Beginilah Cara Kuwait Lari dari Kenyataan
Friksi tegang antara Iran dan Kuwait tak juga mereda. Setelah Departemen Luar Negeri Iran memberi ultimatum kepada para diplomat Kuwait untuk segera meninggalkan Tehran. Kali ini, Menteri Luar Negeri Kuwait Muhammad Sabah Al-Salem kembali melontarkan kritikan terhadap reaksi Tehran atas tudingan soal terkuaknya jaringan spionase Iran di Kuwait. Muhammad Sabah menyatakan, reaksi yang ditunjukkan Iran berbeda dengan apa yang kita harapkan. Ia pun mendesak Tehran untuk segera mengakhiri intervensi terhadap urusan internal Kuwait.
Sebagaimana diketahui, beberapa hari sebelumnya banyak media yang ramai memberitakan bahwa Deplu Iran telah memberi tengat waktu 10 hari kepada perwakilan diplomatik Kuwait di Tehran untuk segera meninggalkan Iran. Pengusiran itu merupakan reaksi Iran atas tudingan sepihak Kuwait yang menuding Tehran telah melakukan aksi spionase dan mencampuri urusan internalnya.
Tentu saja tudingan palsu tersebut sekali lagi menunjukkan bahwa para perancang politik perpecahan di kawasan tak segan-segan menghalalkan segala cara untuk lari dari krisis dan menebar fitnah. Maraknya gerakan protes anti-rezim diktator di negara-negara Teluk Persia seperti di Bahrain, Arab Saudi, dan Kuwait dalam beberapa minggu belakangan kian mengkhawatirkan para penguasa Arab. Karena itu mereka pun terpaksa mengalihkan opini publik dengan melontarkan pelbagai isu dan konspirasi. Namun demikian, tuntutan revolusioner rakyat negara-negara Arab yang menghendaki kebebasan dan pemerintahan yang demokratis tak bisa dibungkam begitu saja dengan aksi-aksi kekerasan atau pun menebar isu ancaman eksternal seperti Iranfobia.
Jika memang Iran benar-benar berniat untuk menarget Kuwait, maka semestinya hal itu telah dilakukan ketika negara tersebut dalam situasi lemah seperti saat rezim Saddam Husein menduduki Kuwait. Selama tiga kali terjadi perang di kawasan Teluk Persia, Kuwait juga senantiasa mendukung front agresor, termasuk ketika rezim Saddam menyerang Iran. Kuwait bersama negara-negara Teluk Persia lainnya seperti Arab Saudi dan Uni Emirat Arab menggelontorkan bantuan keuangan dan persenjatan besar-besaran kepada Irak untuk berperang melawan Iran. Namun demikian, setelah perang usai, Tehran masih bersedia membuka lembaran baru dan bersahabat dengan Kuwait. Bahkan ketika sumur-sumur Kuwait terbakar akibat serbuan militer Saddam, Iran dengan lapang dada membantu memadamkannya.
Melihat rekam jejak seperti itu, ironis sekali kiranya jika Kuwait memanfaatkan isu iranfobia untuk menutup-nutupi persoalan dalam negerinya. Aksi semacam itu justru semakin menunjukkan kelemahan dan ketidakmampuan elit penguasa Kuwait dalam menjawab tuntutan demokrasi dan kebebasan yang disuarakan rakyatnya sendiri. Semestinya, rezim-rezim monarki Arab kini sadar bahwa rakyat Timur Tengah sekarang sudah berubah. Rakyat sudah makin melek dengan hak-hak politiknya dan sudah tak tahan lagi kebebasan mereka dibungkam dan harga diri bangsanya digadaikan untuk menuruti ambisi kekuatan arogan. Karena itu tak ada jalan lain kecuali menerima tuntutan revolusioner rakyat. (IRIB/LV/NA)
--
Salamun 'ala manittaba al Huda
ARMANSYAH
--
-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-
Serulah kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik
dan bantahlah mereka dengan cara yang lebih baik. -Qs. 16 an-Nahl :125
Berilah mereka pelajaran, dan katakanlah kepada mereka perkataan yang berbekas pada jiwa mereka. -Qs. 4 an-Nisa' : 63
Gabung : Milis_Iqra-subscribe@googlegroups.com
Keluar : Milis_Iqra-unsubscribe@googlegroups.com
Situs 1 : http://groups.google.com/group/Milis_Iqra
Mod : moderator.milis.iqra@gmail.com
-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-
No comments:
Post a Comment