Serulah kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang lebih baik. -Qs. 16 an-Nahl :125
Saturday, June 26, 2010
[Milis_Iqra] Imam Ali adalah Tolok Ukur di Masa Fitnah
Sumber : http://indonesian.irib.ir/index.php/berita/lintas-warta/23069-rahbar-imam-ali-adalah-tolok-ukur-di-masa-fitnah.html
Pemimpin Tertinggi Revolusi Islam Iran atau Rahbar, Ayatollah Al-Udzma Sayid Ali Khamenei menyatakan bahwa tidak ada kekuatan yang dapat menyimpangkan jalan yang sudah ditempuh bangsa Iran.
Ayatollah Al-Udzma Sayid Ali Khamenei, hari ini (Sabtu,26/6) dalam pidatonya pada peringatan Hari Kelahiran Imam Ali as, mengatakan, "Bangsa Iran telah menunjukkan langkah tetapnya di jalan menuju nilai-nilai luhur Islam. Bangsa ini juga akan menjaga langkahnya itu dengan izin Allah Swt."
Dalam pidatonya, Rahbar menegaskan bahwa kemajuan dan sederet keberhasilan bangsa Iran, serta slogan-slogan Islam yang terus dipertahankan di negara ini, berutang pada ketanggguhan dan kesadaran hati nurani rakyat. Beliau mengatakan, "Bangsa Iran, khususnya para pemuda, adalah penyandang hati nurani dan kebijakan. Mada depan negara ini miilik rakyat."
Lebih lanjut Rahbar menuturkan, "Debu dan polusi di periode fitnah membuat sejumlah tokoh terjebak pada kekeliruan dan kesalahan. Karena itu di masa fitnah, apa yang mesti dijadikan pijakan adalah tolak ukur yang disinggung oleh Imam Ali as seperti manajemen masyarakat Islam berlandaskan hukum Islam, sikap tegas terhadap para musuh yang melawan, pembatasan yang jelas dengan para musuh dan kewaspadaan atas tipu daya mereka. Itu semua adalah hal-hal yang kita perlukan saat ini.
Rahbar dalam kesempatan itu juga menyinggung skandal arogansi Barat, khususnya AS yang kian menjadi dan kian gigihnya bangsa Iran. Beliau mengatakan, "Masa kejayaan penjajah untuk mengancam dan melecehkan bangsa-bangsa semau mereka telah berlalu. Kini, Iran dikenal sebagai bangsa yang tangguh di dunia ini."
--
Salamun 'ala manittaba al Huda
ARMANSYAH
--
-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-
Serulah kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik
dan bantahlah mereka dengan cara yang lebih baik. -Qs. 16 an-Nahl :125
Berilah mereka pelajaran, dan katakanlah kepada mereka perkataan yang berbekas pada jiwa mereka. -Qs. 4 an-Nisa' : 63
Gabung : Milis_Iqra-subscribe@googlegroups.com
Keluar : Milis_Iqra-unsubscribe@googlegroups.com
Situs 1 : http://groups.google.com/group/Milis_Iqra
Mod : moderator.milis.iqra@gmail.com
-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-
[Milis_Iqra] orkut - pangeran lumut ingin Anda bergabung di orkut!
| ||||||||||||||||||
| ||||||||||||||||||
|
-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-
Serulah kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik
dan bantahlah mereka dengan cara yang lebih baik. -Qs. 16 an-Nahl :125
Berilah mereka pelajaran, dan katakanlah kepada mereka perkataan yang berbekas pada jiwa mereka. -Qs. 4 an-Nisa' : 63
Gabung : Milis_Iqra-subscribe@googlegroups.com
Keluar : Milis_Iqra-unsubscribe@googlegroups.com
Situs 1 : http://groups.google.com/group/Milis_Iqra
Mod : moderator.milis.iqra@gmail.com
-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-
Re: [Milis_Iqra] Mohon Bantuan: Cara Mengatasi Asam Lambung Berlebih
Saya juga punya pengalaman yang sama seperti istri mas Ayida..
Kalau tidak salah nama penyakitnya Gastrovaskuler bla..bla..bla... (GERP)
Gejalanya persis seperti yang mas jelaskan, sekitar dada dan perut sering berkeringat dan berujung rasa sakit pada ulu hati..saya pun telah berkonsultasi dengan Dokter spesialis tidak hanya satu orang...
Dahulu saya di suruh minum kapsul salut slaput oleh dokter spesialisnya, namun hanya beberapa bulan saja..
Alhamdulillah sekarang sudah sehat dan jika tidak membaca email dari mas Ayida...hampir saja saya lupa bahwa saya pernah mempunyai penyakit tersebut.
Sebetulnya penyakit tersebut datangnya memang dari kesalahan diri saya sendiri..., dahulu saya merokok dan sering tidur larut malam, sehingga sulit untuk bangun pagi (subuh)..
Saya sadari pengobatannya cukup sederhana, secara zahir saya menjalani diantaranya... berbekam, meminum madu dan habbats dan berpuasa, tapi yang terpenting yaitu bangun di pagi hari dan banyak meminum air putih... lalu secara bathin sering membaca Alqur'an di waktu pagi...burrika li ummatihi fii buhuriika (keberkahan umat ini ada pada bangun paginya)
Dari saya itu saja semoga lekas sembuh
Wassalam...2010/6/25 Ayida <abisayyida@gmail.com>
Assalamu alaikum warohmatulahi wa barokatuh,
Teman-teman sekalian barangkali ada yang tahu cara mengatasi asam
lambung yang berlebih dalam kedokteran istilahnya GERD. Keluhan:
- Dada sebelah kiri panas
- Perut perih, mual, kembung (seperti mag)
- Kalau habis BAB maaf (dubur dan perut terasa panas)
Isteri saya sudah lebih dari 2 bulan menderita sakit ini, sudah
berobat ke beberapa dokter dari umum, SpD, USG.... diberi obat:
Diagnosa pertama (typus):
thiamphenocol
omegdiare
paracetamol
Diagnosa kedua(typus +mag):
thiamphenocol
paracetamol
inpepsea
ranitidine
omeprazol
Dirawat di RS (3hari):
inpepsea
lansoprazol
obat mual (?)
belum kunjung sembuh..... sampai kami juga berobat alternatif disuruh
konsumsi:
madu barokah (madu+habbat+minyakzaitun) 2Xsehari pagi dan malam,
ektrak daun randu alas 3Xsehari
alhamdulillah agak membaik walaupun tiga hari membaik kemudian
memburuk lagi, begitu berulang. Barangkali dari teman2 semua ada yang
punya pengalaman yang sama
dan sudah sembuh mohon sharing disini...
Jazakumullahu khoiron katsiro
--
-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-
Serulah kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik
dan bantahlah mereka dengan cara yang lebih baik. -Qs. 16 an-Nahl :125
Berilah mereka pelajaran, dan katakanlah kepada mereka perkataan yang berbekas pada jiwa mereka. -Qs. 4 an-Nisa' : 63
Gabung : Milis_Iqra-subscribe@googlegroups.com
Keluar : Milis_Iqra-unsubscribe@googlegroups.com
Situs 1 : http://groups.google.com/group/Milis_Iqra
Mod : moderator.milis.iqra@gmail.com
-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-
--
-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-
Serulah kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik
dan bantahlah mereka dengan cara yang lebih baik. -Qs. 16 an-Nahl :125
Berilah mereka pelajaran, dan katakanlah kepada mereka perkataan yang berbekas pada jiwa mereka. -Qs. 4 an-Nisa' : 63
Gabung : Milis_Iqra-subscribe@googlegroups.com
Keluar : Milis_Iqra-unsubscribe@googlegroups.com
Situs 1 : http://groups.google.com/group/Milis_Iqra
Mod : moderator.milis.iqra@gmail.com
-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-
--
Poniman Atmokuncoro
PT Merten Intec Indonesia
MM2100 Industrial Town
Jl Sulawesi I blok E6 no.1
17520
--
-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-
Serulah kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik
dan bantahlah mereka dengan cara yang lebih baik. -Qs. 16 an-Nahl :125
Berilah mereka pelajaran, dan katakanlah kepada mereka perkataan yang berbekas pada jiwa mereka. -Qs. 4 an-Nisa' : 63
Gabung : Milis_Iqra-subscribe@googlegroups.com
Keluar : Milis_Iqra-unsubscribe@googlegroups.com
Situs 1 : http://groups.google.com/group/Milis_Iqra
Mod : moderator.milis.iqra@gmail.com
-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-
Re: [Milis_Iqra] Sekilas Perbedaan Prinsip Politik Sekte-sekte Syi'ah
Memang berat kalo urusan udah nyerempet ama pulitik mah...
bikin rakyat jadi nga' punya arah...
coba liat kita sekarang malah makin parah
mendingan kita mah cari yang mudah ajah lah
Bagamaina caranya supaya kita semua bisa dakwah
Supaya kita semua bisa menegakan Islam secara kaffah
Udah... jangan kita dengar para pulitikus mah
Mendingan kita baca dan kaji Al Qur'an dan As Sunnah.
Supaya kita semua mendapat Rahmat dan Pentujuk Allah...
wasalam.
On 6/26/10, Armansyah <armansyah.skom@gmail.com> wrote:
> Sekilas Perbedaan Prinsip Politik Sekte-sekte Syi'ah
>
> Oleh DR. Kamaluddin Nurdin Marjuni
>
> Dosen Aqidah Filsafat Universiti Sains Islam Malaysia
>
> Sumber :
> http://www.eramuslim.com/syariah/tsaqofah-islam/dr-kamaluddin-nurdin-marjuni-sekilas-perbedaan-prinsip-politik-sekte-sekte-syi-ah.htm
>
> Imamah (politik) merupakan faktor utama yang menyebabkan perselisihan di
> kalangan umat Islam sampai saat ini, sehingga terpecah belah ke berbagai
> aliran, sekte dan mazhab. Ini akibat konflik antar sekte Islam
> sepeninggalnya Nabi Saw ketika suksesi politik diadakan untuk merebut tampuk
> kepemimpinan.
>
> Dalam istilah Syi'ah, politik dinamakan (al-Imamah), dan istilah yang
> digunakan Sunni adalah (al-Khilafah), sedangkan pada zaman modern saat ini
> dikenal dengan istilah (ar-Ri,asah). Dalam pandangan politik Syi'ah
> dikatakan bahwa Imamah bukanlah masalah kepentingan pribadi yang diberikan
> kepada pilihan publik, akan tetapi adalah salah satu pilar agama atau
> asal-usul dan dasar perinsip agama (Arkan ad-Din) dimana iman seseorang
> tidaklah sempurna kecuali percaya dengan Imamah.
>
> Oleh karena itu, Imam Ali merupakan pelanjut Nabi Saw. yang sah dengan
> penunjukan langsung dari Nabi Saw. (bukannya Abu Bakar). Dan bagi mereka,
> kedudukan para Imam setara dengan kedudukan Nab Saw. Oleh sebab itu, Syi'ah
> dalam setiap kasus berpendirian bahwa hak politik adalah mutlak dimiliki
> oleh kalangan Ahlul Bait.
>
> Di sisi lain Sunni menyerukan suksesi berdasarkan seleksi dan konsensus yang
> dilakukan oleh rakyat yang diwakili oleh Ahlul Halli wa al-Aqdi dalam
> memilih kelayakan seorang pemimpin atau presiden.
>
> Yang menarik, terdapat golongan sy'iah yang merupakan bagian sekte Syi'ah
> yang moderat, yaitu Syi'ah zaidiyah. Sehingga sekte tersebut dikategorikan
> sebagai sekte yang paling dekat ke Sunni. Karena sekte ini dalam banyak hal
> tidak sependapat dengan Syi'ah pada umumnya. Mereka tidak setarakan posisi
> Imam seperti Nabi yang mempunyai sifat 'ismah (terpelihara dari dosa dan
> noda), dan Syi'ah Zaidiyah menganggap sama kedudukan semua manusia[1].
>
> Pada tulisan ini, penulis akan memaparkanSekilas tentang perbedaan antara
> faksi-faksi Syiah dalam masalah Politik (imamah), terutama Syiáh Zaidiyah,
> adapun asal-usul politiknya ditandai dengan beberapa hal berikut:
>
> Pertama:
> Menurut Syi'ah Zaidiyah boleh mengangkat seorang pemimpin sekalipun ada yang
> lebih layak darinya. Akan tetapi ide ini bukan aturan umum dalam sekte
> Syi'ah Zaidiyah, sebab kalau dimutlakkan maka akan gugur konsep revolusi
> (al-Khuruj).
>
> Teori tersebut diperkenalkan oleh Imam Zaid dengan tujuan membenarkan
> legitimasi Khalifah Abu Bakar, dan menggugurkan gugatan orang yang
> mencelanya. Oleh karena itu, setelah masa Imam Zaid, maka para pengikutnya
> mengubah konsep tersebut dengan mewajibkan memilih seorang pemimpin yang
> paling layak dari sekian calon pemimpin.
>
> Dan menurut mereka ada empat kelayakan dan kredibilitas yang mesti ada dalam
> diri seorang pemimpin, yaitu:
>
> 1. Memiliki keberanian untuk membela agama, dan tidak takut kepada
> siapapun kecuali Allah Swt.
> 2. Bersifat Zuhud di dunia ini dan hanya mengharapkan balasan akhirat
> semata.
> 3. Faham akan maslahat dan kepentingan rakyat dan agama.
> 4. Berjuang dengan pedang.
> 5. Barang siapa yang memiliki ciri khas diatas maka wajib didahulukan dan
> diangkat menjadi pemimpin umat [2].
>
> Kedua:
> Pemimpin mesti dari keturunan Fatimah, baik dari garis keturunan Hasan
> ataupun Husein [3]. Syi'ah Imamiyah dan Syi'ah Isma'ilyah hanya mengakui
> pemimpin yang berasal dari garis keturunan Husein saja [4]. Oleh karena itu
> pemimpin negara yang berasal dari keturunan Hasan tidak sah bagi keduanya.
>
> Tentunya ini masalah yang pelik dalam pemikiran politik Syi'ah, sehingga
> menjadi sengketa dan perseteruan utama antara mereka untuk merebut
> kekuasaan, dengan cara saling memfasikkan dan mengkafirkan satu sama lain
> hanya karena perbedaan garis keturunan ini.
>
> Namun pada kenyataannya, yang memotivasi Syi'ah Imamiyah dan Isma'iliyah
> untuk membatasi kelayakan pimpinan dari garis keturunan Husein saja
> disebabkan karena Imam Hasan mengundurkan diri dari suksesi yang terjadi
> antara dia dengan Muawiyah bin Abu Sufyan. Dalam sukesesi tersebut, Imam
> Hasan menyerahkan bulat-bulat tongkat kepemimpinan kepada Muawiyah bin Abu
> Sufyan tanpa dilakukan pemilihan.
>
> Karena peristiwa inilah yang menjadikan Syi'ah Imamiyah dan Syi'ah
> Isma'iliyah tidak memberikan kesempatan kepada garis keturunan Imam Hasan
> untuk menjadi pemimpin. Dan dengan peristiwa ini pulalah Syi'ah Isma'ilyah
> memunculkan teori politik baru yang tidak dikenal sebelumnya oleh aliran
> Syi'ah lain, yaitu: Imam tetap (al-Imam al-Mustaqir) dan Imam sementara
> (al-Imam al-Mustauda').
>
> Tujuan teori ini untuk menutupi kekosongan pimpinan dari garis keturunan
> Imam Ali ra. yang timbul akibat terdapat kecacatan pada urutan suksesi dalam
> serangkaian imam. Oleh karena itu, dalam asumsi Syi'ah Isma'iliyah Imam
> Hasan adalah imam sementara5 sebab ia melepaskan jabatannya.
>
> Ketiga:
> Syi'ah Zaidiyah mayoritas berpendapat bahwa imam itu tidak suci (ma'shum)
> tidak seperti Nabi Saw yang memiliki sifat ma'shum. Dan ini berbeda dengan
> ideologi Syi'ah Imamiyah dan Syi'ah Isma'iliyah yang menegaskan bahwa
> keseluruhan Imam-Imam Sy'iah suci (ma'shum) dari segala perbuatan dosa kecil
> ataupun besar, baik yang tersurat ataupun yang tersirat, sengaja atau tidak
> disengaja. Dan juga mereka harus terbebas dari kesalahan bahkan kelupaan dan
> kelalaian.
>
> Keempat:
> Syi'ah Zaidiyah mensyaratkan keabsahan seorang imam melalui revolusi
> (al-Khuruj) atau boleh kita istilahkan "revolusi pedang". Revolusi ini
> melambangkan perjuangan politik Syi'ah Zaidiyah dengan ketegaran dan
> ketegasan serta penuh keterbukaan. Berbeda dengan aliran Syi'ah lain, -
> seperti Imamiyah dan Ismaíliyah- di mana perjuangan mereka dengan cara
> tersembunyi dan terselubung, atau dikenal dengan konsep (Taqiyyah).
>
> Dengan sistem revolusi ini, Syiáh Zaidiyah tidak menjadikan Imam Ali bin
> al-Husein alias Zainal Abidin masuk dalam rangkaian Imam. Sementara Syiáh
> Imamiyah dan Ismaílyah menjadikan Ali bin al-Hesein sebagai bagian dari
> silsilah imam mereka.
>
> Konsep revolusi ini telah dirumuskan oleh pendiri Zaidiyah yaitu Imam Zaid,
> dan sekaligus diaplikasikan dalam kepemimpinannya sendiri untuk memberontak
> terhadap ketidakadiklan yang berlaku.
>
> Maka ia melancarkan revolusi politik terhadap pengusasa ketika itu, meskipun
> tindakan revolusi tersebut tidak mendapatkan support dari pihak keluarganya,
> seperti saudara kandungnya Muhammad Baqir, dan Muhammad bin al-Hanafiah.
>
> Kedua-duanya menasehati Imam Zaid mengenai bahaya yang akan dihadapinya bila
> ia meneruskan revolusi tersebut. Namun ia menolak nasehat tersebut, dan
> pergi ke luar untuk memberikan contoh kepada orang-orang yang ada di
> sekelilingnya.
>
> Tindakan ini mendapatkan reaksi berat dari Syiáh Imamiyah dan Syiáh
> Ismíliyah. Lalu mereka mengkritisi segala bentuk tindakan revolusi yang
> dilakukan oleh para pengikut Imam Zaid setelah kematiannya.
>
> Dapat dilihat, bahwa sikap revolusioner yang dilakukan oleh golongan Syiáh
> Zaidiyah dengan sendirinya menunjukkan bahwa seorang pemimpin atau kepala
> negara bukannya orang yang suci (Ma'shum) dan layak dikultuskan, yang tidak
> terlepas dari kesalahan dan dosa. Sementara bagi Syiáh Imamiyah dan Syiáh
> Ismaíliyah malah sebaliknya, Imam adalah simbol kesucian (Ma'shum).
>
> Maka sistem politik dan pemerintahan mereka dikenal dengan sistem Teokratis.
> Dan sistem ini telah dikenal sejak zaman mesir kuno, Yunani dan Rumania. Di
> mana seorang pemimpin negara dimata rakyat meruapakan simbol agama dan dunia
> sekaligus. Oleh karena itu, bentuk pemerintahan dibungkus dengan keagamaan
> yang terpatri dalam diri seorang raja.
>
> Ia dijadikan sebagai kekuasaan absolut yang tidak boleh dipertanyakan dalam
> bentuk apa pun. Tidak peduli apakah raja tersebut berlaku adil ataupun
> tidak. Apakah dia bijak,baik atau jahat. Kesemuanya tidak menjadi masalah,
> sebab keputusan yang dibuatnya menurut asumsi mereka adalah keputusan Ilahi
> semata.
>
> Dan konsep tersebut diadopsi oleh beberapa sistem pemerintahan yang mengaku
> diri Islam, dalam istilah yang dikenal dengan sistem "Teokrasi". Padahal
> agama Islam sendiri tidak demikian sistemnya, sebagaimana yang dijelaskan
> dalam firman Allah SWT:
>
> قُلْ إِنَّمَا أَنَا بَشَرٌ مِثْلُكُمْ يُوْحَى إِلَيَّ أنََمَا إَلَهُكُمْ
> إِلَهٌ وَاحِدٌ فَاسْتَقِيْمُوا إِلَيْهِ وَاسْتَغْفِرُوْهُ وَوَيْلٌ
> لِلْمُشْرِكِيْنَ
>
> Yang artinya:
> (Katakanlah:"Bahwasanya aku hanyalah seorang manusia seperti kamu,
> diwahyukan kepadaku bahwasanya Tuhan kamu adalah Tuhan Yang Maha Esa, maka
> tetaplah pada jalan yang lurus menuju kepada-Nya dan mohonlah ampun
> kepada-Nya.Dan kecelakaan yang besarlah bagi orang-orang yang
> mempersekutukan-Nya"), -Fushshilat: 6-
>
> Namun sangat disayangkan, penetrasi sistem Teokrasi ini lebih dalam daripada
> penetrasi sistem agama Islam.
>
> Kelima:
> Syiáh Zaidiyah membolehkan adanya dua pemimpin utama dalam masa dan waktu
> yang sama. Hal ini dibolehkan karena sesuai dengan keperluan zaman. Yaitu
> meluasnya daerah kekuasaan Islam yang terbentang ketika itu dari wilayah
> Samarqand sampai Spanyol dan selatan Prancis. Dan pandangan ini berlawanan
> dengan Syiáh Imamiyah dan Syiáh Isma'ilyah. Karena mereka hanya membolehkan
> adanya satu Imam dalam setiap masa.
>
> Dari uraian diatas nampak jelas keunikan sistem politik Syiáh Zaidiyah
> dibandingkan aliran Syiáh imamiyah dan Syi'ah Ismaíliyah. Di mana
> pengangkatan seorang Imam dilakukan dengan jalan suksesi, yang dalam era
> politik sekarang dikenal dengan sistem "demokrasi", yang dilandaskan atas
> konsep revolusi (al-Khuruj). Hal ini yang memotivasi Syíah Zaidiyah menolak
> "Taqiyyah," yaitu perinsip perjuangan politik Syiáh Imamiyah dan Syi''ah
> Ismaíliyah yang terselubung dan sembunyi.
>
> Tercatat dalam sejarah politik Islam, Syiáh dari berbagai aliran dan
> sektenya selalu menjadi partai oposisi, akan tetapi metode yang digunakan
> oleh masing-masing aliran tersebut bervariasi antara satu sama lain. Syi'ah
> Zaidiyah memilih oposisi dengan caranya sendiri, yaitu dengan secara nyata
> dan terang. Namun aliran Syiáh Imamiyah dan Syiáh isma'iliyah lebih memilih
> berjuang secara rahasia melalui konsepnya "at-Taqiyyah".
>
> Catatan:
>
> [1] Imam Yahya bin Hamzah al-'Alawi, al-Ifham Liafidat al-Bathiniyah
> at-Thugam, hal: 60.
>
> [2] DR. Kamaluddin Nurdin Marjuni, al-Firaq as-Syi'iayyah Wa Ushuluha
> as-Siyasiyah, hal: 3. Universiti Sains Islam Malaysia. 2009.
>
> [3] Abu al-Qasim Muhammad al-Hautsi, al-Mau'idhah al-Hasnah, hal: 104.
> Muhammad bin Hasan ad-Daylami, Qawa'id 'Aqaaid Aali Muhammad, hal: 49.
>
> [4] Al-Qadhi an-Nu'man, Da'aim al-Islam, 1/37-38. ad-Da'i Ali Bin Walid,
> Damighu al-Bathil, 2/18. ad-Da'i Idris 'Imaduddin, Kitab Zahru al-Ma'ani,
> hal: 183.
>
> [5] Imam sementara dalam istilah syi'ah Isma'iliyah Bathiniyah dinamakan:
> (al-Imam al-Mustauda'), sedangkan imam tetap adaalah (Imam al-Mustaqir).
>
> --
> Salamun 'ala manittaba al Huda
>
>
>
> ARMANSYAH
>
> --
> -=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-
> Serulah kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik
> dan bantahlah mereka dengan cara yang lebih baik. -Qs. 16 an-Nahl :125
>
> Berilah mereka pelajaran, dan katakanlah kepada mereka perkataan yang
> berbekas pada jiwa mereka. -Qs. 4 an-Nisa' : 63
>
> Gabung : Milis_Iqra-subscribe@googlegroups.com
> Keluar : Milis_Iqra-unsubscribe@googlegroups.com
> Situs 1 : http://groups.google.com/group/Milis_Iqra
> Mod : moderator.milis.iqra@gmail.com
> -=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-
--
-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-
Serulah kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik
dan bantahlah mereka dengan cara yang lebih baik. -Qs. 16 an-Nahl :125
Berilah mereka pelajaran, dan katakanlah kepada mereka perkataan yang berbekas pada jiwa mereka. -Qs. 4 an-Nisa' : 63
Gabung : Milis_Iqra-subscribe@googlegroups.com
Keluar : Milis_Iqra-unsubscribe@googlegroups.com
Situs 1 : http://groups.google.com/group/Milis_Iqra
Mod : moderator.milis.iqra@gmail.com
-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-
Re: [Milis_Iqra] Diambil dari salafy: Ahlus Sunnah Wal Jama’ah Menjaga Ukhuwwah (Persaudaraan) Sesama Mukminin
Mas Wawan,Mungkin ada penjelasan lebih lanjut soal memenuhi undangan?undangan bagaimana yang harus dihadiri dan bagaimana yang tidak boleh dihadiri?atau semua undangan harus dihadiri? :-)terimakasih//Whe~en
On 6/25/10, wawan wahyu <wawan.wahyu@gmail.com> wrote:--Ahlus Sunnah Wal Jama'ah Menjaga Ukhuwwah (Persaudaraan) Sesama MukmininAl-Ustadz Yazid bin Abdul Qadir JawasAhlus Sunnah wal Jama'ah menjaga ukhuwwah (persaudaraan) sesama Mukminin dan seolah mereka itu seperti satu tubuh, bila yang satu sakit, maka yang lainnya pun ikut merasakan sakit juga.
Rasulullah صلی الله عليه وسلم bersabda:
اَلْمُؤْمِنُ لِلْمُؤْمِنِ كَالْبُنْيَانِ يَشُدُّ بَعْضُهُ بَعْضًا.
"Seorang Mukmin dengan Mukmin lainnya seperti satu bangunan yang tersusun rapi, sebagiannya menguatkan sebagian yang lain." Dan beliau merekatkan jari-jemarinya. [1]
Rasulullah صلی الله عليه وسلم pun pernah bersabda:
مَثَلُ الْمُؤْمِنِينَ فِي تَوَادِّهِمْ وَتَرَاحُمِهِمْ وَتَعَاطُفِهِمْ، مَثَلُ الْجَسَدِ إِذَا اشْتَكَى مِنْهُ عُضْوٌ تَدَاعَى لَهُ سَائِرُ الْجَسَدِ بِالسَّهَرِ وَالْحُمَّى.
"Perumpamaan kaum Mukminin dalam cinta-mencintai, sayang-menyayangi dan bahu-membahu, seperti satu tubuh. Jika salah satu anggota tubuhnya sakit, maka seluruh anggota tubuhnya yang lain ikut merasakan sakit juga, dengan tidak bisa tidur dan demam." [2]
Di antara hak-hak seorang Muslim yang harus dipenuhi oleh saudaranya sesama Muslim adalah:
1. Apabila berjumpa, mengucapkan salam.
2. Apabila diundang, maka dipenuhi undangannya.
3. Apabila meminta nasihat, maka dinasihati.
4. Apabila bersin dan mengucapkan: "Alhamdulillaah," maka dido'akan dengan mengucapkan: "Yarhamukallaah (semoga Allah merahmatimu)."
5. Apabila sakit, hendaknya dijenguk.
6. Apabila meninggal dunia, maka diantarkan jenazahnya.
Rasulullah صلی الله عليه وسلم bersabda:
خَمْسٌ تَجِبُ لِلْمُسْلِمِ عَلَى أَخِيْهِ: رَدُّ السَّلاَمِ، وَتَشْمِيْتُ الْعَاطِسِ، وَإِجَابَةُ الدَّعْوَةِ، وَعِيَادَةُ الْمَرِيْضِ، وَاتِّبَاعُ الْجَنَائِزِ.
"Lima hak yang harus ditunaikan seorang Muslim atas saudara Muslim lainnya: (1) menjawab salam, (2) bertasymit saat ia bersin, [3] memenuhi undangannya, (4) menjenguk ketika ia sakit, dan (5) mengantar jenazahnya." [4]
7. Apabila mengalami kesulitan, maka diberikan bantuan.
8. Senantiasa memudahkan urusannya.
9. Senantiasa menutupi aibnya.
Rasulullah صلی الله عليه وسلم bersabda:
مَنْ نَفَّسَ عَنْ مُؤْمِنِ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ الدُّنْيَا نَفَّسَ اللهُ عَنْهُ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ، وَمنْ يَسَّرَ عَلَى مُعْسِرٍ يَسَّرَ اللهُ عَلَيْهِ فِي الدُّنْيَا وَاْلآخِرَةِ، وَمَنْ سَتَرَ مُسْلِمًا سَتَرَهُ اللهُ فِي الدُّنْيَا وَاْلآخِرَةِ، وَاللهُ فِي عَوْنِ الْعَبْدِ مَا كَانَ الْعَبْدُ فِي عَوْنِ أَخِيْهِ.
"Barangsiapa menghilangkan satu kesulitan seorang Mukmin dari kesulitan-kesulitan dunia, maka Allah akan menghilangkan kesulitan darinya dari kesulitan-kesulitan di hari Kiamat. Dan barangsiapa memudahkan urusan seorang Mukmin, maka Allah akan memudahkan urusannya di dunia dan akhirat. Dan barangsiapa yang menutupi aib seorang Muslim, maka Allah akan menutupi aibnya di dunia dan akhirat. Allah akan senantiasa menolong hamba-Nya selama hamba itu menolong saudaranya." [5]
Ahlus Sunnah menganjurkan tolong-menolong sesama kaum Muslimin dalam kebaikan dan taqwa berdasarkan timbangan syari'at, bukan timbangan para pengikut hawa nafsu dan ahli bid'ah.
Sebagaimana firman Allah سبحانه و تعالى
"Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan taqwa, dan janganlah tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran."[ Al-Maa-idah: 2]
[Disalin dari kitab Syarah Aqidah Ahlus Sunnah Wal Jama'ah, Penulis Yazid bin Abdul Qadir Jawas, Penerbit Pustaka Imam Asy-Syafi'i, PO BOX 7803/JACC 13340A. Cetakan Ketiga Jumadil Awwal 1427H/Juni 2006M]
_________
Foote Note
[1]. HR. Al-Bukhari (no. 481, 2446, 6026), Muslim (no. 2585) dan at-Tirmidzi (no. 1928), dari Sahabat Abu Musa al-Asy'ari رضي الله عنه
[2]. HR. Al-Bukhari (no. 6011), Muslim (no. 2586) dan Ahmad (IV/270), dari Sahabat an-Nu'man bin Basyir رضي الله عنه, lafazh ini milik Muslim.
[3]. Yakni mengucapkan: "Yarhamukallaah (semoga Allah memberikan rahmat-Nya kepadamu)," ketika saudaranya bersin seraya mengucapkan: "Alhamdulillaah."
[4]. HR. Muslim (no. 2162).
[5]. HR. Muslim (no. 2699), lihat Taudhiihul Ahkaam (no. 1276).
Whe~en
http://wheen.blogsome.com/
"Tuhanku, lapangkanlah untukku dadaku, dan mudahkanlah untukku urusanku, dan lepaskanlah kekakuan dari lidahku, supaya mereka mengerti perkataanku." (QS 20 : 25-28)
"Ya Allah jadikan Aku hamba yang selalu bersyukur dan penyabar"--
-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-
Serulah kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik
dan bantahlah mereka dengan cara yang lebih baik. -Qs. 16 an-Nahl :125
Berilah mereka pelajaran, dan katakanlah kepada mereka perkataan yang berbekas pada jiwa mereka. -Qs. 4 an-Nisa' : 63
Gabung : Milis_Iqra-subscribe@googlegroups.com
Keluar : Milis_Iqra-unsubscribe@googlegroups.com
Situs 1 : http://groups.google.com/group/Milis_Iqra
Mod : moderator.milis.iqra@gmail.com
-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-
--
-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-
Serulah kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik
dan bantahlah mereka dengan cara yang lebih baik. -Qs. 16 an-Nahl :125
Berilah mereka pelajaran, dan katakanlah kepada mereka perkataan yang berbekas pada jiwa mereka. -Qs. 4 an-Nisa' : 63
Gabung : Milis_Iqra-subscribe@googlegroups.com
Keluar : Milis_Iqra-unsubscribe@googlegroups.com
Situs 1 : http://groups.google.com/group/Milis_Iqra
Mod : moderator.milis.iqra@gmail.com
-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-
Re: [Milis_Iqra] Mohon Bantuan: Cara Mengatasi Asam Lambung Berlebih
Semua penyakit ada obatnya. Semuanya dari Allah dan kita mohon
kesembuhanya hanya kepada Allah dan tetaplah bersabar. Mudah-mudah
kita mendapat petunjuk-Nya...Dan Allah menyembuhkan penyakitnya, amin
Ada do'a nabi Ayub dalam Al Qur'an.
"(Ya Tuhanku), sesungguhnya aku telah ditimpa penyakit dan Engkau
adalah Tuhan Yang Maha Penyayang di antara semua penyayang"[Al
Anbiyaa' 83]
wasalam.
On 6/25/10, Muhamad Rischandra <mrischandra@gmail.com> wrote:
> Saya juga punya pengalaman yang sama seperti istri mas Ayida..
> Kalau tidak salah nama penyakitnya Gastrovaskuler bla..bla..bla... (GERP)
>
> Gejalanya persis seperti yang mas jelaskan, sekitar dada dan perut sering
> berkeringat dan berujung rasa sakit pada ulu hati..saya pun telah
> berkonsultasi dengan Dokter spesialis tidak hanya satu orang...
>
> Dahulu saya di suruh minum kapsul salut slaput oleh dokter spesialisnya,
> namun hanya beberapa bulan saja..
> Alhamdulillah sekarang sudah sehat dan jika tidak membaca email dari mas
> Ayida...hampir saja saya lupa bahwa saya pernah mempunyai penyakit tersebut.
>
> Sebetulnya penyakit tersebut datangnya memang dari kesalahan diri saya
> sendiri..., dahulu saya merokok dan sering tidur larut malam, sehingga sulit
> untuk bangun pagi (subuh)..
> Saya sadari pengobatannya cukup sederhana, secara zahir saya menjalani
> diantaranya... berbekam, meminum madu dan habbats dan berpuasa, tapi yang
> terpenting yaitu bangun di pagi hari dan banyak meminum air putih... lalu
> secara bathin sering membaca Alqur'an di waktu pagi...burrika li ummatihi
> fii buhuriika (keberkahan umat ini ada pada bangun paginya)
>
> Dari saya itu saja semoga lekas sembuh
>
> Wassalam...
>
> 2010/6/25 Ayida <abisayyida@gmail.com>
>
>> Assalamu alaikum warohmatulahi wa barokatuh,
>> Teman-teman sekalian barangkali ada yang tahu cara mengatasi asam
>> lambung yang berlebih dalam kedokteran istilahnya GERD. Keluhan:
>> - Dada sebelah kiri panas
>> - Perut perih, mual, kembung (seperti mag)
>> - Kalau habis BAB maaf (dubur dan perut terasa panas)
>> Isteri saya sudah lebih dari 2 bulan menderita sakit ini, sudah
>> berobat ke beberapa dokter dari umum, SpD, USG.... diberi obat:
>> Diagnosa pertama (typus):
>> thiamphenocol
>> omegdiare
>> paracetamol
>> Diagnosa kedua(typus +mag):
>> thiamphenocol
>> paracetamol
>> inpepsea
>> ranitidine
>> omeprazol
>> Dirawat di RS (3hari):
>> inpepsea
>> lansoprazol
>> obat mual (?)
>> belum kunjung sembuh..... sampai kami juga berobat alternatif disuruh
>> konsumsi:
>> madu barokah (madu+habbat+minyakzaitun) 2Xsehari pagi dan malam,
>> ektrak daun randu alas 3Xsehari
>> alhamdulillah agak membaik walaupun tiga hari membaik kemudian
>> memburuk lagi, begitu berulang. Barangkali dari teman2 semua ada yang
>> punya pengalaman yang sama
>> dan sudah sembuh mohon sharing disini...
>> Jazakumullahu khoiron katsiro
>>
>> --
>>
>> -=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-
>> Serulah kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik
>> dan bantahlah mereka dengan cara yang lebih baik. -Qs. 16 an-Nahl :125
>>
>> Berilah mereka pelajaran, dan katakanlah kepada mereka perkataan yang
>> berbekas pada jiwa mereka. -Qs. 4 an-Nisa' : 63
>>
>> Gabung : Milis_Iqra-subscribe@googlegroups.com
>> Keluar : Milis_Iqra-unsubscribe@googlegroups.com
>> Situs 1 : http://groups.google.com/group/Milis_Iqra
>> Mod : moderator.milis.iqra@gmail.com
>>
>> -=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-
>
> --
> -=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-
> Serulah kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik
> dan bantahlah mereka dengan cara yang lebih baik. -Qs. 16 an-Nahl :125
>
> Berilah mereka pelajaran, dan katakanlah kepada mereka perkataan yang
> berbekas pada jiwa mereka. -Qs. 4 an-Nisa' : 63
>
> Gabung : Milis_Iqra-subscribe@googlegroups.com
> Keluar : Milis_Iqra-unsubscribe@googlegroups.com
> Situs 1 : http://groups.google.com/group/Milis_Iqra
> Mod : moderator.milis.iqra@gmail.com
> -=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-
--
-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-
Serulah kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik
dan bantahlah mereka dengan cara yang lebih baik. -Qs. 16 an-Nahl :125
Berilah mereka pelajaran, dan katakanlah kepada mereka perkataan yang berbekas pada jiwa mereka. -Qs. 4 an-Nisa' : 63
Gabung : Milis_Iqra-subscribe@googlegroups.com
Keluar : Milis_Iqra-unsubscribe@googlegroups.com
Situs 1 : http://groups.google.com/group/Milis_Iqra
Mod : moderator.milis.iqra@gmail.com
-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-
Re: [Milis_Iqra] Mohon Bantuan: Cara Mengatasi Asam Lambung Berlebih
insya Allah, semoga ini bisa membantu keluhan pada istri anda, yaitu dengan konsumsi bubur pati kanji.
Bahan: tepung pati kanji (Jawa), ubi jalar (dipotong dadu kecil), gula merah/aren, air.
Cara membuat: tepung, ubi jalar, gula merah/aren (sesuai kebutuhan) dan air dipanasi hingga matang.
dikonsumsi untuk beberapa hari (dalam satu hari bisa 2 atau 3 kali) hingga lambung terasa enak.
Assalamu alaikum warohmatulahi wa barokatuh,
Teman-teman sekalian barangkali ada yang tahu cara mengatasi asam
lambung yang berlebih dalam kedokteran istilahnya GERD. Keluhan:
- Dada sebelah kiri panas
- Perut perih, mual, kembung (seperti mag)
- Kalau habis BAB maaf (dubur dan perut terasa panas)
Isteri saya sudah lebih dari 2 bulan menderita sakit ini, sudah
berobat ke beberapa dokter dari umum, SpD, USG.... diberi obat:
Diagnosa pertama (typus):
thiamphenocol
omegdiare
paracetamol
Diagnosa kedua(typus +mag):
thiamphenocol
paracetamol
inpepsea
ranitidine
omeprazol
Dirawat di RS (3hari):
inpepsea
lansoprazol
obat mual (?)
belum kunjung sembuh..... sampai kami juga berobat alternatif disuruh
konsumsi:
madu barokah (madu+habbat+minyakzaitun) 2Xsehari pagi dan malam,
ektrak daun randu alas 3Xsehari
alhamdulillah agak membaik walaupun tiga hari membaik kemudian
memburuk lagi, begitu berulang. Barangkali dari teman2 semua ada yang
punya pengalaman yang sama
dan sudah sembuh mohon sharing disini...
Jazakumullahu khoiron katsiro
--
-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-
Serulah kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik
dan bantahlah mereka dengan cara yang lebih baik. -Qs. 16 an-Nahl :125
Berilah mereka pelajaran, dan katakanlah kepada mereka perkataan yang berbekas pada jiwa mereka. -Qs. 4 an-Nisa' : 63
Gabung : Milis_Iqra-subscribe@googlegroups.com
Keluar : Milis_Iqra-unsubscribe@googlegroups.com
Situs 1 : http://groups.google.com/group/Milis_Iqra
Mod : moderator.milis.iqra@gmail.com
-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-
--
-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-
Serulah kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik
dan bantahlah mereka dengan cara yang lebih baik. -Qs. 16 an-Nahl :125
Berilah mereka pelajaran, dan katakanlah kepada mereka perkataan yang berbekas pada jiwa mereka. -Qs. 4 an-Nisa' : 63
Gabung : Milis_Iqra-subscribe@googlegroups.com
Keluar : Milis_Iqra-unsubscribe@googlegroups.com
Situs 1 : http://groups.google.com/group/Milis_Iqra
Mod : moderator.milis.iqra@gmail.com
-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-
[Milis_Iqra] Sekilas Perbedaan Prinsip Politik Sekte-sekte Syi'ah
Oleh DR. Kamaluddin Nurdin Marjuni
Dosen Aqidah Filsafat Universiti Sains Islam Malaysia
Sumber : http://www.eramuslim.com/syariah/tsaqofah-islam/dr-kamaluddin-nurdin-marjuni-sekilas-perbedaan-prinsip-politik-sekte-sekte-syi-ah.htm
Imamah (politik) merupakan faktor utama yang menyebabkan perselisihan di kalangan umat Islam sampai saat ini, sehingga terpecah belah ke berbagai aliran, sekte dan mazhab. Ini akibat konflik antar sekte Islam sepeninggalnya Nabi Saw ketika suksesi politik diadakan untuk merebut tampuk kepemimpinan.
Dalam istilah Syi'ah, politik dinamakan (al-Imamah), dan istilah yang digunakan Sunni adalah (al-Khilafah), sedangkan pada zaman modern saat ini dikenal dengan istilah (ar-Ri,asah). Dalam pandangan politik Syi'ah dikatakan bahwa Imamah bukanlah masalah kepentingan pribadi yang diberikan kepada pilihan publik, akan tetapi adalah salah satu pilar agama atau asal-usul dan dasar perinsip agama (Arkan ad-Din) dimana iman seseorang tidaklah sempurna kecuali percaya dengan Imamah.
Oleh karena itu, Imam Ali merupakan pelanjut Nabi Saw. yang sah dengan penunjukan langsung dari Nabi Saw. (bukannya Abu Bakar). Dan bagi mereka, kedudukan para Imam setara dengan kedudukan Nab Saw. Oleh sebab itu, Syi'ah dalam setiap kasus berpendirian bahwa hak politik adalah mutlak dimiliki oleh kalangan Ahlul Bait.
Di sisi lain Sunni menyerukan suksesi berdasarkan seleksi dan konsensus yang dilakukan oleh rakyat yang diwakili oleh Ahlul Halli wa al-Aqdi dalam memilih kelayakan seorang pemimpin atau presiden.
Yang menarik, terdapat golongan sy'iah yang merupakan bagian sekte Syi'ah yang moderat, yaitu Syi'ah zaidiyah. Sehingga sekte tersebut dikategorikan sebagai sekte yang paling dekat ke Sunni. Karena sekte ini dalam banyak hal tidak sependapat dengan Syi'ah pada umumnya. Mereka tidak setarakan posisi Imam seperti Nabi yang mempunyai sifat 'ismah (terpelihara dari dosa dan noda), dan Syi'ah Zaidiyah menganggap sama kedudukan semua manusia[1].
Pada tulisan ini, penulis akan memaparkanSekilas tentang perbedaan antara faksi-faksi Syiah dalam masalah Politik (imamah), terutama Syiáh Zaidiyah, adapun asal-usul politiknya ditandai dengan beberapa hal berikut:
Pertama:
Menurut Syi'ah Zaidiyah boleh mengangkat seorang pemimpin sekalipun ada yang lebih layak darinya. Akan tetapi ide ini bukan aturan umum dalam sekte Syi'ah Zaidiyah, sebab kalau dimutlakkan maka akan gugur konsep revolusi (al-Khuruj).
Teori tersebut diperkenalkan oleh Imam Zaid dengan tujuan membenarkan legitimasi Khalifah Abu Bakar, dan menggugurkan gugatan orang yang mencelanya. Oleh karena itu, setelah masa Imam Zaid, maka para pengikutnya mengubah konsep tersebut dengan mewajibkan memilih seorang pemimpin yang paling layak dari sekian calon pemimpin.
Dan menurut mereka ada empat kelayakan dan kredibilitas yang mesti ada dalam diri seorang pemimpin, yaitu:
1. Memiliki keberanian untuk membela agama, dan tidak takut kepada siapapun kecuali Allah Swt.
2. Bersifat Zuhud di dunia ini dan hanya mengharapkan balasan akhirat semata.
3. Faham akan maslahat dan kepentingan rakyat dan agama.
4. Berjuang dengan pedang.
5. Barang siapa yang memiliki ciri khas diatas maka wajib didahulukan dan diangkat menjadi pemimpin umat [2].
Kedua:
Pemimpin mesti dari keturunan Fatimah, baik dari garis keturunan Hasan ataupun Husein [3]. Syi'ah Imamiyah dan Syi'ah Isma'ilyah hanya mengakui pemimpin yang berasal dari garis keturunan Husein saja [4]. Oleh karena itu pemimpin negara yang berasal dari keturunan Hasan tidak sah bagi keduanya.
Tentunya ini masalah yang pelik dalam pemikiran politik Syi'ah, sehingga menjadi sengketa dan perseteruan utama antara mereka untuk merebut kekuasaan, dengan cara saling memfasikkan dan mengkafirkan satu sama lain hanya karena perbedaan garis keturunan ini.
Namun pada kenyataannya, yang memotivasi Syi'ah Imamiyah dan Isma'iliyah untuk membatasi kelayakan pimpinan dari garis keturunan Husein saja disebabkan karena Imam Hasan mengundurkan diri dari suksesi yang terjadi antara dia dengan Muawiyah bin Abu Sufyan. Dalam sukesesi tersebut, Imam Hasan menyerahkan bulat-bulat tongkat kepemimpinan kepada Muawiyah bin Abu Sufyan tanpa dilakukan pemilihan.
Karena peristiwa inilah yang menjadikan Syi'ah Imamiyah dan Syi'ah Isma'iliyah tidak memberikan kesempatan kepada garis keturunan Imam Hasan untuk menjadi pemimpin. Dan dengan peristiwa ini pulalah Syi'ah Isma'ilyah memunculkan teori politik baru yang tidak dikenal sebelumnya oleh aliran Syi'ah lain, yaitu: Imam tetap (al-Imam al-Mustaqir) dan Imam sementara (al-Imam al-Mustauda').
Tujuan teori ini untuk menutupi kekosongan pimpinan dari garis keturunan Imam Ali ra. yang timbul akibat terdapat kecacatan pada urutan suksesi dalam serangkaian imam. Oleh karena itu, dalam asumsi Syi'ah Isma'iliyah Imam Hasan adalah imam sementara5 sebab ia melepaskan jabatannya.
Ketiga:
Syi'ah Zaidiyah mayoritas berpendapat bahwa imam itu tidak suci (ma'shum) tidak seperti Nabi Saw yang memiliki sifat ma'shum. Dan ini berbeda dengan ideologi Syi'ah Imamiyah dan Syi'ah Isma'iliyah yang menegaskan bahwa keseluruhan Imam-Imam Sy'iah suci (ma'shum) dari segala perbuatan dosa kecil ataupun besar, baik yang tersurat ataupun yang tersirat, sengaja atau tidak disengaja. Dan juga mereka harus terbebas dari kesalahan bahkan kelupaan dan kelalaian.
Keempat:
Syi'ah Zaidiyah mensyaratkan keabsahan seorang imam melalui revolusi (al-Khuruj) atau boleh kita istilahkan "revolusi pedang". Revolusi ini melambangkan perjuangan politik Syi'ah Zaidiyah dengan ketegaran dan ketegasan serta penuh keterbukaan. Berbeda dengan aliran Syi'ah lain, - seperti Imamiyah dan Ismaíliyah- di mana perjuangan mereka dengan cara tersembunyi dan terselubung, atau dikenal dengan konsep (Taqiyyah).
Dengan sistem revolusi ini, Syiáh Zaidiyah tidak menjadikan Imam Ali bin al-Husein alias Zainal Abidin masuk dalam rangkaian Imam. Sementara Syiáh Imamiyah dan Ismaílyah menjadikan Ali bin al-Hesein sebagai bagian dari silsilah imam mereka.
Konsep revolusi ini telah dirumuskan oleh pendiri Zaidiyah yaitu Imam Zaid, dan sekaligus diaplikasikan dalam kepemimpinannya sendiri untuk memberontak terhadap ketidakadiklan yang berlaku.
Maka ia melancarkan revolusi politik terhadap pengusasa ketika itu, meskipun tindakan revolusi tersebut tidak mendapatkan support dari pihak keluarganya, seperti saudara kandungnya Muhammad Baqir, dan Muhammad bin al-Hanafiah.
Kedua-duanya menasehati Imam Zaid mengenai bahaya yang akan dihadapinya bila ia meneruskan revolusi tersebut. Namun ia menolak nasehat tersebut, dan pergi ke luar untuk memberikan contoh kepada orang-orang yang ada di sekelilingnya.
Tindakan ini mendapatkan reaksi berat dari Syiáh Imamiyah dan Syiáh Ismíliyah. Lalu mereka mengkritisi segala bentuk tindakan revolusi yang dilakukan oleh para pengikut Imam Zaid setelah kematiannya.
Dapat dilihat, bahwa sikap revolusioner yang dilakukan oleh golongan Syiáh Zaidiyah dengan sendirinya menunjukkan bahwa seorang pemimpin atau kepala negara bukannya orang yang suci (Ma'shum) dan layak dikultuskan, yang tidak terlepas dari kesalahan dan dosa. Sementara bagi Syiáh Imamiyah dan Syiáh Ismaíliyah malah sebaliknya, Imam adalah simbol kesucian (Ma'shum).
Maka sistem politik dan pemerintahan mereka dikenal dengan sistem Teokratis. Dan sistem ini telah dikenal sejak zaman mesir kuno, Yunani dan Rumania. Di mana seorang pemimpin negara dimata rakyat meruapakan simbol agama dan dunia sekaligus. Oleh karena itu, bentuk pemerintahan dibungkus dengan keagamaan yang terpatri dalam diri seorang raja.
Ia dijadikan sebagai kekuasaan absolut yang tidak boleh dipertanyakan dalam bentuk apa pun. Tidak peduli apakah raja tersebut berlaku adil ataupun tidak. Apakah dia bijak,baik atau jahat. Kesemuanya tidak menjadi masalah, sebab keputusan yang dibuatnya menurut asumsi mereka adalah keputusan Ilahi semata.
Dan konsep tersebut diadopsi oleh beberapa sistem pemerintahan yang mengaku diri Islam, dalam istilah yang dikenal dengan sistem "Teokrasi". Padahal agama Islam sendiri tidak demikian sistemnya, sebagaimana yang dijelaskan dalam firman Allah SWT:
قُلْ إِنَّمَا أَنَا بَشَرٌ مِثْلُكُمْ يُوْحَى إِلَيَّ أنََمَا إَلَهُكُمْ إِلَهٌ وَاحِدٌ فَاسْتَقِيْمُوا إِلَيْهِ وَاسْتَغْفِرُوْهُ وَوَيْلٌ لِلْمُشْرِكِيْنَ
Yang artinya:
(Katakanlah:"Bahwasanya aku hanyalah seorang manusia seperti kamu, diwahyukan kepadaku bahwasanya Tuhan kamu adalah Tuhan Yang Maha Esa, maka tetaplah pada jalan yang lurus menuju kepada-Nya dan mohonlah ampun kepada-Nya.Dan kecelakaan yang besarlah bagi orang-orang yang mempersekutukan-Nya"), -Fushshilat: 6-
Namun sangat disayangkan, penetrasi sistem Teokrasi ini lebih dalam daripada penetrasi sistem agama Islam.
Kelima:
Syiáh Zaidiyah membolehkan adanya dua pemimpin utama dalam masa dan waktu yang sama. Hal ini dibolehkan karena sesuai dengan keperluan zaman. Yaitu meluasnya daerah kekuasaan Islam yang terbentang ketika itu dari wilayah Samarqand sampai Spanyol dan selatan Prancis. Dan pandangan ini berlawanan dengan Syiáh Imamiyah dan Syiáh Isma'ilyah. Karena mereka hanya membolehkan adanya satu Imam dalam setiap masa.
Dari uraian diatas nampak jelas keunikan sistem politik Syiáh Zaidiyah dibandingkan aliran Syiáh imamiyah dan Syi'ah Ismaíliyah. Di mana pengangkatan seorang Imam dilakukan dengan jalan suksesi, yang dalam era politik sekarang dikenal dengan sistem "demokrasi", yang dilandaskan atas konsep revolusi (al-Khuruj). Hal ini yang memotivasi Syíah Zaidiyah menolak "Taqiyyah," yaitu perinsip perjuangan politik Syiáh Imamiyah dan Syi''ah Ismaíliyah yang terselubung dan sembunyi.
Tercatat dalam sejarah politik Islam, Syiáh dari berbagai aliran dan sektenya selalu menjadi partai oposisi, akan tetapi metode yang digunakan oleh masing-masing aliran tersebut bervariasi antara satu sama lain. Syi'ah Zaidiyah memilih oposisi dengan caranya sendiri, yaitu dengan secara nyata dan terang. Namun aliran Syiáh Imamiyah dan Syiáh isma'iliyah lebih memilih berjuang secara rahasia melalui konsepnya "at-Taqiyyah".
Catatan:
[1] Imam Yahya bin Hamzah al-'Alawi, al-Ifham Liafidat al-Bathiniyah at-Thugam, hal: 60.
[2] DR. Kamaluddin Nurdin Marjuni, al-Firaq as-Syi'iayyah Wa Ushuluha as-Siyasiyah, hal: 3. Universiti Sains Islam Malaysia. 2009.
[3] Abu al-Qasim Muhammad al-Hautsi, al-Mau'idhah al-Hasnah, hal: 104. Muhammad bin Hasan ad-Daylami, Qawa'id 'Aqaaid Aali Muhammad, hal: 49.
[4] Al-Qadhi an-Nu'man, Da'aim al-Islam, 1/37-38. ad-Da'i Ali Bin Walid, Damighu al-Bathil, 2/18. ad-Da'i Idris 'Imaduddin, Kitab Zahru al-Ma'ani, hal: 183.
[5] Imam sementara dalam istilah syi'ah Isma'iliyah Bathiniyah dinamakan: (al-Imam al-Mustauda'), sedangkan imam tetap adaalah (Imam al-Mustaqir).
--
Salamun 'ala manittaba al Huda
ARMANSYAH
--
-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-
Serulah kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik
dan bantahlah mereka dengan cara yang lebih baik. -Qs. 16 an-Nahl :125
Berilah mereka pelajaran, dan katakanlah kepada mereka perkataan yang berbekas pada jiwa mereka. -Qs. 4 an-Nisa' : 63
Gabung : Milis_Iqra-subscribe@googlegroups.com
Keluar : Milis_Iqra-unsubscribe@googlegroups.com
Situs 1 : http://groups.google.com/group/Milis_Iqra
Mod : moderator.milis.iqra@gmail.com
-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-
[Milis_Iqra] Pandangan Syiah seputar sahabat Nabi
From: Armansyah ( GMAIL ) <armansyah.skom@gmail.com>
Date: 2006/6/14
Subject: Artikel Syiah ( seputar Sahabat )
To: myquran@googlegroups.com
http://armansyah.swaramuslim.net
MASIH tergambar jelas dalam ingatan ketika ayah mengajakku pergi ke masjid jami' di suatu bulan Ramadhan. Sepuluh tahun usiaku saat itu. Dikenalkannya aku pada jemaah masjid yang kala itu cukup mengagumiku. Berhari-hari guru ngajiku telah mempersiapkanku dengan hafalan-hafalan sejumlah ayat suci AlQuran. Pada saat shalat Teraweh, aku dan anak-anak yang lain ikut berjemaah dua atau tiga malam sampai sang imam membaca separuh AlQuran, yakni surah Maryam.
Ayah sangat menginginkan aku belajar AlQuran, baik di sekolah Tahfiz AlQuran atau pada saat senggang di rumah dengan dibimbing imam masjid jami', seorang dari kerabat kami yang hafal AlQuran. Aku telah hafal AlQuran sejak kecil, maka wajarlah jika guruku ingin sekali menunjukkan usaha-nya dan kelebihannya ini melaluiku. Diajarkannya padaku tempat-tempat yang sepatutnya rukuk, dan berulang kali beliau melatihku agar benar-benar aku dapat menghafalnya.
Dengan berhasil aku membaca ayat suci di depan jamaah dengan baik, berarti aku lolos uji. Inilah yang telah lama diharap-harapkan oleh ayah dan guruku itu. Semua yang hadir mencium dan memujiku dengan ucapan-ucapan yang sarat kekaguman yang luar biasa. Mereka mengucapkan rasa terima kasih kepada guru yang mengajarku itu; dan memberi selamat pula pada ayahku. Semua mengucapkan kata Alhamdulillah atas nikmat Islam dan "berkatnya Syaikh ".
Hari-hari yang kulalui selanjutnya serasa tak dapat kulupakan begitu saja. Masa kecilku kuisi dengan prestasi yang mengundang kekaguman orang banyak terhadapku dan kemasyhuran yang bahkan merayap jauh ke kampung-kampung yang lain. Peristiwa-peristiwa itu meninggalkan goresan-goresan yang hingga kini masih berbekas dalam hidupku. Setiap kali aku nyaris khilaf, ada kekuatan yang maha dahsyat yang seakan mengekangku dan membawaku kembali ke jalan yang benar. Dan setiap kali kurasakan lemahnya semangat dan tidak bermaknanya kehidupan, kenangan itulah yang mengangkatku kembali pada semangat yang sangat tinggi, dan menyalakan api keimanan di dalam kalbuku untuk melalui hidup ini.
Betapa tidak, ayah dan guruku telah membebankan tanggung jawab yang begitu besar padaku dalam usia yang sangat dini, sedemikian sehingga aku selalu merasa yang aku adalah orang yang tidak layak untuk menjadi orang setaraf itu atau paling tidak taraf yang mereka inginkan dariku.
Itulah kenapa aku lalui masa kecilku dan masa remajaku di dalam suasana istiqamah yang relatif, walaupun kadang-kadang tak luput juga dari kesalahan dan kesia-siaan yang timbul kebanyakannya dari rasa ingin tahu dan taklid buta. Karunia Allah mencurah padaku sehingga aku berbeda dari saudara-saudaraku yang lain dengan sikap tenang dan saleh, tidak terpeleset dalam dunia maksiat dan dosa-dosa besar.
Tidak mungkin kuniscayakan peran besar almarhumah ibuku dalam hidup ini. Beliau yang membukakan mataku dan mengajarkanku surah-surah pendek dalam AlQuran, juga hukum shalat dan wudhu. Beliau mencurahkan perhatian yang besar kepadaku, mungkin karena aku adalah anak lelakinya yang sulung. Di samping beliau juga mempunyai madu yang lebih tua darinya dan telah mempunyai anak-anak yang hampir seusia dengannya. Sedemikian tekun beliau asuh dan mendidikku seakan-akan beliau sedang berlomba dengan madu dan anak-anak suaminya yang lain.
Nama Tijani yang diberikan oleh ibuku juga mempunyai keistimewaan tersendiri dalam keluarga as-Samawi. Mengingat mereka adalah pengikut Tijaniah yang pertama kali sejak salah seorang anak Syaikh Sayyidi Ahmad Tijani yang datang dari Jazair mengunjungi kota Qafsah dan tinggal di rumah as-Samawi. Itulah awalnya. Hingga kini, sejumlah besar penduduk kota itu khususnya kalangan keluarga yang berpendidikan dan kaya-raya mengikuti Tarekat ini dan menyebarkannya. Kesamaan nama itu membuat aku makin dicintai dalam Dar Samawi yang dihuni oleh lebih dari dua puluh keluarga. Begitu juga di luar yang mempunyai hubungan dengan Tarekat Samawi.
Banyak orang-orang tua yang pada waktu bersembahyang pada malam-malam Ramadhan waktu itu --seingatku-- mencium kedua tanganku dan kepalaku sambil mengucapkan tahniah kepada ayahku dan berkata: "Ini adalah limpahan berkat dari Sayyidina Syaikh Ahmad Tijani."
Perlu diketahui bahwa Tarekat Tijaniah tersebar luas di Maghribi, Jazair, Tunisia, Libya, Sudan dan Mesir. Dan pengikut-pengikut tarekat ini agak taassub atau fanatik. Mereka tidak menziarahi kuburan para wali yang lain. Mereka percaya bahwa semua wali telah belajar dari masing-masing secara silsilah, kecuali Syaikh Ahmad Tijani. Beliau telah belajar langsung dari Nabi SAWW walau jaraknya dengan zaman Nabi dipisahkan oleh tiga belas abad. Mereka mengatakan bahwa Nabi SAWW pernah mendatangi Syaikh Ahmad Tijani secara yaqazhatan, yakni secara nyata, bukan melalui mimpi. Mereka juga berkata bahwa sembahyang sempurna yang dilakukan oleh Syaikh adalah lebih baik dari empat puluh kali mengkhatamkan AlQuran.
Sebaiknya kucukupkan saja pembahasan tentang tarekat Tijaniah ini sebelum menjadi bertele-tele. Karena kita akan menyentuhnya juga Insya Allah pada bab lain dari buku ini.
Aku tumbuh seperti layaknya anak-anak muda yang lain di atas kepercayaan ini. Alhamdulillah, kami semua adalah muslim Ahlu Sunnah Wal Jamaah, yang bermazhab Maliki, dari Imam Malik bin Anas, Imam Dar al-Hijrah. Namun kami terpisah di dalam berbagai tarekat sufi yang tumbuh bagai cendawan di Utara Afrika. Di kota Qafsah sendiri, ada Tijaniah, Qadiriah, Rahmaniah, Salamiah dan ’Isawiah. Setiap tarekat mempunyai pengikut yang hafal qasidah, zikir dan wirid-wirid yang dibaca di majlis-majlis tertentu, sembari mengaji AlQuran, seperti saat khatan, majelis syukuran atau karena nazar. Walaupun tidak luput dari unsur-unsur negatif, namun tarekat-tarekat seperti ini memainkan peranan penting dalam menyebarkan syiar-syiar keagamaan dan menghormati para wali dan orang-orang yang shaleh.
Sumber : http://abatasya.net/content/view/239/88/
DI ANTARA tema penting yang kuanggap sebagai pokok dari setiap permasalahan yang bisa menghantar pada suatu kebenaran adalah masalah kehidupan para sahabat, sikap mereka dan prinsip-prinsip mereka. Mengingat mereka adalah tiang segala sesuatu. Dari mereka kita mengambil ajaran agama kita. Dan dari mereka juga kita memperoleh sinar untuk mengetahui hukum-hukum Allah SWT. Dahulu para ulama telah meneliti kehidupan mereka secara rinci. Buah karya mereka antara lain Usud al-Ghabah Fi Tamyiz as-Sahabah, Kitab al-Ishobah Fi Ma'rifah as-Sahabah, Kitab Mizan al- I'tidal dan lain sebagainya. Semua berbicara di sekitar biografi para sahabat secara teliti dan kritis. Dan semua juga dari sudut pandang Ahlu Sunnah Wal Jamaah.
Ada beberapa keberatan lahir di sekitar masalah yang sangat penting ini. Mayoritas ulama yang membukukan fakta-fakta sejarah tidak sedikit yang ikut rentak para penguasa, baik Bani Umaiyah atau Bani Abbasiah. Sementara sikap permusuhan mereka terhadap Ahlul Bait Nabi dan bahkan terhadap orang-orang yang mengikuti mereka adalah rahasia umum yang diketahui oleh semua. Karena itu akan tidak adil apabila kita hanya mengambil pendapat mereka saja dan mengabaikan pendapat para ulama lain yang mengalami kondisi berbeda. Para ulama ini karena dikenal sebagai pengikut Ahlul Bait Nabi dan tidak sejalan dengan kehendak para penguasa, maka mereka sering dikejar-kejar, ditekan dan diburu.
Kemusykilan berikutnya berasal dari kalangan sahabat sendiri. Mereka telah berselisih ketika Nabi SAWW ingin menuliskan kepada mereka sebuah wasiat yang akan menjamin mereka dari kesesatan sampai akhir zaman. Perselisihan mereka telah mengakibatkan ummat Islam tidak memperoleh karunia ilahi. Bahkan telah menghantar mereka pada kesesatan dimana mereka terpecah akibat perselisihan itu dan menjadi suatu ummat yang lemah.
Sebelumnya mereka juga telah berselisih dalam masalah khilafah atau kepemimpinan, hingga mereka terbagi pada pendukung partai yang memerintah dan pendukung partai oposan. Akibatnya ummat ini terkorban dan terciptalah kelompok pengikut Ali yang bernama Syi'ah dan kelompok pengikut Muawiyah.
Mereka juga pernah berselisih dalam menafsirkan Kitab Allah dan hadis-hadis Nabi SAWW. Akibatnya terciptalah berbagai mazhab, golongan, kelompok dan aliran. Dari sana kemudian tumbuh pula berbagai aliran Ilmu Kalam dan aliran-aliran pemikiran yang beragam. Juga muncul berbagai aliran filsafat yang bermotifkan kepentingan politik melulu serta berkaitan rapat dengan cita-cita kekuasaan.
Seandainya bukan karena sahabat maka kaum muslimin tidak akan terpecah dan berselisih seperti ini. Setiap perselisihan yang ada pasti berakar dari mereka. Semua percaya bahwa Tuhannya Satu, AlQurannya satu, Rasulnya satu dan kiblatnya juga satu. Tiada siapa yang menginkarinya. Perselisihan dan pertikaian antara sahabat bermula sejak hari pertama setelah wafatnya Rasul SAWW di Saqifah Bani Sai'dah. Dan akibatnya sampai hari ini dan sampai suatu hari yang dikehendaki Allah akan terus berkelanjutan.
Dari serangkaian diskusiku dengan sejumlah ulama Syi'ah, mereka berpendapat bahwa para sahabat terbagi pada tiga golongan. Pertama, golongan sahabat yang baik yang telah mengenal Allah dan Rasul-Nya dengan pengetahuan yang sempurna. Mereka pernah membaiat Rasul dan bersedia berkorban untuknya; menemaninya dengan jujur dalam ucapan dan bersikap penuh ikhlas dalam tindakan. Mereka tidak berpaling dari jalan Rasul sepeninggalnya, bahkan tetap setia dengan janji-janjinya. Mereka telah memperoleh pujian dari Allah dalam sejumlah ayat-ayatnya. Rasul juga telah memujinya di dalam berbagai tempat. Mereka disebut oleh orang-orang Syi'ah dengan penuh hormat dan takzim. Apabila nama mereka disebut, maka ia disebut dengan mengucapkan kalimat Radhiallah A'nhum.
Kedua, kelompok sahabat yang memeluk Islam dan ikut Rasulullah karena suatu tujuan: menginginkan sesuatu atau takut pada sesuatu. Mereka meminta jasa dari Rasul atas keislaman mereka. Kadang-kadang mereka mengganggunya dan tidak patuh pada perintah atau larangannya. Bahkan mengutamakan pendapat sendiri di hadapan nas-nas yang jelas, sehingga Allah turunkan untuk mereka ayat yang mencela atau kadang-kadang yang mengancam mereka. Dalam berbagai ayat Allah telah mempermalukan mereka; dan Rasul juga telah memperingatkan mereka dalam berbagai sabdanya. Kepada sahabat sejenis ini orang-orang Syi'ah memang tidak menghormati mereka apalagi mengkultuskan.
Ketiga, kelompok munafik yang "menemani" Rasul karena ingin memperdayakannya. Mereka menampakkan diri sebagai Muslim sementara hati mereka menyimpan kekufuran. Mereka mendekat kepada Islam agar dapat memperdayakan kaum muslimin. Allah telah turunkan kepada mereka satu surah penuh. Disebutnya mereka dalam berbagai tempat dan diancamnya mereka dengan siksa api neraka yang sangat pedih. Rasul juga telah menyebut mereka dan mengancam mereka. Sebagian sahabat telah diberitahu nama-nama mereka dan tanda-tandanya. Sunnah dan Syi'ah sepakat untuk melaknat dan menjauhkan diri dari mereka.
Tambah satu lagi. Ada kelompok sahabat yang sangat istimewa, lantaran kekerabatan mereka dengan nabi, ketinggian akhlak dan kemurnian jiwa yang dimiliki dan kekhususan yang telah dikaruniakan Allah dan Rasul-Nya kepada mereka hingga tiada satu pun orang yang dapat menyainginya. Mereka adalah golongan Ahlul Bait yang telah dibersihkan oleh Allah dari segala dosa dan disucikan mereka sesuci-sucinya (QS. Al Ahzab: 33); diwajibkan kepada kaum muslimin untuk bersalawat pada mereka sebagaimana juga pada Rasul; mereka disertakan sebagai golongan yang wajib diberikan khumus (QS. Al Anfaal: 41); diwajibkan kepada orang-orang Islam untuk mencintai mereka sebagai imbalan dari Risalah Muhammad (QS. Asy Syuura: 23); sebagai ulul amri yang wajib dipatuhi (QS. An Nisa: 59); sebagai orang-orang yang rusukh di dalam ilmu pengetahuan dan arif dalam mentakwil AlQuran serta membedakan antara yang mutasyabih dengan yang muhkam (QS. Ali Imran: 7); sebagai Ahli Zikr yang dijadikan oleh Rasul sebagai pendamping AlQuran dan wajib berpegang teguh kepadanya seperti dalam hadis as-Tsaqalain (lihat Kanzul Ummal[1: 44]); Musnad Ahmad (5: 182); sebagai Bahtera Nabi Nuh sehingga siapa yang mengikutinya akan selamat dan yang tinggal akan tenggelam (lihat Mustadrak al-Hakim 3:151; Sawwaiq al-Muhriqah Oleh Ibnu Hajar hal. 184 dan 234).
Para sahabat mengetahui kedudukan Ahlul Bait, menghormati bahkan mentakzimkan mereka. Dan Syi'ah ikut jejak mereka serta mendahulukan mereka atas semua sahabat. Dalam hal ini kelompok Syi'ah memegang nas-nas yang tak terbantahkan.
Sementara Ahlu Sunnah Wal Jamaah walaupun mereka menghormati, mengutamakan dan mentakzimkan Ahlul Bait, namun mereka tidak menerima adanya klasifikasi sahabat seperti ini. Mereka tidak menganggap orang-orang munafik sebagai bagian dari sahabat. Bagi mereka sahabat adalah manusia yang paling baik setelah Nabi SAWW. Apabila ada pembagian, maka pembagiannya di sisi lain, seperti kelompok sahabat tingkatan as-Sabiqun al-Awwalun, yang mula pertama masuk agama Islam; kelompok sahabat yang menderita karena agama Islam dan seterusnya. Empat Khulafa' Rasyidin adalah pada tingkatan yang pertama, kemudian menyusul enam sahabat lain yang telah dijamin sorga, seperti yang tertulis dalam sejumlah riwayat. Itulah kenapa ketika mereka bershalawat kepada Nabi dan Ahlu Baitnya maka mereka juga akan menyebut nama para sahabat secara keseluruhan, seperti Wa Ala Alihi Wa Sahbihi Ajmai'n.
Demikianlah yang kuketahui dari ulama-ulama Ahlu Sunnah Wal Jamaah seperti juga yang kudengar dari para ulama Syi'ah perihal sahabat ini. Hal ini telah mendorongku untuk menelaah secara rinci segala sesuatu yang berkaitan dengan sahabat. Aku berjanji kepada Tuhanku untuk menghindari segala jenis fanatisme dan sikap emosional agar dapat benar-benar objektif dalam menilai pendapat kedua mazhab ini. Kemudian mengambil yang terbaik darinya.
Bahan pertimbangan yang kugunakan dalam hal ini adalah:
Pertama, Kaedah mantik (logika) yang benar. Yakni aku tidak akan berpegang kecuali pada apa yang telah disepakati oleh kedua mazhab ini, dalam menafsirkan Kitab Allah dan Sunnah Nabi yang shahih.
Kedua, Akal sehat. Ia adalah nikmat Allah yang paling besar pada ummat manusia. Karenanya maka manusia dimuliakan dan diutamakan di atas segenap makhluk yang lain. Bukankah Allah SWT menyeru manusia untuk berpikir ketika berhujah dengan mereka. FirmanNya "Apakah kalian tidak berfikir?", "Apakah mereka tidak memahami?", "Apakah mereka tidak meneliti?", "Apakah mereka tidak melihat?" dan lain sebagainya.
Prinsip telaahku juga harus Islami. Yakni beriman kepada Allah, para malaikatNya, para RasulNya, kitab-kitabNya dan bahwa Muhammad adalah hambaNya dan RasulNya dan hanya Islam sebagai Din yang sah di sisi Allah SWT. Aku tidak akan merujuk kepada sahabat manapun kendati ia memiliki kekerabatan yang sangat dekat dengan Nabi; atau memiliki kedudukan yang tinggi. Aku bukan dari pengikut Bani Umaiyah atau Bani Abbasiah atau Fatimiah atau Sunnah ataupun Syi'ah. Tapi aku juga tidak menyimpan rasa permusuhan dengan Abu Bakar, Umar, Utsman atau Ali bahkan Wahsyi pembunuh Sayyidina Hamzah sekalipun selama dia telah ikut agama Islam. Bukankah Islam mengampuni segala apa yang telah berlalu di alam kekufuran dan Rasul juga telah memaafkannya?
Karena aku telah bertekad untuk mengkaji secara mendalam agar dapat sampai pada suatu kebenaran; dan karena aku telah mengambil keputusan untuk membebaskan pikiranku dari segala ikatan maka aku memulai penelitianku berkenaan dengan sahabat dengan penuh tawakkal dan mengharap berkat dari sisi Allah SWT.
Pandangan Rasulullah SAWW Tentang Sahabat
Sumber : http://abatasya.net/content/view/234/88/
Hadis Al-Haudh
Bersabda Rasulullah SAWW: "Ketika aku sedang berdiri tiba-tiba datang sekelompok orang yang kukenal. Lalu keluarlah seorang di antara kami dan berkata, "Mari (ikut aku)." Kutanya, "Kemana?" Jawabnya, "Ke neraka, demi Allah". "Apa kesalahan mereka?" Tanyaku. "Mereka telah murtad setelahmu dan berbalik dari kebenaran, dan kuperhatikan tiada yang tersisa melainkan (sedikit sekali yang) seperti sekelompok unta yang tersisih", jawabnya.1
Rasulullah SAWW bersabda: "Aku akan mendahului kalian di telaga haudh. Siapa yang berlalu dariku dia akan minum dan siapa yang telah minum tidak akan dahaga selama-lamanya. Kelak ada sekelompok orang yang kukenal dan mereka juga mengenalku datang kepadaku; kemudian mereka dipisahkan dariku. Aku akan berkata: 'sahabatku, sahabatku.' Lalu dijawab: 'engkau tidak tahu apa yang telah mereka lakukan setelah ketiadaanmu.' Dan aku pun berkata: 'Enyahlah, enyahlah mereka yang telah berubah setelah ketiadaanku'".
Orang yang merenungkan makna hadis-hadis seperti ini yang diriwayatkan sendiri oleh ulama Ahlu Sunnah Wal Jamaah dalam berbagai kitab shahih mereka, tidak akan ragu-ragu lagi untuk mengambil kesimpulan bahwa kebanyakan sahabat telah berubah bahkan telah berbalik setelah wafatnya Nabi SAWW; melainkan segelintir kecil saja yang diibaratkan oleh Nabi seperti sekelompok unta yang tersisih. Hadis ini tidak dapat ditafsirkan bahwa ia ditujukan untuk golongan orang-orang munafik, mengingat nas yang berkata: sahabatku, sahabatku. Dan ia juga adalah tafsir atau realisasi dari ayat-ayat AlQuran yang menyebutkan tentang sikap mereka yang berbalik sehingga diancam oleh Allah dengan api neraka, seperti yang telah disentuh di atas.
Hadis: Bersaing Untuk Dunia
Bersabda Nabi SAWW: "Aku akan mendahului kalian dan akan menjadi saksi kalian. Demi Allah aku kini melihat haudhku (telagaku di syurga) dan aku juga telah diberikan kunci kekayaan bumi (atau kunci bumi). Demi Allah aku tidak khawatir kalian akan mensyirikkan Allah setelahku, tetapi aku khawatir kalian akan bersaing untuknya (dunia)".2
Sungguh benar apa yang disabdakan oleh Rasululah SAWW. Mereka telah bersaing dan berlomba-lomba untuk dunia ini sehingga pedang-pedang mereka dihunuskan, berperang dan saling mengkafirkan. Sebagian sahabat yang besar bahkan telah menimbun emas dan perak. Para ahli sejarah seperti al-Masu'di di dalam kitabnya Muruj az-Dzahab, Thabari dan lain sebagainya telah mencantumkan bahwa kekayaan Zubair saja â€"misalnyaâ€" mencapai lima puluh ribu Dinar, seribu ekor kuda, seribu orang hamba sahaya dan sejumlah tanah di Bashrah, Kufah, Mesir dan lain sebagainya.3 Thalhah mempunyai kekayaan pertanian di Irak yang setiap harinya menghasilkan seribu Dinar, bahkan konon lebih dari itu. Abdurrahman bin A'uf mempunyai seratus kuda, seribu onta dan sepuluh ribu kambing. Seperempat dari seperdelapan hartanya yang dibagi-bagikan kepada para isterinya setelah wafatnya mencapai delapan puluh empat ribu.4
Ketika Usman bin Affan meninggal, beliau telah meninggalkan sejumlah seratus lima puluh ribu Dinar, tidak terhitung binatang ternak dan tanah-tanah subur yang tak terkira. Emas dan perak yang ditinggalkan oleh Zaid bin Tsabit sedemikian banyaknya sehingga harus dipecahkan dengan kapak, selain dari harta dan tanah yang bernilai seratus ribu Dinar.5
Demikian sebagian contoh yang dapat kita lihat dalam sejarah. Kita tidak bermaksud membahasnya secara rinci dan cukup sekadar bukti betapa mereka tergoda oleh kemewahan dunia dan kenikmatannya.
[1] Shahih Bukhori jil. 4 hal. 94-96,156; jil. 3 hal. 32; Shahih Muslim jil. 7 hal. 66.
[2] Shahih Bukhori jil. 4 hal. 100-101.
[3] Muruj az-Zahab oleh al-Masu'di jil. 2 hal. 341.
[4] Ibid.
[5] Ibid.
Kesaksian Mereka Atas Perubahan Sunnah Nabi SAWW
Sumber : http://abatasya.net/content/view/233/88/
Abi Sa'id al-Khudri berkata: "Pada hari raya Idul Fitri dan Idul Adha, Rasulullah SAWW keluar rumah untuk menunaikan shalat Id. Usai shalat beliau berdiri menghadap para hadirin yang masih duduk di shaf, kemudian berkhotbah yang penuh dengan nasehat dan perintah." Abu Sa'id melanjutkan: "Cara seperti ini dilanjutkan oleh para sahabatnya sampailah suatu hari ketika aku keluar untuk shalat Id (Idul Fitri atau Idul Adha) bersama Marwan, gubernur kota Madinah. Sesampainya di sana Marwan langsung naik ke atas mimbar yang dibuat oleh Katsir bin Shalt. Aku tarik bajunya. Tapi dia menolakku. Marwan kemudian memulai khotbah Idnya sebelum shalat. Kukatakan padanya: "Demi Allah kalian telah robah." "Wahai Aba Sa'id" Tukas Marwan, "Telah sirna apa yang kau ketahui" Kukatakan padanya: "Demi Allah, apa yang kutahu adalah lebih baik dari apa yang tidak kuketahui!" Kemudian Marwan berkata lagi: "Orang-orang ini tidak akan mau duduk mendengar khotbah kami seusai shalat. Karena itu kulakukan khotbah sebelumnya."1
Aku coba teliti gerangan apa yang menyebabkan sahabat seperti ini berani merobah Sunnah Nabi. Akhirnya kutemukan bahwa Bani Umaiyah â€"yang mayoritasnya adalah sahabat Nabiâ€" terutama Muawiyah bin Abu Sufyan yang konon sebagai Penulis Wahyu, senantiasa memaksa kaum muslimin untuk mencaci dan melaknat Ali bin Abi Thalib dari atas mimbar-mimbar masjid. Muawiyah memerintahkan orang-orangnya di setiap negeri untuk menjadikan cacian dan laknat pada Ali sebagai suatu tradisi yang mesti dinyatakan oleh para khatib. Ketika sejumlah sahabat protes atas ketetapan ini, Mua wiyah tidak segan-segan memerintahkan mereka dibunuh atau dibakar. Mu'awiyah telah membunuh sejumlah sahabat yang sangat terkenal seperti Hujur bin U'dai beserta para pengikutnya, dan sebagian lain dikuburkan hidup-hidup. "Kesalahan" mereka (dalam persepsi Mu'awiyah) semata-mata karena enggan mengutuk Ali dan bersikap protes atas dekrit Mu'awiyah.
Abul A'la al-Maududi dalam kitabnya al-Khilafah Wal Muluk (Khilafah Dan Kerajaan) menukil dari Hasan al-Bashri yang berkata: "Ada empat hal dalam diri Mu'awiyah, yang apabila satu saja ada pada dirinya, itu sudah cukup sebagai alasan untuk mencelakakannya:
Pertama, dia berkuasa tanpa melakukan musyawarah sementara sahabat-sahabat lain yang merupakan cahaya kemuliaan masih hidup.
Kedua, dia melantik puteranya (Yazid) sebagai pemimpin setelahnya, padahal sang putera adalah seorang pemabuk dan pecandu minuman keras dan musikus.
Ketiga, dia menyatakan Ziyad (seorang anak zina) sebagai puteranya, padahal Nabi SAWW bersabda: "Anak adalah milik sang ayah, sementara yang melacur dikenakan sanksi rajam."
Keempat, dia telah membunuh Hujur dan para pengikutnya.
Karena itu maka celakalah dia lantaran (membunuh) Hujur; dan celakalah dia karena Hujur dan para pengikutnya.2
Sebagian sahabat yang mukmin lari dari masjid seusai shalat karena tidak mau mendengar khotbah yang berakhir pada kutukan terhadap Ali dan keluarganya. Itulah kenapa Bani Umaiyah merobah Sunnah Nabi ini dengan mendahulukan khotbah sebelum shalat agar yang hadir terpaksa mendengarnya.
Nah, sahabat jenis apa yang berani merobah Sunnah Nabinya, bahkan hukum-hukum Allah sekalipun semata-mata demi meraih cita-citanya yang rendah dan ekspresi dari rasa dengki yang sudah terukir. Bagaimana mereka bisa melaknat seseorang yang telah Allah sucikan dari segala dosa dan nista dan diwajibkan oleh Allah untuk bershalawat kepadanya sebagaimana kepada Rasul-Nya. Allah juga telah mewajibkan kepada semua manusia untuk mencintainya hingga Nabi SAWW bersabda: "Mencintai Ali adalah iman dan membencinya adalah nifak."3
Namun sahabat-sahabat seperti ini telah merobahnya. Mereka berkata, kami telah dengar sabda-sabda Nabi tentang Ali, tetapi kami tidak mematuhinya. Seharusnya mereka bershalawat kepadanya, mencintainya dan taat patuh kepadanya; namun sebaliknya mereka telah mencaci dan melaknatnya sepanjang enam puluh tahun, seperti yang dicatat oleh sejarah. Apabila sahabat-sahabat Musa pernah sepakat mengancam nyawa Harun dan hampir-hampir membunuhnya, maka sebagian sahabat Muhammad SAWW telah membunuh "Harun-nya" (yakni Ali) dan mengejar-ngejar anak keturunannya serta para Syi'ahnya di setiap tempat dan ruang. Mereka telah hapuskan nama-nama dan bahkan melarang kaum muslimin menggunakan nama mereka. Tidak sekadar itu, hatta para sahabat besar dan agung pun mereka paksa untuk melakukan hal yang serupa.
Demi Allah, aku berdiri heran dan terpaku ketika membaca buku-buku referensi kita yang memuat berbagai hadis yang mewajibkan cinta pada Nabi dan saudaranya serta anak pamannya, yakni Ali bin Abi Thalib, dan sejumlah hadis-hadis lain yang mengutamakan Ali atas para sahabat yang lain. Sehingga Nabi SAWW bersabda: "Engkau (hai Ali) di sisiku bagaikan kedudukan Harun di sisi Musa, hanya saja tiada Nabi setelahku."4
Atau sabdanya: "Engkau dariku dan aku darimu".5
Sabdanya: "Aku adalah kota ilmu dan Ali adalah gerbangnya".6
Dan sabdanya: "Ali adalah wali (pemimpin) setiap mukmin setelahku."7
Dan sabdanya: "Siapa yang menjadikan aku sebagai maulanya (pemimpinnya) maka Ali adalah maulanya. Ya Allah, bantulah mereka yang mewila'nya dan musuhilah mereka yang memusuhinya."8
Apabila kita ingin mencatat semua keutamaan Ali yang disabdakan oleh Nabi SAWW dan yang diriwayatkan oleh para ulama kita dengan sanadnya yang shahih, maka ia pasti akan memerlukan suatu buku tersendiri. Bagaimana mungkin sejumlah sahabat seperti itu pura-pura tidak tahu akan hadis ini, lalu mencacinya, memusuhinya, melaknatnya dari atas mimbar dan membunuh atau memerangi mereka?
Aku tidak temukan sebarang alasan dari sikap dan perlakuan seperti ini melainkan semata-mata karena cinta pada dunia dan berlomba-lomba mengejarnya; atau karena sifat nifak dan berpaling dari kebenaran. Aku juga coba melemparkan tanggung jawab ini kepada sebagian sahabat yang terkenal buruk, atau sebagian dari orang-orang munafik. Namun sayang sekali, yang kutemukan dari penelitianku itu adalah sejumlah sahabat yang agung dan masyhur. Orang pertama yang pernah mengancam akan membakar rumahnya (Ali) beserta para penghuni yang ada di dalamnya adalah Umar bin Khattab; orang pertama yang memeranginya adalah Thalhah, Zubair, Ummul Mukminin Aisyah binti Abu Bakar, Muawiy ah bin Abu Sufyan dan A'mr bin A'sh dan sebagainya.
Rasa terkejut dan kagetku bertambah dalam dan seakan tidak akan berakhir. Setiap orang yang berpikir rasional akan segera mendukung pendapatku ini. Bagaimana ulama-ulama Ahlu Sunnah sepakat mengatakan bahwa semua sahabat adalah adil sambil mengucapkan "Radhiallahu Anhum", bahkan mengucapkan shalawat untuk mereka tanpa kecuali. Sehingga ada yang berkata, "Laknatlah Yazid tapi jangan berlebihan". Apa yang dapat kita bayangkan tentang Yazid yang telah melakukan tragedi yang sangat tragis ini, yang tidak dapat diterima bahkan oleh akal dan agama. Aku nyatakan kepada Ahlu Sunnah Wal Jamaah, jika mereka benar-benar mengikut Sunnah Nabi, agar meninjau hukum AlQuran dan Sunnah Nabi secara cermat dan seadil-adilnya tentang kefasikan Yazid dan kekufurannya. Rasululah SAWW telah bersabda: "Siapa yang mencaci Ali maka dia telah mencaciku; dan siapa yang mencaciku maka dia telah mencaci Allah; dan siapa yang mencaci Allah maka Aku akan menjatuhkannya ke dalam api neraka."9
Demikian itu adalah sanksi bagi orang yang mencaci Ali. Maka bagaimana pula apabila ada orang yang melaknatnya dan memeranginya. Mana alim-ulama kita dari hakikat kebenaran ini? Apakah hati mereka telah tertutup rapat? Katakanlah, ya Allah, aku mohon lindunganMu dari bisikan syaitan dan dari kehadirannya.
[1] Shahih Bukhori jil. 1 hal. 122.
[2] Al-Khilafah Wal Muluk Oleh al-Maududi hal. 106.
[3] Shahih Muslim jil. 1 hal. 61; Sunan an-Nasai jil. 6 hal. 177; Shahih Turmudzi jil. 8 hal. 306.
[4] Shahih Bukhori jil. 2 hal. 305; Shahih Muslim jil. 2 hal. 366 Mustadrak al-Hakim jil. 3 hal. 109.
[5] Shahih Bukhori jil. 1 hal. 76; Shahih Turmidzi jil. 5 hal. 300; Shahih Ibnu Majah jil. 1 hal. 44
[6] Shahih Thurmudzi jil. 5 hal. 201; Mustadrak al-Hakim jil. 3 hal. 126.
[7] Musnad Ahmad Bin Hanbal jil. 5 hal. 25; Mustadrak al-Hakim jil. 3 hal. 134.
[8] Shahih Muslim jil.2 hal.362; Mustadrak al-Hakim jil. 3 hal. 109; Musnad Ahmad Bin Hanbal jil. 4 hal, 281.
[9] Mustadrak al-Hakim jil. 3 hal. 121; Khasais an-Nasai hal. 24; Musnad Ahmad Bin Hanbal jil. 6 hal. 33; Manaqib al-Khawarizmi hal. 81; ar-Riyadh an Nadhirah oleh Thabari jil. 2 hal. 219; Tarikh as-Suyuti hal. 73.
--
Salamun 'ala manittaba al Huda
ARMANSYAH
--
-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-
Serulah kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik
dan bantahlah mereka dengan cara yang lebih baik. -Qs. 16 an-Nahl :125
Berilah mereka pelajaran, dan katakanlah kepada mereka perkataan yang berbekas pada jiwa mereka. -Qs. 4 an-Nisa' : 63
Gabung : Milis_Iqra-subscribe@googlegroups.com
Keluar : Milis_Iqra-unsubscribe@googlegroups.com
Situs 1 : http://groups.google.com/group/Milis_Iqra
Mod : moderator.milis.iqra@gmail.com
-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-