Dari Muadz bin Jabal -radhiallahu anhu- dia berkata: "Aku pernah dibonceng oleh Nabi shallallahu 'alaihi wasallam dalam satu perjalanan, tidak ada pemisah antara aku dan beliau kecuali pelana hewan kendaraan. Beliau memanggil, "Wahai Muadz bin Jabal!" Aku menyahut, "Aku penuhi panggilanmu wahai Rasulullah." Kami meneruskan lagi perjalanan. Kemudian beliau memanggil lagi, "Wahai Muadz bin Jabal!" Aku menyahut, "Aku penuhi panggilanmu wahai Rasulullah." Kami meneruskan lagi perjalanan kemudian beliau memanggil lagi: "Wahai Muadz bin Jabal!" Aku menyahut lagi, " Aku penuhi panggilanmu wahai Rasulullah." Beliau bersabda, "Tahukah kamu apa Kewajiban manusia terhadap Allah?" Aku menjawab, "Allah dan Rasul-Nya yang lebih mengetahui." Beliau bersabda, "Yaitu menyembah-Nya dan tidak menyekutukan-Nya." Kami meneruskan lagi perjalanan beberapa waktu ketika kemudian beliau memanggil lagi, "Wahai Muadz bin Jabal!" Aku menyahut, "Aku penuhi panggilanmu wahai Rasulullah." Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, "Tahukah kamu apakah kewajiban Allah terhadap manusia apabila mereka melakukan perkara-perkara yang aku nyatakan tadi?" Aku menjawab, "Allah dan Rasul-Nya yang lebih mengetahui." Akhirnya beliau bersabda, "Allah tidak akan menyiksa mereka." (HR. Al-Bukhari no. 2644, 5796, 6825 dan Muslim no. 30) Dalam riwayat lain: "Saya lalu berkata, "Wahai Rasulullah, bolehkah aku menceritakannya kepada orang-orang?" Beliau menjawab, "Jangan kamu memberitahukannya kepada mereka sehingga mereka akan bersandar kepadanya." Yakni: Mereka akan malas dan tidak berlomba-lomba beramal saleh karena mereka hanya bersabdar pada keutamaan tauhid yang mereka sudah miliki. salah satu pelajaran dari hadist diatas diantaranya adalah : Bolehnya mengundurkan penyampaian ilmu yang bermanfaat atau menyembunyikannya sementara waktu, jika ada maslahat dalam mengundurkannya atau akan timbul mudharat jika ilmu itu disampaikan saat itu. Intinya tidak semua kebenaran harus disampaikan secepatnya akan tetapi likulli maqamin maqal (ucapan yang diucapkan harus sesuai dengan situasi saat itu), dan ini termasuk hikmah dalam berdakwah. Betapa banyak kerusakan yang ditimbulkan oleh seorang dai hanya karena tidak mempunyai hikmah dalam berdakwah, khususnya ketika dia ingin menyampaikan suatu kebenaran kepada masyarakat yang sudah turun-temurun meninggalkan kebenaran tersebut. tulisan diatas saya rangkum dari almansuroh.wordpress.com yg ditulis oleh Ustadz Abu Muawiyah Al Atsary pertanyaan saya adalah jadi apakah ketika kita menyampaikan kebenaran kepada orang lain, kita boleh berlepas diri karena hasil dari yg qt sampaikan bukan masalah saya? tring --- Pada Rab, 25/8/10, whe - en <whe.en9999@gmail.com> menulis:
|
--
-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-
Serulah kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik
dan bantahlah mereka dengan cara yang lebih baik. -Qs. 16 an-Nahl :125
Berilah mereka pelajaran, dan katakanlah kepada mereka perkataan yang berbekas pada jiwa mereka. -Qs. 4 an-Nisa' : 63
Gabung : Milis_Iqra-subscribe@googlegroups.com
Keluar : Milis_Iqra-unsubscribe@googlegroups.com
Situs 1 : http://groups.google.com/group/Milis_Iqra
Mod : moderator.milis.iqra@gmail.com
-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-
No comments:
Post a Comment