Saturday, December 24, 2011

[Milis_Iqra] PERNYATAAN NABI SAW TENTANG AKIBAT CINTA

Seorang sahabat berkata kepada Nabi saw: wahai Rasulullah, ada orang
mencitai seseorang melakukan shalat padahal ia tidak shalat kecuali
yang wajib saja, mencintai orang yang menginfakkan hartanya padahal ia
tidak berinfak kecuali yang wajib saja, mencinta orang yang berpuasa
padahal ia tidak berpuasa kecuali di bulan Ramdhan. Maka Rasulullah
saw bersabda: "Seseorang itu kelak akan bersama orang yang ia
cintai." (Mizanul Hikmah 2, hadis ke 3225)
FREE DOWNLOAD DOA-DOA PILIHAN
http://www.tokoku99.com/product-islami/e-book.html
RINGKASAN AMALAN PRAKTIS DOA2 PILIHAN
http://tinyurl.com/c6ebual

--
-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-
Serulah kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik
dan bantahlah mereka dengan cara yang lebih baik. -Qs. 16 an-Nahl :125

Berilah mereka pelajaran, dan katakanlah kepada mereka perkataan yang berbekas pada jiwa mereka. -Qs. 4 an-Nisa' : 63

Gabung : Milis_Iqra-subscribe@googlegroups.com
Keluar : Milis_Iqra-unsubscribe@googlegroups.com
Situs 1 : http://groups.google.com/group/Milis_Iqra
Mod : moderator.milis.iqra@gmail.com
-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-

Thursday, December 22, 2011

Re: [Milis_Iqra] (OOT) Kisah Nyata: Ketika Sri Sultan HB IX Kena Tilang di Pekalongan ........

Pada tanggal 20/12/11, muhammad siswanto <sis_aaa@yahoo.com> menulis:
> SUBHANALLAH..LUARBIASA.!
> Sent from my BlackBerry® powered by Sinyal Kuat INDOSAT
>
> -----Original Message-----
> From: Aris Winarko <abahsyifa@gmail.com>
> Sender: milis_iqra@googlegroups.com
> Date: Mon, 19 Dec 2011 20:47:48
> To: fupm<fupm-mm2100@freelists.org>; <milis_iqra@googlegroups.com>
> Reply-To: milis_iqra@googlegroups.com
> Cc: <yoenant_dd@yahoo.com>; <pramu.handoyo@yahoo.com>; <yuni@nagai.co.id>
> Subject: [Milis_Iqra] (OOT) Kisah Nyata: Ketika Sri Sultan HB IX Kena Tilang
> di Pekalongan ........
>
> Kota batik Pekalongan tahun 1960-an menyambut fajar dengan kabut tipis,
> pukul 05.30, polisi muda Royadin yang belum genap seminggu mendapatkan
> kenaikan pangkat dari agen polisi kepala menjadi brigadir polisi sudah
> berdiri di tepi posnya di kawasan Soko dengan gagahnya. Kudapan nasi megono
> khas pekalongan pagi itu menyegarkan tubuhnya yang gagah berbalut seragam
> polisi dengan pangkat brigadir.
>
> Persimpangan Soko mulai riuh dengan bunyi kalung kuda yang terangguk angguk
> mengikuti ayunan cemeti sang kusir. Dari arah selatan dan membelok ke barat
> sebuah sedan hitam ber plat AB melaju dari arah yang berlawanan dengan arus
> becak dan delman. Brigadir Royadin memandang dari kejauhan, sementara sedan
> hitam itu melaju perlahan menuju ke arahnya. Dengan sigap ia menyeberang
> jalan ditepi posnya, ayunan tangan kedepan dengan posisi membentuk sudut
> sembilan puluh derajat menghentikan laju sedan hitam itu. Sebuah sedan
> tahun lima puluhan yang amat jarang berlalu di jalanan pekalongan berhenti
> dihadapannya.
>
> Saat mobil menepi, Brigadir Royadin menghampiri sisi kanan pengemudi dan
> memberi hormat.
>
> "Selamat pagi!" Brigadir Royadin memberi hormat dengan sikap sempurna .
> "Boleh ditunjukan rebuwes!" Ia meminta surat-surat mobil berikut surat ijin
> mengemudi kepada lelaki di balik kaca. Jaman itu surat mobil masih
> diistilahkan rebuwes.
>
> Perlahan, pria berusia sekitar setengah abad menurunkan kaca samping secara
> penuh.
>
> "Ada apa pak polisi ?" Tanya pria itu. Brigadir Royadin tersentak kaget, ia
> mengenali siapa pria itu. "Ya Allah…sinuwun!" kejutnya dalam hati. Gugup
> bukan main namun itu hanya berlangsung sedetik, naluri polisinya tetap
> menopang tubuh gagahnya dalam sikap sempurna.
>
> "Bapak melangar verbodden, tidak boleh lewat sini, ini satu arah !" Ia
> memandangi pria itu yang tak lain adalah Sultan Jogja, Sri Sultan
> Hamengkubuwono IX. Dirinya tak habis pikir, orang besar seperti Sultan HB
> IX mengendarai sendiri mobilnya dari Jogja ke Pekalongan yang jaraknya
> cukup jauh.
>
> Setelah melihat rebuwes, Brigadir Royadin mempersilahkan Sri Sultan untuk
> mengecek tanda larangan verboden di ujung jalan, namun sultan menolak.
>
> " Ya ..saya salah, kamu benar, saya pasti salah !" Sinuwun turun dari
> sedannya dan menghampiri Brigadir Royadin yang tetap menggengam rebuwes
> tanpa tahu harus berbuat apa.
>
> " Jadi…?" Sinuwun bertanya, pertanyaan yang singkat namun sulit bagi
> Brigadir Royadin menjawabnya .
>
> "Em..emm ..bapak saya tilang, mohon maaf!" Brigadir Royadin heran, Sinuwun
> tak kunjung menggunakan kekuasaannya untuk paling tidak bernegosiasi
> dengannya. Jangankan begitu, mengenalkan dirinya sebagai pejabat Negara dan
> Raja-pun beliau tidak melakukannya.
>
> "Baik..brigadir, kamu buatkan surat itu, nanti saya ikuti aturannya, saya
> harus segera ke Tegal !" Sinuwun meminta Brigadir Royadin untuk segera
> membuatkan surat tilang. Dengan tangan bergetar ia membuatkan surat tilang,
> ingin rasanya tidak memberikan surat itu tapi tidak tahu kenapa ia sebagai
> polisi tidak boleh memandang beda pelanggar kesalahan yang terjadi di depan
> hidungnya. Yang paling membuatnya sedikit tenang adalah tidak sepatah
> katapun yang keluar dari mulut Sinuwun menyebutkan bahwa dia berhak
> mendapatkan dispensasi. "Sungguh orang yang besar…!" begitu gumamnya.
>
> Surat tilang berpindah tangan, rebuwes saat itu dalam genggamannya dan ia
> menghormat pada Sinuwun sebelum Sinuwun kembali memacu Sedan hitamnya
> menuju ke arah barat, Tegal.
>
> Beberapa menit Sinuwun melintas di depan Stasiun Pekalongan, Brigadir
> Royadin menyadari kebodohannya, kekakuannya dan segala macam pikiran
> berkecamuk. Ingin ia memacu sepeda ontelnya mengejar sedan hitam itu tapi
> manalah mungkin. Nasi sudah menjadi bubur dan ketetapan hatinya untuk tetap
> menegakkan peraturan pada siapapun berhasil menghibur dirinya.
>
> Saat aplusan di sore hari dan kembali ke markas, ia menyerahkan rebuwes
> kepada petugas jaga untuk diproses hukum lebih lanjut.,Ialu kembali kerumah
> dengan sepeda abu abu tuanya.
>
> Saat apel pagi esok harinya, suara amarah meledak di markas polisi
> pekalongan, nama Royadin diteriakkan berkali kali dari ruang komisaris.
> Beberapa polisi tergopoh gopoh menghampirinya dan memintanya menghadap
> komisaris polisi selaku kepala kantor.
>
> "Royadin, apa yang kamu lakukan ..sa'enake dewe ..ora mikir ..iki sing mbok
> tangkep sopo heh..ngawur..ngawur!" Komisaris mengumpat dalam bahasa jawa,
> ditangannya rebuwes milik sinuwun pindah dari telapak kanan ke kiri bolak
> balik.
>
> " Sekarang aku mau tanya, kenapa kamu tidak lepas saja Sinuwun..biarkan
> lewat, wong kamu tahu siapa dia, ngerti nggak kowe sopo Sinuwun?" Komisaris
> tak menurunkan nada bicaranya.
>
> " Siap pak, beliau tidak bilang beliau itu siapa, beliau ngaku salah ..dan
> memang salah!" Brigadir Royadin menjawab tegas.
>
> "Ya tapi kan kamu mestinya ngerti siapa dia ..ojo kaku kaku, kok malah mbok
> tilang..ngawur ..jan ngawur….Ini bisa panjang, bisa sampai Menteri !" Derai
> komisaris. Saat itu kepala polisi dijabat oleh Menteri Kepolisian Negara.
>
> Brigadir Royadin pasrah, apapun yang dia lakukan dasarnya adalah posisinya
> sebagai polisi , yang disumpah untuk menegakkan peraturan pada siapa saja
> ..memang Koppeg (keras kepala) kedengarannya.
>
> Kepala polisi pekalongan berusaha mencari tahu dimana gerangan Sinuwun,
> masih di Tegal kah atau tempat lain? Tujuannya cuma satu, mengembalikan
> rebuwes. Namun tidak seperti saat ini yang demikian mudahnya bertukar
> kabar, keberadaan Sinuwun tak kunjung diketahui hingga beberapa hari. Pada
> akhirnya kepala polisi pekalongan mengutus beberapa petugas ke Jogja untuk
> mengembalikan rebuwes tanpa mengikut sertakan Brigadir Royadin.
>
> Usai mendapat marah, Brigadir Royadin bertugas seperti biasa, satu minggu
> setelah kejadian penilangan, banyak teman temannya yang mentertawakan
> bahkan ada isu yang ia dengar dirinya akan dimutasi ke pinggiran kota
> pekalongan selatan.
>
> Suatu sore, saat belum habis jam dinas, seorang kurir datang menghampirinya
> di persimpangan Soko dan memintanya untuk segera kembali ke kantor.
> Sesampai di kantor beberapa polisi menggiringnya keruang komisaris yang
> saat itu tengah menggengam selembar surat.
>
> "Royadin….minggu depan kamu diminta pindah !" lemas tubuh Royadin, ia
> membayangkan harus menempuh jalan menanjak di pinggir Kota Pekalongan
> setiap hari, karena mutasi ini, karena ketegasan sikapnya dipersimpangan
> soko .
>
> " Siap pak !" Royadin menjawab datar.
>
> "Bersama keluargamu semua, dibawa!" pernyataan komisaris mengejutkan, untuk
> apa bawa keluarga ketepi Pekalongan selatan, ini hanya merepotkan diri saja.
>
> "Saya sanggup setiap hari pakai sepeda pak komandan, semua keluarga biar
> tetap di rumah sekarang !" Brigadir Royadin menawar.
>
> "Ngawur…Kamu sanggup bersepeda Pekalongan – Jogja? Pindahmu itu ke Jogja
> bukan disini, Sinuwun yang minta kamu pindah tugas kesana, pangkatmu mau
> dinaikkan satu tingkat.!" Cetus pak komisaris, disodorkan surat yang ada
> digengamannya kepada brigadir Royadin.
>
> Surat itu berisi permintaan bertuliskan tangan yang intinya : " Mohon
> dipindahkan brigadir Royadin ke Jogja , sebagai polisi yang tegas saya
> selaku pemimpin Jogjakarta akan menempatkannya di wilayah Jogjakarta
> bersama keluarganya dengan meminta kepolisian untuk menaikkan pangkatnya
> satu tingkat." Ditanda tangani sri sultan hamengkubuwono IX.
>
> Tangan Brigadir Royadin bergetar, namun ia segera menemukan jawabannya. Ia
> tak sangup menolak permntaan orang besar seperti sultan HB IX namun dia
> juga harus mempertimbangkan seluruh hidupnya di kota pekalongan .Ia cinta
> pekalongan dan tak ingin meninggalkan kota ini .
>
> " Mohon bapak sampaikan ke Sinuwun, saya berterima kasih, saya tidak bisa
> pindah dari pekalongan, ini tanah kelahiran saya, rumah saya. Sampaikan
> hormat saya pada beliau ,dan sampaikan permintaan maaf saya pada beliau
> atas kelancangan saya!" Brigadir Royadin bergetar, ia tak memahami betapa
> luasnya hati sinuwun Sultan HB IX, Amarah hanya diperolehnya dari sang
> komisaris namun penghargaan tinggi justru datang dari orang yang menjadi
> korban ketegasannya.
>
> Bulan July 2010, purnawirawan polisi Royadin kepada sang khalik. Suaranya
> yang lirih saat mendekati akhir hayat masih saja mengiangkan cerita
> kebanggaannya ini pada semua sanak family yang berkumpul. Ia pergi
> meninggalkan kesederhanaan perilaku dan prinsip kepada keturunannya.
> Idealismenya di kepolisian Pekalongan tetap ia jaga sampai akhir masa
> baktinya, pangkatnya tak banyak bergeser terbelenggu idealisme yang selalu
> dipegangnya erat erat yaitu ketegasan dan kejujuran .
>
> Sumber: jogjakini.wordpress.com
>
> --
> pojok rehat <http://www.pojok-rehat.blogspot.com>
> grosir herbal <http://www.diskonherbal.blogspot.com>
>
> --
> -=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-
> Serulah kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik
> dan bantahlah mereka dengan cara yang lebih baik. -Qs. 16 an-Nahl :125
>
> Berilah mereka pelajaran, dan katakanlah kepada mereka perkataan yang
> berbekas pada jiwa mereka. -Qs. 4 an-Nisa' : 63
>
> Gabung : Milis_Iqra-subscribe@googlegroups.com
> Keluar : Milis_Iqra-unsubscribe@googlegroups.com
> Situs 1 : http://groups.google.com/group/Milis_Iqra
> Mod : moderator.milis.iqra@gmail.com
> -=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-
>
> --
> -=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-
> Serulah kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik
> dan bantahlah mereka dengan cara yang lebih baik. -Qs. 16 an-Nahl :125
>
> Berilah mereka pelajaran, dan katakanlah kepada mereka perkataan yang
> berbekas pada jiwa mereka. -Qs. 4 an-Nisa' : 63
>
> Gabung : Milis_Iqra-subscribe@googlegroups.com
> Keluar : Milis_Iqra-unsubscribe@googlegroups.com
> Situs 1 : http://groups.google.com/group/Milis_Iqra
> Mod : moderator.milis.iqra@gmail.com
> -=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-

--
-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-
Serulah kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik
dan bantahlah mereka dengan cara yang lebih baik. -Qs. 16 an-Nahl :125

Berilah mereka pelajaran, dan katakanlah kepada mereka perkataan yang berbekas pada jiwa mereka. -Qs. 4 an-Nisa' : 63

Gabung : Milis_Iqra-subscribe@googlegroups.com
Keluar : Milis_Iqra-unsubscribe@googlegroups.com
Situs 1 : http://groups.google.com/group/Milis_Iqra
Mod : moderator.milis.iqra@gmail.com
-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-

[Milis_Iqra] Mengapa Cinta Dunia Menguasai Manusia?

Rasulullah saw bersabda: "Mengapa aku menyaksikan kecintaan terhadap
dunia benar-benar telah menguasai orang banyak, sehingga seolah-olah
di dunia ini kematian hanya ditakdirkan pada selain mereka? Dan seakan-
akan di dunia ini kebenaran hanya diwajibkan pada selain mereka?
Tidak, sungguh tidak demikian, mereka itu tidak mengambil pelajaran
dari umat terdahulu. (Tuhaful 'Uqûl: 29)
Sumber HADIS DAN MUTIARA HIKMAH:
http://www.tokoku99.com/visitor/mutiara-hikmah.html
FREE DOWNLOAD DOA-DOA PILIHAN
http://www.tokoku99.com/product-islami/e-book.html
AMALAN PRAKTIS DAN DOA2 PILIHAN
http://tinyurl.com/7x7aeu4

--
-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-
Serulah kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik
dan bantahlah mereka dengan cara yang lebih baik. -Qs. 16 an-Nahl :125

Berilah mereka pelajaran, dan katakanlah kepada mereka perkataan yang berbekas pada jiwa mereka. -Qs. 4 an-Nisa' : 63

Gabung : Milis_Iqra-subscribe@googlegroups.com
Keluar : Milis_Iqra-unsubscribe@googlegroups.com
Situs 1 : http://groups.google.com/group/Milis_Iqra
Mod : moderator.milis.iqra@gmail.com
-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-

Wednesday, December 21, 2011

[Milis_Iqra] 3 HAL YANG MENYELAMATKAN ORANG MUKMIN

Imam Ali Zainal Abidin (sa) : Tiga hal yang menyelamatkan orang
mukmin: Menjaga lisannya dari mengganggu dan menggunjing manusia,
menyibukkan diri dalam hal-hal yang bermanfaat untuk akhirat dan
dunianya, selalu menangisi kesalahannya. (Tuhaful 'Uqûl: 282)
HADIS DAN MUTIARA HIKMAH, akses:
http://www.tokoku99.com/visitor/mutiara-hikmah/
Ringkasan Amalan Praktis dan doa2 pilihan
http://tinyurl.com/c6ebual

--
-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-
Serulah kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik
dan bantahlah mereka dengan cara yang lebih baik. -Qs. 16 an-Nahl :125

Berilah mereka pelajaran, dan katakanlah kepada mereka perkataan yang berbekas pada jiwa mereka. -Qs. 4 an-Nisa' : 63

Gabung : Milis_Iqra-subscribe@googlegroups.com
Keluar : Milis_Iqra-unsubscribe@googlegroups.com
Situs 1 : http://groups.google.com/group/Milis_Iqra
Mod : moderator.milis.iqra@gmail.com
-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-

Monday, December 19, 2011

Re: [Milis_Iqra] (OOT) Kisah Nyata: Ketika Sri Sultan HB IX Kena Tilang di Pekalongan ........

SUBHANALLAH..LUARBIASA.!
Sent from my BlackBerry® powered by Sinyal Kuat INDOSAT

From: Aris Winarko <abahsyifa@gmail.com>
Sender: milis_iqra@googlegroups.com
Date: Mon, 19 Dec 2011 20:47:48 -0800
To: fupm<fupm-mm2100@freelists.org>; <milis_iqra@googlegroups.com>
ReplyTo: milis_iqra@googlegroups.com
Cc: <yoenant_dd@yahoo.com>; <pramu.handoyo@yahoo.com>; <yuni@nagai.co.id>
Subject: [Milis_Iqra] (OOT) Kisah Nyata: Ketika Sri Sultan HB IX Kena Tilang di Pekalongan ........

Kota batik Pekalongan tahun 1960-an menyambut fajar dengan kabut tipis, pukul 05.30, polisi muda Royadin yang belum genap seminggu mendapatkan kenaikan pangkat dari agen polisi kepala menjadi brigadir polisi sudah berdiri di tepi posnya di kawasan Soko dengan gagahnya. Kudapan nasi megono khas pekalongan pagi itu menyegarkan tubuhnya yang gagah berbalut seragam polisi dengan pangkat brigadir.

Persimpangan Soko mulai riuh dengan bunyi kalung kuda yang terangguk angguk mengikuti ayunan cemeti sang kusir. Dari arah selatan dan membelok ke barat sebuah sedan hitam ber plat AB melaju dari arah yang berlawanan dengan arus becak dan delman. Brigadir Royadin memandang dari kejauhan, sementara sedan hitam itu melaju perlahan menuju ke arahnya. Dengan sigap ia menyeberang jalan ditepi posnya, ayunan tangan kedepan dengan posisi membentuk sudut sembilan puluh derajat menghentikan laju sedan hitam itu. Sebuah sedan tahun lima puluhan yang amat jarang berlalu di jalanan pekalongan berhenti dihadapannya.

Saat mobil menepi, Brigadir Royadin menghampiri sisi kanan pengemudi dan memberi hormat.

"Selamat pagi!" Brigadir Royadin memberi hormat dengan sikap sempurna . "Boleh ditunjukan rebuwes!" Ia meminta surat-surat mobil berikut surat ijin mengemudi kepada lelaki di balik kaca. Jaman itu surat mobil masih diistilahkan rebuwes.

Perlahan, pria berusia sekitar setengah abad menurunkan kaca samping secara penuh.

"Ada apa pak polisi ?" Tanya pria itu. Brigadir Royadin tersentak kaget, ia mengenali siapa pria itu. "Ya Allah…sinuwun!" kejutnya dalam hati. Gugup bukan main namun itu hanya berlangsung sedetik, naluri polisinya tetap menopang tubuh gagahnya dalam sikap sempurna.

"Bapak melangar verbodden, tidak boleh lewat sini, ini satu arah !" Ia memandangi pria itu yang tak lain adalah Sultan Jogja, Sri Sultan Hamengkubuwono IX. Dirinya tak habis pikir, orang besar seperti Sultan HB IX mengendarai sendiri mobilnya dari Jogja ke Pekalongan yang jaraknya cukup jauh.

Setelah melihat rebuwes, Brigadir Royadin mempersilahkan Sri Sultan untuk mengecek tanda larangan verboden di ujung jalan, namun sultan menolak.

" Ya ..saya salah, kamu benar, saya pasti salah !" Sinuwun turun dari sedannya dan menghampiri Brigadir Royadin yang tetap menggengam rebuwes tanpa tahu harus berbuat apa.

" Jadi…?" Sinuwun bertanya, pertanyaan yang singkat namun sulit bagi Brigadir Royadin menjawabnya .

"Em..emm ..bapak saya tilang, mohon maaf!" Brigadir Royadin heran, Sinuwun tak kunjung menggunakan kekuasaannya untuk paling tidak bernegosiasi dengannya. Jangankan begitu, mengenalkan dirinya sebagai pejabat Negara dan Raja-pun beliau tidak melakukannya.

"Baik..brigadir, kamu buatkan surat itu, nanti saya ikuti aturannya, saya harus segera ke Tegal !" Sinuwun meminta Brigadir Royadin untuk segera membuatkan surat tilang. Dengan tangan bergetar ia membuatkan surat tilang, ingin rasanya tidak memberikan surat itu tapi tidak tahu kenapa ia sebagai polisi tidak boleh memandang beda pelanggar kesalahan yang terjadi di depan hidungnya. Yang paling membuatnya sedikit tenang adalah tidak sepatah katapun yang keluar dari mulut Sinuwun menyebutkan bahwa dia berhak mendapatkan dispensasi. "Sungguh orang yang besar…!" begitu gumamnya.

Surat tilang berpindah tangan, rebuwes saat itu dalam genggamannya dan ia menghormat pada Sinuwun sebelum Sinuwun kembali memacu Sedan hitamnya menuju ke arah barat, Tegal.

Beberapa menit Sinuwun melintas di depan Stasiun Pekalongan, Brigadir Royadin menyadari kebodohannya, kekakuannya dan segala macam pikiran berkecamuk. Ingin ia memacu sepeda ontelnya mengejar sedan hitam itu tapi manalah mungkin. Nasi sudah menjadi bubur dan ketetapan hatinya untuk tetap menegakkan peraturan pada siapapun berhasil menghibur dirinya.

Saat aplusan di sore hari dan kembali ke markas, ia menyerahkan rebuwes kepada petugas jaga untuk diproses hukum lebih lanjut.,Ialu kembali kerumah dengan sepeda abu abu tuanya.

Saat apel pagi esok harinya, suara amarah meledak di markas polisi pekalongan, nama Royadin diteriakkan berkali kali dari ruang komisaris. Beberapa polisi tergopoh gopoh menghampirinya dan memintanya menghadap komisaris polisi selaku kepala kantor.

"Royadin, apa yang kamu lakukan ..sa'enake dewe ..ora mikir ..iki sing mbok tangkep sopo heh..ngawur..ngawur!" Komisaris mengumpat dalam bahasa jawa, ditangannya rebuwes milik sinuwun pindah dari telapak kanan ke kiri bolak balik.

" Sekarang aku mau tanya, kenapa kamu tidak lepas saja Sinuwun..biarkan lewat, wong kamu tahu siapa dia, ngerti nggak kowe sopo Sinuwun?" Komisaris tak menurunkan nada bicaranya.

" Siap pak, beliau tidak bilang beliau itu siapa, beliau ngaku salah ..dan memang salah!" Brigadir Royadin menjawab tegas.

"Ya tapi kan kamu mestinya ngerti siapa dia ..ojo kaku kaku, kok malah mbok tilang..ngawur ..jan ngawur….Ini bisa panjang, bisa sampai Menteri !" Derai komisaris. Saat itu kepala polisi dijabat oleh Menteri Kepolisian Negara.

Brigadir Royadin pasrah, apapun yang dia lakukan dasarnya adalah posisinya sebagai polisi , yang disumpah untuk menegakkan peraturan pada siapa saja ..memang Koppeg (keras kepala) kedengarannya.

Kepala polisi pekalongan berusaha mencari tahu dimana gerangan Sinuwun, masih di Tegal kah atau tempat lain? Tujuannya cuma satu, mengembalikan rebuwes. Namun tidak seperti saat ini yang demikian mudahnya bertukar kabar, keberadaan Sinuwun tak kunjung diketahui hingga beberapa hari. Pada akhirnya kepala polisi pekalongan mengutus beberapa petugas ke Jogja untuk mengembalikan rebuwes tanpa mengikut sertakan Brigadir Royadin.

Usai mendapat marah, Brigadir Royadin bertugas seperti biasa, satu minggu setelah kejadian penilangan, banyak teman temannya yang mentertawakan bahkan ada isu yang ia dengar dirinya akan dimutasi ke pinggiran kota pekalongan selatan.

Suatu sore, saat belum habis jam dinas, seorang kurir datang menghampirinya di persimpangan Soko dan memintanya untuk segera kembali ke kantor. Sesampai di kantor beberapa polisi menggiringnya keruang komisaris yang saat itu tengah menggengam selembar surat.

"Royadin….minggu depan kamu diminta pindah !" lemas tubuh Royadin, ia membayangkan harus menempuh jalan menanjak di pinggir Kota Pekalongan setiap hari, karena mutasi ini, karena ketegasan sikapnya dipersimpangan soko .

" Siap pak !" Royadin menjawab datar.

"Bersama keluargamu semua, dibawa!" pernyataan komisaris mengejutkan, untuk apa bawa keluarga ketepi Pekalongan selatan, ini hanya merepotkan diri saja.

"Saya sanggup setiap hari pakai sepeda pak komandan, semua keluarga biar tetap di rumah sekarang !" Brigadir Royadin menawar.

"Ngawur…Kamu sanggup bersepeda Pekalongan – Jogja? Pindahmu itu ke Jogja bukan disini, Sinuwun yang minta kamu pindah tugas kesana, pangkatmu mau dinaikkan satu tingkat.!" Cetus pak komisaris, disodorkan surat yang ada digengamannya kepada brigadir Royadin.

Surat itu berisi permintaan bertuliskan tangan yang intinya : " Mohon dipindahkan brigadir Royadin ke Jogja , sebagai polisi yang tegas saya selaku pemimpin Jogjakarta akan menempatkannya di wilayah Jogjakarta bersama keluarganya dengan meminta kepolisian untuk menaikkan pangkatnya satu tingkat." Ditanda tangani sri sultan hamengkubuwono IX.

Tangan Brigadir Royadin bergetar, namun ia segera menemukan jawabannya. Ia tak sangup menolak permntaan orang besar seperti sultan HB IX namun dia juga harus mempertimbangkan seluruh hidupnya di kota pekalongan .Ia cinta pekalongan dan tak ingin meninggalkan kota ini .

" Mohon bapak sampaikan ke Sinuwun, saya berterima kasih, saya tidak bisa pindah dari pekalongan, ini tanah kelahiran saya, rumah saya. Sampaikan hormat saya pada beliau ,dan sampaikan permintaan maaf saya pada beliau atas kelancangan saya!" Brigadir Royadin bergetar, ia tak memahami betapa luasnya hati sinuwun Sultan HB IX, Amarah hanya diperolehnya dari sang komisaris namun penghargaan tinggi justru datang dari orang yang menjadi korban ketegasannya.

Bulan July 2010, purnawirawan polisi Royadin kepada sang khalik. Suaranya yang lirih saat mendekati akhir hayat masih saja mengiangkan cerita kebanggaannya ini pada semua sanak family yang berkumpul. Ia pergi meninggalkan kesederhanaan perilaku dan prinsip kepada keturunannya. Idealismenya di kepolisian Pekalongan tetap ia jaga sampai akhir masa baktinya, pangkatnya tak banyak bergeser terbelenggu idealisme yang selalu dipegangnya erat erat yaitu ketegasan dan kejujuran .

Sumber: jogjakini.wordpress.com

--
pojok rehat
grosir herbal

--
-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-
Serulah kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik
dan bantahlah mereka dengan cara yang lebih baik. -Qs. 16 an-Nahl :125
 
Berilah mereka pelajaran, dan katakanlah kepada mereka perkataan yang berbekas pada jiwa mereka. -Qs. 4 an-Nisa' : 63
 
Gabung : Milis_Iqra-subscribe@googlegroups.com
Keluar : Milis_Iqra-unsubscribe@googlegroups.com
Situs 1 : http://groups.google.com/group/Milis_Iqra
Mod : moderator.milis.iqra@gmail.com
-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-

[Milis_Iqra] (OOT) Kisah Nyata: Ketika Sri Sultan HB IX Kena Tilang di Pekalongan ........

Kota batik Pekalongan tahun 1960-an menyambut fajar dengan kabut tipis, pukul 05.30, polisi muda Royadin yang belum genap seminggu mendapatkan kenaikan pangkat dari agen polisi kepala menjadi brigadir polisi sudah berdiri di tepi posnya di kawasan Soko dengan gagahnya. Kudapan nasi megono khas pekalongan pagi itu menyegarkan tubuhnya yang gagah berbalut seragam polisi dengan pangkat brigadir.

Persimpangan Soko mulai riuh dengan bunyi kalung kuda yang terangguk angguk mengikuti ayunan cemeti sang kusir. Dari arah selatan dan membelok ke barat sebuah sedan hitam ber plat AB melaju dari arah yang berlawanan dengan arus becak dan delman. Brigadir Royadin memandang dari kejauhan, sementara sedan hitam itu melaju perlahan menuju ke arahnya. Dengan sigap ia menyeberang jalan ditepi posnya, ayunan tangan kedepan dengan posisi membentuk sudut sembilan puluh derajat menghentikan laju sedan hitam itu. Sebuah sedan tahun lima puluhan yang amat jarang berlalu di jalanan pekalongan berhenti dihadapannya.

Saat mobil menepi, Brigadir Royadin menghampiri sisi kanan pengemudi dan memberi hormat.

"Selamat pagi!" Brigadir Royadin memberi hormat dengan sikap sempurna . "Boleh ditunjukan rebuwes!" Ia meminta surat-surat mobil berikut surat ijin mengemudi kepada lelaki di balik kaca. Jaman itu surat mobil masih diistilahkan rebuwes.

Perlahan, pria berusia sekitar setengah abad menurunkan kaca samping secara penuh.

"Ada apa pak polisi ?" Tanya pria itu. Brigadir Royadin tersentak kaget, ia mengenali siapa pria itu. "Ya Allah…sinuwun!" kejutnya dalam hati. Gugup bukan main namun itu hanya berlangsung sedetik, naluri polisinya tetap menopang tubuh gagahnya dalam sikap sempurna.

"Bapak melangar verbodden, tidak boleh lewat sini, ini satu arah !" Ia memandangi pria itu yang tak lain adalah Sultan Jogja, Sri Sultan Hamengkubuwono IX. Dirinya tak habis pikir, orang besar seperti Sultan HB IX mengendarai sendiri mobilnya dari Jogja ke Pekalongan yang jaraknya cukup jauh.

Setelah melihat rebuwes, Brigadir Royadin mempersilahkan Sri Sultan untuk mengecek tanda larangan verboden di ujung jalan, namun sultan menolak.

" Ya ..saya salah, kamu benar, saya pasti salah !" Sinuwun turun dari sedannya dan menghampiri Brigadir Royadin yang tetap menggengam rebuwes tanpa tahu harus berbuat apa.

" Jadi…?" Sinuwun bertanya, pertanyaan yang singkat namun sulit bagi Brigadir Royadin menjawabnya .

"Em..emm ..bapak saya tilang, mohon maaf!" Brigadir Royadin heran, Sinuwun tak kunjung menggunakan kekuasaannya untuk paling tidak bernegosiasi dengannya. Jangankan begitu, mengenalkan dirinya sebagai pejabat Negara dan Raja-pun beliau tidak melakukannya.

"Baik..brigadir, kamu buatkan surat itu, nanti saya ikuti aturannya, saya harus segera ke Tegal !" Sinuwun meminta Brigadir Royadin untuk segera membuatkan surat tilang. Dengan tangan bergetar ia membuatkan surat tilang, ingin rasanya tidak memberikan surat itu tapi tidak tahu kenapa ia sebagai polisi tidak boleh memandang beda pelanggar kesalahan yang terjadi di depan hidungnya. Yang paling membuatnya sedikit tenang adalah tidak sepatah katapun yang keluar dari mulut Sinuwun menyebutkan bahwa dia berhak mendapatkan dispensasi. "Sungguh orang yang besar…!" begitu gumamnya.

Surat tilang berpindah tangan, rebuwes saat itu dalam genggamannya dan ia menghormat pada Sinuwun sebelum Sinuwun kembali memacu Sedan hitamnya menuju ke arah barat, Tegal.

Beberapa menit Sinuwun melintas di depan Stasiun Pekalongan, Brigadir Royadin menyadari kebodohannya, kekakuannya dan segala macam pikiran berkecamuk. Ingin ia memacu sepeda ontelnya mengejar sedan hitam itu tapi manalah mungkin. Nasi sudah menjadi bubur dan ketetapan hatinya untuk tetap menegakkan peraturan pada siapapun berhasil menghibur dirinya.

Saat aplusan di sore hari dan kembali ke markas, ia menyerahkan rebuwes kepada petugas jaga untuk diproses hukum lebih lanjut.,Ialu kembali kerumah dengan sepeda abu abu tuanya.

Saat apel pagi esok harinya, suara amarah meledak di markas polisi pekalongan, nama Royadin diteriakkan berkali kali dari ruang komisaris. Beberapa polisi tergopoh gopoh menghampirinya dan memintanya menghadap komisaris polisi selaku kepala kantor.

"Royadin, apa yang kamu lakukan ..sa'enake dewe ..ora mikir ..iki sing mbok tangkep sopo heh..ngawur..ngawur!" Komisaris mengumpat dalam bahasa jawa, ditangannya rebuwes milik sinuwun pindah dari telapak kanan ke kiri bolak balik.

" Sekarang aku mau tanya, kenapa kamu tidak lepas saja Sinuwun..biarkan lewat, wong kamu tahu siapa dia, ngerti nggak kowe sopo Sinuwun?" Komisaris tak menurunkan nada bicaranya.

" Siap pak, beliau tidak bilang beliau itu siapa, beliau ngaku salah ..dan memang salah!" Brigadir Royadin menjawab tegas.

"Ya tapi kan kamu mestinya ngerti siapa dia ..ojo kaku kaku, kok malah mbok tilang..ngawur ..jan ngawur….Ini bisa panjang, bisa sampai Menteri !" Derai komisaris. Saat itu kepala polisi dijabat oleh Menteri Kepolisian Negara.

Brigadir Royadin pasrah, apapun yang dia lakukan dasarnya adalah posisinya sebagai polisi , yang disumpah untuk menegakkan peraturan pada siapa saja ..memang Koppeg (keras kepala) kedengarannya.

Kepala polisi pekalongan berusaha mencari tahu dimana gerangan Sinuwun, masih di Tegal kah atau tempat lain? Tujuannya cuma satu, mengembalikan rebuwes. Namun tidak seperti saat ini yang demikian mudahnya bertukar kabar, keberadaan Sinuwun tak kunjung diketahui hingga beberapa hari. Pada akhirnya kepala polisi pekalongan mengutus beberapa petugas ke Jogja untuk mengembalikan rebuwes tanpa mengikut sertakan Brigadir Royadin.

Usai mendapat marah, Brigadir Royadin bertugas seperti biasa, satu minggu setelah kejadian penilangan, banyak teman temannya yang mentertawakan bahkan ada isu yang ia dengar dirinya akan dimutasi ke pinggiran kota pekalongan selatan.

Suatu sore, saat belum habis jam dinas, seorang kurir datang menghampirinya di persimpangan Soko dan memintanya untuk segera kembali ke kantor. Sesampai di kantor beberapa polisi menggiringnya keruang komisaris yang saat itu tengah menggengam selembar surat.

"Royadin….minggu depan kamu diminta pindah !" lemas tubuh Royadin, ia membayangkan harus menempuh jalan menanjak di pinggir Kota Pekalongan setiap hari, karena mutasi ini, karena ketegasan sikapnya dipersimpangan soko .

" Siap pak !" Royadin menjawab datar.

"Bersama keluargamu semua, dibawa!" pernyataan komisaris mengejutkan, untuk apa bawa keluarga ketepi Pekalongan selatan, ini hanya merepotkan diri saja.

"Saya sanggup setiap hari pakai sepeda pak komandan, semua keluarga biar tetap di rumah sekarang !" Brigadir Royadin menawar.

"Ngawur…Kamu sanggup bersepeda Pekalongan – Jogja? Pindahmu itu ke Jogja bukan disini, Sinuwun yang minta kamu pindah tugas kesana, pangkatmu mau dinaikkan satu tingkat.!" Cetus pak komisaris, disodorkan surat yang ada digengamannya kepada brigadir Royadin.

Surat itu berisi permintaan bertuliskan tangan yang intinya : " Mohon dipindahkan brigadir Royadin ke Jogja , sebagai polisi yang tegas saya selaku pemimpin Jogjakarta akan menempatkannya di wilayah Jogjakarta bersama keluarganya dengan meminta kepolisian untuk menaikkan pangkatnya satu tingkat." Ditanda tangani sri sultan hamengkubuwono IX.

Tangan Brigadir Royadin bergetar, namun ia segera menemukan jawabannya. Ia tak sangup menolak permntaan orang besar seperti sultan HB IX namun dia juga harus mempertimbangkan seluruh hidupnya di kota pekalongan .Ia cinta pekalongan dan tak ingin meninggalkan kota ini .

" Mohon bapak sampaikan ke Sinuwun, saya berterima kasih, saya tidak bisa pindah dari pekalongan, ini tanah kelahiran saya, rumah saya. Sampaikan hormat saya pada beliau ,dan sampaikan permintaan maaf saya pada beliau atas kelancangan saya!" Brigadir Royadin bergetar, ia tak memahami betapa luasnya hati sinuwun Sultan HB IX, Amarah hanya diperolehnya dari sang komisaris namun penghargaan tinggi justru datang dari orang yang menjadi korban ketegasannya.

Bulan July 2010, purnawirawan polisi Royadin kepada sang khalik. Suaranya yang lirih saat mendekati akhir hayat masih saja mengiangkan cerita kebanggaannya ini pada semua sanak family yang berkumpul. Ia pergi meninggalkan kesederhanaan perilaku dan prinsip kepada keturunannya. Idealismenya di kepolisian Pekalongan tetap ia jaga sampai akhir masa baktinya, pangkatnya tak banyak bergeser terbelenggu idealisme yang selalu dipegangnya erat erat yaitu ketegasan dan kejujuran .

Sumber: jogjakini.wordpress.com

--
pojok rehat
grosir herbal

--
-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-
Serulah kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik
dan bantahlah mereka dengan cara yang lebih baik. -Qs. 16 an-Nahl :125
 
Berilah mereka pelajaran, dan katakanlah kepada mereka perkataan yang berbekas pada jiwa mereka. -Qs. 4 an-Nisa' : 63
 
Gabung : Milis_Iqra-subscribe@googlegroups.com
Keluar : Milis_Iqra-unsubscribe@googlegroups.com
Situs 1 : http://groups.google.com/group/Milis_Iqra
Mod : moderator.milis.iqra@gmail.com
-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-

Sunday, December 18, 2011

[Milis_Iqra] Bahagiakan Orang-Orang Mukmin dan Jangan Sakiti mereka

Rasulullah saw bersabda: "Barangsiapa yang membahagiakan seorang
mukmin, ia telah membahagiakanku. Orang yang membahagiakanku ia
membahagiakan Allah." (Jami'us Sa'adat 2: 226).

Rasulullah saw bersabda: "Sesungguhnya amal yang paling dicintai oleh
Allah azza wa jalla adalah membahagiakan orang-orang mukmin." (Jami'us
Sa'adat 2: 226).

JAGAN SAKITI ORANG MUKMIN
Rasulullah saw bersabda: "Orang yang menyakiti seorang mukmin, ia
telah menyakitiku. Orang yang menyakitiku, ia telah menyakiti Allah,
dan ia dilaknat di dalam kitab Taurat, Injil, Zabur dan Al-
Qur'an." (Jami'us Sa'adat 2: 215).

Rasulullah saw bersabda: "Tidak dihalalkan bagi seorang muslim
mengisyatkan pada saudaranya dengan pandangan yang
menyakitkan." (Jami'us Sa'adat 2: 226).
(Jami'us Sa'adat 2: 215).
Sumber HADIS DAN MUTIARA HIKMAH:
http://www.tokoku99.com/visitor/mutiara-hikmah.html
RINGKASAN AMALAN PRAKTIS DOA-DOA PILIHAN
http://tinyurl.com/d4j5f8g

--
-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-
Serulah kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik
dan bantahlah mereka dengan cara yang lebih baik. -Qs. 16 an-Nahl :125

Berilah mereka pelajaran, dan katakanlah kepada mereka perkataan yang berbekas pada jiwa mereka. -Qs. 4 an-Nisa' : 63

Gabung : Milis_Iqra-subscribe@googlegroups.com
Keluar : Milis_Iqra-unsubscribe@googlegroups.com
Situs 1 : http://groups.google.com/group/Milis_Iqra
Mod : moderator.milis.iqra@gmail.com
-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-