Saturday, November 28, 2009

[Milis_Iqra] Re: Dijual Ruko

maaf mas lom ada dana heheheheheheh, doain aja dapat rejeki banyak biar isa beli tuh ruko hehehe. o ya mas email penawaran ini aku forward ke temen2 ya mas ga aku tambah2in ato aku kurang2i, boleh ga mas?. makasih ya udah di setujui masuk MInya

--- On Sat, 11/28/09, Armansyah <armansyah.skom@gmail.com> wrote:

From: Armansyah <armansyah.skom@gmail.com>
Subject: [Milis_Iqra] Dijual Ruko
To: "Milis_Iqra@googlegroups.com" <milis_iqra@googlegroups.com>
Date: Saturday, November 28, 2009, 2:35 AM

Maaf ingin menawarkan Ruko milik saya ....


Dijual sebuah ruko 2 tingkat, lokasi sangat strategis, dipinggir jalan Sudirman, Km. 3,5, dekat hotel Cendana dan Selatan, dekat masjid, dekat pasar tradisional Pahlawan. Langsung, tanpa perantara.

Sertifikat lengkap, Panjang 19,9 lebar 4.45. Yang berminat kontak saya di 0816.355.539, Armansyah. Sekali lagi Tanpa perantara. Harga : Rp. 600 Jt.
PAM, Listrik, Telpon lengkap, Sinyal Indosat, Telkomsel, XL, Fren dan lain sebagainya sangat kuat.

Lokasi pada gambar diatas yang ada simbol X merah....
Jazakallahukhoir.


--
Salamun 'ala manittaba al Huda



ARMANSYAH


--~--~---------~--~----~------------~-------~--~----~
-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-
Serulah kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik
dan bantahlah mereka dengan cara yang lebih baik. -Qs. 16 an-Nahl :125

Berilah mereka pelajaran, dan katakanlah kepada mereka perkataan yang berbekas pada jiwa mereka. -Qs. 4 an-Nisa' : 63

Gabung : Milis_Iqra-subscribe@googlegroups.com
  Keluar : Milis_Iqra-unsubscribe@googlegroups.com
  Situs 1 : http://groups.google.com/group/Milis_Iqra
     Mod : moderator.milis.iqra@gmail.com
-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-
-~----------~----~----~----~------~----~------~--~---

Friday, November 27, 2009

[Milis_Iqra] Re: JANGAN MENGUCAPKAN SAYYIDINA DALAM SHOLAT !

 

Jadi kesimpulanya kita boleh mengucapkan atau memberi sandang sayyid kepada Rasulullah Muhammad tapi sebatas panggilan atau julukan bukan dalam Shalat begitukah? hal ini karena tdk dicontohkan oleh rasul maupun tdk ada dlm Alquran, lalu bagaimana dengan pada saat berdoa bolehkan? (logika saya sih boleh yah..?)

 

Regards,
Janu

 

[Dani] Jadi anda ini beribadah menggunakan dalil atau logika? Mungkin bisa di jelaskan secara detail


--~--~---------~--~----~------------~-------~--~----~
-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-
Serulah kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik
dan bantahlah mereka dengan cara yang lebih baik. -Qs. 16 an-Nahl :125

Berilah mereka pelajaran, dan katakanlah kepada mereka perkataan yang berbekas pada jiwa mereka. -Qs. 4 an-Nisa' : 63

Gabung : Milis_Iqra-subscribe@googlegroups.com
  Keluar : Milis_Iqra-unsubscribe@googlegroups.com
  Situs 1 : http://groups.google.com/group/Milis_Iqra
     Mod : moderator.milis.iqra@gmail.com
-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-
-~----------~----~----~----~------~----~------~--~---

[Milis_Iqra] Dijual Ruko

Maaf ingin menawarkan Ruko milik saya ....


Dijual sebuah ruko 2 tingkat, lokasi sangat strategis, dipinggir jalan Sudirman, Km. 3,5, dekat hotel Cendana dan Selatan, dekat masjid, dekat pasar tradisional Pahlawan. Langsung, tanpa perantara.

Sertifikat lengkap, Panjang 19,9 lebar 4.45. Yang berminat kontak saya di 0816.355.539, Armansyah. Sekali lagi Tanpa perantara. Harga : Rp. 600 Jt.
PAM, Listrik, Telpon lengkap, Sinyal Indosat, Telkomsel, XL, Fren dan lain sebagainya sangat kuat.

Lokasi pada gambar diatas yang ada simbol X merah....
Jazakallahukhoir.


--
Salamun 'ala manittaba al Huda



ARMANSYAH

--~--~---------~--~----~------------~-------~--~----~
-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-
Serulah kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik
dan bantahlah mereka dengan cara yang lebih baik. -Qs. 16 an-Nahl :125

Berilah mereka pelajaran, dan katakanlah kepada mereka perkataan yang berbekas pada jiwa mereka. -Qs. 4 an-Nisa' : 63

Gabung : Milis_Iqra-subscribe@googlegroups.com
  Keluar : Milis_Iqra-unsubscribe@googlegroups.com
  Situs 1 : http://groups.google.com/group/Milis_Iqra
     Mod : moderator.milis.iqra@gmail.com
-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-
-~----------~----~----~----~------~----~------~--~---

[Milis_Iqra] Re: Kiamat dari Ustadz Ihsan Tanjung

Pimpinan negeri muslim yang sangat nyata adalah Yasser Araffat, presiden Palestina yang merupakan panutan muslimin di seluruh dunia saat beliau masih hidup.

Pada 17 November 2009 10:38, satutimotius tujuhbelas <satutimotius.tujuhbelas@gmail.com> menulis:
Umur ummat Islam tinggal beberapa tahun lagi. Kiamat akan segera tiba. Begitu tema yang sering diceramahkan muballigh muda, Muhammad Ihsan Arlansyah Tanjung (42). Tema Ma'rifatuz Zamaan atau Mengenal [tanda-tanda] Zaman itu disebarluaskan terus oleh ...

M Ihsan Tandjung : "Dajjal Akan Muncul Saat Kita Lupa"

Umur ummat Islam tinggal beberapa tahun lagi.

Kiamat akan segera tiba. Begitu tema yang sering diceramahkan muballigh muda, Muhammad Ihsan Arlansyah Tanjung (42). Tema Ma'rifatuz Zamaan atau Mengenal [tanda-tanda] Zaman itu disebarluaskan terus oleh Ihsan dengan "berpegang pada Al-Quran dan hadits-hadits shahih," tukasnya.

Salah satu contohnya adalah Al-Quran Surat Muhammad ayat 8, "Maka tidaklah yang mereka tunggu-tunggu melainkan hari kiamat, (yaitu) kedatangannya kepada mereka dengan tiba-tiba. Karena sesungguhnya telah datang syarat-syaratnya."

Sedangkan syarat atau tanda-tanda (kecil) kiamat di antaranya tercantum dalam Hadits Riwayat Muslim dari eUmar bin Khaththab Radhiallaahu 'anhu, yang diriwayatkan pula oleh Ahmad dari Ibnu Abbas. Bunyinya, "Apabila budak perempuan melahirkan tuannya, dan ketika penggembala kambing yang telanjang kaki serta kekurangan pakaian tinggal di gedung-gedung tinggi.."

Apakah fenomena di atas sudah terjadi saat ini? "Sekarang ini, anak yang kurang ajar dan suka ngatur orangtua tidak cuma ada di Barat. Di negeri kita yang mayoritas Muslim pun terjadi, anak menyuruh ibunya begini-begitu. Seolah-olah anak itulah tuan, dan si ibu menjadi hamba sahaya," jelas Ihsan.

Tanda-tanda lainnya adalah imraatus sibyaan (kekuasaan di tangan anak-anak). Itu bisa berarti bahwa penguasa di rumah tangga adalah anak-anak, bukan lagi orangtua. Atau, yang menjadi penguasa di masyarakat adalah orang yang berkarakter kekanak-kanakan.

Selain itu, maraknya pemutusan silaturahim antar sesama Muslim. Manusia masa kini rajin menggunakan telepon tetapi untuk urusan bisnis, bukan menelepon orangtua atau saudara. Alasannya sibuk, cari duit. Padahal kata Rasulullah, barangsiapa yang ingin dilapangkan rezekinya dan diperpanjang umurnya, maka bersilaturahimlah. "Lucu kan jadinya. Kita sibuk cari duit tetapi justeru memutus silaturahim," ujar muballigh yang setiap Senin ba'da Subuh membahas "Tafsir Fii Zhilaalil Qur'an" karya Sayyid Quthb, di RCTI.

Apa dan bagaimana huru-hara akhir zaman itu? Kapan akan terjadinya? Ihsan Tandjung menguraikan panjang lebar hasil bacaannya dari berbagai kitab kepada wartawan Majalah Hidayatullah, Pambudi Utomo, dan kontributor Nuim Hidayat. Selamat mencermati.

Melihat fenomena yang terjadi di tengah masyarakat sekarang ini, tampaknya tanda-tanda kiamat atau akhir zaman sudah terjadi semua ya? Belum semua. Sudah kira-kira 95 persen, jadi masih ada 5 persen yang belum terjadi.

Kapan akhir zaman itu tiba? Semenjak diutusnya Muhammad bin Abdullah menjadi Nabi, Allah Subhaanahu wa ta'ala sudah menvonis bahwa ummat beliau adalah ummat akhir zaman. Jadi pengertian akhir zaman itu sudah sejak diutusnya Nabi Muhammad Sallallahu eAlaihi wa Sallam (Saw) yang merupakan Nabi terakhir. Kenyataan bahwa kita adalah ummat akhir zaman menunjukkan bahwa kita saat ini hidup di akhir zaman.

Menurut hadits shahih, masa akhir zaman ini terbagi menjadi lima. Pertama, masa kenabian, saat Rasulullah masih hidup. Kedua, masa Khulafaur Rasyidin, mulai Abubakar, Umar, Usman, dan Ali. Ketiga, masa raja-raja menggigit (maalikan 'adhan), yaitu masa setelah wafatnya Ali bin Abi Thalib Radhiyallahu eAnhu sampai runtuhnya Daulah Khilafah Utsmaniyah (1924). Keempat, masa maalikan jabariyan (penguasa diktator). Kelima, masa kembalinya sistem khilafah.

Saat ini kita hidup di masa yang mana? Sekarang masa penguasa diktator, dan sedang hot-hot-nya. Ummat Islam sedang kalah. Tetapi itu memang sudah sunatullah, bahwa ada kalanya menang, ada kalanya kalah. Kita pun harus optimis, akan tiba waktunya ummat Islam memperoleh kemenangan.

Kelak penguasa diktator itu bisa dikalahkan kaum Muslimin? Begitulah menurut hadits. Kita akan berperang melawan Yahudi, dan Yahudi akan hancur. Yahudi akan diburu sampai manapun, sampai-sampai pohon dan batu pun bicara, "Hai kaum Muslimin, di belakangku ada Yahudi yang bersembunyi!" Kecuali pohon gharqad (semacam kaktus) yang merupakan pohon Yahudi. Jangan heran, sekarang pohon gharqad itu banyak ditanam oleh orang-orang Israel, untuk berlindung dari serangan kaum Muslimin.

Yang dimaksud Yahudi itu khusus di Israel atau juga termasuk di Amerika Serikat (AS)? Yang pasti Yahudi Israel. Kalaupun kemudian Yahudi-Amerika pindah ke Israel, wallahu alam. Dan Yahudi yang pindah ke Israel itu berarti menyatakan diri sebagai musuh ummat Islam.

Dalam sebuah hadits diriwayatkan, sebelum akhir zaman tiba, kaum Muslimin akan berdamai dengan Bangsa Rum. Siapa yang dimaksud Rum itu? Saya cenderung menafsirkan Bangsa Rum adalah Eropa. Alasannya bersifat historis. Ummat Islam atau Bangsa Arab diapit oleh dua peradaban besar, yaitu peradaban Barat (Romawi) dan Timur (Persia). Peradaban Barat dipengaruhi oleh tadisi-tradisi ahli kitab (Yahudi maupun Nasrani). Timur dipengaruhi oleh kemusyrikan dan paganisme. Memang, sekarang ada perluasan akibat globalisasi. Pengertian Timur tidak lagi hanya Persia, tetapi juga China, India, dan lainnya. Mereka kategorinya bukan ahli kitab tetapi disebut al-Adyaan al-Ardhiyah atau agama-agama bumi yang banyak sekali dan didominasi paganisme.

Apakah sekarang perdamaian itu sudah berlangsung? Sekarang sedang berjalan, meski semu. Kenapa? Karena yang kini memimpin dunia bukan amiirul mu'miniin. Pemimpinnya adalah kalangan Rum, yang mengandalkan tradisi yang campur aduk dengan kebatilan sehingga muncul kezhaliman dan ketidakadilan. Jadi, perdamaian yang sekarang terjadi lebih tepat diartikan sebagai "kesepakatan untuk tidak berperang". Ini terjadi sejak berakhirnya penjajahan resmi oleh Bangsa Rum terhadap negeri-negeri kaum Muslimin.

Tampaknya ada kontradiksi. Kaum Muslimin berdamai dengan Bangsa Rum, tetapi saat ini Rum justru dekat dengan musuh abadi ummat Islam yaitu Yahudi? Bukan dekat, tetapi pengertian tentang Bangsa Rum sendiri memang sudah campur aduk. Ada Nasrani dan Yahudi-nya sehingga sering disebut Judeo-Christian civilization (peradaban Yahudi-Nasrani).

Ada pula hadits yang menyatakan, di akhir zaman, Iraq akan diboikot oleh Bangsa Rum. Itukah yang terjadi saat ini? Ya, sudah dan sedang berjalan.

Apa yang akan terjadi setelah itu? Kalau mau dirangkai secara kronologis, cukup sulit ya. Tetapi di antara tanda-tanda menjelang batas akhir tanda kecil adalah mengeringnya sungai Eufrat dan ditemukannya gunung emas di bawah sungai itu. Nanti akan berduyun-duyun pasukan dari berbagai bangsa untuk memperebutkan emas itu. Setiap seratus manusia datang, 99 di antaranya tewas karena berebut emas. Dan Rasulullah Saw melarang kaum Muslimin ikut dalam perebutan itu.

Apakah itu berupa serangan AS dan sekutu nya terhadap Iraq, seperti yang terjadi beberapa saat lalu? Kalau itu berebut minyak atau emas hitam.

Jadi kelak akan ditemukan emas dalam arti yang sebenarnya, bukan emas hitam? Saya meyakini itu memang emas yang sebenarnya. Isyarat Nabi tidak cuma bersifat maknawi tapi juga hakiki. Seperti isyarat akan munculnya Imam Mahdi, saya yakin itu bukan kiasan. Sosok Imam Mahdi memang ada. Begitu juga hadits tentang Dajjal. Dajjal adalah oknum atau person. Saat ini oknum Dajjal belum muncul, meskipun sistem dajjal sudah bisa kita rasakan.

Apa sistem dajjal itu? Sistem dajjal adalah sistem kepalsuan, seperti yang berlaku sekarang ini. Orang menyebutnya sebagai The New World Order (Tata Dunia Baru), meskipun kenyataannya malah tidak ada tatanan. Yang disebut pejuang hak asasi manusia justru mereka yang sebenarnya teroris. Sedangkan mereka yang dituduh teroris justru sebenarnya orang yang mulia di mata Allah Swt.

Apakah yang Anda maksud dengan sistem dajjal itu adalah tatanan kehidupan yang kini dikomandani oleh AS? Ya. Itu tercermin dalam lembaran uang satu dollar AS. Bagian depan uang itu bergambar Presiden AS pertama George Washington, bagian belakang bergambar piramid yang terpotong. Letak gambar piramid ada di belakang, sebagai isyarat bahwa di belakang AS itu ada kekuatan lain. Di atas piramid ada segitiga bergambar mata satu. Di atasnya ada tulisan annuit coeptis (semoga dia senang dengan proyek ini). "Dia" yang dimaksud adalah si Mata Satu. Di bawahnya ada tulisan novus ordo seclorum (tatanan dunia baru). Artinya, ummat seluruh dunia diharapkan masuk dalam proyek tatanan dunia baru dan menerima kepemimpinan si Mata Satu. Orang yang familier dengan hadits-hadits Rasulullah akan paham bahwa yang dimaksud si Mata Satu adalah Dajjal.

Kapan sosok Dajjal akan muncul? Dajjal sudah ada sejak zaman Rasulullah Saw. Hal ini dijelaskan dalam se buah hadits shahih yang panjang, diriwayatkan oleh Muslim dari Fathimah binti Qais. Ada seorang pengembara Nasrani yang terdampar di sebuah pantai, ia turun dari kapalnya kemudian bertemu dengan binatang aneh. Binatang itu mengantarkannya ke sebuah biara.

Di biara ada seorang lelaki yang terpasung. Si terpasung langsung bertanya, "Apakah sungai Tiberia sudah mengering? Apakah sudah muncul seorang lelaki yang bernama Muhammad yang disebut sebagai Nabi akhir zaman? Apakah lelaki itu sudah diusir oleh penduduk di negerinya sendiri?" Pengembara Nasrani itu penasaran, kemudian dia menelusuri Jazirah Arab untuk mencari lelaki yang dimaksud. Dia pun bertemu Muhammad Saw. Dia bertanya kepada Nabi, "Siapa orang yang dipasung itu?"

Nabi kemudian menyatakan bahwa lelaki itu adalah Dajjal. Namun Dajjal tidak akan muncul sebelum Imam Mahdi keluar.

Kapan Imam Mahdi keluar? Menurut Rasulullah Saw, salah satu tandanya adalah meninggal atau terbunuhnya seorang khali fah. Namun kekhalifahan sekarang kan sudah tidak ada. Menurut saya, khalifah yang dimaksud itu adalah seorang pemimpin negeri Muslim yang sangat nyata. Amin Muhammad Jamaluddin, penulis buku "Umur Ummat Islam" asal Mesir, menafsirkannya sebagai pemimpin Kerajaan Arab Saudi. Kalau memang betul itu, berarti sudah dekat.

Anda setuju dengan pendapat itu? Tidak setuju sepenuhnya. Saya look and see aja. Tetapi saya yakin bahwa hadits yang menyatakan wafatnya khalifah itu memang benar. Menurut hadits itu, kelak Al-Mahdi akan muncul lalu dibaiat oleh sekelompok pemuda di Ka'bah. Penguasa semenanjung Arab akan langsung mengirim pasukan untuk menangkap para pemuda itu. Tetapi pasukan itu akan dibenamkan ke dalam bumi oleh Allah Swt, kecuali dua orang saja.

Keduanya sengaja diselamatkan agar bisa menceritakan kepada publik bahwa teman-teman mereka telah tenggelam ke dalam bumi. Begitu kabar ini tersiar, semua Mu'min yang paham hadits-hadits shahih tentang munculnya Al-Mahdi akan sadar bahwa Imam Mahdi telah muncul. Mereka akan berbondong-bondong untuk berbaiat.

Bagaimana jika dihubungkan dengan umur ummat Islam? Menurut Muhammad Amin Jamaluddin, ketika dia menafsirkan beberapa hadits mengenai umur ummat Yahudi, Kristen, ummat Islam, diisyaratkan umur ummat Islam itu 1500 tahun. Sekarang sudah 1424 Hijriah, jadi tinggal 76 tahun lagi. Itu belum dipotong waktu perjuangan Muhammad ketika di Makkah, yang memakan waktu 13 tahun. Jadi umur ummat Islam tinggal kira-kira 63 tahun.

Nah, kalau masa kekhalifahan di akhir zaman --yang menurut hadits akan berlangsung 40 tahun-- terjadi pada masa damai, maka huru-hara besar itu akan terjadi dalam kurun waktu kurang dari 23 tahun ke depan ini. Kemunculan khilafah akan didahului oleh terjadinya huru-hara, dimana kaum Muslimin berada di bawah komando Imam Mahdi.

Kemunculan Imam Mahdi juga akan ditandai dengan munculnya bintang berekor atau komet. Menurut yang saya dengar dari para astronom, komet akan muncul tahun 2022. Jadi kalau pada saat itu muncul Imam Mahdi, sebuah perhitungan yang sangat mungkin. Bisa jadi kemunculan Imam Mahdi justru akan lebih cepat daripada itu.

Apa ciri-ciri khusus Imam Mahdi itu? Menurut Rasulullah Saw, namanya seperti nama Rasulullah dan ayahnya pun sama dengan ayah Rasulullah. Ia juga disebut-sebut ngomongnya kurang lancar, sehingga kalau bicara harus menepuk pahanya dulu. Apakah itu berarti ia gagap, wallahu a'lam.

Saat muncul, Imam Mahdi berusia berapa? Kira-kira seusia Nabi ketika pertama kali perang. Rasulullah pertama kali perang ketika usianya sekitar 55 tahun, Perang Badar.

Kalau begitu, saat ini sebenarnya Imam Mahdi sudah ada ya? Ya, sudah ada, tapi oleh Allah Swt belum dimunculkan. Kalau sekarang kita tidak tahu Imam Mahdi itu siapa, bukan hal yang aneh, karena memang ia fenomena yang akan muncul mendadak.

Bukankah sudah ada beberapa orang yang mengaku sebagai Imam Mahdi? Tidak bisa. Imam Mahdi itu dibaiat oleh 313 pemuda di Kabah. Jumlah itu sama dengan pasukan Perang Badar. Baiatnya bersifat terbuka, meskipun sebenarnya Imam Mahdi enggan dijadikan pemimpin. Kalau ada yang mengaku-aku Imam Mahdi, itu omong kosong.

Apakah kelak Imam Mahdi akan memimpin kekhalifahan Islam? Ya. Sebelum itu ia akan memimpin beberapa peperangan dalam rangka meruntuhkan Tatanan Dunia Baru ini. Perang meruntuhkan maalikan jabariyan (penguasa diktator) ini dimaksudkan untuk mewujudkan The Next World Order (Tatanan Dunia Kelak).

Peperangan apa saja itu? Ada empat perang besar. Pertama, perang melawan penguasa semenanjung Arab. Kaum Muslimin menang. Kedua, perang melawan penguasa zhalim Persia, juga menang. Ketiga, pe rang melawan Rum atau Eropa, juga menang. Terakhir perang melawan Dajjal dan 70 ribu tentara Yahudi.

Ketika Imam Mahdi sedang berkonsolidasi di Damaskus (Suriah), waktu shalat Shubuh tiba. Iqamat dikumandangkan, lalu Imam Mahdi hendak maju menjadi imam. Muncul tanda besar kedua akan terjadinya hari kiamat, yaitu Isa eAlaihissallam (As) turun di Menara Putih, masjid sebelah timur Damaskus.

Imam Mahdi memohon agar Isa yang menjadi imam shalat. Namun Isa As menolak, "Demi Allah, inilah kelebihan ummat Muhammad, sebagian engkau menjadi pemimpin sebagian ummat lainnya. Engkau pemimpin ummat ini, Imam Mahdi, Engkau yang memimpin shalat. Aku menjadi ma'mum."

Sesudah shalat, mereka bertolak menuju hari bertemunya dua pasukan. Yaitu pasukan kaum Muslimin yang dipimpin Imam Mahdi dan Nabi Isa As, melawan pasukan Yahudi yang dipimpin Dajjal.

Perang ini terjadi dimana? Persisnya saya tidak tahu, tetapi tidak jauh dari Baitul Maqdis. Menurut hadits, ketik a melihat Isa As dari kejauhan, Dajjal "mengkerut" lalu berusaha kabur. Ia dikejar terus oleh Nabi Isa sampai akhirnya terbunuh di pintu Lod, salah satu pintu masuk ke Baitul Maqdis. Dajjal tewas tertusuk tombak. Nabi Isa As lalu mengangkat tinggi-tinggi tombak itu, supaya orang-orang yang selama ini percaya pada Dajjal dan menganggapnya sebagai Tuhan, menyadari bahwa sikap itu keliru.

Kekhalifahan nanti pusatnya dimana? Pusatnya di Baitul Maqdis.

Setelah umur ummat Islam berakhir, apa yang terjadi kemudian? Menurut hadits, setelah khilafah berdiri, kemakmuran akan terjadi dimana-mana. Pada masa itu tetap ada orang kafir, sampai pada masa tertentu Allah Swt mendatangkan tanda akhir zaman, yaitu hembusan angin sepoi-sepoi dari arah Yaman (selatan). Itu terjadi setelah wafatnya Isa Ibnu Maryam. Semua orang Islam, hatta yang hanya punya keimanan sebiji zarah, akan menghirup udara itu dan meninggal dengan damai. Ya sudah, selesai. Berakhi rlah umur ummat Islam.

Di dunia tinggal ummat yang kafir 24 karat. Terjadilah kekacauan dan kehancuran luar biasa, karena tidak ada lagi amar ma'ruf nahiy munkar. Nabi menggambarkan, saat itu manusia tak akan malu-malu bersenggama seperti keledai di jalanan. Makkah dan Madinah dihancurkan, sehingga datanglah kiamat yang mengerikan. Alhamdulillah, ummat Islam tidak akan mengalami fase penghancuran yang amat mengerikan itu.

Tidak banyak ulama atau ustadz yang concern bicara tentang tema akhir zaman. Ihsan Tandjung pun menyadari hal itu. Bahkan ia kerap mendengar celoteh masyarakat, yang mengungkapkan ketidaksukaannya kepada muballigh yang bicara tentang akhir zaman, syurga, dan neraka. "Masyarakat kita menganggap kehidupan akhir zaman sebagai hal yang tidak penting," Ihsan menyimpulkan.

Meski begitu, Ihsan tetap percaya diri untuk terus maju. Imam Mahdi, Dajjal, Armageddon, kiamat, adalah kosakata yang kerap meluncur dari bibirnya ketika ceramah. "M asyarakat harus terus diingatkan," alasannya.

Ihsan juga terus mengingatkan agar kaum Muslimin waspada terhadap fitnah kaum Yahudi yang mengepung dari segala penjuru. "Dunia saat ini memang sangat tidak ramah terhadap nilai-nilai keimanan," ujarnya sewaktu ceramah di sebuah instansi pemerintah di Jakarta.

Konflik kaum Muslimin dengan Yahudi memang sudah sunnatullah. Ihsan menyebutnya sebagai sunnah at-tadafu' al-insany (ketentuan Ilahi berupa pergolakan antarmanusia). "Konflik antara ummat Islam dan Yahudi adalah konflik hakiki," kata penulis buku "Pertarungan Abadi" ini.

Selain tema-tema memahami zaman, Ihsan juga rajin menyerukan digalangnya ukhuwwah antar harakah Islam. Menurutnya, jika kita menghayati desain besar Allah untuk mengakhiri zaman ini, maka berbagai friksi dan ketegangan yang terjadi di antara gerakan Islam menjadi kurang relevan. "Kita harus semakin rajin merapatkan barisan, seperti pada shalat berjama'ah," katanya.

Menurut Anda, kenapa tema tentang akhir zaman kurang disukai oleh masyarakat? Tidak aneh, sebab itu sudah diisyaratkan Nabi sejak berabad-abad yang lalu. Kata Rasulullah Saw, "Dajjal tidak akan muncul sebelum ummat manusia lupa membicarakan Dajjal dan imam-imam di mimbar pun tidak menerangkan lagi tentang Dajjal."

Rasulullah juga sudah menganjurkan agar kita berdoa usai membaca tahiyat akhir di setiap shalat, seperti diriwayatkan Imam Bukhari. Isi doa itu adalah permohonan agar kita terhindar dari fitnah jahanam, fitnah dunia, dan fitnah Dajjal. Sayang, ummat Islam sering mengabaika n masalah ini.

Kenapa Anda concern bicara tentang tema ini? Huru-hara akhir zaman itu sudah sangat dekat. Ummat harus diingatkan. Kalau tidak, saya khawatir mereka tidak sanggup mengantisipasi huru-hara atau munculnya Imam Mahdi itu. Misalnya, bila nanti Imam Mahdi muncul, mereka tidak bergabung tetapi malah mencaci maki. Bisa saja nanti CNN akan memberitakan bahwa Imam Mahdi itu seorang teroris. Kalau kita ikut-ikutan, kan repot.

Selama ini, tema akhir zaman biasanya cuma menjadi serpihan-serpihan lepas dari tema yang lain. Padahal Nabi telah menjelaskan kepada kita akan adanya grand design dari Allah. Mestinya ummat berlomba-lomba untuk menyesuaikan diri dengan grand design itu, yang pasti akan tetap berjalan terlepas apakah kita setuju atau tidak.

Kita jangan cuma mengandalkan otak sendiri dalam merancang perjuangan. Kekalahan ummat Islam saat ini sudah amat parah, bagaimana otak kita akan mengalahkan musuh? Kalau kita di suruh membuat pesawat F-16, belum tentu dalam waktu 100 tahun bisa. Tentu saja kita tidak boleh menjadi fatalis. Kita harus berbuat semaksimal mungkin. Dan ada satu momentum yang harus diantisipasi. Begitu momentum itu datang, namun kita tolak, maka berarti kita kehilangan peluang untuk menjemput kemenangan. Kita harus terlibat di dalamnya.

Ada sebagian orang berpendapat, hadits-hadits tentang akhir zaman itu derajatnya tidak sampai mutawatir. Bagaimana menurut Anda? Saya ini bukan ahli hadits ya. Tetapi tanda-tanda akhir zaman yang ditulis para ulama rasa-rasanya tidak pernah luput membahas tentang Imam Mahdi.

Apa yang seharusnya dilakukan ulama, berkaitan dengan huru-hara akhir zaman? Mestinya para ulama banyak berbicara tentang ini, harus bisa menjadi sumber ilmu bagi kita. Anehnya, justru orang yang menulis buku-buku akhir zaman berasal dari orang teknik. Misalnya Amin Muhammad Jamaluddin, penulis buku "Umur Ummat Islam", berlatar belakang insinyur. Belakangan ia baru menempuh S-2 di Fakultas Da'wah Universitas Al-Azhar, Kairo. Bukunya itu betul-betul spektakuler dan menjadi best-seller.

Kenapa bukan ulama yang menulis itu? Jangan-jangan ini sebuah isyarat bahwa kelak ketika Imam Mahdi datang, beberapa ulama akan menolak sebagaimana pendeta-pendeta Yahudi-Nasrani menolak Nabi Muhammad. Tidak mustahil pula ada aktivis harakah yang akan menolak kedatangan Imam Mahdi itu. Dan sebaliknya, orang Islam yang saat ini masih bergelimang kemaksiatan tidak mustahil bisa menjadi prajurit-prajurit yang bergabung dalam barisan Imam Mahdi. Beragama itu bukan urusan ilmu semata, tapi juga amal.

Anda pernah mendiskusikan dengan para ulama tentang kekhawatiran di atas? Secara formal belum.

Anda berencana melakukannya suatu saat? Pasti. Tapi tunggu dulu lah, sebab sebagian mereka sekarang sedang sibuk menyongsong 2004 (sambil tersenyum). Nanti kalau suasananya sudah adem.

Dengan tema ceramah futuristik tentang akhir zaman, apakah pernah ada orang yang menilai Anda sebagai ustadz yang suka menjadi pengkhayal? Alhamdulillah belum ada. Tetapi banyak yang bertanya, misalnya tentang kemunculan Isa Al-Masih. Bukankah ini bertentangan dengan dalil Al-Quran yang menyatakan bahwa Muhammad adalah Nabi terakhir? Tidak, karena Isa As nanti datang tidak menjadi Nabi yang membawa kitab baru. Ia menyempurnakan tugas yang belum sempat dikerjakan dulu, yaitu mengajak kembali ahli kitab (Yahudi dan Nasrani) untuk masuk Islam.

Ada pula sunnah yang belum dikerjakan Isa As, yaitu menikah. Padahal beliau kan pengikut syariat Muhammad. Ada beberapa hadits shahih yang berisi tentang Isa as akan menikah.

Isa As akan turun dalam usia 33 tahun, persis seperti usia ketika dia dulu diangkat Allah Swt ribuan tahun lalu. Ibarat tape recorder, Isa as sekarang ini sedang "pause", nanti turun akan "play" lagi. Kelak, menurut hadits, Isa As akan wafat dan dimakamkan di dekat pemakaman Rasulullah, Abu Bakar, dan Umar di Masjid Nabawi. Saat ini tempat itu masih kosong, dan memang disediakan untuk Nabi Isa As.
http://www.oaseislam.com/modules.php?name=News&file=article&sid=185



--~--~---------~--~----~------------~-------~--~----~
-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-
Serulah kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik
dan bantahlah mereka dengan cara yang lebih baik. -Qs. 16 an-Nahl :125

Berilah mereka pelajaran, dan katakanlah kepada mereka perkataan yang berbekas pada jiwa mereka. -Qs. 4 an-Nisa' : 63

Gabung : Milis_Iqra-subscribe@googlegroups.com
  Keluar : Milis_Iqra-unsubscribe@googlegroups.com
  Situs 1 : http://groups.google.com/group/Milis_Iqra
     Mod : moderator.milis.iqra@gmail.com
-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-
-~----------~----~----~----~------~----~------~--~---

[Milis_Iqra] Re: Polemik sekitar penggunaan kata "sayyidina"



2009/11/27 Ndy Ndy212 <nugraha212@gmail.com>
Polemik sekitar penggunaan kata "sayyidina"

Sejak beberapa hari terakhir ini, saya terlibat perdiskusian tentang sayyidina. Walaupun diskusi ini pernah dilakukan dulu, tetapi karena ketidaksengajaan,  ( lewat artikel Ibnu Taimiyah, akhirnya diskusi ini muncul lagi ).
Sebetulnya, saya menghormati orang2/golongan yang tidak menyertakan kata "sayyidina" ketika mengucapkan sholawat, baik di dalam sholat, maupun di luar sholat, berdasarkan hadis yang mereka jadikan sandaran dan itu bukan masalah bagi saya sehingga tidak ada alasan bagi saya untuk menyalahkan mereka yang menggunakan kata sayyidina.
Pada kenyataannya, masalah penggunaan kata sayyidina ini terbagi atas 2 kelompok, yang satu memakai sayyidina, satunya lagi tidak memakai sayyidina sesuai hadis yg mereka pegang.


[Arman] : Sayangnya yang menggunakan kata-kata Sayyidina tidak menggunakan hadis yang bisa dikorelasikan dengannya sehingga mempunyai kekuatan hukum yang sangat lemah dibanding mereka yang berpaham tidak menggunakan lafas Sayyidina.


 
[Hendy] : Bagi saya, hendaknya perbedaan dalam khilafiyah itu janganlah terlalu ditonjolkan, apalagi memaksakan apa yang diyakininya benar kepada orang lain yang pendapatnya berbeda dengan dirinya/orang2 yang sefaham dengan dirinya. Jika saya terkesan seperti berputar-putar, itu hanya anggapan saja, karena kalau dicermati, dari awal saya sudah menyertakan dalilnya beberapa kali. Mungkin dianggap seperti itu, karena saya tidak mau menjawab pertanyaan. Sedangkan saya sudah menulis, bahwa saya tidak akan menjawab pertanyaan yg diajukan tersebut.



[Arman] : Ini bukan ikhtilafiyah, karena dalil yang dipergunakan memang sama sekali tidak ada hubungannya dengan bacaan shalawat sebagaimana diajarkan oleh Rasulullah sendiri seperti yang menjadi pegangan oleh mereka yang "anti" sayyidina.


 
Saya akan memposting sebuah artikel tentang sayyidina ini berdasarkan beberapa referensi yang saya ambil. Mudah2an ini menjadi akhir dari diskusi tentang khilafiyah yang saya yakin tidak akan ada akhirnya kalau dibahas, malah akan memperuncing suasana.


[Arman] : Sekali lagi ini buat saya bukan masalah ikhtilafiyah karena sudah jelas mana yang benar dan memiliki kekuatan hukum tetap dan pasti berdasarkan sumber-sumber yang sangat bisa dipertanggung jawabkan. Bahwa pengucapan sayyidina, sama sekali tidak pernah diajarkan oleh Rasulullah untuk bershalawat kepada beliau Saw.

Seluruh dalil dan argumen hadis yang digunakan oleh para sayyidiners adalah sebuah pemaksaan yang memang tidak dapat dibenarkan. Bahwa semua orang adalah sayyid jika dilihat dari arti kata adalah benar, tetapi pertanyaannya tetap dan tidak berubah, apakah Nabi Muhammad Saw memang pernah mengajarkan dan mencontohkan ucapan shalawat  kepada diri beliau Saw dengan ucapan Sayyidina Muhammad ? Jika ada, tolong sertakan 1 (Satu) saja hadisnya. Dan jika tidak ada, maka akuilah secara jujur !



--
Salamun 'ala manittaba al Huda



ARMANSYAH

--~--~---------~--~----~------------~-------~--~----~
-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-
Serulah kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik
dan bantahlah mereka dengan cara yang lebih baik. -Qs. 16 an-Nahl :125

Berilah mereka pelajaran, dan katakanlah kepada mereka perkataan yang berbekas pada jiwa mereka. -Qs. 4 an-Nisa' : 63

Gabung : Milis_Iqra-subscribe@googlegroups.com
  Keluar : Milis_Iqra-unsubscribe@googlegroups.com
  Situs 1 : http://groups.google.com/group/Milis_Iqra
     Mod : moderator.milis.iqra@gmail.com
-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-
-~----------~----~----~----~------~----~------~--~---

[Milis_Iqra] Re: Sayyidina Muhammad atau Muhammad 'doang'?



2009/11/26 Ndy <nugraha212@gmail.com>

Saya berputar-putar ? Hmm kata2 yang sudah amat sering ditampilkan di
MI ini yg diucapkan ketika ada lawan diskusinya yg tidak mau menjawab
pertanyaannya.


[Arman] : Dalam sebuah diskusi atau dialog, wajarnya ada dua pihak yang saling berinteraksi. Satu sama lain tentu akan mengedepankan argumentasi dalam mempertahankan disertasinya. Tinggal lagi kita masuk pada pengujian kevaliditasan atau kekuatan argumen yang diketengahkan tersebut. Nah, sekarang bagaimana dengan diskusi menyangkut penggunaan Sayyidina ini?


 
 
[Hendy] :Sudah saya bilang, saya tidak akan menjawab hadis yang mas Arman tulis
di postingan yg telah lalu.



[Arman] : Jika demikian, mas Hendy harusnya mau dengan jujur mengakui bila dasar yang mas Hendy ambil dalam hal ini jauh lebih lemah daripada dasar/dalil yang saya kemukakan. Saya tahu, mas Hendy tidak akan pernah bertemu satu (1) hadispun yang dinisbatkan pada Rasul mengenai cara pengucapan shalawat terhadap diri beliau dengan menggunakan embel-embel "Sayyidina".

Semua posting, artikel dan tanggapan yang selalu dan selalu mas Hendy posting hanyalah berdasarkan ulama anu dan ulama anu, bukan berdasarkan Rasul sama sekali. Jadi semuanya sangat jelas, tinggal lagi, seberapa besar jiwa kita mau mengakui secara terbuka akan kebenaran kenyataan ini.



 
Ada salah seorang komentar dari salah satu situs, yg ada hubungannya
dgn hal ini. Isinya :

Bagi para komentator yang melarang Lafadz "Sayyidina" kepada Nabi
Muhammad, apakah anda sudah mentakhrij secara detail sanad dan matn
hadis tersebut, dan tolong ketika mentakhrij jangan hanya satu kitab
rijalul hadis saja tapi berbagai kitab, karena tidak menutup
kemungkinan seseorang memandang para perawi hadis berbeda-beda baik
dari sisi (tsiqah, dhabit, syadz) setelah anda selesai dapat
menyimpulkan kualitas sanadnya, maka tugas anda meneliti "matn"nya,
jangan sampai bertentangan dengan kaedah bahasa arab itu sendiri,
karena benar yang dikatakan oleh KH.Muhyiddin, matn tentang larangan
mengucapkan kata sayyidina bertentangan dengan gramatika bahasa Arab.



[Arman] : Apa saya pernah membawa-bawa hadis pelarangan penggunaan sayyidina didalam sholat ? Coba mas Hendy jujur, periksa satu persatu posting yang saya kirim, tidak ada satupun mas. Saya cuma minta antum perlihatkan pada saya, mana kalimat shalawat yang diajarkan oleh Rasulullah mengenai cara bershalawat pada beliau Saw. !

 
Yang menyimpulkan orang lain lebih pintar dari rasul, bukan saya lho.



[Arman] : Siapapun itu, jika mereka menambahi apa yang sudah disampaikan oleh Allah melalui kitab Al-Qur'annya dan Rasul melalui Sunnah yang dikuatkan oleh kitabullah, maka jelas dia orang yang sombong. Merasa lebih baik dan pintar daripada Rasul.

 





--
Salamun 'ala manittaba al Huda



ARMANSYAH

--~--~---------~--~----~------------~-------~--~----~
-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-
Serulah kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik
dan bantahlah mereka dengan cara yang lebih baik. -Qs. 16 an-Nahl :125

Berilah mereka pelajaran, dan katakanlah kepada mereka perkataan yang berbekas pada jiwa mereka. -Qs. 4 an-Nisa' : 63

Gabung : Milis_Iqra-subscribe@googlegroups.com
  Keluar : Milis_Iqra-unsubscribe@googlegroups.com
  Situs 1 : http://groups.google.com/group/Milis_Iqra
     Mod : moderator.milis.iqra@gmail.com
-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-
-~----------~----~----~----~------~----~------~--~---

[Milis_Iqra] Re: JANGAN MENGUCAPKAN SAYYIDINA DALAM SHOLAT !



2009/11/26 Ndy <nugraha212@gmail.com>

Para ulama sepakat (ittifaq) diperbolehkannya menambahkan lafadz
'sayyidina' yang artinya tuan kita, sebelum lafadz Muhammad. Namun
mengenai yang lebih afdhol antara menambahkan lafadz sayyidina dan
tidak menambahkannya para ulama berbeda pendapat.



Sekarang yang di ikuti, perintah Rasul atau perintah ulama ..... ?

--
Salamun 'ala manittaba al Huda



ARMANSYAH

--~--~---------~--~----~------------~-------~--~----~
-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-
Serulah kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik
dan bantahlah mereka dengan cara yang lebih baik. -Qs. 16 an-Nahl :125

Berilah mereka pelajaran, dan katakanlah kepada mereka perkataan yang berbekas pada jiwa mereka. -Qs. 4 an-Nisa' : 63

Gabung : Milis_Iqra-subscribe@googlegroups.com
  Keluar : Milis_Iqra-unsubscribe@googlegroups.com
  Situs 1 : http://groups.google.com/group/Milis_Iqra
     Mod : moderator.milis.iqra@gmail.com
-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-
-~----------~----~----~----~------~----~------~--~---

Thursday, November 26, 2009

[Milis_Iqra] Polemik sekitar penggunaan kata "sayyidina"

Polemik sekitar penggunaan kata "sayyidina"

Sejak beberapa hari terakhir ini, saya terlibat perdiskusian tentang sayyidina. Walaupun diskusi ini pernah dilakukan dulu, tetapi karena ketidaksengajaan,  ( lewat artikel Ibnu Taimiyah, akhirnya diskusi ini muncul lagi ).
Sebetulnya, saya menghormati orang2/golongan yang tidak menyertakan kata "sayyidina" ketika mengucapkan sholawat, baik di dalam sholat, maupun di luar sholat, berdasarkan hadis yang mereka jadikan sandaran dan itu bukan masalah bagi saya sehingga tidak ada alasan bagi saya untuk menyalahkan mereka yang menggunakan kata sayyidina.
Pada kenyataannya, masalah penggunaan kata sayyidina ini terbagi atas 2 kelompok, yang satu memakai sayyidina, satunya lagi tidak memakai sayyidina sesuai hadis yg mereka pegang.
Bagi saya, hendaknya perbedaan dalam khilafiyah itu janganlah terlalu ditonjolkan, apalagi memaksakan apa yang diyakininya benar kepada orang lain yang pendapatnya berbeda dengan dirinya/orang2 yang sefaham dengan dirinya. Jika saya terkesan seperti berputar-putar, itu hanya anggapan saja, karena kalau dicermati, dari awal saya sudah menyertakan dalilnya beberapa kali. Mungkin dianggap seperti itu, karena saya tidak mau menjawab pertanyaan. Sedangkan saya sudah menulis, bahwa saya tidak akan menjawab pertanyaan yg diajukan tersebut.
Saya akan memposting sebuah artikel tentang sayyidina ini berdasarkan beberapa referensi yang saya ambil. Mudah2an ini menjadi akhir dari diskusi tentang khilafiyah yang saya yakin tidak akan ada akhirnya kalau dibahas, malah akan memperuncing suasana. Makanya di dalam diskusi yg telah lalu saya mengambil sikap nafsi-nafsi, artinya biarlah kita masing2 bertanggung jawab atas sesuatu yg kita yakini, tanpa harus memaksakan kehendaknya. Kalaupun disebut salah, terserah, karena itu hanya ucapan manusia, walaupun membawa-bawa dalil, karena yang disebut salah pun tidak asal bicara, ada dalil dan dasarnya.
Kalau bagi saya sendiri, karena masih awam, tentu saja lebih mengikuti pendapat ulama yang sudah terbukti tinggi ilmu agamanya daripada orang lain yang belum saya kenal baik. Hal ini bukan berarti ulama lebih pintar dari Nabi, tetapi setahu saya selain dalam Al-Qur'an yang ada ilmu tafsirnya, dalam hadispun ada syarah-nya/penjelasannya. 
Berikut saya copas artikel tentang sayyidina :



Ini merupakan salah satu khilafiyah masyhur dalam tubuh umat Islam. Ada yang membolehkan bahkan menyunnahkan, baik dilakukan di dalam dan di luar shalat. Ada juga yag membid'ahkan baik di dalam dan di luar shalat, dan ada juga yang mengambil jalan tengah; boleh dilakukan di luar shalat, tetapi jangan dilakukan di dalam shalat.



Dalil-Dalil Pihak Yang Membolehkan



1. Allah Ta'ala menyebut Nabi Yahya 'Alaihissalam sebagai Sayyid. Padahal Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi wa Sallam kedudukannya lebih tinggi darinya. Allah Ta'ala berfirman:



فَنَادَتْهُ الْمَلَائِكَةُ وَهُوَ قَائِمٌ يُصَلِّي فِي الْمِحْرَابِ أَنَّ اللَّهَ يُبَشِّرُكَ بِيَحْيَى مُصَدِّقًا بِكَلِمَةٍ مِنَ اللَّهِ وَسَيِّدًا وَحَصُورًا وَنَبِيًّا مِنَ الصَّالِحِينَ (39)

"Kemudian Malaikat (Jibril) memanggil Zakariya, sedang ia tengah berdiri melakukan shalat di mihrab (katanya): "Sesungguhnya Allah menggembirakan kamu dengan kelahiran (seorang puteramu) Yahya, yang membenarkan kalimat (yang datang) dari Allah, menjadi ikutan (Sayyidan), menahan diri (dari hawa nafsu) dan seorang Nabi Termasuk keturunan orang-orang saleh". (QS. Ali 'Imran (3): 39)



2. Bahkan, Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam menyebut sayyid kepada para sahabatnya sendiri, yang jelas kedudukannya adalah di bawahnya, yakni Abu Bakar dan Umar, lalu Sa'ad bin Muadz, dan kepada dua cucunya Al Hasan dan Al Husein Radhiallahu 'Anhum. Berikut ini keterangannya.



Sebutan Sayyid kepada Abu Bakar dan Umar, secara shahih diriwayatkan oleh Imam At Tirmidzi dalam Sunan-ya, dari Ali bin Abi Thalib Radhiallahu 'Anhu, katanya:



كنت مع رسول الله صلى الله عليه وسلم إذ طلع أبو بكر وعمر فقال رسول الله صلى الله عليه وسلم هذان سيدا كهول أهل الجنة من الأولين والآخرين إلا النبيين والمرسلين يا علي لا تخبرهما



"Aku bersama Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam, ketika Abu Bakar dan Umar datang, maka Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam bersabda: "Dua orang ini adalah sayyid, sesepuhnya penduduk surga dari awal hingga akhirnya, kecuali para nabi dan rasul. Ya Ali, jangan kabarkan kepada mereka berdua." (HR. At Tirmidzi dan Ibnu Majah. Dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Shahih wa Dhaif Suna Abi Daud No. 3665, 3666.)



Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam berkata kepada kaum Anshar, ketika Sa'ad bin Muadz datang:



قُومُوا إِلَى سَيِّدِكُمْ

"Berdirilah untuk sayyid kalian!" (HR. Bukhari No. 5907, Muslim No. 1768, Abu Daud No. 5215. Ahmad No. 10742)



Dari Abu Said Al Khudri Radhiallahu 'Anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam bersabda:



الحسن والحسين سيدا شباب أهل الجنة



"Al Hasan dan Al Husein adalah sayyid bagi pemuda penduduk surga." (HR. At Tirmidzi, katanya: hasan shahih. Dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam As Silsilah Ash Shahihah No. 796, dan Shahih wa Dhaif Sunan At Tirmidzi No. 3768)



Tentang Al Hasan secara khusus, dari Abu Bakrah Radhiallahu 'Anhu, bahwa Nabi menggendongnya ke mimbar lalu bersabda:



إن ابني هذا سيد يصلح الله على يديه

"Sesungguhya anakku ini adalah Sayyid, melalui tangannya Allah akan menjadikan pendamai." (HR. At Tirmidzi, katanya: hasan shahih. Dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Irwa'ul Ghalil No. 1597)



3. Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam pun menyebut dirinya sebagai sayyid.



Dari Abu Hurairah Radhiallahu 'Anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam bersabda:



أَنَا سَيِّدُ النَّاسِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ

"Aku adalah sayyidunnas (Tuannya manusia) pada hari kiamat nanti." (HR. Muslim No. 194, sementara dalam riwayat Muslim lainnya dengan lafaz: sayyidu waladi adam (Tuannya anak-anak adam) )



Walau hadits ini menyebut "Pada hari kiamat", tentunya bukan hanya di akhirat, tetapi juga di dunia.



4. Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam adalah sayyidul anbiya (Tuannya para nabi). Sebagaimana diterangkan dalam hadits mauquf dari Abu Hurairah, berikut:



سيد الأنبياء خمسة ومحمد صلى الله عليه وسلم سيد الخمسة : نوح وإبراهيم وموسى وعيسى ومحمد صلوات الله وسلامه عليهم



"Tuannya para nabi ada lima, dan Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi wa Sallam adalah sayyid (tuan) dari yang lima itu, yakni: Nuh, Ibrahim, Musa, Isa, dan Muhammad Shalawatullah wa Salamuhu 'Alaihim. (HR. Al Hakim, Al Mustadarak 'Alash Shahihain No. 4007. Katanya: sanadnya shahih)



5. Sahabat nabi pun memanggil Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam dengan sebutan, "Ya sayyidi.." (Wahai Tuanku), dan Beliau pun tidak mengingkarinya:



Sahl bin Hunaif Radhiallahu 'Anhu berkata:



مَرَرْنَا بِسَيْلٍ فَدَخَلْتُ فَاغْتَسَلْتُ فِيهِ فَخَرَجْتُ مَحْمُومًا فَنُمِيَ ذَلِكَ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ مُرُوا أَبَا ثَابِتٍ يَتَعَوَّذُ قَالَتْ فَقُلْتُ يَا سَيِّدِي وَالرُّقَى صَالِحَةٌ فَقَالَ لَا رُقْيَةَ إِلَّا فِي نَفْسٍ أَوْ حُمَةٍ أَوْ لَدْغَةٍ



"Sebuah mata air mengalir di depan kami, lalu saya mandi di sana. Lalu saya keluar dalam keadaan menggigil, maka hal itu disampaikan kepada Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam. Beliau bersabda: "Perintahkan Abu Tsabit agar dia berlindung kepada Allah." Maka aku berkata: "Wahai sayyidi (Tuanku), apakah ruqyah juga bagus?" Beliau menjawab: "Tidak, ruqyah itu hanya untuk demam, penyakit 'ain, dan sengatan hewan berbisa." (HR. Abu Daud No. 3888, dishahihkan oleh Al Hakim dan Adz Dzahabi, namun didhaifkan oleh Syaikh Al Albani, As Silsilah Adh Dhaifah No. 1854)





Semua keterangan ini membuktikan kebolehan menyebut sayyiduna kepada Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi wa Sallam. Bagaimana mungkin ucapan itu dibolehkan disematkan kepada Nabi Zakaria, Abu Bakar, Umar, Sa'ad bin Muadz, Al Hasan, dan Al Husein, sementara justru hal itu dilarang untuk Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam? Padahal Beliau adalah manusia paling mulia, paling tinggi derajatnya, bahkan di antara ulul azmi? Secara hakiki memang hanya Allah Ta'ala sebagai sayyid (tuan) bagi manusia. Tetapi penyebutan sayyid di sini bukanlah menyematkan sifat ketuhanan kepada mereka, tidak demikian. Bagaimana mungkin demikian, padahal nabi saja memanggil sayyid untuk para sahabatnya?



Ulama Yang Membolehkan Menggunakan Sayyiduna



Berikut ini adalah pandanga para imam yag membolehka membaca sayyidina ketika shalat, khususya ketika membaca shalawat ibrahimiyah ketika duduk tasyahud.



Imam Al Hashfaki Al Hanafi Rahimahullah menganjurkan as siyadah (penyebutan sayyiduna) beliau menulis dalam kitab Ad Durrul Mukhtar, sebagai berikut:



وندب السيادة، لان زيادة الاخبار بالواقع عين سلوك الادب، فهو أفضل من تركه، ذكره الرملي الشافعي وغيره، وما نقل: لا تسودوني في الصلاة فكذب، وقولهم لا تسيدوني بالياء لحن أيضا والصواب بالواو



"Dianjurkan untuk siyadah (pen- Tuan-an), karena tambahan (sayyidina) merupakan realisasi antara kabar dengan kenyataan dalam rangka adab dan etika, dan itu lebih utama dibanding meninggalkannya. Ini juga disebutkan oleh Ar Ramli Asy Syafi'i dan lainnya. Adapun riwayat: Laa tusawwiduni fish shalah (jangan meng- sayyid- kan aku dalam shalat) adalah dusta, dan ucapa mereka: Laa tusayyiduni , dengan huruf Ya', juga lemah, yang benar adalah dengan wau. (Imam Al Hashfaki, Ad Durrul Mukhtar, 1/553. Darul Fikr)



Imam Ibnu 'Abidin dalam Hasyiah-nya, mengatakan bahwa megucapkan sayyidina, secara mutlak adalah boleh. Ketika itu disandarkan kepada Allah artiya adalah menjukka keagunganNya. Jika disandarkan kepaa manusia maka itu merupakan pemuliaan dan tada kepemimpinannya. (Hasyiah Rad Al Muhtar, 1/26. Darul Fikr)





Imam Muhammad bin Abdurrahman Al Haththab Al Maliki Rahimahullah, menulis demikian:



وَذَكَرَ عَنْ الشَّيْخِ عِزِّ الدِّينِ بْنِ عَبْدِ السَّلَامِ أَنَّ الْإِتْيَانَ بِهَا فِي الصَّلَاةِ يَنْبَنِي عَلَى الْخِلَافِ هَلْ الْأَوْلَى امْتِثَالُ الْأَمْرِ أَوْ سُلُوكُ الْأَدَبِ ؟ ( قُلْت ) وَاَلَّذِي يَظْهَرُ لِي وَأَفْعَلُهُ فِي الصَّلَاةِ وَغَيْرِهَا الْإِتْيَانُ بِلَفْظِ السَّيِّدِ وَاَللَّهُ أَعْلَمُ .



"Dan disebutkan dari Syaikh 'Izzuddin bin Abdussalam, bahwa membaca (sayyiduna) dalam shalat yang menjadi masalah khilafiyahnya adalah; apakah keutamaannya karena menjalankan perintah atau apakah karena adab? (Aku (Al Haththab) berkata): "Yang nampak bagiku dan akupun melakukannya dalam shalat dan selainnya, adalah membaca lafaz sayyid itu. Wallahu A'lam. (Imam Muhammad bin Abdurrahman Al Haththab, Mawahib Al Jalil, 1/70. Mawqi' Al Islam)



Imam Syihabuddin Ar Ramli Asy Syafi'i Rahimahullah termasuk yang menyunahkan membaca sayyidina dalam shalat, ketika membahas bacaan shalawat dalam bacaan tasyahud mengatakan::



وَالْأَفْضَلُ الْإِتْيَانُ بِلَفْظِ السِّيَادَةِ كَمَا قَالَهُ ابْنُ ظَهِيرَةَ وَصَرَّحَ بِهِ جَمْعٌ وَبِهِ أَفْتَى الشَّارِحُ لِأَنَّ فِيهِ الْإِتْيَانَ بِمَا أُمِرْنَا بِهِ وَزِيَادَةُ الْأَخْبَارِ بِالْوَاقِعِ الَّذِي هُوَ أَدَبٌ فَهُوَ أَفْضَلُ مِنْ تَرْكِهِ وَإِنْ تَرَدَّدَ فِي أَفْضَلِيَّتِهِ الْإِسْنَوِيُّ ، وَأَمَّا حَدِيثُ { لَا تُسَيِّدُونِي فِي الصَّلَاةِ } فَبَاطِلٌ لَا أَصْلَ لَهُ كَمَا قَالَهُ بَعْضُ مُتَأَخِّرِي الْحُفَّاظِ ، وَقَوْلُ الطُّوسِيِّ : إنَّهَا مُبْطِلَةٌ غَلَطٌ .



"Afdhalnya adalah membaca lafaz siyadah sebagaimana yang dikatakan Ibnu Zhahirah, dan beliau telah menjelaskan secara luas, dan demikian pula fatwa syarih (pensyarah) lantaran di dalamnya terdapat amalan yang kita telah diperintahkan. Dan tambahan ini merupakan realisasi antara khabar dengan kenyataan yang merupakan adab. Itu lebih afdhal daripada meninggalkannya, walau pun Al Isnawi ragu-ragu atas keutamaannya. Ada pun hadits: Laa tusawwiduni fishs Shalah adalah batil, tidak ada dasarnya, sebagaimaa dikatakan para hafizh muta'akhirin. Ath Thusi berkata: sesungguhnya hadits itu batil lagi keliru." (Imam Syihabuddin Ar Ramli, Nihayatul Muhtaj fi Syarhil Minhaj, 4/329. Mawqi' Al Islam)





Dalil Ulama Yang Melarang Memakai Sayyiduna



Ada pula ulama yang melarang menggunakan sayyidina, lebih-lebih dalam shalat. Mereka beralasan, hadits dari Mutharrif, dari ayahnya; Saya berangkat dan bersama saya ada utusan Bani Amir, kepada Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam, kami berkata:



أَنْتَ سَيِّدُنَا فَقَالَ السَّيِّدُ اللَّهُ تَبَارَكَ وَتَعَالَى



"Engkau adalah sayyid kami." Beliau bersabda: "Sayyid adalah Allah Tabaraka wa Ta'ala." (HR. Abu Daud No. 4806, dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Misykah Al Mashabih N0. 4901, Shahihul Jami' No. 3700)



Hadits lain, dari Anas bin Malik Radhiallahu 'Anhu, bahwa ada seorang laki-laki berkata kepada Nabi Shallallahu 'Alahi wa Sallam:



يَا سَيِّدَنَا وَابْنَ سَيِّدِنَا وَيَا خَيْرَنَا وَابْنَ خَيْرِنَا فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَا أَيُّهَا النَّاسُ قُولُوا بِقَوْلِكُمْ وَلَا يَسْتَهْوِيَنَّكُمْ الشَّيْطَانُ أَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ وَرَسُولُ اللَّهِ وَاللَّهِ مَا أُحِبُّ أَنْ تَرْفَعُونِي فَوْقَ مَا رَفَعَنِي اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ



"Wahai Sayyidana (Tuan kami), anaknya Tuan kami, wahai orang terbaik kami, dan anaknya orang terbaik kami." Maka Nabi bersabda: "Wahai manusia katakanlah apa yag kalian katakan, dan janganlah sampai syetan membuat kalian lalai. Aku adalah Muhammad bin Abdillah dan utusan Allah. Demi Allah, tidaklah aku menyukai kalian meninggikanku melebihi Allah Ta'ala meninggikan diriku." (HR. Ahmad No. 13041, Syaikh Al Albani menshahihkan dalam berbagai kitabnya, seperti Ghayatul Maram No. 127, Ishlahul Masajid Hal. 126, dan As Silsilah Ash Shahihah No. 1097 dan 1572)



Hadits-hadits ini secara zhahir jelas-jelas bahwa Nabi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam tidak rela dipanggil sayyiduna. Maka terlaranglah memanggil beliau dengan Sayyiduna Muhammad, baik dalam kalimat syahadat, shalawat, dan lainnya, terlebih lagi di dalam shalat.



Pemahaman ini telah dibantah oleh para ulama yang membolehkan. Menurut mereka, hadits ini bukan larangan memakai Sayyidina, tetapi larangan memuji orang di depan orang yang dipuji. Oleh karena itu, Imam Abu Daud memasukkan hadits ini dalam Bab Fi Karahiyah At Tamaduh (Dibencinya Memuji). Sebab, memuji di hadapan orangnya adalah sikap yang berbahaya bagi orang yang dipuji dan memuji, yakni bisa menodai keikhlasan. Yang memuji nampak ingin menjilat, dan yang dipuji bisa terpesona oleh pujian sehingga lupa atas kekurangan, dan hilang sikap rendah hatinya.



Oleh karena itu, Imam Ibnu Muflih mengutip dari Imam Ibnu Atsir tentang maksud hadits: "Sayyid itu adalah Allah":



أَيْ الَّذِي تَحِقُّ لَهُ السِّيَادَةُ ، كَأَنَّهُ كَرِهَ أَنْ يُحْمَدَ فِي وَجْهِهِ ، وَأَحَبَّ التَّوَاضُعَ .



"(Allah) adalah yang berhak baginya As Siyadah (Pen –tuan- an), seakan beliau (Rasulullah) tidak suka dipuji dihadapannya, dan dia menyukai kerendahhatian." (Al Furu', 6/197. Mawqi' Al Islam)



Maka, jelaslah bagi kami, bahwa mengucapkan sayyiduna, khususnya di luar shalat baik secara lisan atau tulisan adalah boleh. Tetapi, ketika shalat lebih baik kita mengikuti sunah nabi, yakni tanpa sayyiduna. Hal ini demi mengikuti perintah baginda Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam: Shalluu kama ra'aitumuni ushalli (shalatlah kamu sebagaimana saya shalat) . (HR. Bukhari). Sebab, memang demikianlah riwayat yang ada, bahwa Beliau mencontohkan membaca shalawat Ibrahimiyah ketika tasyahud tidaklah ada tambahan sayyidina. Wallahu A'lam



Kitab-Kitab Para Imam Ahlus Sunnah Bertaburan Kata Sayyiduna



Hampir semua imam kaum muslimin, bahkan boleh dikatakan 'semua', mereka menggunakan kata sayyiduna sebelum nama-nama orang mulia, baik kepada Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi wa Sallam, Nabi Ibrahim, Nabi Daud, Nabi Isa, Nabi Musa, dan lainnya. Atau juga kepada para sahabat seperti empat khalifah, dan sahabat lainnya, juga kepada para imam madzhab, bahkan mereka juga menggunakan sayyiduna kepada guru-guru mereka. Bahkan para ulama di Lajnah Daimah yang dalam jawaban fatwanya nampak sama sekali tidak pernah menyebut Sayyidina Muhammad, juga pernah menyebut Nabi Yunus dengan sebutan: Sayyiduna Yunus 'Alaihis salam (Fatwa No. 9548).



Para imam madzhab Hanafi seperti Imam Ibnu 'Abdin, Imam Al Hashfaki, Imam 'Alauddin As Samarqandi dalam Tuhfatul fuqaha, Al Imam Al Hafizh As Sarkhasi dalam Al Mabsuth, Imam 'Alauddin Al Kasani dalam Bada'i Shana'i, danlainnya.



Para imam madzhab Maliki, seperti imam Abul Barakat Ad Dardir dalam Asy Syarhul Kabir, Imam Ibnu Rusyd dalam Bidayatul Mujtahid, Imam Ibnu Abi Yazid Al Qairuwani dalam Ar Risalah-nya, Imam Abu Abdillah bin Yusuf Al Abdari Al Mawwaq dalam At Tajjul Iklil, Imam Al Haththab dalam Mawahibul Jalil, Imam Muhammad Al Kharrasyi dalam Syarh Mukhtashar Khalil, dan lainnya.



Para imam madzhab Asy Syafi'i, seperti Imam An Nawawi dalam Al Majmu', Imam Sayyid Al Bakri Ad Dimyathi dalam I'anatuth Thalibin, Imam Abdul Hamid Asy Syarwani dan Imam Ahmad bin Qasim Al 'Ibad dalam kitab Hawasyi, begitu pula Imam Zakaria Anshari, Imam Ibnu Hajar Al Haitami, Imam Al Qalyubi, dan lainnya. Juga Imam Ibnu Katsir dalam tafsirnya.



Para imam madzhab Hambali, Imam Ibnu Qudamah di beberapa halaman dalam kitab Asy Syarh Al Kabir juga menggunakan tambahan sayyiduna dalam akhir doanya. (Asy Syarh Al Kabir, 3/423 dan 10/635. Darul Kitab Al 'Arabi), juga (Al Mughni, 7/151. Mawqi' Al Islam) Imam Musa Al Hijawi dalam kitab Al Iqna' sangat banyak menggunakan tambahan sayyidina, yakni ada tujuh tempat, baik pada kalimat pembukaan kitabnya, pada kalimat syahadat, doa setelah azan, dan shalawat. Begitu pula Imam Ibnu Taimiyah dalam Majmu' Fatawa-nya. Begitu pula Imam Ibnu Muflih dalam Al Furu', Imam Al Bahuti dalam Kasysyaf Al Qina', Imam Ar Rahibani dalam Mathalib Ulin Nuha, dan ulama hambali lainnya. Semuanya memakai menyebut sayyidina muhammad, baik pada shalawat, atau syahadat, atau lainnya, dan terlalu banyak bagi saya utuk menyebutkan satu persatu. Tetapi ini semua diluar shalat.


Demikianlah, ternyata para ulama di masa lalu telah berbeda pendapat. Padahal dari segi kedalaman ilmu, nyaris hari ini tidak ada lagi sosok seperti mereka. Kalau pun kita tidak setuju dengan salah satu pendapat mereka, bukan berarti kita harus mencaci maki orang yang mengikuti pendapat itu sekarang ini. Sebab mereka hanya mengikuti fatwa para ulama yang mereka yakini kebenarannya. Dan selama fatwa itu lahir dari ijtihad para ulama sekaliber fuqaha mazhab, kita tidak mungkin menghinanya begitu saja.

Adab yang baik adalah kita menghargai dan mengormati hasil ijtihad itu. Dan tentunya juga menghargai mereka yang menggunakan fatwa itu di masa sekarang ini. Lagi pula, perbedaan ini bukan perbedaan dari segi aqidah yang merusak iman, melainkan hanya masalah kecil, atau hanya berupa cabang-cabang agama. Tidak perlu kita sampai meneriakkan pendapat yang berbeda dengan pendapat kita sebagai tukang bid''ah.

--~--~---------~--~----~------------~-------~--~----~
-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-
Serulah kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik
dan bantahlah mereka dengan cara yang lebih baik. -Qs. 16 an-Nahl :125

Berilah mereka pelajaran, dan katakanlah kepada mereka perkataan yang berbekas pada jiwa mereka. -Qs. 4 an-Nisa' : 63

Gabung : Milis_Iqra-subscribe@googlegroups.com
  Keluar : Milis_Iqra-unsubscribe@googlegroups.com
  Situs 1 : http://groups.google.com/group/Milis_Iqra
     Mod : moderator.milis.iqra@gmail.com
-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-
-~----------~----~----~----~------~----~------~--~---

[Milis_Iqra] Dua Hari Raya berkumpul pada hari Jumat

Sumber : http://waspada.co.id/index.php?option=com_content&view=article&id=69362:dua-hari-raya-berkumpul-pada-hari-jumat&catid=25:artikel&Itemid=44

Thursday, 26 November 2009 06:18
  
PDF Print
Dua Hari Raya berkumpul pada hari Jumat
Opini - Artikel
AZHARI AKMAL TARIGAN

Pada tahun ini, insya Allah hari raya Idul Adha jatuh pada hari Jumat tanggal 27 November 2009. Artinya, pada hari Jumat akan ada dua shalat Idul Adha dan shalat Jumat. Penyebutan hari Jumat sebagai hari raya mungkin bagi sebagian orang masih terasa aneh.

Namun jika dilihat konteks historis dan nash-nash yang ada, jelas terlihat bahwa hari Jum'at sebagai sayyid al-ayyam (penghulu hari) adalah hari berkumpulnya umat Islam. Berkumpul untuk bersilaturrahim, saling berbagi makanan, sadaqah, dan hadiah, sesungguhnya adaah inti dari hari raya.

Dengan demikian tidaklah salah jika disebutkan bahwa hari Jumat adalah hari raya dan untuk itu kita harus melaksanakan shalat 'Id. Untuk lebih jelasnya bahwa Jum'at adalah hari raya dapat dilihat di dalam kitab Sunan Ibn Majah pada hadis nomor 1310. Diriwayatkan oleh Iyas bin Abi Ramlah al-Syamyberkata, "Aku mendengar Mu'awwiyah bin Abi Sufyan bertanya kepada Zaid bin Arqam."

Apakah Anda mengalami dua hari raya (Id dan Jumat) dalam satu hari bersama Rasulullah?. Zaid menjawab, "Ya, saya pernah mengalami hal itu." Mu'awwiyah kembali bertanya, " Lalu apa yang dilakukan Rasulullah ?" Zaid Menjawab, "Beliau melaksanakan shalat 'Id dan memberikan rukhsah (dispensasi) tentang shalat Jumat. Rasulullah SAW kemudian bersabda, "Siapa yang ingin melaksanakan shalat Jumat silakan melaksanakannya."

Melalui hadis di atas tampak bahwa hari Jumat dipahami sebagai hari raya umat Islam. Di beberapa sekolah tradisional Islam sejak dahulu bahkan ada yang sampai sekarang meliburkan santrinya pada hari Jumat. Bagi mereka, hari Jumat adalah hari libur dan bukan hari minggu. Hari Minggu tetap digunakan untuk segala aktivitas belajar dan mengajar.

Beberapa riwayat disamping Al-Quran sendiri yang memuat surah Al-Jumu'ah, telah menjelaskan keutamaan hari Jumat. Syekh Mutawalli Sya'rawi di dalam bukunya, Anta Tas'al wa Al-Islamu Yujibu, menuliskan tentang lima kebaikan hari Jumat. Menurutnya ketika Rasul ditanya tentang kebaikan hari Jumat, Rasul menjawab, ada lima hal.

Pertama, pada hari Jumat Adam diciptakan oleh Allah. Kedua, Adam diturunkan ke bumi. Ketiga, Jum'at adalah hari wafatnya Nabi Adam. Keempat,  pada Jumat doa hamba Allah dikabulkan selama doa tidak mengarah kepada dosa atau memutus tali kekeluargaan. Kelima, pada hari itu juga kiamat datang." Para Malaikat, langit, bumi, gunung, batu, semuanya menyayangi hari Jumat. (HR. Ahmad).

Pada bagian lain, Syekh Mutawalli juga menuliskan hikmah diwajibkan shalat Jumat karena Allah menginginkan adanya pernyataan kesetiaan bersama yang dilangsungkan
secara bersama dalam bentuk yang massif (missal), sehingga muncul rasa persaudaraan, saling menguatkan, dan hilangnya sifat-sifat individualistis.

Pada gilirannya shalat Jumat adalah momentum konferensi umat Islam untuk menguatkan sendi-sendi kehidupan umat baik dalam bidang sosial, ekonomi, budaya, politik terlebih dalam hal agama. Tentu saja sepanjang hari Jumat sebagai hari berkumpul itu dimanfaatkan semaksimal mungkin.

Berangkat dari penjelasan diatas, dapat dipahami mengapa Al-Quran sangat menekankan kewajiban shalat Jumat, sampai sampai kita diperintahkan untuk meninggalkan praktik jual beli dan aktivitas lainnya. Shalat Jumat apabila waktunya sudah masuk harus mendapatkan prioritas (yang paling utama) dari segala aktivitas apapun di muka bumi.

Setelah selesai shalat Jumat kita diperkenankan Allah untuk kembali mencari karunia (rizki) Allah di muka bumi yang luas ini. Persoalannya adalah bagaimana jika hari raya Idul Fitri atau Idul Adha jatuh pada hari Jumat? Apakah kita masih melaksanakan shalat Jumat setelah melaksanakan shalat 'Id atau tidak ?

Hadis yang telah penulis kutip di atas menjelaskan tentang adanya keringanan (rukhsah) bagi umat Islam untuk tidak melaksanakan shalat Jumat. Tegasnya, jika pada hari Jumat "biasa", shalat Jumat wajib, namun jika bertemu dengan hari raya, shalat Jumat tidak lagi diwajibkan (namun tetap wajib shalat Zuhur) sebagai dispensasi.

Di dalam hadis lain, ada diriwayatkan bahwa Rasul SAW melaksanakan shalat Idul Fitri kemudian memberi keringanan bagi umat Islam untuk tidak melaksanakan shalat Jumat. Seraya berkata, "Siapa yang ingin melaksanakan shalat Jumat, silakan kerjakan."(H.R.Bukhari,Muslim,At-Tirmizi, An-Nasai dan Abu Daud).

Pada riwayat yang lain dikatakan, Sesungguhnya Rasul bersabda, "Pada hari ini telah berkumpul bagi kalian dua hari raya (Id dan Jumat), maka siapa yang telah melaksanakan shalat 'Id, maka shalat 'Id itu mencukupinya untuk tidak melaksanakan shalat Jumat. Saya sendiri melaksanakan shalat Jumat. insya Allah." (H.R. Abu Daud).

Berbeda dengan hadis-hadis diatas, pada hadis ini, Rasul menegaskan sikapnya. Kendati ada keringanan, tetapi Rasul tetap melaksanakan shalat Jumat.Dari sinilah,  para ulama mengatakan bahwa rukhsah tidak berlaku bagi para imam dan khatib. Bahkan Sayyid Sabiq ahli Fikih dari Arab Saudi yang menulis Fikih Sunnah menjadikan hadis tersebut sebagai dalil (dasar) untuk mengatakan bahwa para Imam (Khatib) tetap harus melaksanakan shalat Jum'at.

Sebabnya, jika tidak ada imam atau khatib, maka umat Islam yang ingin melaksanakan shalat Jum'at tentu tidak dapat melaksanakannya. Penjelasan di atas setidaknya memberikan dua perspektif yang berbeda. Pertama, jika berkumpul dua hari raya, maka diberi keringanan kepada kita untuk tidak melaksanakanshalatJumat.Kendatidemikian, kita tetap diwajibkan melaksanakan shalat zuhur.

Shalat 'Id yang hukumnya sunnah tidak bisa menggantikan shalat yang wajib. Kita hanya diberi keringanan, boleh melaksanakan shalat Jumat dan boleh pula meninggalkannya.  Ada sebagian orang yang malah mengkhususkan keringanan ini hanya bagi orang yang tempat tinggalnya berjauhan dari masjid tempat terselenggaranya shalat Jumat.

Tentu saja pesannya di sini agar tidak menyusahkan sehingga ia tidak harus bolak-balik dari rumah ke masjid. Khalifah Usman bin Affan ketika di Madinah pernah berkata, Bagi Penduduk 'Aliyah, (daerah pinggiranMadinah) yang ingin menunggu shalat  Jumat silahkan menunggu. Dan Siapa ingin pulang, silahkan pulang." (Ya'kub: 144).

Kedua, bagi orang yang ingin tetap melaksanakan shalat Jumat diperbolehkan untuk tidak mengatakan sangat dianjurkan. Memang ada juga ulama yang menafikan rukhsah bagi orang yang tinggalnya berdekatan denganmasjid.Artinya,sebagaimana yang telah disebut di muka, keringana hanya untuk orang yang jauh.

Namun bagi saya, rukhsah tetap diberikan. Namun bagi yang ingin shalat Jumat maka ia akan mendapatkan ganjaran yang lebih dari orang yang tidak melaksanakannya. Di dalam kaidah fikih ada penjelasan, ma kastura fi'luhu kastura ajruhu, Siapa yang banyak amalnya tentu lebih banyak ganjarannya.

Oleh sebab itu, bagi orang-orang yang ingin mendapatkan pahala lebih banyak plus dengan silaturrahim yang terus berlanjut, maka shalat Jumat menjadi lebih baik. Lagi pula, jika kita tidak melakukan aktifitas yang penting pada hari Jum'at, bukankah shalat Jumat jauh lebih baik.

Bagi orang yang kebetulan pada hari Jumat ini melakukan perjalanan ke berbagai tempat, misalnya mengunjungi sanak famili, maka kepadanya diberikan alternatif, memilih apakah akan tetap melaksanakan shalat Jumat atau memanfaatkan rukhsah(keringanan) yangdiberikanAllah.

Semuanya tetap membawa maslahat karena sesungguhnya syariat Allah apapun bentuknya pasti mengandung kebaikankebaikan di dalamnya? Wallau a'lam bi alshawab.

Penulis Koordinator Tim Penulis Tafsir Al- Qur'an Al-Karim Karya Ulama Tiga Serangkai.
(dat03)

--~--~---------~--~----~------------~-------~--~----~
-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-
Serulah kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik
dan bantahlah mereka dengan cara yang lebih baik. -Qs. 16 an-Nahl :125

Berilah mereka pelajaran, dan katakanlah kepada mereka perkataan yang berbekas pada jiwa mereka. -Qs. 4 an-Nisa' : 63

Gabung : Milis_Iqra-subscribe@googlegroups.com
  Keluar : Milis_Iqra-unsubscribe@googlegroups.com
  Situs 1 : http://groups.google.com/group/Milis_Iqra
     Mod : moderator.milis.iqra@gmail.com
-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-
-~----------~----~----~----~------~----~------~--~---

[Milis_Iqra] Re: Sayyidina Muhammad atau Muhammad 'doang'?

Saya berputar-putar ? Hmm kata2 yang sudah amat sering ditampilkan di
MI ini yg diucapkan ketika ada lawan diskusinya yg tidak mau menjawab
pertanyaannya.
Sudah saya bilang, saya tidak akan menjawab hadis yang mas Arman tulis
di postingan yg telah lalu.
Ada salah seorang komentar dari salah satu situs, yg ada hubungannya
dgn hal ini. Isinya :

Bagi para komentator yang melarang Lafadz "Sayyidina" kepada Nabi
Muhammad, apakah anda sudah mentakhrij secara detail sanad dan matn
hadis tersebut, dan tolong ketika mentakhrij jangan hanya satu kitab
rijalul hadis saja tapi berbagai kitab, karena tidak menutup
kemungkinan seseorang memandang para perawi hadis berbeda-beda baik
dari sisi (tsiqah, dhabit, syadz) setelah anda selesai dapat
menyimpulkan kualitas sanadnya, maka tugas anda meneliti "matn"nya,
jangan sampai bertentangan dengan kaedah bahasa arab itu sendiri,
karena benar yang dikatakan oleh KH.Muhyiddin, matn tentang larangan
mengucapkan kata sayyidina bertentangan dengan gramatika bahasa Arab.

Yang menyimpulkan orang lain lebih pintar dari rasul, bukan saya lho.


--~--~---------~--~----~------------~-------~--~----~
-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-
Serulah kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik
dan bantahlah mereka dengan cara yang lebih baik. -Qs. 16 an-Nahl :125

Berilah mereka pelajaran, dan katakanlah kepada mereka perkataan yang berbekas pada jiwa mereka. -Qs. 4 an-Nisa' : 63

Gabung : Milis_Iqra-subscribe@googlegroups.com
Keluar : Milis_Iqra-unsubscribe@googlegroups.com
Situs 1 : http://groups.google.com/group/Milis_Iqra
Mod : moderator.milis.iqra@gmail.com
-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-
-~----------~----~----~----~------~----~------~--~---

[Milis_Iqra] Re: JANGAN MENGUCAPKAN SAYYIDINA DALAM SHOLAT !

Para ulama sepakat (ittifaq) diperbolehkannya menambahkan lafadz
'sayyidina' yang artinya tuan kita, sebelum lafadz Muhammad. Namun
mengenai yang lebih afdhol antara menambahkan lafadz sayyidina dan
tidak menambahkannya para ulama berbeda pendapat.

Syeikh Ibrahim Al-Bajuri dan Syeik Ibnu Abdis Salam lebih memilih
bahwa menambahkan lafadz sayyidina itu hukumnya lebih utama, dan
beliau menyebutkan bagian ini melakukan adab atau etika kepada Nabi.
Beliau berpijak bahwa melakukan adab itu hukumnya lebih utama dari
pada melakukan perintah (muruatul adab afdholu minal imtitsal) dan ada
dua hadits yang menguatkan ini.

Yaitu hadits yang menceritakan sahabat Abu Bakar ketika diperintah
oleh Rasulullah mengganti tempatnya menjadi imam shalat subuh, dan ia
tidak mematuhinya. Abu bakar berkata:

مَا كَانَ لِابْنِ أَبِيْ قُحَافَةَ أَنْ يَتَقَدَّمَ بَيْنَ يَدَيْ
رَسُوْلِ اللهِ

Tidak sepantasnya bagi Abu Quhafah (nama lain dari Abu Bakar) untuk
maju di depan Rasulullah.

Yang kedua, yaitu hadits yang menceritakan bahwa sahabat Ali tidak mau
menghapus nama Rasulullah dari lembara Perjanjian Hudaibiyah. Setelah
hal itu diperintahkan Nabi, Ali berkata

لَا أمْحُو إسْمَكَ أَبَدُا

Saya tidak akan menghapus namamu selamanya.

Kedua hadits ini disebutkan dalam kitab Shahih Bukhori dan
Muslim.Taqrir (penetapan) yang dilakukan oleh Nabi pada ketidakpatuhan
sahabat Abu Bakar dan ali yang dilakukan karena melakukan adab dan
tatakrama ini menunjukkan atas keunggulan hal itu.

Kata-kata "sayyidina" atau "tuan" atau "yang mulia" seringkali
digunakan oleh kaum muslimin, baik ketika shalat maupun di luar
shalat. Hal itu termasuk amalan yang sangat utama, karena merupakan
salah satu bentuk penghormatan kepada Nabi Muhammad SAW. Syeikh
Ibrahim bin Muhammad al-Bajuri menyatakan:

الأوْلَى ذِكْرُالسَّيِّادَةِ لِأنَّ اْلأَفْضَلَ سُلُوْكُ اْلأَدَ بِ

"Yang lebih utama adalah mengucapkan sayyidina (sebelum nama Nabi
SAW), karena hal yang lebih utama bersopan santun (kepada
Beliau)." (Hasyisyah al-Bajuri, juz I, hal 156).

Pendapat ini didasarkan pada hadits Nabi SAW:

عن أبي هريرةقا ل , قا ل ر سو ل الله صلي الله عليه وسلم أنَا سَيِّدُ
وَلَدِ آدَمَ يَوْمَ القِيَامَةِ وَأوَّلُ مَنْ يُنْسَقُّ عَنْهُ
الْقَبْرُ وَأوَّلُ شَافعٍ وأول مُشَافِعٍ


"Diriwayatkan dari Abu Hurairah RA ia berkata, Rasulullah SAW
bersabda, "Saya adalah sayyid (penghulu) anak adam pada hari kiamat.
Orang pertama yang bangkit dari kubur, orang yang pertama memberikan
syafaa'at dan orang yang pertama kali diberi hak untuk membrikan
syafa'at." (Shahih Muslim, 4223).

Hadits ini menyatakan bahwa nabi SAW menjadi sayyid di akhirat. Namun
bukan berarti Nabi Muhammad SAW menjadi sayyid hanya pada hari kiamat
saja. Bahkan beliau SAW menjadi sayyid manusia didunia dan akhirat.
Sebagaimana yang dikemukakan oleh sayyid Muhammad bin Alawi al-Maliki
al-Hasani:

"Kata sayyidina ini tidak hanya tertentu untuk Nabi Muhammad SAW di
hari kiamat saja, sebagaimana yang dipahami oleh sebagian orang dari
beberapa riwayat hadits 'saya adalah sayyidnya anak cucu adam di hari
kiamat.' Tapi Nabi SAW menjadi sayyid keturunan 'Adam di dunia dan
akhirat". (dalam kitabnya Manhaj as-Salafi fi Fahmin Nushush bainan
Nazhariyyah wat Tathbiq, 169)

Ini sebagai indikasi bahwa Nabi SAW membolehkan memanggil beliau
dengan sayyidina. Karena memang kenyataannya begitu. Nabi Muhammad SAW
sebagai junjungan kita umat manusia yang harus kita hormati sepanjang
masa.

Kalau anda sekalian mempunyai dalil yg disana tidak menyebutkan kata
"Sayyidina", lantas apakah ada larangannya utk mengucapkan sayyidina ?

Yang tidak make sense and rational adalah bedanya judul dgn isi.
Judulnya dlm sholat, isinya melebar kemana-mana
--~--~---------~--~----~------------~-------~--~----~
-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-
Serulah kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik
dan bantahlah mereka dengan cara yang lebih baik. -Qs. 16 an-Nahl :125

Berilah mereka pelajaran, dan katakanlah kepada mereka perkataan yang berbekas pada jiwa mereka. -Qs. 4 an-Nisa' : 63

Gabung : Milis_Iqra-subscribe@googlegroups.com
Keluar : Milis_Iqra-unsubscribe@googlegroups.com
Situs 1 : http://groups.google.com/group/Milis_Iqra
Mod : moderator.milis.iqra@gmail.com
-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-
-~----------~----~----~----~------~----~------~--~---

[Milis_Iqra] Re: Sayyidina Muhammad atau Muhammad 'doang'?

2009/11/26 andy wahyudi <packetsnuke@gmail.com>

Yap. Sepakat.
Misal kita punya ayah bernama : Rahmat.
Mosok mau panggil nama 'Rahmat', bukan 'Pak', 'Bapak', 'Abi', 'Daddy'
atau 'Father'.
Ya begitulah kita umat muslim dalam menghormati & menghargai Nabi-nya.
Allah saja menjunjung Rasul saw.
Apalagi kita...

jadi, sebutan tsb digunakan karena dimisalkan dengan penghormatan kita ke orang tua ya,
bukan karena dalil ?
 

--~--~---------~--~----~------------~-------~--~----~
-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-
Serulah kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik
dan bantahlah mereka dengan cara yang lebih baik. -Qs. 16 an-Nahl :125

Berilah mereka pelajaran, dan katakanlah kepada mereka perkataan yang berbekas pada jiwa mereka. -Qs. 4 an-Nisa' : 63

Gabung : Milis_Iqra-subscribe@googlegroups.com
  Keluar : Milis_Iqra-unsubscribe@googlegroups.com
  Situs 1 : http://groups.google.com/group/Milis_Iqra
     Mod : moderator.milis.iqra@gmail.com
-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-
-~----------~----~----~----~------~----~------~--~---

[Milis_Iqra] Re: Sayyidina Muhammad atau Muhammad 'doang'?

Kok Mas Hendy selalu berputar ditempat yang sama dan tidak menjawab apa yang saya tanyakan seputar ajaran dari Rasulullah secara langsung mengenai bershalawat kepada beliau ?

Apakah menurut mas Hendy, semua orang diluar Rasul itu lebih baik dan lebih pintar daripada Rasul sendiri sehingga ketika Rasul mengajarkan kita bershalawat dengan tanpa "sayyidina" bisa kita mentahkan dengan mengacu pada ulama anu dan ulama anu yang mengatakan sebaliknya ?

Pertanyaan saya bahwa Mas Hendy tolong tunjukkan pada saya satu (1) saja dalilnya dimana Rasulullah Muhammad mengajarkan shalawat kepada beliau Saw dengan menggunakan kata-kata "Sayyidina", belum mas Hendy jawab. Satu saja mas, tidak lebih.


2009/11/26 Ndy Ndy212 <nugraha212@gmail.com>
Sayyidina Muhammad atau Muhammad 'doang'? PDF Cetak E-mail
Selasa, 19 Agustus 2008
Jikalau anda perhatikan dalam beberapa kesempatan, baik dalam khutbah jum'at, ceramah Agama atau acara-acara Mimbar Agama Islam di TV, ada ustadz yang membaca Sayyidina Muhammad ada yang ..Muhammad saja. Apa landasan yang memakai "Sayyidina" dan apa alasan tidak memakai "sayyidina" ?

Atau ada yang mempermasalahkan penambahan Sayyidina ketika Tasyahud? Ada yang menuduh Bid'ah, dan sebagainya. Sebenarnya apaan sih itu ?

Sayyidina itu dalam bahasa Arab berasal dari Sayyid atau Sir (dalam bahasa Inggris)
Dalam Kitab I'anatut Thalibin- Syeikh Bakri Dimyathi juga dalam Hasyisyah al-Bajuri, juz I, hal 156 disebutkan: 

اْلاَوْلىَ ذَكَرَ السَّياَدَةُ، لِأَنَّ اْلاَفْضَلَ سُلُوْكُ اْلأَدَ بِ.
Adalah lebih baik mengucapkan 'sayyidina" sebelum nama (Nabi Muhammad), karena yang afdhal adalah bersopan santun kepada Nabi Muhammad  

Pendapat ini didasarkan pada hadits Nabi :
عَنْ أَبيِ هُرَيْرَةَ قاَلَ , قَالَ رَسُولُ اللَّهِ أنَا سَيِّدُ وَلَدِ آدَمَ يَوْمَ القِيَامَةِ وَأوَّلُ مَنْ يُنْسَقُّ عَنْهُ الْقَبْرُ وَأوَّلُ شَافعٍ وأول مُشَافِعٍ
"Diriwayatkan dari Abu Hurairah RA ia berkata, Rasulullah SAW bersabda, "Saya adalah sayyid (penghulu) anak adam pada hari kiamat. Orang pertama yang bangkit dari kubur, orang yang pertama memberikan syafaa'at dan orang yang pertama kali diberi hak untuk memberikan syafa'at." (Shahih Muslim, 4223).

Ini dasar/dalil bahwa Nabi membolehkan memanggil beliau dengan sayyidina. Karena memang kenyataannya begitu. Nabi Muhammad sebagai junjungan kita umat manusia yang harus kita hormati sepanjang masa.

Bagaimana hukumnya membaca shalawat Ibrahimiyah dalam bacaan Tasyahhud ditambah dengan "sayyidina" sebelum kata "Muhammad"?

Syeikh Syihabuddin al Qalyubi, berkata: 
نَعَمْ لَا يَضُرُّ زِيَادَةُ مِيمٍ فِي عَلَيْك ، وَلَا يَاءِ نِدَاءٍ قَبْلَ أَيُّهَا ، وَلَا وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ بَعْدَ أَشْهَدُ أَنْ لَا إلَهَ إلَّا اللَّهُ لِوُرُودِهَا فِي رِوَايَةٍ كَمَا قَالَهُ شَيْخُنَا ، وَلَا زِيَادَةُ عَبْدِهِ مَعَ رَسُولِهِ ، وَلَا زِيَادَةُ سَيِّدِنَا قَبْلَ مُحَمَّدٍ هُنَا وَفِي الصَّلَاةِ عَلَيْهِ الْآتِيَةِ ، بَلْ هُوَ أَفْضَلُ لِأَنَّ فِيهِ مَعَ سُلُوكِ الْأَدَبِ امْتِثَالَ الْأَمْرِ
Ya, Tidak merusakkan bacaan Tasyahud dengan menambah huruf "mim", pada "alaika", begitu juga menambah "ya" sebelum "ayyuha" begitu juga membaca " Wahdahu la-syarikalah" sesudah " Ashadu an Laa ilaha Illallah" begitu juga menambah "abduhu" sebelum "wa rasuluhu" begitu pula menambah "sayyidina" sebelum nama Muhammad (dalam tasyahud atau dalam shalawat), membaca sayyidina lebih afdhal karena dalam membaca "sayyidina" itu kita sudah menjalankan perintah Nabi sekaligus memuliakan dan menghormati Nabi. 

Syeikh Ar Ramly, berkata dalam Syarh al Minhaj:
قاَلَ الَرَّمْليِ فيِ شَرْحِ اْلمِنْهاَجْ: وَأَكْمَلُ الصَّلاَةُ عَلىَ النَّبيِ وَأَفْضَلُهاَ سَوَاءً فيِ الصَّلاَةَ وَخاَرِجِهاَ كَماَ نَصْ عَلىَ ذَلِكَ: اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدناَ مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِ سَيِّدناَ مُحَمَّدٍ ، كَمَا صَلَّيْتَ على سَيِّدناَ إِبْرَاهِيمَ وَ عَلَى آلِ سَيِّدناَ إِبْرَاهِيمَ، وَبارِكْ عَلَى سَيِّدناَ مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِ سَيِّدناَ مُحَمَّدٍ ، كَمَا بارَكْتَ عَلَى سَيِّدناَ إِبْرَاهِيمَ وَ عَلَى آلِ سَيِّدناَ إِبْرَاهِيمَ فِى اْلعَالَمِينَ إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ‏"
Dan Shalawat atas Nabi yang sempurna dan lebih afdhal, juga sama dengan shalawat yang dibaca dalam Shalat sebagaimana nash :  
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدناَ مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِ سَيِّدناَ مُحَمَّدٍ ، كَمَا صَلَّيْتَ على سَيِّدناَ إِبْرَاهِيمَ وَ عَلَى آلِ سَيِّدناَ إِبْرَاهِيمَ، وَبارِكْ عَلَى سَيِّدناَ مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِ سَيِّدناَ مُحَمَّدٍ ، كَمَا بارَكْتَ عَلَى سَيِّدناَ إِبْرَاهِيمَ وَ عَلَى آلِ سَيِّدناَ إِبْرَاهِيمَ فِى اْلعَالَمِينَ إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ‏"


Ada sebagaian kelompok dalam ummat islam yang "melarang/mengharamkan" atau menghukumi sebagai bid'ah dhalalah bagi orang yang menambahi kata "sayyidina" dalam tasyahud ketika shalat sebagaimana hadits :
لَا تُسَيِّدُونِي فِي الصَّلَاةِ
 "Janganlah kalian mengucapakan sayyidina kepadaku di dalam shalat"

وَحَدِيثُ { لَا تُسَيِّدُونِي فِي الصَّلَاةِ } بَاطِلٌ لَا أَصْلَ لَهُ كَمَا قَالَهُ بَعْضُ مُتَأَخِّرِي الْحُفَّاظِ وَقَوْلُهُ الْأَفْضَلُ الْإِتْيَانُ بِلَفْظِ السِّيَادَةِ أَشَارَ إلَى تَصْحِيحِهِ .
Tapi ternyata kelompok yang membid'ahkan itu keliru/salah, karena hadits tersebut "bathil" /"la ashla lahu" dan maudhu' sebagaimana dalam kitab: Asnal Mathalib (أسنى المطالب) dalam Bab 15 Rukun Shalat; Tuhfat Muhtaj (تحفة المحتاج في شرح المنهاج); Hasyiyah al Jamal (حاشية الجمل)dalam Bab Sifat Shalat, dan Hasyiyah al Bujairimy(حاشية البجيرمي على المنهج ) dalam Bab Menghadap ke Kiblat dalam Shalat

Disamping itu,secara gramatika bahasa Arab, susunan kata-katanya ada yang tidak sinkron. Dalam bahasa Arab tidak dikatakan سَادَ- يَسِيْدُ , akan tetapi سَادَ -يَسُوْدُ , Sehingga tidak bisa dikatakan لَاتُسَيِّدُوْنِي 

So...kalau publik dan kerajaan Inggris memberi gelar kepada pelatih MU – Alex Ferguson dengan tambahn ' Sir 'di depan namanya sebagai penghormatan, lah…kira-kira ketika memanggil panutan kita Nabi Besar Muhammad SAW kok ..hanya Muhammad saja, apa ya pantas ?? (gus arifin)







--
Salamun 'ala manittaba al Huda



ARMANSYAH

--~--~---------~--~----~------------~-------~--~----~
-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-
Serulah kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik
dan bantahlah mereka dengan cara yang lebih baik. -Qs. 16 an-Nahl :125

Berilah mereka pelajaran, dan katakanlah kepada mereka perkataan yang berbekas pada jiwa mereka. -Qs. 4 an-Nisa' : 63

Gabung : Milis_Iqra-subscribe@googlegroups.com
  Keluar : Milis_Iqra-unsubscribe@googlegroups.com
  Situs 1 : http://groups.google.com/group/Milis_Iqra
     Mod : moderator.milis.iqra@gmail.com
-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-
-~----------~----~----~----~------~----~------~--~---

[Milis_Iqra] Re: Terjemahan al-kitabkah yang direvisi? [to Rizal] : was Re: Sejarah Nabi Isa Al-Masih A.s

kok ya masih dipake juga tuh ayat2 yang banyak kontradiksinya pak.


From: rizal lingga <nyomet123@yahoo.com>
To: milis_iqra@googlegroups.com
Sent: Sat, November 14, 2009 3:19:31 PM
Subject: [Milis_Iqra] Re: Terjemahan al-kitabkah yang direvisi? [to Rizal] : was Re: Sejarah Nabi Isa Al-Masih A.s

Maaf saya tidak bisa menuliskan huruf aslinya, jadi saya latinkan saja Markus 9:29 itu.dari Perjanjian baru Interlinear Jilid I , penerbit LAI tahun 2004, hlm 236

Kai einen autois (lalu Ia berkata kepada mereka) touto to genos (ini - jenis) en oudeni dunatai ( {tiada cara} - dapat ) exelthein  ei un en proseukhe (mengeluarkan{nya} kecuali dengan doa .
Demikianlah Arman, kalimat aslinya.


--- On Sat, 11/14/09, Armansyah <armansyah.skom@gmail.com> wrote:

From: Armansyah <armansyah.skom@gmail.com>
Subject: [Milis_Iqra] Re: Terjemahan al-kitabkah yang direvisi? [to Rizal] : was Re: Sejarah Nabi Isa Al-Masih A.s
To: milis_iqra@googlegroups.com
Date: Saturday, November 14, 2009, 8:45 AM

My Friend, jawaban anda pada Sdr. Heriyadi masih ada korelasinya dengan pertanyaan saya pada posting khusus yang anda jawab agar saya sabar menunggu dengan tenang jawabannya. Praktis bahwa jawaban anda pada Sdr. Heriyadi sama sekali belum menjawab apapun karena saya meminta jawaban anda secara ilmiah dan jujur sehingga segala sesuatunya bisa kita pertanggung jawabkan.


2009/11/13 rizal lingga <nyomet123@yahoo.com>
Naskah aslinya tetap mengatakan hal yang sama, bahwa berdoa itu penting. Dalam terjemahan, cara mengatakannya yang berbeda. Sekali lagi, tak ada revisi doktriner dalam naskah aslinya, yang ada hanyalah beberapa versi kalimat yang mengatakan hal yang sama dengan cara yang berbeda.

--- On Thu, 7/16/09, Heriyadi Heriyadi <Heriyadi.Heriyadi@id.flextronics.com> wrote:

From: Heriyadi Heriyadi <Heriyadi.Heriyadi@id.flextronics.com>
Subject: [Milis_Iqra] Re: Terjemahan al-kitabkah yang direvisi? [to Rizal] : was Re: Sejarah Nabi Isa Al-Masih A.s
To: Milis_Iqra@googlegroups.com
Date: Thursday, July 16, 2009, 7:57 AM

Kalau begitu bung Rizal, naskah aslinya mengatakan seperti apa?

 

 


From: Milis_Iqra@googlegroups.com [mailto: Milis_Iqra@googlegroups.com ] On Behalf Of rizal lingga
Sent: Wednesday, July 15, 2009 7:30 PM
To: Milis_Iqra@googlegroups.com
Subject: [Milis_Iqra] Re: Terjemahan al-kitabkah yang direvisi? [to Rizal] : was Re: Sejarah Nabi Isa Al-Masih A.s

 

Sdr Armansyah,
Anda tahu bahwa setiap penterjemahan tidak bisa tidak akan masuk kedalam penafsiran makna. Dan setiap version Bible masa kini mempunyai misi dan tujuannya masing-masing, dan karena itu cara redaksi penterjemah akan saling berbeda dalam mengartikan suatu kata atau kalimat. Maka yang terbaik tetaplah: BACA NASKAH ASLINYA.
Yang dibawah komentar anda, yang penting adalah bahwa BERDOA itu PENTING, bagaimanapun cara penterjemah mengatakan menurut versi mereka masing-masing. Perbezaan itu adalah dalam cara mengatakan dan mengartikan, namun bukanlah dari segi perbezaan doktriner, seperti misalnya ada perubahan dalam pemberitaan kebangkitan Kristus dari kematian. Dalam hal ini semua versi mengatakan hal yang sama, bagaimana berbedanya cara mereka membahasakannya.

Yang pasti, tak ada versi yang mengatakan bahwa Yudas diubah jadi seperti Yesus, seperti yang banyak dari kalian menyakininya. Tak ada versi yang mengatakan bahwa Parakletos (Holy Spirit) itu adalah Ahmad. Dahn tak ada versi yang mengatakan bahwa Yesus itu sholat, seperti yang Injil Barnabas mengatakannya.
  


--- On Sun, 7/12/09, Armansyah <armansyah.skom@gmail.com> wrote:


From: Armansyah <armansyah.skom@gmail.com>
Subject: [Milis_Iqra] Terjemahan al-kitabkah yang direvisi? [to Rizal] : was Re: Sejarah Nabi Isa Al-Masih A.s
To: " Milis_Iqra@googlegroups.com " <milis_iqra@googlegroups.com>
Date: Sunday, July 12, 2009, 11:02 PM

From:Milis_Iqra@googlegroups.com  [mailto: Milis_Iqra@googlegroups.com  ] On Behalf Of rizal lingga
Sent: Tuesday, June 30, 2009 5:40 PM
To: Milis_Iqra@googlegroups.com
Subject: [Milis_Iqra] Re: Sejarah Nabi Isa Al-Masih A.s

Yang direvisi adalah TERJEMAHANNYA, BUKAN BAHASA ASLINYA. Hal ini disebabkan oleh karena bahasa manusia itu berkembang dinamis, sesudah 50 tahun, banyak kosa kata baru masuk dan kebalikannya banyak kosa kata lama tak dipakai lagi.

Test:
Kamu tahu artinya ARAKIAN? ini bahasa Indonesia lama.
Bahwasanya. Gelojoh. Berhobat/Hobatan. Pakal.
Ini sebagai contoh. Istilah2 ini dipakai di Alkitab terjemahan lama, dan karena kata2 tersebut sudah usang, maka Alkitab terjemahan baru diterbitkan tahun 1975.
yang direvisi adalah terjemahannya. Paham?

 

 

Basmalah

 

Arman :


Rizal, sekali lagi maaf menyela pembicaraan anda ...
Saya tertarik untuk menanyakan kasus terjemahan berikut ini ... bagaimana menurut anda ?

Injil karangan Markus pasal 9 ayat 29 yang bisa anda semua cek pula dari software e-Sword ( http://www.e-sword.net ), perhatikan yang saya beri tanda garis bawah dan tanda merah  :

 

(ASV)

And he said unto them, This kind can come out by nothing, save by prayer.

(BBE)

And he said to them, Nothing will make this sort come out but prayer.

(DRB)

 And he said to them: This kind can go out by nothing, but by prayer and fasting.

(ITB)

Jawab-nya kepada mereka: "Jenis ini tidak dapat diusir kecuali dengan berdoa."

(KJV+) And2532 he said2036 unto them,846 This5124 kind1085 can1410 come forth1831 by1722 nothing,3762 but1508 by1722 prayer4335 and2532 fasting.3521

(KJVA) And he said unto them, This kind can come forth by nothing, but by prayer and fasting.

(SVD) فَقَالَ لَهُمْ: «هَذَا الْجِنْسُ لاَ يُمْكِنُ أَنْ يَخْرُجَ بِشَيْءٍ إلاَّ بِالصَّلاَةِ وَالصَّوْمِ».

 

(The Scriptures '98) And He said to them, "It is impossible for this kind to come out except through prayer and fasting."

 

Tampak disana, beberapa terjemahan menyebutkan berdoa saja (prayer) tetapi dibeberapa terjemahan lain ada penambahan prayer and fasting atau berdoa dan berpuasa atau dalam kitab berbahasa Arabnya ditulis "Bissholati Wassaumi".; Perbedaan ini pasti salah satunya ada yang dikurangi atau salah satunya pasti ada yang ditambahkan !!!

 

Perbedaan ini mungkin dianggap enteng oleh sejumlah kalangan, tetapi harus di-ingat, berpuasa dan berdoa adalah hal yang berbeda ( dua syariat atau dua ajaran yang berbeda ) sehingga klaim bahwa ayat alkitab tidak pernah terdistorsi ajarannya buat saya sama sekali bohong besar, fakta yang bisa diakses oleh semua orang justru mengatakan sebaliknya.

Apakah ini cuma berbeda dalam penterjemahan ataukah pendistorsian terjemahan ?

 

 

 

 

Silahkan.,

 

Arman

 



--
Salamun 'ala manittaba al Huda



ARMANSYAH

 

Legal Disclaimer: The information contained in this message may be privileged and confidential. It is intended to be read only by the individual or entity to whom it is addressed or by their designee. If the reader of this message is not the intended recipient, you are on notice that any distribution of this message, in any form, is strictly prohibited. If you have received this message in error, please immediately notify the sender and delete or destroy any copy of this message





--
Salamun 'ala manittaba al Huda



ARMANSYAH

--~--~---------~--~----~------------~-------~--~----~
-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-
Serulah kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik
dan bantahlah mereka dengan cara yang lebih baik. -Qs. 16 an-Nahl :125

Berilah mereka pelajaran, dan katakanlah kepada mereka perkataan yang berbekas pada jiwa mereka. -Qs. 4 an-Nisa' : 63

Gabung : Milis_Iqra-subscribe@googlegroups.com
  Keluar : Milis_Iqra-unsubscribe@googlegroups.com
  Situs 1 : http://groups.google.com/group/Milis_Iqra
     Mod : moderator.milis.iqra@gmail.com
-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-
-~----------~----~----~----~------~----~------~--~---