokohnya, pendidiknya (bahkan
atas nama pendidikan Tinggi Islam tetapi isinya menyesatkan –baca buku
Ada Pemurtadan di IAIN), dan kesalahan mereka itu menyeret Ummat dan
warganya. Akibatnya Allah menjadikan musuh dari selain mereka (yakni
orang-orang kafir) maka mereka (musuh) itu mengambil sebagian apa yang
ada di tangan mereka (pembatal janji itu).

Dalam hal yang sudah diketahui secara umum, apa yang disebut
"kerjasama" pengelolaan bahan-bahan tambang: emas, tembaga, minyak
bumi, gas alam dan sebagainya di mana-mana itu adalah ungkapan
eufemisme dari isi hadits tersebut. Yaitu orang kafir yang sejatinya
adalah musuh mengambil sebagian apa yang ada di tangan Muslimin yang
membatalkan janji Allah dan janji Rasul.

Dalam kasus Indonesia, yang diambil oleh kafir musuh itu justru bukan
sekadar sebagian, tetapi ada yang menyebutnya bagian terbesar.
Akibatnya, untuk menutupi kebutuhan Negara maka warga lah yang diperas
dengan apa yang disebut pajak, yang tampaknya semakin menggila, hingga
kini sudah dirancang, sampai orang yang makan di warteg (warung tegal)
yakni warung kelas rakyat saja akan dipungut pajak.

Bahasa gampangnya, kekayaan yang melimpah itu direlakan untuk orang-
orang kafir yang dalam hadits disebut musuh, sedang anak sendiri
diperas habis-habisan. Padahal kekayaan yang melimpah itu sebagaimana
di awal tulisan ini dari satu sumbernya saja hitungannya sudah
mencukupi anggaran Negara selama 2.900 abad. Tetapi justru yang
dikeruk adalah apa-apa yang ada di tangan warga, dengan cara memungut
pajak.

Perlu diketahui, 70 persen penerimaan negara berasal dari pajak, yang
petugasnya adalah para pegawai pajak yang total jumlah karyawan Ditjen
Pajak seluruh Indonesia sebanyak 32 ribu orang.

Padahal harta orang Muslim itu dilindungi, makanya pemungut pajak itu
sangat diancam dalam Islam.

Dalam sebuah hadits yang shahih Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa
sallam bersabda:

لَا يَحِلُّ مَالُ امْرِئٍ مُسْلِمٍ إلَّا بِطِيبِ نَفْسٍ مِنْهُ

"Tidak halal harta seseorang muslim kecuali dengan kerelaan dari
pemiliknya."

Adapun dalil secara khusus, ada beberapa hadits yang menjelaskan
keharaman pajak dan ancaman bagi para penariknya, di antaranya bahwa
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

« إِنَّ صَاحِبَ الْمَكْسِ فِى النَّارِ ».

"Sesungguhnya pelaku/pemungut pajak (diadzab) di neraka." [HR Ahmad
4/109, Abu Dawud kitab Al-Imarah : 7]

Hadits ini dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani rahimahullah dan beliau
berkata, "Sanadnya bagus, para perawinya adalah perawi (yang dipakai
oleh) Bukhari-Muslim, kecuali Ibnu Lahi'ah; kendati demikian, hadits
ini shahih karena yang meriwayatkan dari Abu Lahi'ah adalah Qutaibah
bin Sa'id Al-Mishri".

Dan hadits tersebut dikuatkan oleh hadits lain, seperti.

عَنْ أَبِي الْخَيْرِ ، قَالَ : عَرَضَ مَسْلَمَةُ بْنُ مُخَلَّدٍ -
وَكَانَ أَمِيرًا عَلَى مِصْرَ - عَلَى رُوَيْفِعِ بْنِ ثَابِتٍ ، أَنْ
يُوَلِّيَهُ الْعُشُورَ ، فَقَالَ : إِنِّي سَمِعْتُ رَسُولَ اللهِ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ : إِنَّ صَاحِبَ الْمَكْسِ
فِي النَّارِ.

"Dari Abu Khair Radhiyallahu 'anhu beliau berkata ; "Maslamah bin
Makhlad (gubernur di negeri Mesir saat itu) menawarkankan tugas
penarikan pajak kepada Ruwafi bin Tsabit Radhiyallahu 'anhu, maka ia
berkata : 'Sesungguhnya para penarik/pemungut pajak (diadzab) di
neraka." (HR Ahmad 4/143, Abu Dawud 2930)

Berkata Syaikh Al-Albani rahimahullah, "(Karena telah jelas keabsahan
hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Lahi'ah dari Qutaibah) maka aku
tetapkan untuk memindahkan hadits ini dari kitab Dha'if Al-Jami'ah Ash-
Shaghir kepada kitab Shahih Al-Jami, dan dari kitab Dha'if At-Targhib
kepada kitab Shahih At-Targhib."

Hadits-hadits yang semakna juga dishahihkan oleh Dr Rabi Al-Madkhali
hafidzahulllah dalam kitabnya, Al-Awashim wal Qawashim hal. 45. (lihat
Pajak dalam Islam (Nasehat untuk Para Pemungut Pajak) Oleh: Abu
Ibrahim Muhammad Ali, Majalah Al-Furqon, Edisi I, Tahun VI/Sya'ban
1427/2006.) nahimunkar.com, April 8, 2010 3:43 am,
http://www.nahimunkar.com/pajak-dalam-islam.

Setelah jelas duduk soalnya, bahwa semua kesengsaraan di negeri yang
kaya raya itu akibat kejahatan manusia itu sendiri, mungkin masih ada
pertanyaan: kenapa yang kena sengasaranya kok hanya yang kecil-kecil?
Sedang yang gede-gede justru makin senang dan kenyang?

Hal itu ada penjelasan, orang-orang jahat atau aqidahnya rusak tidak
diadzab padahal jelas jahat. Karena di lingkungannya ada orang-orang
yang beristighfar, minta ampun kepada Allah Ta'ala.

وَمَا كَانَ اللَّهُ لِيُعَذِّبَهُمْ وَأَنْتَ فِيهِمْ وَمَا كَانَ
اللَّهُ مُعَذِّبَهُمْ وَهُمْ يَسْتَغْفِرُونَ [الأنفال/33]

Dan Allah sekali-kali tidak akan mengazab mereka, sedang kamu berada
di antara mereka. Dan tidaklah (pula) Allah akan mengazab mereka,
sedang mereka meminta ampun [*] (QS. Al-Anfal [8] : 33).

[*]. Di antara mufassirin mengartikan yastagfiruuna dengan bertaubat
dan ada pula yang mengartikan bahwa di antara orang-orang kafir itu
ada orang muslim yang minta ampun kepada Allah.

Dari sisi lain, orang jahat pun ada yang justru sukses dalam
kejahatannya. Itulah yang disebut istidraj.

Ada keterangannya dalam hadits Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam:

عَنْ عُقْبَةَ بْنِ عَامِرٍ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ قَالَ إِذَا رَأَيْتَ اللَّهَ يُعْطِي الْعَبْدَ مِنْ
الدُّنْيَا عَلَى مَعَاصِيهِ مَا يُحِبُّ فَإِنَّمَا هُوَ اسْتِدْرَاجٌ
ثُمَّ تَلَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
{ فَلَمَّا نَسُوا مَا ذُكِّرُوا بِهِ فَتَحْنَا عَلَيْهِمْ أَبْوَابَ
كُلِّ شَيْءٍ حَتَّى إِذَا فَرِحُوا بِمَا أُوتُوا أَخَذْنَاهُمْ
بَغْتَةً فَإِذَا هُمْ مُبْلِسُونَ (رواه أحمد تعليق شعيب الأرنؤوط :
حديث حسن وهذا إسناد ضعيف لضعف رشدين بن سعد وباقي رجال الإسناد ثقات؛
والطبرانى فى الكبير ، والأوسط ، والبيهقى فى شعب الإيمان عن عقبة بن
عامر)

Dari Uqbah bin Amir dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, beliau
bersabda: "Jika kalian melihat Allah memberikan dunia kepada seorang
hamba pelaku maksiat dengan sesuatu yang ia sukai, maka sesungguhnya
itu hanyalah merupakan istidraj." Kemudian Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam membacakan ayat: '(Maka tatkala mereka melupakan
peringatan yang Telah diberikan kepada mereka, Kami pun membukakan
semua pintu-pintu kesenangan untuk mereka; sehingga apabila mereka
bergembira dengan apa yang telah diberikan kepada mereka, kami siksa
mereka dengan sekonyong-konyong, Maka ketika itu mereka terdiam
berputus asa) '. (QS. Al An'am [6] : 44). (HR Ahmad No. 16673 ,
komentar Syu'aib al-Arnauth: hadits hasan, dan riwayat At-Thabrani dan
Al-Baihaqi).

Semoga hal ini menjadi peringatan bagi kita semua. Amien ya Rabbal
'alamien.

*Hartono Ahmad Jaiz dan Hamzah Tede adalah penulis buku Pendangkalan
Akidah Berkedok Ziarah.

--
-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-
Serulah kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik
dan bantahlah mereka dengan cara yang lebih baik. -Qs. 16 an-Nahl :125

Berilah mereka pelajaran, dan katakanlah kepada mereka perkataan yang berbekas pada jiwa mereka. -Qs. 4 an-Nisa' : 63

Gabung : Milis_Iqra-subscribe@googlegroups.com
Keluar : Milis_Iqra-unsubscribe@googlegroups.com
Situs 1 : http://groups.google.com/group/Milis_Iqra
Mod : moderator.milis.iqra@gmail.com
-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-

No comments:

Post a Comment