yg representasinya ke PKS, atau mungkin ada ketidakpercayaan terhadap
parpol islam bagaimanapun signifikan suaranya
Pada tanggal 05/05/09, Ibnu77 <ibnu.pasha@lge.com> menulis:
>
>
> Syaikh Haji Rasul dan Fitnah Kekuasaan (1)
>
> Tahukah Anda jika musuh-musuh Islam senantiasa membuat satu daftar
> klasifikasi terhadap para ulama yang berpengaruh di satu negeri? Demikian
> pula yang terjadi di Indonesia semasa penjajahan Belanda, Jepang, sampai
> sekarang. Mereka membuat daftar dan memisahkan para ulama ini berdasarkan
> apakah mereka bisa diajak bersekutu dengan penjajah atau tidak.
>
> Untuk ulama yang dianggap bisa diajak bersekutu (musyarokah), maka penjajah
> memberikan mereka jabatan, dana, dan berbagai fasilitas duniawi. Tentu saja,
> dalam melakukan pendekatan dengan mereka, para penjajah tetap memakai
> strategi yang sangat halus agar tidak menyinggung perasaan mereka. Jadi,
> dengan berdekatan dan bekerjasama dengan penjajah, para ulama tersebut tetap
> menganggap langkahnya sudah sesuai dengan koridor dakwah Islam, dan jika ada
> beberapa prinsip agama yang dikorbankan, maka itu pun dilakukannya demi
> kemashlahatan dakwah. Ini adalah paradigma yang sengaja di tanamkan
> musuh-musuh Islam di mana pun kepada para ulama yang bisa dikendalikannya.
>
> Dan untuk ulama yang dianggap tidak bisa diajak bekerjasama, maka penjajah
> pun segera menghancurkan namanya lewat operasi-operasi intelijen yang
> sistematis. Berita-berita dusta disebarkan agar umat tidak percaya pada
> sosok ulama seperti ini, berbagai dokumen palsu dibikin yang isinya juga
> berisi fitnah terhadap mereka, karirnya dihambat, bahkan tempat mereka
> mencari nafkah pun diganggu. Jalan terakhir yang dilakukan penjajah terhadap
> para ulama yang tidak mau diajak bekerjasama adalah dengan menjebloskan
> mereka ke dalam penjara lewat suatu peristiwa yang direkayasa, atau jika
> perlu membunuhnya, baik dengan diracun atau lewat operasi terselubung
> sehingga orang banyak menganggapnya sebagai kecelakaan lalu lintas,
> kecelakaan kerja, atau pun sakit yang tidak bisa disembuhkan. Sebab itu,
> ulama jenis ini sangat berhati-hati di dalam menjalani hidupnya dan
> memasrahkan diri sepenuhnya kepada perlindungan Allah SWT.
>
> Islam pun telah membuat penggolongan terhadap para ulamanya. Ulama Akhirat
> dan Ulama Dunia. Ulama akhirat adalah ulama yang sebenarnya, yang menghidupi
> Islam dan umat-Nya dengan cahaya ilmu dan pengetahuan yang dimiliki.
> Sedangkan Ulama dunia sebaliknya, ulama ini hidup dengan menjual Islam dan
> umat-Nya demi kekayaan dan kemashyuran diri, keluarga, dan kelompoknya
> sendiri. Dagang umat, itu hakikat profesinya.
>
> Rasulullah SAW sendiri telah memberikan umat ini pedoman untuk bisa memilah
> mana ulama yang baik dan mana ulama yang buruk. Al-Ghazali dalam Ihya 'Ulum
> ad Din menyitir sebuah hadits Rasulullah SAW, "Ulama yang paling buruk
> adalah ulama yang suka mengunjungi penguasa, sementara penguasa yang paling
> baik adalah yang sering mengunjungi ulama." (HR. Ibnu Majah).
>
> Dalam hadits lainnya, Rasulullah SAW bersabda, "Kaum ulama adalah para
> pemegang amanat Rasul (untuk disampaikan) kepada hamba-hamba Allah selagi
> mereka tidak bergaul dengan para penguasa. Apabila mereka telah menjalin
> hubungan dengan para penguasa, berarti mereka telah berkhianat kepada Rasul.
> Oleh karena itu, berhati-hatilah kamu kepada mereka dan jauhilah mereka."
> (HR. al-Uqayli, lihat al-Ghazali: Kehidupan Ulama Dunia dan Akhirat; 1986).
>
> Setelah Rasulullah SAW, seluruh sahabat juga bersikap wara' dan sangat
> hati-hati terhadap dunia dan fitnah kekuasaan. Salah satunya ditulis oleh
> Ali bin Abi Thalib r.a. dalam suratnya kepada Mu'awiyah: "Dunia membuat
> orang sibuk dan melupakan urusan-urusan lain. Pengejar dunia tak pernah
> mendapat sesuatu, selain rasa tak puas. Sungguh, ia tak kan pernah puas pada
> setiap apa yang diperolehnya."
>
> Sejarah Indonesia membuktikan hal ini sejak zaman dahulu hingga detik ini.
> Sepanjang zaman ada saja dua jenis ulama seperti di atas.
>
> Laporan Rahasia PID
>
> Contoh upaya penggolongan para ulama yang dilakukan penjajah Belanda bisa
> kita lihat dalam laporan-laporan rahasia Dinas Polisi Belanda (PID)
> bertarikh 1916. Menurut laporan salah satu agennya bernama L. Ph. Van Ronkel
> yang juga seorang ahli bahasa Melayu, di Sumatera Barat paska Perang Paderi
> (1831-1839) terjadi polarisasi yang tajam antara kaum agama yang berpikiran
> maju dengan kaum adat ortodoks.
>
> Ronkel menulis, "Saat itu, di Sumatera Barat ada tiga corak orientasi
> keagamaan: Pertama, tradisi agama lama yang mengakomodasi adat; Kedua,
> aliran baru tetapi bersifat ortodoks; dan ketiga, modernisme atau reformasi
> Islam yang dimotori oleh kaum muda." (Taufik Abdullah; "Islam dan
> Masyarakat: Pantulan Sejarah Indonesia", 1987. Lihat juga Alfian:
> "Muhammadiyah: The Political Behaviour of Muslim Modernist Organization
> Under Dutch Colonialism"; 1989)
>
> Dalam laporan rahasia tersebut Ronkel menyebut sejumlah nama ulama Sumatera
> Barat: Syaikh Muhammad Djamil Djambek ditulisnya sebagai "seorang praktisi
> yang memiliki sifat pragmatis", Haji Abdullah Muhamad adalah "Politisi dan
> intelektual", Haji Muhammad Thaib adalah seorang yang lembut, tenang, dan
> menghindari perdebatan sengit. Dan untuk Haji Rasul, van Ronkel memberikan
> label "seorang yang sangat fanatik". Dibanding dengan ulama-ulama lainnya,
> Belanda memang sangat takut pada Haji Rasul (Subhan SD; Ulama-Ulama Oposan;
> 2000; h.32).
>
> Syaikh Haji Rasul, yang dianggap paling fanatik oleh Belanda, merupakan
> tokoh terdepan dalam gerakan pembaharuan Islam di Minangkabau. Gerakan
> pembaharuan Islam atau Reformis Islam yang terjadi di Minangkabau bukanlah
> sebuah gerakan yang berorientasi kekuasaan, melainkan pencerdasan umat
> dengan nilai-nilai dakwah Islam yang benar dan lurus. Gerakan ini malah
> berdiri dengan kokoh di sisi umat, bukan di sisi penguasa. Mereka mengambil
> jalan para nabi, bukan jalan para pendukung Firaun dengan Bal'am-nya dan
> Qarun. Syekh Haji Rasul, ayahanda dari HAMKA, merupakan sosok ulama yang
> bisa diteladani oleh umat Islam sekarang, agar kita tidak seperti bebek yang
> begitu mudah digiring kesana-kemari. Dan tidak seperti keledai yang mudah
> ditipu dengan dalil-dalil yang keluar dari mulut ulama dunia. (bersambung)
>
> >
>
--
Dikirim dari perangkat seluler saya
--~--~---------~--~----~------------~-------~--~----~
-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-
Serulah kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik
dan bantahlah mereka dengan cara yang lebih baik. -Qs. 16 an-Nahl :125
Berilah mereka pelajaran, dan katakanlah kepada mereka perkataan yang berbekas pada jiwa mereka. -Qs. 4 an-Nisa' : 63
Gabung : Milis_Iqra-subscribe@googlegroups.com
Keluar : Milis_Iqra-unsubscribe@googlegroups.com
Situs 1 : http://groups.google.com/group/Milis_Iqra
Mod : moderator.milis.iqra@gmail.com
-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-
-~----------~----~----~----~------~----~------~--~---
No comments:
Post a Comment