Friday, December 17, 2010

Re: [Milis_Iqra] Fw: WHERE HAVE ALL THE FATHERS GONE?

Ya memang yang nomor 1 tugas seorang ayah mendidik keluarganya (terutama istrinya) untuk bisa juga mengemban tugas dakwah, oleh kerana itu menurut saya yang ideal suamilah yang mengajarkan agama kepada sang istri agar anak2nya dibesarkan dalam lingkungan dakwah, ini berkaitan dengan komentar saya mengenai seorang lelaki yang meninggalkan anak istrinya untuk berdakwah... jadi mbak.. istri istri itu belajar agama bukan dengan ustadz atau kyai yang bukan muhrimnya melainkan dengan sang suami, dan sang suamipun disamping mencari nafkah pergi keluar rumah mereka juga menuntut ilmu dan mendakwahkan agama.

Mengenai ibrah atau hikmah kepergian nabiallah ibrahim alihissalam saya minta mbak when mencari tahu kisah tersebut dari orang yang mbak anggap faham keagamaannya, mbak bisa tanyakan kenapa ada seorang ayah tega meninggalkan seorang istri dengan seorang bayi di tengah gurun yang gersang, Alquran juga banyak bercerita mengenai kisah kisah para nabi yang bisa kita ambil hikmahnya dalam memahami ajaran islam dengan benar.

okay wassalam...

2010/12/16 <whe.en9999@gmail.com>
Saya boleh ikutan berpendapat ga mas Rischandra?
:-D
Mungkin maksudnya adalah, prioritas dakwah seorang suami dan ayah adalah keluarganya bukan kepada orang lain,sudahkah dia sebagai pemimpin rumah tangganya tersebut melaksanakan hal tersebut?pertanggungjawabannya untuk yang dipimpinnya, anak dan keluarganya sesuai firman Allah
Allah Ta'ala berfirman,
"Wahai orang-orang yang beriman, jagalah dirimu dan keluargamu dari api Neraka yang bahan bakarnya manusia dan batu".(At-Tahrim : 6)

Kalau mendakwahi keluarganya belum cukup, apa ya bisa mendakwahi orang lain, padahal perintah Allah kan yang dijaga dari api neraka adalah diri dan keluarga, bukan orang lain. Yang akan dimintai pertanggungjawabannya adalah kepemimpinannya termasuk kepemimpinan dalam keluarga.

Setelah keluarganya baru menginjak kepada orang lain tentunya.

Pada kasus2 tersebut, tentusaja kita tidak bisa membandingkan diri kita dengan nabi Ibrahim atau nabi2 yang lain, karena Allah menghendaki suatu peristiwa yang menjadi suri tauladan kita atas apa yang diperintahkan beliau kepada Nabinya.

Bukankah ibrah yang kita ambil adalah bukan ditinggalkannya istri dan anak Nabi Ibrahim namun peristiwa sesudah ditinggalkannya yang berhubungan dengan haji dan penyembelihan qurban?

Demikian pendapat saya
Silahkan kalau ada counter atau tambahan

Whe-en

Sent from my BlackBerry®
powered by Sinyal Kuat INDOSAT


From: Muhamad Rischandra <mrischandra@gmail.com>
Date: Thu, 16 Dec 2010 15:24:22 +0700
Subject: Re: [Milis_Iqra] Fw: WHERE HAVE ALL THE FATHERS GONE?

Ada ayah yang dinas luar (tugas kantor atau dakwah) ke daerah-daerah
hampir setiap bulan.

Kalimat diatas kok terkesan mengkambinghitamkan tugas dakwah ya mas? padahal nabi ibrahim sendiri juga meninggalkan anak dan istrinya di padang pasir...? bukan bermaksud memotong motong, saya hanya ingin mengingatkan saja... :)

2010/12/16 Agus Rasidi <rasidi@wicaksana.co.id>
sekolah-kehidupan
WHERE HAVE ALL THE FATHERS GONE?
Posted by: "pdewo" pdewo
Sun Dec 12, 2010 4:06 pm (PST)


(Dikutip dari milis sebelah)

WHERE HAVE ALL THE FATHERS GONE?

Bill Cosby memang berharga. Ketika beberapa tahun silam, anaknya Bill Cosby Jr diterjang peluru, hampir sebagian warga dunia berguncang. Seorang ayah 'ideal' kehilangan anaknya. Puluhan pertanyaan berhamburan dibalik kejadian itu. Orang-orang tidak membayangkan Bill Cosby Jr punya masalah dengan bandit-bandit pengedar obat terlarang. Bukankah Bill Cosby seorang ayah ideal, humoris, sabar, pengertian, enak dan perlu.

Tidaklah berlebihan, kalau Alvin F. Poussaint M.D, seorang Asisten
Profesor dari Harvard MedicalSchool, membutuhkan 10 halaman untuk
menjelaskan kehebatan sang tokoh. Namun ada satu pertanyaan inti yang tidak mampu dijawab secara transparan oleh Bill.yaitu, "Where has Bill gone?".

Kemanakah Bill pergi selama ini. Apakah yang ia lakukan sepanjang hari dengan anaknya. Kenapa, Bill tidak mengetahui sedikitpun tentang sepak terjang anaknya?

Malam, ketika tulisan ini sedang dirampungkan, telpon rumah saya
berdering. Interlokal dari kampung saya disebuah dusun pedalaman Sumatra.
Suara gagap dan ragu-ragu kakak perempuan saya mengabarkan, dua orang keponakan kami masuk penjara. Satu orang tertangkap sebagai pengedar Narkoba dan satu lagi sebagai pemakai Narkoba kronis. Sama seperti Bill Cosby, tiba-tiba puluhan pertanyaan menyergap dan mengepung ruang dalam otak kanan saya. Semua pertanyaan itu berputar-putar dan akhirnya berpilin pada sebuah pertanyaan...

"Where has their father gone ?"

Kemanakah ayah mereka pergi selama ini ?

Sehari sebelum saya terima kabar dari kampung, dalam sebuah dialog antara pemerhati pecandu Narkoba, seorang ibu bercerita. Katanya, tak ada kesakitan yang lebih mencekam ketimbang cengkraman Narkoba pada anaknya. Dengan menahan tangis dan sedikit dendam, ia mengatakan anaknya adalah korban dari hilangnya lelaki dewasa (ayah) dalam putaran kehidupan rumah tangganya.

"Where has the father gone ?"

Dimana sih ayah-ayah mereka?

Anak-anak yang ditakdirkan menjadi pelaku sejarah diatas hanyalah sebagian kecil di antara berjuta anak yang sebenarnya tidak membutuhkan konseling psikologi.

Apa yang mereka butuhkan namun seringkali tidak mereka miliki- adalah ayah yang peduli padanya dan punya waktu untuk bersama. Anak-anak itu tidak butuh tenaga psikiater tapi dia butuh seseorang yang bisa dipercaya. Lalu dimanakah ayah-ayah mereka? Ada dua jawaban.

Pertama, ayah yang ada tapi suka membolos. Tipe ini kita temukan
dimana-mana. Di lapangan golf, tenis, bulu tangkis, kantor dan tempat
lainnya.

Ada ayah yang dinas luar (tugas kantor atau dakwah) ke daerah-daerah
hampir setiap bulan.

Ada ayah yang bekerja, berangkat sesudah subuh dan pulang larut malam.

Ada juga ayah yang nongkrong, tidur-tiduran ditempat tertentu hanya untuk melegitimasi bahwa ia sibuk sepanjang hari. Sehingga seolah-olah hanya ada waktu sisa buat anak-anaknya.

Kesimpulannya, ayah-ayah ini ada di mana-mana, tapi mereka sering membolos dari waktu bersama anaknya. Mereka (ayah-ayah ini) sulit ditemukan di rapat-rapat POMG (Persatuan Orang Tua Murid dan Guru), karena ada peninggalan purba yang menyatakan bahwa urusan sekolah adalah hak mutlak sang ibu semata .

Kita jarang menemukan ayah di tempat praktek dokter menggendong anaknya yang sakit.

Kita juga tidak melihatnya di kantor kepolisian mengurus anaknya yang
melakukan tindakan kriminal.Ayah-ayah ini apabila ditanyakan pada
mereka:apakah yang penting dalam hidupmu ? Biasanya mereka
menjawab:keluarga dan anak-anak. Naifnya, jawaban ini sering tidak tercermin dalam kehidupan sehari-hari, khususnya bagaimana mereka mengatur waktu dan tenaga mereka sehari-hari antara pekerjaan dan anak. Simaklah dialog berikut ini:

Sang Anak : "Ayah, Yah main bola yuk!"

Sang Ayah : "O, ya. Ayah baca koran dulu!"

"O, ya. Ayah nonton berita dulu !"

"O, ya. Ayah janji main bola hari Sabtu!"

"O, ya. Ayah ada acara nih"

"O, ya. Ayah lagi cape ? "

"O, ya. Ayah lagi banyak kerjaan"

"O, ya. Ayah mau tapi ? "

Mungkin ayah seperti inilah yang dimaksudkan oleh hasil need assesment dari Lembaga Demografi salah satu universitas negeri di Jakarta. Jajak pendapat itu menerangkan empat ciri menonjol ayah tipe Pertama ini. Cepat marah, jarang ada waktu ngobrol dengan anak, ditakuti anak dan selalu menakar seluruh pekerjaan dengan uang.

Kedua, ayah yang ada (fisik) dan rajin tapi tidak tahu harus berbuat
apa.Kita menemukan ayah-ayah ini sering berada di rumah. Mereka
mengerjakan banyak hal, tapi tidak terlalu mengerti apa yang
dikerjakannya. Sebuah gelombang rutinitas menjebak dan membawanya berputar-putar ke dalam pekerjaan yang memiliki kualitas rendah.

Anak-anak menjumpai tokoh ini sepanjang waktu di rumah, namun sayangnya lambat laun sang tokoh menjadi tidak berarti dalam kehidupan mereka. Tidak ada lagi kejutan-kejutan psikologis yang biasa ditunggu-tunggu anak dari seorang ayah yang normal. Ritme komunikasi berjalan tanpa greget dan hambar.

Sebagian besar korban Narkoba dan pelecehan seksual di kalangan remaja memiliki ayah tipe kedua ini.

Bukan Superman tapi Superstar. Benar, ayah bukanlah superman, tapi ia adalah superstar.

Ia bintang di tengah keluarga. Ia pembawa dan penentu model sekaligus agen sosial. Lewat aksi panggungnya yang memikat, ia menggemuruhkan keceriaan keluarga. Tapi, sebagai seorang bintang, ia tidak lahir dengan sendirinya. Ia membutuhkan dukungan, karena bagi lelaki peran ayah bukanlah peran instingtif.

Peran ini lebih membutuhkan bimbingan sosial dari pada wanita dengan
perannya sebagai ibu. Sebelum dukungan datang dari luar, maka sang ayah harus mencari dukungan dari dirinya sendiri. Mereka haruslah secara kontinyu merangsang dialog dengan hati nurani secara intens dan
apresiatif.

Dialog-dialog ini harus mampu meyakinkan bahwa ia tidaklah satu-satunya ayah yang sedang belajar menjadi superstar. Bahwa anak-anak membutuhkan cinta, dukungan, dorongan dan perlindungannya. Bahwa melalui anak-anak para orang tua diajarkan makna hidup, cinta, kesucian, kesabaran dan sebagainya. Bahwa anak-anak melihat dunia luar dengan perantara jendela sang superstar.

Dukungan dalam diri tidak akan berarti tanpa tekun dan sabar berlatih.
Sampai suatu saat hilangnya kekakuan dalam berhadapan dengan anak-anak.
Muncullah ayah yang dengan ikhlas membantu anaknya mengerjakan PR, memandikan anak, mencuci baju dan belanja. Ayah yang membacakan buku cerita untuk anaknya, mengantar anak les komputer.

Ayah-ayah inilah yang akan membuat dunia ini berputar dan menjawab
pertanyaan : "Where have all the fathers gone?" dengan "Here I am. Now and forever!"


Pramono Dewo

--
-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-
Serulah kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik
dan bantahlah mereka dengan cara yang lebih baik. -Qs. 16 an-Nahl :125

Berilah mereka pelajaran, dan katakanlah kepada mereka perkataan yang berbekas pada jiwa mereka. -Qs. 4 an-Nisa' : 63

Gabung : Milis_Iqra-subscribe@googlegroups.com
 Keluar : Milis_Iqra-unsubscribe@googlegroups.com
 Situs 1 : http://groups.google.com/group/Milis_Iqra
   Mod : moderator.milis.iqra@gmail.com
-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-

--
-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-
Serulah kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik
dan bantahlah mereka dengan cara yang lebih baik. -Qs. 16 an-Nahl :125
 
Berilah mereka pelajaran, dan katakanlah kepada mereka perkataan yang berbekas pada jiwa mereka. -Qs. 4 an-Nisa' : 63
 
Gabung : Milis_Iqra-subscribe@googlegroups.com
Keluar : Milis_Iqra-unsubscribe@googlegroups.com
Situs 1 : http://groups.google.com/group/Milis_Iqra
Mod : moderator.milis.iqra@gmail.com
-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-

--
-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-
Serulah kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik
dan bantahlah mereka dengan cara yang lebih baik. -Qs. 16 an-Nahl :125
 
Berilah mereka pelajaran, dan katakanlah kepada mereka perkataan yang berbekas pada jiwa mereka. -Qs. 4 an-Nisa' : 63
 
Gabung : Milis_Iqra-subscribe@googlegroups.com
Keluar : Milis_Iqra-unsubscribe@googlegroups.com
Situs 1 : http://groups.google.com/group/Milis_Iqra
Mod : moderator.milis.iqra@gmail.com
-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-

--
-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-
Serulah kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik
dan bantahlah mereka dengan cara yang lebih baik. -Qs. 16 an-Nahl :125
 
Berilah mereka pelajaran, dan katakanlah kepada mereka perkataan yang berbekas pada jiwa mereka. -Qs. 4 an-Nisa' : 63
 
Gabung : Milis_Iqra-subscribe@googlegroups.com
Keluar : Milis_Iqra-unsubscribe@googlegroups.com
Situs 1 : http://groups.google.com/group/Milis_Iqra
Mod : moderator.milis.iqra@gmail.com
-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-

No comments:

Post a Comment