Cina: Mengapa AS Harus Mengurusi HAM Negara Lain?
Cina menyeru Amerika Serikat untuk berhenti mencampuri urusan internal negara lain dengan menggunakan dalih hak asasi manusia.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri Cina, Hong Lei, mendesak Washington untuk lebih fokus pada upaya memperbaiki kondisi hak asasi manusianya sendiri. Dikatakannya, "Kami menyarankan AS untuk mengurusi hak asasi manusianya sendiri dan tidak memposisikan diri sebagai seorang penegak hak asasi manusia".
Cina menyebut perang yang dipimpin Amerika di Afghanistan dan Irak sebagai contoh eksplisit pelanggaran hak asasi manusia oleh Negeri Paman Sam itu.
"[AS seharusnya] berhenti menggunakan masalah laporan terkait hak asasi manusia untuk mencampuri urusan negara lain," tutur pejabat tinggi Cina itu.
Hong menegaskan bahwa Cina menyambut hangat dialog tentang hak-hak dasar kesetaraan dan asas penghormatan. Namun, ia juga menambahkan bahwa Beijing menentang tegas campur tangan dalam urusan negara lain dan bahwa hal itu mencakup campur tangan AS dalam urusan internal Cina.
Transformasi ini muncul menyusul laporan tahunan Departemen Luar Negeri AS tentang hak asasi manusia, yang menuding Cina telah melanggar hak asasi. Laporan Amerika itu, dinilai banyak pengamat lebih dari sekedar sebuah dokumen politik dalam menentang negara-negara yang tidak memiliki hubungan harmonis dengan Amerika Serikat. Laporan tersebut menuding Beijing telah melanggar kebebasan dan HAM dengan memberlakukan pembatasan atas Facebook serta para pengacara dan wartawan.
Menteri Luar Negeri AS, Hillary Clinton, Jumat (8/4) mengatakan bahwa catatan HAM Beijing makin memburuk.
"Kami tetap prihatin tentang laporan yang tercatat sejak Februari, puluhan orang termasuk di antaranya para pengacara kepentingan-publik, penulis, seniman, intelektual, dan aktivis, ditahan dan ditangkap oleh pemerintah Cina secara arbitrer".
Sejumlah negara Asia juga dituduh AS memberlakukan kontrol ketat atas kebebasan sipil dan memberlakukan pembatasan lebih luas atas akses pers dan internet. (IRIB/MZ)
Ulama Senior Iran: Isu HAM Hanya Kedok AS
Seorang ulama senior Iran mengatakan, Washington memanfaatkan isu hak asasi manusia sebagai alat untuk mengecam negara-negara lain, meski mereka sendiri tidak menghormati HAM.
Ketua Dewan Ahli Kepemimpinan Republik Islam Iran, Ayatullah Mohammad Reza Mahdavi Kani menuturkan, isu HAM telah menjadi alat bagi Amerika Serikat untuk menekan negara yang menentang kebijakan mereka, sementara Washington sendiri tidak menghormati HAM.
Pernyataan itu dikeluarkan dalam wawancara dengan IRNA pada hari Senin (11/4) untuk menanggapi sikap pemerintah AS, yang mengaku sebagai pembela HAM.
Seraya menyinggung tuduhan Barat terkait pelanggaran HAM di Iran, Ayatullah Mahdavi Kani menegaskan, Iran dan Barat, khususnya AS, harus menemukan landasan bersama ketika menafsirkan hak asasi manusia, meskipun mungkin ada beberapa perbedaan pendapat.
Pada kesempatan itu, Ayatullah Mahdavi Kani mengecam pemerintah AS, karena gagal dalam menghormati hak asasi manusia.
"Apakah Amerika sebagai pengusung isu HAM, benar-benar melaksanakan apa yang diucapkan? Tentu saja tidak," tegas ulama berpengaruh ini.
"Jika Amerika benar-benar pembela HAM, mengapa mereka bekerja sama dengan Arab Saudi, Libya dan rezim Zionis Israel? Apakah hak asasi manusia dihormati di Arab Saudi, Libya dan Israel," tanyanya mengacu pada dualisme Washington.
"Kolaborasi Washington dengan Riyadh dan Tel Aviv adalah bukti bahwa klaim sebagai pembela HAM, hanya sebuah kebohongan," tutupnya. (IRIB/RM)
Salamun 'ala manittaba al Huda
ARMANSYAH
-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-
Serulah kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik
dan bantahlah mereka dengan cara yang lebih baik. -Qs. 16 an-Nahl :125
Berilah mereka pelajaran, dan katakanlah kepada mereka perkataan yang berbekas pada jiwa mereka. -Qs. 4 an-Nisa' : 63
Gabung : Milis_Iqra-subscribe@googlegroups.com
Keluar : Milis_Iqra-unsubscribe@googlegroups.com
Situs 1 : http://groups.google.com/group/Milis_Iqra
Mod : moderator.milis.iqra@gmail.com
-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-
No comments:
Post a Comment