Saturday, November 19, 2011

[Milis_Iqra] Berhenti berlangganan

Mohon dibantu saya berhenti berlangganan

--
-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-
Serulah kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik
dan bantahlah mereka dengan cara yang lebih baik. -Qs. 16 an-Nahl :125
 
Berilah mereka pelajaran, dan katakanlah kepada mereka perkataan yang berbekas pada jiwa mereka. -Qs. 4 an-Nisa' : 63
 
Gabung : Milis_Iqra-subscribe@googlegroups.com
Keluar : Milis_Iqra-unsubscribe@googlegroups.com
Situs 1 : http://groups.google.com/group/Milis_Iqra
Mod : moderator.milis.iqra@gmail.com
-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-

Re: [Milis_Iqra] Sedalam Samudra Hati Mbak Ana

assalamualaikum
saya mau berhenti. mohon di bantu. teimakasih

Pada tanggal 11/11/11, ORI SUHARKO <orioniq@yahoo.com> menulis:
> mas aris, ummat sekarang galau kalu ingat akhirat tapi kegalauan berganti
> rakus bila melihat materi saat itu juga.
> hati yang ikhlas perlu dilatih dengan cobaan yg ringan atau berat kayaknya.
>
>
>
> ________________________________
> From: aris winarko <abahsyifa@gmail.com>
> To: fupm <fupm-mm2100@freelists.org>
> Cc: milis_iqra@googlegroups.com
> Sent: Saturday, November 12, 2011 7:41 AM
> Subject: [Milis_Iqra] Sedalam Samudra Hati Mbak Ana
>
>
>
>
>
>
> Kamis, 10 November 2011
>
> TERUNTUK rasa syukur kita yang tipis dan kian terkikis, saya kisahkan sebuah
> penggal kehidupan sederhana yang dalam. Sedalam kita memantik hikmah di
> belakangnya, sedalam itu pula saya harap keberkahan mengalir pada sungai
> kebahagiaan mereka.Sebut saja Mbak Ana, perempuan paruh baya berputri 1
> kelas 6 SD ini
> sudah 3 bulan menjadi ART paruh waktu di rumah saya. Mbak Ana, begitu
> saya menyebut nama samarannya, adalah tetangga teman sekantor suami
> saya. Sehingga kami merasa sedikit ada garansi tentang ART baru kami.
> Sebab cemas akibat ulah ART sebelumnya yang tertangkap tangan mencuri
> sejumlah uang belumlah sempurna hilang. Inilah kisahnya yang saya tulisa
> dalam bentuk cerita.
> ****
> Gesit. Itu kesan pertama saya terhadap Mbak Ana. Beliau membereskan
> pekerjaan yang tidak saya limpahkan padanya. Seperti halnya mencuci,
> saya hanya membutuhkan tenaga Mbak Ana untuk mencuci tangan popok bayi
> dan pakaian kantor suami. Selebihnya bisa saya giling dengan mesin.
> Namun dihari pertama bekerja, betapa saya takjub mendapati pakaian di
> dalam mesin sudah dibereskan semua dengan tangannya. "Nggak apa, Mbak,"
> katanya ikhlas.
> Lantai rumah pun menjadi kesat sebab tehnik mengepel yang sungguh
> saya tak sanggup melakukannya. Di bulan Ramadhan, saya mengingatkan Mbak Ana
> untuk tidak memforsir tenaga. Namun ia melakukan semua pekerjaan
> seperti biasa.
> Hari libur yang saya beri di awal Ramadhan pun tak
> diambilnya. Bahkan pada 2 syawal (versi pemerintah) Mbak Ana sudah
> masuk. Dan terpaksa pulang sebab saya sungguh tak ingin merobek jalinan
> silaturahimnya dengan sanak saudara.
> "Saya tak punya saudara, Mbak," ceritanya satu kesempatan setelah
> syawal. Sembari menyetrika, saya ajak ngobrol Mbak Ana yang perantauan
> asal Jawa Tengah.
> "Suami punya saudara kandung 1 tapi sepertinya sudah tak ingin
> bersaudara dengan kami yang miskin ini," lanjutnya menceritakan sang
> ipar yang punya jabatan pada institusi Negara di Batam ini. Pikir saya,
> sombong betul pejabat ini.
> "Mbak dan suami punya salah apa dengan mereka?"
> "Nggak tahu, Mbak. Dulunya kan rumah kami depan-belakang. Ya itupun
> nggak kayak saudara. Saya operasi melahirkan pun mereka nggak menjenguk.
> Saya tanya suami katanya dia gak pernah ada masalah dengan saudaranya
> itu. Tau lah, Mbak.Makanya kami mending menjauh saja. Eh, kami pergi,
> malahan rumah kami dicaplok. Gak ijin pula, cuma nyuruh orang aja bilang ke
> kami," jawabnya dengan nada sungguh biasa. Barangkali, perasaan Mbak Ana ini
> sudah melompong.
> Lalu saya yang outsider ini tak habis pikir, bagaimana
> mungkin si saudara yang mampu, mencaplok rumah hasil kerja Mbak Ana dan
> suaminya. Sehingga sudah 12 tahun ini Mbak Ana menjadi kontraktor.
> Ngontrak sana-ngontrak sini. Jika diperbolehkan, rasanya ingin sekali
> saya meninjunya!
> "Lha, dulu suami Mbak katanya kerja di Hotel, kenapa keluar?" sengaja saya
> putar topik agar tak terlalu membuat Mbak Ana mengenang yang
> suram.
> "Nah, dulu kan suami saya punya guru, orang pinter gitu Mbak. Orang
> pinter itu bilang, kamu kerja di Hotel kan tahu Hotel itu tempat apa.
> Banyak maksiat di sana. Sekarang kamu punya istri sudah punya anak juga, apa
> kamu mau ngasi makan anak istrimu dari tempat yang kayak gitu. Gitu katanya,
> Mbak…." Saya manggut-manggut mendengar cerita Mbak Ana.
> "Jadi suami saya mikir-mikir. Memang betul katanya. Dia tahu kalau
> hotel tempatnya kerja sering didatangi Pak K (seorang pengusaha kelas
> kakap di Batam) berikut gadis-gadis yang kinyis-kinyis. Itu kan maksiat.
> Tapi suami saya gak berani bilang ke saya sampai 3 hari dia gak bisa
> tidur. Waktu saya tanya ada masalah apa baru dia bilang, "Bu, kalau aku
> keluar dari hotel trus gak dapet kerjaan, cuma ngojek aja, apa Ibuk
> masih mau sama aku"? tanyanya begitu.
> So weet banget, yah? Saya pikir dialog ini cuma ada di sinetron-sinetron,
> lho…
> "Wah sayang banget padahal, ya Mbak…" pancing saya untuk mengetahui respon
> Mbak Ana tentang alih profesi menjadi ojekr ini.
> "Gak papa lah, Mbak. Walau ngojek yang penting rejeki halal."
> Jawabnya mantap. Menohok saya yang masih suka galau soal rejeki. Padahal
> kalau belum rejekinya, mungkin Allah kira-kira mau bilang ke
> saya…periksa lagi jalan rejekimu, kalau lurus tak mungkin nyasar!
> Berbilang 12 tahun, saat ini, suami Mbak Ana masih tetap ngojek. Pun
> mereka masih kontraktor. Tetapi kebahagiaan mereka nyata. Anak semata
> wayang sungguh manis berbakti pada orangtua. Sama sekali jauh dari kesan
> anak jaman sekarang yang banyak tuntutan. Bahkan ia selalu mendapat
> peringkat terbaik pada tiap-tiap pembagian rapor di sekolah.
> Sebagai hamba yang diberi lebih banyak kenikmatan oleh Allah, saya
> nyaris miris. Kondisi serba kontradiktif dengan keluarga Mbak Ana yang
> sejatinya mampu menghalau banyak galau di hati saya.
> Hari ini, saya coba selami dalamnya samudra hati dari keluarga Mbak
> Ana yang tak kunjung membawa saya hingga ke dasarnya; keikhlasan…*/Dwi,
> Batam, November 2011
>
> --
> pojok rehat
> grosir herbal
>
> --
> -=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-
> Serulah kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik
> dan bantahlah mereka dengan cara yang lebih baik. -Qs. 16 an-Nahl :125
>
> Berilah mereka pelajaran, dan katakanlah kepada mereka perkataan yang
> berbekas pada jiwa mereka. -Qs. 4 an-Nisa' : 63
>
> Gabung : Milis_Iqra-subscribe@googlegroups.com
> Keluar : Milis_Iqra-unsubscribe@googlegroups.com
> Situs 1 : http://groups.google.com/group/Milis_Iqra
> Mod : moderator.milis.iqra@gmail.com
> -=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-
>
> --
> -=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-
> Serulah kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik
> dan bantahlah mereka dengan cara yang lebih baik. -Qs. 16 an-Nahl :125
>
> Berilah mereka pelajaran, dan katakanlah kepada mereka perkataan yang
> berbekas pada jiwa mereka. -Qs. 4 an-Nisa' : 63
>
> Gabung : Milis_Iqra-subscribe@googlegroups.com
> Keluar : Milis_Iqra-unsubscribe@googlegroups.com
> Situs 1 : http://groups.google.com/group/Milis_Iqra
> Mod : moderator.milis.iqra@gmail.com
> -=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-

--
-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-
Serulah kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik
dan bantahlah mereka dengan cara yang lebih baik. -Qs. 16 an-Nahl :125

Berilah mereka pelajaran, dan katakanlah kepada mereka perkataan yang berbekas pada jiwa mereka. -Qs. 4 an-Nisa' : 63

Gabung : Milis_Iqra-subscribe@googlegroups.com
Keluar : Milis_Iqra-unsubscribe@googlegroups.com
Situs 1 : http://groups.google.com/group/Milis_Iqra
Mod : moderator.milis.iqra@gmail.com
-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-