Monday, February 22, 2010

Re: [Milis_Iqra] tanya tentang cara belajar Alquran dan hadist?



2010/2/23 Muhammad Amir Rosyidi <rosyid@gamatechno.com>
Assalamu'alaikum wr.wb


[Wa'alaykumsalam Wr. Wb].,

 

Kepada mas Arman, saya sangat tertarik sekali dengan diskusi mas Arman
dengan mbak whe-en waktu membahas masalah siksa kubur.


[Arman] : Terimakasih atas perhatiannya, semoga ada manfaatnya.,


[Amir] :
 
Tapi saya sendiri
juga bingung kalau disuruh milih mana yang benar dan siapa yang benar
dalam diskusi tersebut karena saya sendiri masih awam dalam
kajian-kajian Alquran dan hadist


[Arman] : Penentuan benar dan salah adalah bagian akhir dari sebuah proses belajar terhadap sebuah case tertentu, selama kita masih dalam proses yang panjang dan kompleks maka yang ada barulah sebuah kecenderungan berpijak pada salah satu konsep atau pemahaman. Jadi disini yang mungkin bisa diambil adalah kerangka berpikir dalam menemukan sebuah eksistensi kebenaran.

Memang harus ada dua kutub yang saling  bertolak belakang untuk dapat menjadi studi pembelajaran mengenainya, kita tidak mungkin bisa menentukan kecenderungan pijakan apabila kita hanya belajar dari satu sisi pendapat saja dan mengabaikan pendapat lainnya. Istilah saya paling benar, saya berdasar anu dan anu atau juga menurut pakar ini, ahli ini dan seterusnya adalah sebuah rujukan dan klaim yang sangat wajar kita jumpai pada sebuah konsistensi pendapat.



 [Amir]:
Yang membuat saya tertarik disini adalah cara pandang mas arman dalam
membahas hukum sebuah masalah dikaji dari Alquran dan hadist, dimana mas
Arman disitu juga mengatakan bisa menolak hadist kalau memang
bertentangan dengan alquran(correct me if i'm wrong).



[Arman] : Sebenarnya cara atau konsep ini saya rujuk dari dalam kitab suci al-Qur'an, mas Amir, yaitu surah Yunus ayat 15 :

وَإِذَا تُتْلَى عَلَيْهِمْ آيَاتُنَا بَيِّنَاتٍ قَالَ الَّذِينَ لاَ يَرْجُونَ لِقَاءنَا ائْتِ بِقُرْآنٍ غَيْرِ هَـذَا أَوْ بَدِّلْهُ قُلْ مَا يَكُونُ لِي أَنْ أُبَدِّلَهُ مِن تِلْقَاء نَفْسِي إِنْ أَتَّبِعُ إِلاَّ مَا يُوحَى إِلَيَّ إِنِّي أَخَافُ إِنْ عَصَيْتُ رَبِّي عَذَابَ يَوْمٍ عَظِيمٍ

Dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat Kami yang nyata, orang-orang yang tidak mengharapkan pertemuan dengan Kami berkata: "Datangkanlah Al Qur'an yang lain dari ini atau gantilah dia". Katakanlah: "Tidaklah patut bagiku menggantinya dari pihak diriku sendiri. Aku tidak mengikut kecuali apa yang diwahyukan kepadaku. Sesungguhnya aku takut jika mendurhakai Tuhanku kepada siksa hari yang besar (kiamat)".

Jadi parameter utamanya jelas bahwa sumber hukum tertinggi didalam Islam hanyalah al-Qur'an, jadi semua produk hukum (terutama lagi masalah agama) dan hal-hal lain yang berkaitan dengannya mesti berkorelasi dengan apa yang ada didalam al-Qur'an dan itu harusnya bukan berupa penafsiran dari satu sisi saja. Suatu pemberitaan mesti bisa dikuatkan oleh minimal satu ayat dalam al-Qur'an yang menjelaskan secara tegas mengenainya. Misal tentang sholat, jelas al-Qur'an puluhan kali berbicara tentangnya meskipun cara pelaksanaannya dari sisi teknis tidak dijabarkan. Namun kita punya pijakan hukum dalam pelaksanaannya.

Saya tidak mau termasuk dalam golongan orang yang diramalkan oleh Nabi sebagai pengabai al-Qur'an :

وَقَالَ الرَّسُولُ يَا رَبِّ إِنَّ قَوْمِي اتَّخَذُوا هَذَا الْقُرْآنَ مَهْجُوراً

Berkata Rasul: "Ya Tuhanku, sesungguhnya kaumku telah menjadikan al-Qur'an ini sesuatu yang tidak diacuhkan". (QS. 25:30)



 [Amir] :
Hal yang ingin
saya tanyakan adalah :
1. Bagaimana cara dan tips  mas Arman menafsirkan AlQuran sehingga tidak
terjebak kedalam golongan tertentu, mahdzab tertentu. Karena saya
sendiripun takut ketika saya dalam proses belajar ini terjebak atau
terkotakkan dalam mahdzab atau golongan tertentu, ataupun yang lebih
parah lagi terjebak dalam kebebasan pikiran yang kebablasan dalam
mentafsirkan Alquran seperti JIL. Kalau kata anak saya di Playgroup
"Islam agamaku, Allah Tuhanku, Muhammad Nabiku, Alquran Kitabku", Islam
bagi saya adalah Islam bukan NU, bukan Muhammadiyah, bukan Persis, bukan
salafi, dsb.


[Arman] : Tidak ada tips khusus sama sekali, saya hanya membuka diri terhadap semua pemahaman dan pendapat tanpa harus menghakiminya secara langsung sebelum saya melakukan komparasi diantaranya dan mencari rujukan yang digunakan serta menggali sebanyak mungkin data-data yang memiliki nilai possibility mengenainya. Dengan demikian maka akan ditemukan titik kecenderungan untuk kita berpijak dalam menyikapinya.

Satu rujukan yang pasti dari dalam al-Qur'an bahwa Islam itu ya Islam, tidak ada Islam a, Islam b, Islam c dan seterusnya. Tidak ada pula akidah ahlussunnah, akidah syiah, akidah khawarij, akidah muktazilah, akidah ahmadiyah, akidah HTI dan bermacam-macam lainnya.

إِنَّ الَّذِينَ فَرَّقُواْ دِينَهُمْ وَكَانُواْ شِيَعاً لَّسْتَ مِنْهُمْ فِي شَيْءٍ إِنَّمَا أَمْرُهُمْ إِلَى اللّهِ ثُمَّ يُنَبِّئُهُم بِمَا كَانُواْ يَفْعَلُونَ

Sesungguhnya orang-orang yang memecah belah agamanya dan mereka (terpecah) menjadi beberapa golongan, tidak ada sedikitpun tanggung jawabmu terhadap mereka. Sesungguhnya urusan mereka hanyalah (terserah) kepada Allah, kemudian Allah akan memberitahukan kepada mereka apa yang telah mereka perbuat. (QS. Al-An'am 6:159)

إِنَّ اللّهَ رَبِّي وَرَبُّكُمْ فَاعْبُدُوهُ هَـذَا صِرَاطٌ مُّسْتَقِيمٌ

Sesungguhnya Allah, Tuhanku dan Tuhanmu, karena itu sembahlah Dia. Inilah jalan yang lurus". (QS. Ali Imran 3:51)


 
2. Bagaimana cara mas Arman mempelajari hadits? karena yang saya tahu
orang mempelajari hadits dilihat dari tingkatan hadistnya, sedangkan
kalau melihat diskusi kemarin dengan mbak whee-en sepertinya mas Arman
berbeda pendapat. Sekali lagi tujuan saya menanykan ke mas Arman supaya
saya dalam belajarpun juga tidak terkotakkan atau terjebak dalam
golongan atau mahdzab tertentu


[Arman] : Rujukannya sama seperti no.1, selalu dikonfrontirkan terlebih dahulu dengan ayat-ayat al-Qur'an, baik yang Muhkamat ataupun yang bersifat Mutasyabihat. Jika masih tidak bisa ditemukan penguatan atau sandaran maka langkah berikutnya adalah apakah ada penjelasan lain dari dalam sunnah yang berbeda berkaitan dengan masalah itu untuk mendapatkan validasi kebenarannya sehingga kita bisa menerima hadis tersebut. Misalnya hadis tentang larangan Rasul memakan himar dan bawang, ini bukan larangan atau pengharaman yang mutlak berlaku bagi semua orang, karena dalam hadis lain ada disebutkan bila Nabi berkata bahwa dia hanya tidak suka bau dari daun bawangnya dan itu mengganggu konsentrasi beliau. Beliaupun dalam hadis itu mengakui bila beliau tidak punya hak untuk mengharamkannya secara umum karena Allah tidak menurunkan hujjahnya menyangkut masalah itu. Sementara himar pada perang khaibar antara lain hewan itu akan dipergunakan pada kesempatan yang berbeda.

Sanad mungkin memang sangat penting untuk mengetahui jalur periwayatan sebuah hadis, tetapi konfrontir terhadap al-Qur'an sebagai satu-satunya kitab yang "maksum" dari Allah adalah diatas segala-galanya. Kita berhadapan dengan dua pihak yang saling bertolak belakang, yaitu Allah disisi pertama yang menurunkan al-Qur'an dan disisi lain adalah para perawi hadis yang notabene manusia biasa seperti kita yang punya semua kelemahan insaniah. Disinilah letak sebuah sikap kehati-hatian yang saya ambil dengan tidak mengurangi rasa hormat dan takzim saya kepada hamba-hamba Allah yang InsyaAllah saleh itu.





 [Amir] :
3. Pertanyaan terakhir, saya minta saran dari mas Arman apa yang harus
saya lakukan terlebih dahulu, darimana saya harus memulai, dan ilmu-ilmu
apa saja yang harus saya pelajari supaya saya bisa belajar mengkaji
Islam dengan benar.



[Arman] : Banyak membaca saja mas kuncinya, bacalah apa saja yang memuat ilmu dan pengetahuan, baik itu yang berkaitan secara langsung dengan ilmu-ilmu keagamaan seperti karya-karyanya Imam al-Ghazali, Imam Khomeini, Jalaludin As-Sayuthi, Muhammad Abduh, Hamka, Nasyir  dan seterusnya maupun yang bersifat umum. Termasuk tulisan-tulisan keagamaan dari non muslim sebagai bahan studi dan perbandingan.

Jika boleh saya runut, hal yang pertama sekali dalam belajar adalah ilmu Tauhid atau ilmu tentang ke-esaan Allah. Dari ilmu ini nanti akan muncul turunan-turunan ilmu lainnya secara melebar seperti Fiqh dan sejenisnya.

 [Amir]
Mungkin itu dulu ya mas, mohon maaf kalau banyak yang saya
tanyakan,he...



[Arman] : Senang bisa membantu, dari sisi saya, semakin banyak bertanya artinya semangat untuk belajar dan mencari tahu itu ada.
Selamat pak Amir, tidak semua orang memiliki semangat tersebut. Sebagian dari mereka memang tidak ambil pusing dan sebagian lagi hanya menyerahkan diri pada perkataan ulama saja tanpa ada keberanian dan semangat untuk mempelajarinya lebih dalam dan kritis.


 
Wassalamu'alaikum wr wb


[Arman] : Wa'alaykumsalam Wr. Wb.,
 

--
Regards,
Muhammad Amir Rosyidi
PT. Gamatechno Indonesia

--
-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-
Serulah kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik
dan bantahlah mereka dengan cara yang lebih baik. -Qs. 16 an-Nahl :125

Berilah mereka pelajaran, dan katakanlah kepada mereka perkataan yang berbekas pada jiwa mereka. -Qs. 4 an-Nisa' : 63

Gabung : Milis_Iqra-subscribe@googlegroups.com
 Keluar : Milis_Iqra-unsubscribe@googlegroups.com
 Situs 1 : http://groups.google.com/group/Milis_Iqra
    Mod : moderator.milis.iqra@gmail.com
-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-



--
Salamun 'ala manittaba al Huda



ARMANSYAH

--
-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-
Serulah kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik
dan bantahlah mereka dengan cara yang lebih baik. -Qs. 16 an-Nahl :125
 
Berilah mereka pelajaran, dan katakanlah kepada mereka perkataan yang berbekas pada jiwa mereka. -Qs. 4 an-Nisa' : 63
 
Gabung : Milis_Iqra-subscribe@googlegroups.com
Keluar : Milis_Iqra-unsubscribe@googlegroups.com
Situs 1 : http://groups.google.com/group/Milis_Iqra
Mod : moderator.milis.iqra@gmail.com
-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-

No comments:

Post a Comment