2011/2/25 sugi arti <bunda.sugi@gmail.com>
-- Terima kasih pak Arman dan Pak Andri,
(sugi)
pak Arman, apakah berarti proses pencarian tersebut yang menjadikan
seorang Ibrahim alaihi salam dan Muhammad Sallallahu alaihi wassalam
menjadi nabi?
[Arman] : Dalam kacamata al-Qur'an, kisah pencarian jati diri Allah oleh Ibrahim merupakan langkah awal dari kesiapan dia untuk memasuki fase ketentuan Allah yang sebenarnya, yaitu menjadi khalil-Nya. Begitupula dari kacamata al-Qur'an untuk kasus Nabi Muhammad, khususnya lagi lihat makna wawajadaka daallan fahadaa pada surah Adh-Dhuuha ayat 6. Makanya saya bilang sebelum ini, proses pencarian kebenaran yang dilakukan oleh keduanya adalah langkah awal dari sisi humanities mereka yang mengantar mereka pada takdir yang sudah ditentukan oleh Allah. Sama seperti kasus Adam yang memang telah ditakdirkan oleh Allah untuk menjadi khalifah dibumi ini namun baru terjadi setelah melalui perantaraan sikapnya yang melakukan pelanggaran. Kesamaan kasusnya adalah ada action dari sisi insaniah masing-masing yang lalu menjadi sebab bagi takdir mereka kemudian.
[Sugi]
sy membaca hadist riwayat muslim bahwa
Hadis riwayat Aisyah رضي الله عنها, istri Nabi صلی الله عليه وسلم ia
berkata:Wahyu pertama yang diterima Rasulullah adalah mimpi yang
benar. Setiap kali beliau bermimpi, mimpi itu datang bagaikan
terangnya Subuh. Kemudian beliau sering menyendiri. Biasanya beliau
menyepi di gua Hira'. Di sana, beliau beribadah beberapa malam,
sebelum kembali kepada keluarganya (istrinya) dan mempersiapkan bekal
untuk itu. Kemudian beliau pulang ke Khadijah, mengambil bekal lagi
untuk beberapa malam. Hal itu terus beliau lakukan sampai tiba-tiba
wahyu datang ketika beliau sedang berada di gua Hira'...........
kalau menurut hadist tersebut yang menyebabkan Rasullullah sering
menyendiri dikarenakan adanya wahyu melalui mimpi..? yang berarti
bukan proses pencariannya dulu baru muncul wahyu..?
[Arman] :
Pertama, hadits yang anda bawa diataspun tidak lengkap, ada bagian yang dihilangkan, semoga terkhilaf dan tidak disengaja. Bagian tersebut adalah yang saya merahkan dan tebalkan berikut ini :
Ummul mukminin, Aisyah r.a. berkata: Pertama turunnya wahyu kepada Nabi saw. berupa mimpi yang baik dan tepat, setiap bermimpi pada waktu malam, maka terjadilah mimpi itu pada esok harinya bagaikan pastinya terbitnya fajar Subuh. Kemudian ia menjadi senang menyendiri di gua Hira, di sana ia beribadah beberapa hari dengan malamnya sebelum kembali kepada istrinya untuk mengambil bekal dan kembali ke tempat khalwatnya, kemudian kembali kepada istrinya Siti Khadijah dan mengambil bekal pula seperti semula, sehingga tibalah masa turunnya wahyu yang haq ketika Nabi di gua Hira.
Dari hadis ini maka adanya mimpi pada diri Nabi tidak bisa dikaitkan secara langsung sebagai penyebab beliau berkhalwat, karena dalam hadis tersebut, setiap yang dimimpikan oleh Muhammad sebelum ia diangkat menjadi Nabi pasti langsung terjadi esoknya, jelas ini bukan berkaitan dengan kenabian, hanya mimpi yang benar, hal ini berkorelasi dengan hadis lain, Nabi juga mengatakan bahwa orang yang shaleh dalam hidupnya akan mendapatkan mubasyiroh atau mimpi yang baik/benar. Kita tahu dari tarikh bahwa penyebab utama kegelisahan Muhammad sehingga membuat beliau mengundurkan diri dari dunia ramai adalah kondisi masyarakat Mekkah yang bobrok dan jahil pada masa itu yang dalam pendapat beliau tidak beradab. Sama seperti kisah para pertapa dimasa-masa lainnya yang ingin mencari ketenangan batin ditengah morat-maritnya kehidupan dunia. Ini semua merupakan refleksi dari al-a'râdhul-basyariyah seorang Muhammad, atau dalam bahasa sederhananya suara hati dari Muhammad.
(sugi)
>>
> [Arman] : Saat kita mendapatkan ilham, ide, gagasan, jalan keluar dari
> sebuah permasalahan yang pelik maka sebenarnya itu adalah bagian dari wahyu
> yang diberikan oleh Allah kepada kita, sebagaimana Allah memberi wahyu-Nya
> kepada lebah untuk membuat sarang atau kepada langit dan bumi untuk tunduk
> pada kausalita yang Dia tentukan. Menyangkut kenabian, maka setelah
> diutusnya Muhammad ibn Abdillah umat manusia sudah selesai periode kenabian
> dalam makna kerasulan bagi satu kelompok maupun massal. Yang tinggal
> hanyalah generasi Rabbani sebagaimana tercantum dalam surah Ali Imran ayat
> 79 atau mujaddid bagi umat ini dengan menggunakan Rasulullah Muhammad
> sebagai sealnya.
>
pak Arman, sy agak bingung.. apakah sama wahyu dengan yg disebut
ilham..? setahu saya wahyu itu hanya diturunkan kepada para Nabi..dan
biasanya disammpaikan melalui malaikat Jibril? apakah bukan seperti
itu.?
[Arman] : Istilah wahyu dalam bahasa Indonesia merupakan kata serapan dari bahasa Arab al-wahy yang memiliki beberapa arti, di antaranya; suara, tulisan isyarat, bisikan, kepahaman dan juga api. Sejumlah pihak ada juga yang mengartikannya sebagai bisikan yang tersembunyi dan cepat.
Didalam al-Qur'an term yg sama digunakan dalam kasus :
wa-awhaynaa ilaa ummi muusaa ....
Dan kami ilhamkan/wahyukan kepada ibu Musa ...[28/7]
wa-awhaa rabbuka ilaa alnnahli ...
Dan Tuhanmu mewahyukan kepada lebah ... [16/68]
fa-awhaa ilayhim an sabbihuu ....
lalu ia memberi isyarat kepada mereka .... [19/11]
faqadaahunna sab'a samaawaatin fii yawmayni wa-awhaa fii kulli samaa-in amrahaa ...
Maka Dia menjadikannya tujuh langit dalam dua masa. Dia mewahyukan pada tiap-tiap langit urusannya.... [41/12]
Lalu ada juga keterangan Allah : wamaa kaana libasyarin an yukallimahu allaahu illaa wahyan aw min waraa-i hijaabin aw yursila rasuulan fayuuhiya bi-idznihi maa yasyaau ... Dan tidak mungkin bagi seorang manusiapun bahwa Allah berkata-kata dengan dia kecuali dengan perantaraan wahyu atau dibelakang tabir atau dengan mengutus seorang utusan (malaikat) lalu diwahyukan kepadanya dengan seizin-Nya apa yang Dia kehendaki. [42/51]
Dengan demikian maka menurut bahasa, istilah wahyu, adalah demikian, hanya saja secara umum kita mempersempit makna wahyu sebagai kata-kata verbal Allah yang disampaikan melalui lisan Jibril kepada para Nabi. Padahal tidak selamanya kata wahyu bermaknakan demikian dengan contoh ayat-ayat al-Qur'an diatas.
[sugi]
sy quote kembali salah satu pasal yang dituduh sesat oleh mufti malaysia
"ESQ menuduh para Nabi mencapai kebenaran melalui pengalaman dan pencarianmenurut Islam sendiri bagaimanakah para Nabi mencapai kebenaran..??
dan ini bertentangan dengan aqidah Islam tentang Nabi dan Rasul."
bukannya wahyu Allahu Ta'alla yang menyebabkan mereka mencapai
kebenaran hakiki..?
[Arman] : wawajadaka daallan fahadaa, Dan Dia mendapatimu sebagai seorang yang bingung, lalu Dia memberikan petunjuk.
Jadi ada sebuah proses sebab dan akibat yang lebih kompleks pada diri Nabi Muhammad khususnya (sebagaimana juga pada kasus Nabi Ibrahim, karena keduanya disebut al-Qur'an adalah dua karib) dalam mendapatkan pencerahan.
Secara ringkas, beliau berdua memang sejak awal sudah ditakdirkan/ditetapkan untuk menjadi Nabi tapi caraya ia harus melewati fase kegelisahan diri, lalu mencari eksistensi kebenaran, mendapat petunjuk Allah dan menghantarkan ia kepada takdir kenabiannya.
Dalam kasus Adam, juga sama, beliau sudah ditakdirkan atau ditetapkan untuk menjadi khalifah dibumi tetapi caranya ia harus melewati fase pelanggarannya dulu baru kemudian menghantarkan beliau pada takdir awalnya.
Jadi ada proses kausalita didalam setiap kehendak atau takdir Allah ,,,,
Salamun 'ala manittaba al Huda
ARMANSYAH
--
-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-
Serulah kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik
dan bantahlah mereka dengan cara yang lebih baik. -Qs. 16 an-Nahl :125
Berilah mereka pelajaran, dan katakanlah kepada mereka perkataan yang berbekas pada jiwa mereka. -Qs. 4 an-Nisa' : 63
Gabung : Milis_Iqra-subscribe@googlegroups.com
Keluar : Milis_Iqra-unsubscribe@googlegroups.com
Situs 1 : http://groups.google.com/group/Milis_Iqra
Mod : moderator.milis.iqra@gmail.com
-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-
No comments:
Post a Comment