Fatma Orgel terjebak ke dalam pilihan pahit, untuk melepaskan jilbab
atau menghapus mimpinya berkarir di dunia medis.
"Aku bisa tidak menyelesaikan gelar, atau pergi ke negara lain untuk
belajar," tutur Orgel kepada The Sydney Morning Herald Sabtu, 27
Februari.
Satu tahun sebelum menyelesaikan kuliahnya, pemerintah sekuler Turki
memberlakukan undang-undang yang melarang jilbab di kampus pada tahun
1999. Hal ini tentu saja meresahkan mahasiswa di Turki untuk
meneruskan cita-citanya di bangku kuliah atau melepaskan jilbabnya,
pakaian wajib bagi seorang muslimah.
"Ketika larangan diberlakukan, membuat orang tua saya kehilangan
mimpi-mimpi mereka agar aku menjadi seorang dokter ," kata Orgel, 35
tahun mengenang.
Tapi, Orgel, yang tumbuh dalam keluarga tradisional, ayah seorang guru
agama dan ibu yang seorang ibu rumah tangga di Barat daya kota
Anatolya, tidak pernah berfikir melepas jilbabnya.
Akhirnya, ia mengambil keputusan sulit untuk pergi ke luar negeri,
tepatnya di Hungaria untuk menyelesaikan studi kedokteran.
"Pada akhirnya saya beruntung dan menemukan cara untuk melanjutkan
studi saya, tetapi kebanyakan orang lain tidak dapat melakukan ini."
Setelah menyelesaikan studinya, Orgel kembali ke Turki. Namun lagi-
lagi tersandung dengan pelarangan jilbab di kantor-kantor pemerintah,
dan tempat-tempat layanan umun. Tidak ada pilihan kecuali meninggalkan
Turki untuk kemudian pergi ke London bekerja sebagai dokter sesuai
cita-citanya.
Hijab telah menjadi isu yang sangat lama untuk memecah-belah umat
Islam di Turki yang sangat sekuler.
Pada bulan Februari 2008, parlemen memutuskan untuk membatalkan
larangan mengenakan jilbab di kampus, namun keputusan itu kemudian
dibatalkan oleh Pengadilan Tinggi di Turki karena dianggap melanggar
prinsip-prinsip negara sekuler.
Orgel mengatakan bahwa banyak kesalahpahaman yang berlaku di Turki
yang sekuler tentang jilbab dan modernisasi.
"Bangsa Turki selalu menengok ke Barat, ke Eropa, dan percaya bahwa
pelarangan jilbab adalah sebuah langkah menuju modernisasi," katanya.
"Itu berarti bahwa perempuan yang memahami Al-Quran dibatasi dari
pendidikan universitas."
"Ketika Islam dilihat dari luar, banyak yang melihat jilbab sebagai
simbol penindasan, bahwa kita sedang dipaksa untuk melakukan hal yang
bertentangan dengan kehendak kita," katanya.
"Saya membuat keputusan ketika saya masih sekitar 15 bahwa aku akan
mengenakan jilbab. Ini menjadi bagian dari spiritualitas, bagian dari
persepsi hidup saya. "
Orgel sekarang anggota dewan eksekutif AKDER, sebuah organisasi hak
asasi manusia yang melawan diskriminasi terhadap wanita muslim.
http://www.muslimdaily.net/wanita/5177/memilih-antara-jilbab-dan-karir
--
-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-
Serulah kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik
dan bantahlah mereka dengan cara yang lebih baik. -Qs. 16 an-Nahl :125
Berilah mereka pelajaran, dan katakanlah kepada mereka perkataan yang berbekas pada jiwa mereka. -Qs. 4 an-Nisa' : 63
Gabung : Milis_Iqra-subscribe@googlegroups.com
Keluar : Milis_Iqra-unsubscribe@googlegroups.com
Situs 1 : http://groups.google.com/group/Milis_Iqra
Mod : moderator.milis.iqra@gmail.com
-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-
No comments:
Post a Comment