Tuesday, March 6, 2012

[Milis_Iqra] Keutamaan Shahabat Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam Dan Sebagian Hadits tentang Keutamaan Para Shahabat

Keutamaan Shahabat Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wasallam Dan Sebagian Hadits tentang Keutamaan Para Shahabat

 

A. Keutamaan Shahabat Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wasallam

 

Para pembaca, semoga Allah merahmati kita semua, merupakan salah satu pokok yang mendasar dari keyakinan Ahlus Sunnah adalah penghormatan terhadap kedudukan dan keutamaan para shahabat Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam, serta selamatnya hati  dari kebencian dan kemarahan, serta selamatnya lisan dari celaan, hinaan, dan perkataan yang tidak pantas terhadap mereka.

 

Allah subhanahu wata'ala berfirman (artinya): "Dan orang-orang yang datang sesudah mereka (Muhajirin dan Anshor), mereka berdoa: "Ya Rabb kami, ampunilah kami dan saudara-saudara kami yang telah beriman lebih dulu dari kami, dan janganlah Engkau membiarkan kedengkian dalam hati kami terhadap orang-orang yang beriman; Ya Rabb kami, sesungguhnya Engkau Maha Penyantun lagi Maha Penyayang." (Al Hasyr: 10)

 

Mereka hidup di masa yang terbaik, sebagaimana sabda Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam: "Sebaik-baik manusia adalah generasiku, kemudian yang setelahnya (generasi tabi'in), kemudian yang setelahnya (generasi tabi'ut tabi'in)." (HR. Al Bukhari no. 2458)

 

Keutamaan tersebut didapatkan karena mereka langsung berada di bawah bimbingan madrasah (pengajaran) Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam sebagai penerima wahyu dari Allah subhanahu wata'ala. Mereka memiliki keutamaan lebih di bidang ilmu dan amal shalih, serta kedudukan mereka sebagai pengemban dan penyampai syariah agama ini. Mereka adalah generasi yang saling bersaing di dalam kebaikan. Serta Islam jaya, tegak dan kokoh di masa mereka.

 

Masa para shahabat merupakan masa yang terbaik secara mutlak dibandingkan dengan masa umat-umat terdahulu maupun yang akan datang. Allah subhanahu wata'ala berfirman (artinya): "Kalian adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka; di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik." (Ali Imran: 110)

 

Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Aku diutus pada kurun (masa) yang terbaik dari Bani (keturunan) Adam." (HR. Al Bukhari dari shahabat Abu Hurairah)

 

Sehingga shahabat Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam lebih mulia dari Hawariyyun (shahabat/penolong Nabi Isa 'alaihissalam), 70 pemuda pilihan Nabi Musa 'alaihissalam, dan shahabat para nabi-nabi yang terdahulu.

 

Para shahabat adalah perantara antara umat manusia dengan Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam. Wahyu turun di masa mereka dan terkait dengan kondisi-kondisi mereka. Sehingga mereka adalah orang-orang yang paling mengetahui tentang makna-makna ayat-ayat Al Qur'an.

 

Merupakan kewajiban bagi kita untuk mencintai dan mengakui kedudukan mereka. Berlepas diri dari jalannya orang-orang yang ingin merendahkan kedudukannya. Seperti agama Syi'ah Rafidhah yang mereka mencela sebagian besar para shahabat Nabi shalallahu 'alaihi wasallam dan melampaui batas dalam memuliakan keluarga Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam. Serta berlepas diri dari sekte An Nawashib, sebuah golongan yang membenci dan mencela keluarga Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam.

 

Keutamaan yang ada di antara para shahabat bertingkat-tingkat sesuai dengan lebih dahulunya mereka masuk Islam, keterlibatan dalam jihad, hijrah, dan bergantung kepada amalan-amalan shalih lainnya, serta sejauh mana pembelaan mereka terhadap agama Allah subhanahu wata'ala dan Nabi mereka.

 

Pengertian shahabat

 

Siapakah para shahabat Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam itu? Mereka adalah orang-orang yang bertemu dengan Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam, beriman kepadanya, dan meninggal dalam keadaan Islam. (Lebih lengkapnya lihat An Nukat 'ala Nuzhatin Nazhar hal. 149, karya Al Hafizh Ibnu Hajar rahimahullah)

 

Keutamaan Muhajirin atas Anshar

 

Kaum Muhajirin adalah para shahabat Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam yang berhijrah dari Makkah ke Madinah. Mereka meninggalkan sanak saudara, kerabat, harta benda dan tempat tinggal, karena mereka lebih cinta mengikuti apa yang dibawa oleh Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam.

 

Adapun kaum Anshar, mereka mempunyai keutamaan dengan pertolongan yang mereka berikan kepada Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam dan para Muhajirin di Madinah.

 

Didahulukannya kaum Muhajirin daripada kaum Anshar di dalam Al Qur'an menunjukkan kaum Muhajirin lebih utama dari pada kaum Anshar. Sebagaimana yang Allah subhanahu wata'ala firmankan (artinya):

 

"Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) dari golongan muhajirin dan anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan merekapun ridha kepada Allah." (At Taubah: 100)

 

"Sesungguhnya Allah telah menerima taubat nabi, orang-orang muhajirin dan orang-orang anshar." (At Taubah: 117)

 

Di antara deretan kaum Muhajirin tersebut adalah Abu Bakr, Umar bin Al Khaththab, Utsman bin Affan, dan Ali bin Abi Thalib radhiallahu 'anhu para shahabat yang memegang tampuk Khilafah Islamiyyah sepeninggal Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam. Sekaligus sebagai orang-orang terbaik setelah Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam. Sehingga kita diperintahkan untuk mengikuti jalan mereka:

 

"Wajib atas kalian untuk berpegang teguh dengan sunnahku dan sunnah Al Khulafa' Ar Rasyidun, gigitlah dengan gigi geraham kalian." (HR. Ahmad dan Abu Dawud)

 

Keutamaan para shahabat

 

Di antara keutamaannya adalah:

 

1. Mereka adalah orang-orang yang dipilih oleh Allah subhanahu wata'ala untuk menemani rasul-Nya. (lihat QS. Muhammad: 29)

 

2. Mereka adalah orang-orang yang telah mendapat keridhaan dari Allah subhanahu wata'ala. (lihat QS. At Taubah: 100)

 

3. Allah subhanahu wata'ala telah mengampuni para shahabat yang mengikuti perang Badar. Sebagaimana yang Allah subhanahu wata'ala kabarkan dalam hadits qudsi:

 

"Berbuatlah semau kalian, sungguh Aku telah mengampuni apa yang kalian perbuat."

 

Jumlah para shahabat yang mengikuti perang Badar sekitar 300 orang. Mereka menghadapi pasukan Musyrikin yang berjumlah tiga kali lipat yaitu berjumlah 900 sampai 1000 pasukan. (Tafsir Ibnu Katsir, 4/46)

 

4. Para shahabat yang mengikuti bai'at Ar Ridhwan, Allah subhanahu wata'ala berfirman (artinya): "Sesungguhnya Allah Telah ridha terhadap orang-orang mukmin ketika mereka berjanji setiap kepadamu di bawah pohon." (Al Fath: 18)

 

Dinamakan Bai'at Ar Ridhwan karena Allah subhanahu wata'ala telah ridha terhadap kaum mukminin ketika itu.

 

Jumlah para shahabat yang mengikuti Bai'at tersebut sekitar 1400, sebagaimana hadits yang diriwayatkan oleh Al Imam Al Bukhari dan Muslim di dalam Shahihnya. Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam bersabda di dalam salah satu haditsnya dari shahabat Jabir bin Abdillah radhiallahu 'anhu:

 

"Tidak akan masuk An Naar insya Allah dari para shahabat pohon salah seorang dari yang berba'iat di bawah pohon" (HR. Muslim no.4552)

 

5. Allah subhanahu wata'ala telah menjamin beberapa shahabat sebagai penghuni Al Jannah (surga), jaminan dari Rabbul 'Alamin bukan dari statemen perorangan. Diantaranya, 10 orang yang diberi kabar sebagai penghuni Al Jannah

 

Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Abu Bakr di Al Jannah, Umar di Al Jannah, Utsman di Al Jannah, Ali di Al Jannah, Thalhah di Al Jannah, Az Zubair di Al Jannah, Abdurrahman bin 'Auf di Al Jannah, Sa'ad bin Abi Waqqash di Al Jannah, Sa'id bin Zaid di Al Jannah, Abu Ubaidah bin Al Jarrah di Al Jannah." (HR. At Tirmidzi no.3748 dan dishahihkan oleh Asy Syaikh Al Albani)

 

Shahabat 'Ukkasyah bin Mihshan radhiallahu 'anhu ketika meminta kepada Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam agar dido'akan termasuk sebagai bagian dari 70.000 orang masuk Al Jannah tanpa hisab dan adzab, dan Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam memberikan jawaban atas permintaannya tersebut bahwa dia termasuk salah satu di antaranya. (HR. Muslim no.320)

 

Shahabat Bilal bin Abi Rabbah radhiallahu 'anhu, sebagaimana sabda Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam:

 

"Diperlihatkan kepadaku Al Jannah, maka aku melihat istri Abu Thalhah, dan aku mendengar suara terompah di depanku dan ternyata Bilal." (HR. Muslim no. 4495)

 

Shahabat Tsabit bin Qais radhiallahu 'anhu, ketika turun firman Allah subhanahu wata'ala (artinya): "Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu meninggikan suaramu melebihi suara nabi, dan janganlah kamu Berkata kepadanya dengan suara yang keras, sebagaimana kerasnya suara sebagian kamu terhadap sebagian yang lain, supaya tidak terhapus (pahala) amalanmu, sedangkan kamu tidak menyadari." (Al Hujurat: 2), mengeluh kepada beberapa shahabat bahwa dirinya termasuk penghuni An Naar (neraka) kerena dia pernah berkata keras terhadap Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam, dan kemudian menahan diri tidak bertemu dengan Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam. Ketika berita itu sampai kepada Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam, beliau menyatakan bahwa Tsabit termasuk penghuni Al Jannah. (HR. Muslim no.170)

 

Al Hasan dan Al Husain, yang keduanya merupakan cucu Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam, dinyatakan oleh Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam sebagai pemimpin para pemuda penghuni Al Jannah (surga) dalam sabdanya:

 

"Sesungguhnya Al Hasan dan Al Husain adalah pemimpin para pemuda di Al Jannah." (HR. At Tirmidzi no. 3701)

 

Shahabat Abdullah bin Salam radhiallahu 'anhu, sebagaimana hadits dari shahabat Sa'ad bin Abi Waqqash dari ayahnya ketika Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam mengatakan tidak ada satu pun penghuni bumi yang masih hidup telah dipastikan sebagai penghuni Al Jannah kecuali Abdullah bin Salam.(HR. Al Bukhari no.3528)

 

Masih banyak hadits-hadits lain yang tidak bisa dicantumkan seluruhnya karena terbatasnya tempat.

 

Larangan mencela shahabat

 

Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam bersabda:

 

"Janganlah kalian mencela shahabatku, demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, walaupun salah seorang dari kalian menginfaqkan emas sebesar gunung Uhud, tidak akan menyamai infaq mereka walaupun hanya satu mud maupun setengahnya." (Muttafaqun 'alaih) (mud (Bhs. Arab): cakupan kedua telapak tangan yang disatukan, pen)

 

Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam memberikan permisalan tentang harta yang diinfakkan seseorang di jalan Allah subhanahu wata'ala, betapapun banyaknya tidak akan mampu untuk menyamai apa yang telah diinfakkan para shahabat walaupun sedikit, semua itu dikarenakan keimanan, ilmu, amal, dan kejujuran yang ada pada diri para shahabat. Barangsiapa yang mencintai para shahabat dan memuji mereka, maka telah menta'ati Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam, dan barangsiapa yang mencela mereka, maka telah bermaksiat kepada Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam.

 

Asy Syaikh Ibnu Ustaimin rahimahullah berkata: "Hadits di atas menunjukkan haramnya mencela shahabat Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam secara umum, terlebih lagi mencela mereka secara khusus."(Syarh Al Aqidah Al Wasithiyyah II/253)

 

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah berkata: "Tidak boleh bagi seorang pun untuk menyebutkan tentang kejelekan-kejelekan para shahabat, mencela salah seorang di antara mereka dengan menyebutkan berbagai aib atau kekurangannya, barangsiapa yang melakukannya maka dinasehati sampai dia bertaubat dan jika tidak maka dicambuk di dalam tahanan sampai dia meninggal atau bertaubat."(Ash Sharimul Maslul hal. 573)

 

Penutup

 

Keutamaan para shahabat yang ada di atas, tidaklah menunjukkan bahwa yang tidak tercantum tidak mempunyai keutamaan dan keistimewaan, akan tetapi penyebutan tersebut cukup mewakili.

 

Banyak kitab-kitab yang menunjukkan tentang keutamaan mereka, baik secara perorangan maupun kaum.

 

Sedangkan secara umum, Allah subhanahu wata'ala telah memberikan pujian bagi mereka di dalam firman-Nya (artinya): "Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka. kamu lihat mereka ruku' dan sujud mencari karunia Allah dan keridhaan-Nya, tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka dari bekas sujud. Demikianlah sifat-sifat mereka dalam Taurat dan sifat-sifat mereka dalam Injil, yaitu seperti tanaman yang mengeluarkan tunasnya, maka tunas itu menjadikan tanaman itu kuat lalu menjadi besarlah dia dan tegak lurus di atas pokoknya; tanaman itu menyenangkan hati penanam-penanamnya, karena Allah hendak menjengkelkan hati orang-orang kafir (dengan kekuatan orang-orang mukmin). Allah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh di antara mereka ampunan dan pahala yang besar." (Al Fath: 29)

 

Semoga kita digolongkan sebagai orang-orang yang selamat hati dan lisannya dari segala sesuatu yang berkaitan dengan para shahabat Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam, dan semoga kita dipertemukan dengan mereka radhiallahu 'anhumdi dalam Al Jannah.

 

Amin Ya Rabbal 'Alamin.

 

Sumber: www.mahadassalafy.net

 

 

B. Sebagian Hadits tentang Keutamaan Para Shahabat

 

Keutamaan Abu Bakr

 

Dari Abdullah (bin Mas'ud) zdari Nabi bahwasanya beliau bersabda, "Seandainya aku menjadikan salah seorang dari umat ini menjadi kekasih, niscaya aku akan menjadikan Abu Bakr (sebagai kekasih)." (Shahih, HR. Muslim no. 2383)

 

Dari Amru bin Al-'Ash bahwasanya Rasulullah mengutusnya pada perang Dzatus Salasil. Maka ketika itu aku mendatangi beliau dan bertanya "Siapakah manusia yang paling engkau cintai?" Rasulullah menjawab "'Aisyah." Kemudian aku bertanya lagi, "Kalau dari kalangan laki-laki?" Rasulullah menjawab, "Ayahnya (Abu Bakr)." Aku bertanya lagi,"Kemudian siapa lagi?" Beliau menjawab, "Umar (bin Al-Khaththab)." Kemudian (setelah itu) disebut beberapa laki-laki. (Shahih, HR. Muslim no. 2384)

 

Keutamaan 'Umar bin Al-Khaththab

 

Dari Ibnu 'Abbas berkata: "Diletakkan Umar di atas pembaringannya (saat terbunuhnya beliau) maka para shahabat berkumpul mengelilinginya, berdoa dan memuji serta shalat jenazah untuk beliau sedangkan aku berada di antara mereka" Ibnu Abbas melanjutkan kisahnya: "Tidaklah mengejutkanku kecuali seseorang yang memegang  pundakku dari belakang. Aku menoleh dan ternyata orang tersebut adalah 'Ali, yang kemudian berdoa memohon rahmat untuk Umar. Ali berkata (kepada jenazah Umar): "Tidak ada seorangpun yang ingin aku gantikan untuk bertemu Allah dengan seperti amalannya, daripada engkau. Demi Allah, aku sungguh mengharap Allah menjadikan engkau bersama kedua shahabat engkau.Karena sesungguhnya aku sering mendengar Rasulullah bersabda: "Aku datang bersama Abu Bakr dan Umar. Aku masuk bersama Abu Bakr dan Umar. Aku keluar bersama Abu Bakr dan Umar." Maka aku berharap semoga Allah menjadikan engkau bersama keduanya."  (Shahih, HR. Muslim no. 2389)

 

Dari Abu Sa'id Al-Khudri berkata: Rasulullah bersabda: "Ketika aku tidur, aku bermimpi melihat manusia banyak berkumpul dengan memakai gamis. Di antara mereka ada yang memakainya sampai ke dada, dan ada pula yang memakai dibawahnya. Kemudian lewat 'Umar bin Al-Khaththab dengan memakai gamis sampai menyeret tanah. Para shahabat bertanya: "Apa yang engkau takwilkan dari mimpi ini, wahai Rasulullah?" Rasulullah menjawab: "Ad-din (agama)." (Shahih, HR. Muslim no. 2390)

 

Keutamaan 'Utsman bin 'Affan

 

Sesungguhnya 'Aisyah berkata: "Suatu saat Rasulullah pernah berbaring miring di rumahku dalam keadaan tersingkap pahanya atau betisnya. Tiba-tiba Abu Bakr meminta izin(untuk sebuah keperluan) kepada beliau dan diizinkannya dengan keadaan beliau seperti itu. Abu Bakr pun menceritakan (keperluannya). Lantas 'Umar meminta izin kepada beliau dan diizinkan dengan keadaan beliau seperti itu.'Umar pun menceritakan(keperluannya). Kemudian 'Utsman meminta izin kepada beliau maka Rasulullah pun duduk lantas merapikan pakaiannya. Muhammad (bin Abi Harmalah-yakni rawi) berkata: Aku tidak mengatakan bahwa kejadian ini terjadi pada satu hari. Kemudian 'Utsman pun masuk dan menceritakan (keperluannya). Setelah 'Utsman keluar, 'Aisyah berkata: Abu Bakr masuk dan engkau tidak bergerak dan tidak perduli dengan keadaanmu, kemudian datang 'Umar engkau juga tidak bergerak dan tidak perduli dengan keadaanmu, namun ketika 'Utsman masuk engkau segera duduk dan merapikan pakaianmu". Rasulullah bersabda: "Tidakkah aku malu kepada seseorang yang para malaikat pun malu kepadanya?" (Shahih, HR. Muslim no. 2401)

 

Keutamaan 'Ali Bin Abi Thalib

 

Dari Sahl bin Sa'ad (berkata): Sesungguhnya Rasulullah bersabda pada hari peperangan Khaibar: "Aku akan memberikan bendera perang ini kepada laki-laki yang Allah akan memberikan kemenangan melalui tangannya. Dia mencintai Allah dan Rasul-Nya, Allah dan Rasul-Nya pun mencintainya". Sahl berkata; maka para shahabat bermalam dan membicarakan masalah ini sembari menerka-nerka siapa di antara mereka yang akan diberikan bendera tersebut. Tatkala pagi, mereka bersegera menghadap kepada Rasulullah dan seluruhnya berharap untuk diberikan bendera tersebut. Rasullah bertanya: "Dimanakah Ali bin Abi Thalib?" Para shahabat menjawab: "Dia sedang sakit mata, ya Rasulullah." Rasulullah bersabda: "Utuslah (seorang utusan) kepadanya (untuk memanggilnya)." Maka datanglah dia (utusan) bersama Ali. Rasulullah meludahi kedua matanya (Ali) yang sakit lantas mendoakannya. Maka sembuhlah (Ali) hingga seakan-akan tidak pernah sakit. Rasulullah memberikan bendera itu kepadanya. Ali berkata: "Wahai Rasulullah, aku akan memerangi mereka hingga mereka menjadi seperti kita." Rasulullah bersabda: "Berangkatlah dengan hati-hati hingga engkau turun di medan pertempuran mereka. Kemudian serulah mereka agar memeluk Islam dan khabarkan kepada mereka dengan apa yang diwajibkan atas mereka dari hak Allah. Demi Allah, sesungguhnya Allah memberi petunjuk kepada seseorang melalui engkau, lebih baik daripada memiliki unta merah." (Shahih, HR. Muslim no. 2406)

 

Keutamaan Sa'd bin Abi Waqqash

 

Dari  Aisyah berkata: "Suatu malam Rasulullah tidak bisa tidur, maka beliau bersabda: "Aku berharap ada seorang laki-laki shalih dari shahabatku yang akan menjagaku malam ini." Aisyah berkata: "Dan ketika itu kami mendengar suara senjata (yang dibawa seseorang)." Maka Rasulullah bertanya: "Siapakah ini?" Lalu Sa'd bin Abi Waqqash berkata: "Wahai Rasulullah, aku datang untuk menjaga engkau." Aisyah berkata: "Maka kemudian Rasulullah pun tidur sampai aku mendengar dengkuran beliau." (Shahih, HR. Muslim no. 2410)

 

Keutamaan Az-Zubair bin Al-'Awwam

 

Dari Jabir bin Abdillah. Rawi berkata aku mendengar Jabir berkata: Aku mendengar Rasulullah menyeru dan memberi semangat kepada para shahabat pada hari peperangan Khandaq. Az-Zubair menyambut seruan tersebut. Lalu Rasulullah menyeru lagi kepada para shahabat. Az-Zubair kembali menyambut seruan tersebut. Lalu Rasulullah lantas menyeru lagi kepada para shahabat. Maka Rasulullah bersabda: "Setiap Nabi mempunyai Hawari (penolong) dan hawariku adalah Az-Zubair." (Shahih, HR. Muslim no. 2414)

 

Keutamaan Ummul Mukminin Khadijah bintu Khuwailid

 

Aku (rawi) mendengar Abu Hurairah berkata: Malaikat Jibril pernah datang kepada Nabi dan berkata: "Wahai Rasulullah, inilah Khadijah datang kepadamu sembari membawa tempat yang berisi lauk pauk, makanan atau minuman, maka jika dia datang kepadamu sampaikan kepadanya salam dari Rabbnya dan dariku. Kemudian sampaikan berita gembira untuknya tentang sebuah rumah dalam surga yang terbuat dari mutiara (atau emas dan permata) serta tidak ada hiruk pikuk dan kepayahan di dalamnya." (Shahih HR. Muslim no. 2430)

 

Wallahu a'lam.

 

Sumber: www.asysyariah.com

--
-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-
Serulah kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik
dan bantahlah mereka dengan cara yang lebih baik. -Qs. 16 an-Nahl :125
 
Berilah mereka pelajaran, dan katakanlah kepada mereka perkataan yang berbekas pada jiwa mereka. -Qs. 4 an-Nisa' : 63
 
Gabung : Milis_Iqra-subscribe@googlegroups.com
Keluar : Milis_Iqra-unsubscribe@googlegroups.com
Situs 1 : http://groups.google.com/group/Milis_Iqra
Mod : moderator.milis.iqra@gmail.com
-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-

No comments:

Post a Comment