Saturday, February 4, 2012

[Milis_Iqra] Ya Allah Jangan Jadikan Kuburku Berhala dan SYIRIK Meminta Syafa'at Kepada Orang Mati

Ya Allah Jangan Jadikan Kuburku Berhala dan SYIRIK Meminta Syafa'at Kepada Orang Mati

 

A. Ya Allah Jangan Jadikan Kuburku Berhala

 

Inilah untaian doa sekaligus peringatan Rasulullah di atas ranjang kematian beliau.

 

Doa dengan kata-kata yang sarat makna dan sebuah ungkapan yang mengandung luapan kasih sayang, "Ya Allah, jangan jadikan kuburku berhala." Sebuah bentuk semangat yang tinggi dan kasih sayang yang dalam terhadap umatnya. Hal ini telah dijelaskan oleh Allah:

 

"Sungguh telah datang kepadamu seorang Rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mukmin." (At-Taubah: 128)

 

artinya beliau sangat menginginkan (bersemangat) atas kalian. Kata Ibnu Katsir, yakni bersemangat untuk membimbing kalian dan menyampaikan manfaat dunia dan akhirat kepada kalian. Abu Dzar mengatakan: "Rasulullah telah meninggalkan kita dan tiadalah seekor burung yang mengepakkan sayapnya di udara melainkan beliau telah menyampaikan ilmunya."

 

Bahkan Rasulullah bersabda: "Tidak ada sesuatu yang mendekatkan kepada surga dan menjauhkan dari neraka melainkan telah disampaikan kepada kalian." (Lihat Tafsir Ibnu Katsir, 2/425)

 

Kasih sayang terhadap kaum mukminin. Diterangkan As-Sa'di, beliau sangat penyayang dan belas kasih kepada mereka, lebih penyayang kepada mereka dibandingkan kasih sayang kedua orangtua mereka. (Tafsir As-Sa'di hal. 313)

 

Lantunan doa ini sama dengan apa yang telah diucapkan oleh Abu Al-Muwahhidin (bapak para pemeluk tauhid), Khalilullah Ibrahim:

 

"Dan (ingatlah), ketika Ibrahim berkata: 'Ya Rabbku, jadikanlah negeri ini (Makkah), negeri yang aman dan jauhkanlah aku beserta anak cucuku dari menyembah berhala-berhala'." (Ibrahim: 35)

 

Sabda Nabi: "Jangan jadikan kuburku sebagai berhala" mengandung beberapa faedah:

 

1. Sebuah peringatan sekaligus berita ilahi bahwa mayoritas umatnya akan terjatuh ke dalam fitnah (ujian/bala) ini.

 

2. Usaha beliau menutup segala pintu dan jalan yang akan mengantarkan kepada malapetaka besar dan kepada dosa yang akan mengekalkan di dalam neraka. Itulah bencana dan dosa syirik.

 

3. Peringatan keras sekaligus pengajaran sikap beragama agar tidak menyerupai sedikitpun orang-orang kafir dalam urusan agama, peribadatan, dan perilaku mereka.

 

4. Agama yang dibawanya kekal sekalipun beliau telah tiada. Tidak ada kebaikan sedikitpun yang masih tersisa yang belum beliau sampaikan, serta tidak ada kejelekan atau yang akan membawa kepadanya sekecil apapun melainkan beliau telah memperingatkan darinya.

 

Iblis Pemimpin Penuhan Kubur

 

Tidak ada seorang muslim pun, bagaimanapun rendah ilmunya tentang agama, yang tidak mengetahui jika iblis merupakan pemimpin kejahatan, musuh Allah dan musuh orang-orang yang beriman. Akan tetapi berapa dari kaum muslimin yang mengetahui segala bentuk perangkap dan tipu muslihatnya? Betapa banyak mereka yang berada dalam kungkungan dan jeratan iblis, tidak sanggup untuk melepaskan diri darinya, baik orang yang dikatakan berilmu, terlebih yang tidak memiliki ilmu.

 

Bukankah Allah yang telah mengatakan kepadanya:

 

"Allah berfirman: 'Turunlah kamu dari surga itu, karena kamu tidak sepatutnya menyombongkan diri di dalamnya. Maka keluarlah, sesungguhnya kamu termasuk orang-orang yang hina'." (Al-A'raf: 13)

 

"Allah berfirman: 'Keluarlah dari surga karena sesungguhnya kamu terkutuk dan sesungguhnya kutukan itu tetap menimpamu sampai hari kiamat'." (Al-Hijr: 34-35)

 

"Allah berfirman: 'Maka keluarlah kamu dari surga, sesungguhnya kamu adalah orang yang terkutuk, sesungguhnya kutukan-Ku tetap atasmu sampai hari pembalasan'." (Shad: 77-78)

 

Dialah iblis yang telah berkata di hadapan Allah:

 

"Iblis berkata: 'Ya Rabbku, beri tangguhlah aku sampai hari mereka dibangkitkan'." (Shad: 79)

 

Dialah yang berkata:

 

"Iblis menjawab: 'Karena Engkau telah menghukum aku tersesat, aku benar-benar akan (menghalang-halangi) mereka dari jalan Engkau yang lurus kemudian aku akan mendatangi mereka dari muka dan dari belakang mereka, dari kanan dan dari kiri mereka dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur (taat)'." (Al-A'raf: 16-17)

 

"Iblis berkata: 'Ya Rabbku, oleh sebab Engkau telah memutuskan bahwa aku sesat, pasti aku akan menjadikan mereka memandang baik (perbuatan maksiat) di muka bumi, dan pasti aku akan menyesatkan mereka semuanya'." (Al-Hijr: 39)

 

"Iblis menjawab: 'Demi kekuasaan Engkau aku akan menyesatkan mereka semuanya'." (Shad: 82)

 

Karena semua usahanya inilah, Allah menvonisnya:

 

"Sesungguhnya Aku pasti akan memenuhi neraka Jahannam dengan jenis kamu dan dengan orang-orang yang mengikuti kamu di antara mereka semuanya." (Shad: 85)

 

Dialah iblis sebagai imam kejahatan, imam penentang Allah, imam penduduk neraka. Dia berusaha menjerumuskan seseorang agar terjatuh dalam penuhanan kuburan, yakni mengultuskan penghuni kubur serta menjadikannya Tuhan. Iblis melakukan tipu muslihat yang sangat jitu dan berbahaya. Sulit bagi seseorang untuk bisa keluar darinya. Sebagai pemimpin kejahatan, tidak mungkin dia akan menginginkan kebaikan bagi orang-orang yang beriman.

 

Fitnah Kubur adalah Fitnah Besar

 

Fitnah yang bermakna ujian, merupakan sebuah ketentuan yang pasti terjadi. Ketentuan yang terus bergulir sepanjang kehidupan dunia ini dan akan berakhir dengan ujian yang paling besar, yakni ujian neraka.

 

Kubur merupakan sebuah fitnah yang melanda umat Rasulullah. Tidak ada satupun dari negeri muslimin melainkan di sana ada kuburan yang dikultuskan. Sebuah fitnah yang tidak hanya melanda orang rendahan atau orang jahil semata, bahkan mengenai seluruh lapisan. Sebuah fitnah yang telah menjadikan kelabu, suram, gelap jalan hidup kaum muslimin. Bagaimana tidak? Padahal:

 

Pertama: Rusaknya batiniah mereka karena menyerahkan seluruh persoalan hidupnya, bahagia dan susah, lulus atau gagal, selamat atau celaka, beruntung atau merugi, bahkan baik atau buruk kepada kuburan. Semua jenis ibadah batiniah seperti tawakal, berharap, takut, cinta, dan sebagainya ditujukan untuk kuburan. Oleh karena itu, adakah bagian Allah yang masih tersisa di tengah umat seperti ini jika semua urusan dikembalikan kepada kuburan?

 

Bisakah kuburan dan penghuninya berbuat untuk dirinya? Jika hal itu tidak mungkin, bagaimana mungkin dia bisa berbuat untuk orang lain?

 

Kedua: Rusaknya lahiriah mereka karena telah berkorban yang tidak sedikit untuk sebuah kuburan tertentu, baik dengan menyembelih korban padanya, bernadzar untuknya, atau mempersiapkan bekal yang banyak untuk mengelilingi makam para wali dengan tujuan mendulang berkah darinya. Sungguh, siapakah yang bisa melakukan pengubahan nasib hidup kalau bukan Allah?

 

Lalu apakah yang mereka sisakan untuk Allah jika harta semuanya diperuntukkan bagi kuburan?

 

Ketiga: Bahkan umat yang telah ditimpa fitnah ini siap berkorban darah terhadap siapa saja yang mengingkari dan menentang perbuatan mereka.

 

Keempat: Fitnah kuburan akan mengantarkan kepada syirik besar dan kecil. Sementara kita telah mengetahui bahwa syirik merupakan kezaliman yang paling tinggi, dosa yang paling besar, yang akan menghapuskan seluruh amalan di dalam Islam, mengekalkan pelakunya di dalam neraka. Oleh karena itu, Rasulullah dengan keras memperingatkan:

 

"Allah telah melaknat Yahudi dan Nasrani, karena mereka telah menjadikan kuburan nabi-nabi mereka sebagai masjid." (HR. Al-Bukhari (3/156, 198 dan 8/114) dan Muslim (2/67) dari sahabat Aisyah)

 

Kuburan dan Masjid, Dua Tempat yang Berbeda

 

Kuburan dan masjid memiliki hukum yang berbeda. Masjid untuk shalat dan membaca Al-Qur'an dan berbagai amalan shalih. Sementara kuburan bukanlah untuk semuanya itu. Allah menjelaskan:

 

"Dan siapakah yang lebih aniaya daripada orang yang menghalang-halangi menyebut nama Allah dalam masjid-masjid-Nya, dan berusaha untuk merobohkannya?"

 

Adapun kuburan, Rasulullah bersabda:

 

"Janganlah kalian duduk di atas kuburan dan jangan kalian shalat menghadapnya." (HR. Al-Bukhari (3/156, 198 dan 8/114) dan Muslim (2/67) dari sahabat Aisyah)

 

Di dalam hadits ini Rasulullah melarang untuk shalat menghadapnya dan duduk di atas kuburan, sementara masjid sebaliknya.

 

Tentang kuburan, Rasulullah juga menjelaskannya

 

"Semua tanah bisa dijadikan masjid (tempat shalat) kecuali kuburan dan kamar mandi."  (HR. Muslim, 3/62, dari sahabat Abu Martsad Al-Ghanawi)

 

Dari penjelasan di atas, jelaslah bahwa antara masjid dan kuburan berbeda. Maka tidak boleh membangun masjid padanya atau shalat di atasnya atau shalat menghadapnya. Sebagaimana tidak bolehnya kita memberikan hukum-hukum masjid kepada kuburan dan siapapun yang dimakamkan padanya.

 

Asy-Syaikh Al-Albani menjelaskan: "Masjid dan kuburan tidak akan berkumpul." (Tahdzirus Sajid hal. 28)

 

Makna Menjadikan Kuburan Sebagai Masjid

 

Sebagaimana yang telah lewat, fitnah kubur adalah sebuah fitnah yang besar yang telah menghancurkan aqidah kaum muslimin secara khusus dan manusia secara umum. Bagaimana tidak. Tidak ada satupun negeri kaum muslimin melainkan terdapat kuburan yang diagungkan dan dikultuskan. Dari sini kita mengetahui betapa butuhnya umat ini terhadap dakwah tauhid, menuju pembaruan aqidah. Dakwah yang merupakan poros dakwah para rasul.

 

Dakwah tauhidlah yang telah memberitahukan kepada kita bahwa kuburan akan bisa menggiring umat ini kepada dosa yang paling besar, yaitu menyekutukan Allah. Di antara jalan menuju kesyirikan ini, sebagaimana sabda Rasulullah: "Menjadikan kuburan sebagai masjid." Apakah maknanya?

 

Menjadikan kuburan sebagai masjid memiliki tiga makna:

 

1. Shalat di atas kuburan, artinya sujud di atasnya. Makna ini terambil dari banyak hadits, di antaranya:

 

Dari Abu Sa'id Al-Khudri, ia berkata:

 

"Bahwa Rasulullah telah melarang untuk membangun di atas kuburan, duduk dan shalat di atasnya." (HR. Abu Ya'la dalam Musnad-nya)

 

Ibnu Hajar Al-Haitami mengatakan: "Menjadikan kuburan sebagai masjid artinya shalat di atasnya atau shalat menghadapnya." (Az-Zawajir, 1/121)

 

Al-Imam Ash-Shan'ani berkata: "Menjadikan kubur-kubur sebagai masjid lebih umum maknanya dari sekadar shalat menghadapnya atau shalat di atasnya." (Subulus Salam 1/214)

 

2. Sujud menghadapnya, atau menghadapnya dalam shalat atau berdoa.

 

Makna ini telah dijelaskan oleh dalil-dalil, di antaranya:

 

"Jangan kalian duduk di atas kubur dan jangan kalian shalat menghadapnya."

 

Al-Munawi dalam Faidhul Qadir berkata: "Mereka menjadikan kuburan-kuburan tersebut sebagai arah kiblat bersamaan dengan keyakinan mereka yang batil."

 

3. Membangun masjid di atas kuburan dengan tujuan untuk shalat di atasnya.

 

Al-Imam Al-Bukhari memberikan judul dalam kitabnya: "Bab dibencinya membangun masjid di atas kuburan." Yang menguatkan makna ini adalah hadits Jabir yang diriwayatkan oleh Al-Imam Muslim:

 

"Rasulullah telah melarang untuk mengapuri kuburan, duduk di atasnya dan membangun di atasnya." (Lihat secara ringkas risalah Tahdzirus Sajid, hal. 21 dst)

 

Dari ketiga makna ini, jelaslah maksud larangan Rasulullah: "Jangan menjadikan kuburan sebagai masjid." Jelas pula hikmah larangan tersebut:

 

1. Melarang segala bentuk atau jalan yang dikhawatirkan bisa mengantarkan kepada dosa yang paling besar yaitu kesyirikan.

 

2. Larangan menyerupai kaum musyrikin dalam segala bentuk peribadatan mereka.

 

3. Mewujudkan hak tauhid yang telah diajarkan oleh Rasulullah dengan memberikan hak peribadatan itu hanya kepada Allah. (Lihat secara ringkas risalah Tahdzirus Sajid hal. 105 dan seterusnya)

 

Wallahu a'lam.

 

Sumber: www.asysyariah.com

 

 

B. SYIRIK Meminta Syafa'at Kepada Orang Mati

 

Di samping alasan tawassul sebagai-mana telah disinggung, alasan lain bagi para penyembah kubur adalah mengharapkan pembelaan dan syafaat. Seakan-akan mereka lebih mengetahui dari Allah dan Rasul-Nya tentang syafaat. 

Hal ini persis seperti alasan kaum musyrikin jahiliyah semasa Rasulullah shalallahu 'alaihi wa sallam diutus. Padahal Rasulullah shalallahu 'alaihi wa sallam tidak pernah mengajarkan akan hal itu? Bahkan beliau melarang umatnya dari perbuatan-perbuatan seperti itu. Apakah mereka mau mengajari Allah tentang agama ini?! Ingatlah! Agama ini milik Allah. Untuk itu seluruh amalan, bentuk dan tata cara ibadah sudah seharusnya sesuai dengan aturan dari Allah dan utusan-Nya 


Perhatikan firman Allah berikut: 

 

"Dan mereka menyembah selain daripada Allah apa yang tidak dapat mendatangkan kemudharatan kepada mereka dan tidak (pula) kemanfaatan, dan mereka berkata: "Mereka itu adalah pemberi syafa'at kepada kami di sisi Allah". Katakanlah: "Apakah kamu mengabarkan kepada Allah apa yang tidak diketahui-Nya baik di langit dan tidak (pula) dibumi?" Maha Suci Allah dan Maha Tinggi dari apa yang mereka sekutukan (itu)." (Yunus: 18) 

Ketahuilah, bahwa syafaat atau pembelaan memang diakui keberadaannya. Hal itu akan terjadi pada hari kiamat kelak, khusus-nya pembelaan dan syafaat dari Rasulullah shalallahu 'alaihi wa sallam yang dikenal dengan syafa'atul udzma. Namun harus kita ketahui bahwa syafaat dan pembelaan terhadap seseorang di hadapan Allah tidak mungkin akan terwujud kecuali dengan seizin Allah. Demikian pula tidak mungkin seseorang mendapatkan syafaat atau pembelaan dari orang lain kecuali dari orang-orang yang diridlai oleh Allah Azza wa Jalla. 

Allah Azza wa Jalla memerintahkan agar Rasulullah shalallahu 'alaihi wa sallam memperingatkan manusia akan adanya hari perhitungan dan hisab, dimana pada hari itu tidak bermanfaat syafa'at dan pembelaan siapapun. 

 

"Dan berilah peringatan dengan apa yang diwahyukan itu kepada orang-orang yang takut akan dihimpunkan kepada Tuhannya (pada hari kiamat), sedang bagi mereka ti-dak ada seorang pelindung dan pemberi syafaat pun selain daripada Allah, agar me-reka bertakwa." (al-An'am: 51) 

Dalam ayat ini disebutkan bahwa mereka yang tidak mau mengindahkan peringatan dari Rasulullah shalallahu 'alaihi wa sallam akan diadzab dan tidak akan ada seorang pun yang dapat membe-lanya. Dalam ayat ini pula seakan-akan menunjukkan tidak adanya syafa'at pada hari kiamat. Namun yang dimaksud adalah tidak adanya syafaat bagi orang-orang kafir atau orang-orang yang tidak diberikan izin dan keridlaan dari Allah. 

Di dalam ayat lain Allah menyatakan bahwa syafaat seluruhnya milik Allah. Oleh karena itu janganlah dengan alasan tersebut mereka meminta kepada kuburan-kuburan orang-orang shalih atau berdoa kepada orang mati. Berdoa dan mintalah kepada Allah, karena Dia-lah yang telah menentukan siapa yang boleh memberikan pembelaan dan siapa yang diridlai untuk mendapatkan pembelaan. 

 

"Bahkan mereka mengambil sesembahan se-lain Allah sebagai pemberi syafa'a. Katakan-lah: "Apakah (kamu mengambilnya juga) meskipun mereka tidak memiliki sesuatupun dan tidak berakal?" Katakanlah: "Hanya ke-punyaan Allah syafaat itu semuanya. Kepu-nyaan-Nya kerajaan langit dan bumi. Kemu-dian kepada-Nyalah kamu dikembalikan" (az-Zumar: 43-44) 

 

Allah lah yang menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya da-lam enam masa, kemudian Dia bersemayam di atas 'Arsy. Tidak ada bagi kamu selain da-ri padaNya seorang penolongpun dan ti-dak (pula) seorang pemberi syafa'at. Maka apa-kah kamu tidak memperhatikan? (as-Sajdah: 4) 

Adapun jika dalam al-Qur'an terdapat ayat dan dalil-dalil yang menetapkan adanya syafaat, maka yang dimaksud adalah syafaat yang terjadi setelah mendapatkan izin dari Allah Azza wa Jalla: 

 

"Tiada yang dapat memberi syafa'at di sisi Allah tanpa izin-Nya?" (al-Baqarah: 255) 

 

"Dan berapa banyaknya malaikat di langit, syafaat mereka sedikitpun tidak berguna, ke-cuali sesudah Allah mengijinkan bagi orang yang dikehendaki dan diridhai (Nya)." (an-Najm: 26) 

Dalam ayat kursi, ayat teragung dalam kitab Allah di atas, secara umum dinafikan adanya syafaat kecuali bagi orang-orang yang telah diizinkan. Sedangkan dalam surat an-Najm dijelaskan bahwa malaikat pun tidak dapat memberikan syafaat kecuali setelah diizinkan oleh Allah dan diperuntukan bagi orang yang diridlai-Nya. 

Dari dua ayat di atas, jelaslah bahwa syafaat itu hanya milik Allah semata. Tidak ada yang berhak memberikan syafaat kecuali dengan seizin-Nya dan tidak akan menda-patkan syafaat kecuali orang yang diridlai-Nya. Untuk itu, bagi seorang yang cerdas dia hanya akan meminta syafaat kepada pemi-liknya. Meminta kepada Allah syafaat nabi-Nya dan syafaat atau pembelaan para malai-kat-Nya dan seterusnya. 

Adapun meminta kepada selain Allah untuk mendapatkan pembelaan di hari kiamat, maka ini adalah inti dari kesyirikan yang terjadi pada zaman jahiliyah yaitu za-man kebodohan. Biasanya, alasan kaum musyrikin menyembah sesuatu, baik kuburan, orang yang telah mati, tempat-tempat atau benda-benda yang dianggap keramat dan lainnya adalah karena menganggap sesem-bahan tersebut memiliki apa yang mereka minta, atau dianggap ikut andil dalam memiliki, atau dianggap yang ikut membantu dan bekerjasama dengan pemiliknya, atau dianggap dapat membelanya di hadapan sang pemilik pada hari kiamat kelak. 

Semua alasan dan anggapan tersebut ditiadakan dan dibantah oleh Allah Azza wa Jalla dalam ayat-Nya: 

 

"Katakanlah: "Serulah mereka yang kamu anggap (sebagai tuhan) selain Allah, mereka tidak memiliki seberat zarrah pun di langit dan di bumi, dan mereka tidak mempunyai suatu sahampun dalam (penciptaan) langit dan bumi. Dan sekali-kali tidak ada di an-tara mereka yang menjadi pem-bantu bagi-Nya. Dan tiadalah berguna syafa'at di sisi Allah melainkan bagi orang yang telah diizinkan-Nya memperoleh syafa'at itu… "(Saba': 22-23) 

Ibnul Qoyyim rahimahullah berkata: "Allah Azz wa Jalla telah memutus semua alasan-alasan yang dipegang oleh kaum musyrikin. Seorang musyrik mengambil sesembahannya hanyalah karena apa yang diharapkannya dari manfaat. Sedangkan manfaat tersebut tidak akan didapati, kecuali jika sesembahan tersebut memi-liki salah satu dari empat kriteria: 


1. Bisa jadi karena sesembahan tersebut di-anggap pemilik dari apa yang diinginkan oleh penyembahnya. 
2. Sesembahan tersebut dianggap bersekutu dengan pemiliknya (Allah). 
3. Sesembahan tersebut dianggap sebagai pembantunya. 
4. Sesembahan tersebut dianggap dapat men-jadi pembelanya di hadapan sang pemilik. 

Maka Allah meniadakan keempat alasan tersebut dengan peniadaan yang berurutan, berpindah dari yang paling tinggi kepada yang di bawahnya. Pertama, Allah membantah adanya pemilik selain Dia. Kemudian menia-dakan adanya sekutu yang bersekutu dengan-Nya. Kemudian meniadakan pula adanya pembantu bagi Allah dan terakhir meniada-kan pula syafaat yang diharapkan oleh si musyrik tersebut. Setelah itu Allah mene-tapkan adanya syafaat, dimana kaum musyrikin tidak akan mendapatkan bagian dari-padanya. Yaitu syafaat orang yang diizinkan untuk orang yang diridlai. 

Yang Berhak Memberikan Syafaat 

Kalau begitu siapakah yang paling mulia mendapatkan izin dari Allah Azza wa Jalla untuk memberikan syafaat? Dan siapakah yang paling berbahagia mendapatkan keridlaan dari Allah sehingga mendapatkan syafaat dari Rasulullah shalallahu 'alaihi wa sallam? 

Rasulullah shalallahu 'alaihi wa sallam adalah manusia yang paling mulia yang diizinkan oleh Allah untuk memberikan syafaat dikala orang-orang lain tidak sanggup untuk melakukannya. Inilah syafaat yang paling besar, dimana para rasul yang termasuk ulul azmi pun tidak sanggup memikulnya pada saat seluruh manusia me-minta kepada para nabi untuk memintakan keringanan di hadapan Allah di padang mahsyar yang sangat berat. Mereka semuanya menolak dan mengatakan: "nafsi nafsi" (diri-ku, diriku). Hingga akhirnya ketika mereka mendatangi Rasulullah shalallahu 'alaihi wa sallam, maka Rasulullah shalallahu 'alaihi wa sallam mengatakan: "Ana laha" (itulah bagianku). Kemudian Rasulullah sujud di hadapan Allah, di bawah Arsy-Nya. Beliau memuji Allah dan menyanjungnya dengan pujian-pujian yang tidak pernah diucapkan sebelumnya oleh siapapun. Hingga kemudian Allah berfirman: 

 

"Ya Muhammad angkatlah kepalamu, mintalah akan Aku beri dan berilah syafaat Aku akan memberikannya." 

Maka Rasulullah pun mengangkat kepalanya dan berkata: "Umatku, umatku". Kemudian diperintahkan dengan segera kepada orang-orang dari umatnya yang tidak ada hisab pa-danya untuk masuk ke dalam surga. 

Beliau melakukannya lagi, hingga diizinkan untuk memberikan syafaat. Beliau meminta agar disegerakan bagi ahli surga dari umatnya untuk segera memasukinya. 

Selanjutnya Rasulullah shalallahu 'alaihi wa sallam melakukannya kembali dan kemudian beliau memberikan syafaat bagi para pelaku maksiat dari umat-nya yang seharusnya mendapatkan adzab dalam neraka untuk tidak memasukinya. 

Kemudian beliau memberikan syafaat kepada orang-orang yang telah masuk neraka, namun masih memiliki tauhid dan keimanan untuk diselamatkan dari api neraka. Yang terakhir, syafaat Rasulullah untuk penduduk surga agar ditambahkan pahala mereka dan diangkat derajat mereka. 

Hadits-hadits tentang syafaat ini muta-watir dalam Shahih Bukhari, Shahih Muslim dan lain-lainnya. 

Akan tetapi perlu diperhatikan bahwa seluruh syafaat dan pembelaan Rasulullah tersebut diberikan kepada orang-orang yang bertauhid dan tidak melakukan kesyirikan-kesyirikan. Hal itu sebagaimana disebutkan dalam riwayat yang shahih dari Abu Hurairah radhiallahu 'anhu, ketika beliau bertanya kepada Rasulullah shalallahu 'alaihi wa sallam : 

 

"Siapakah orang yang paling berbahagia mendapatkan syafaatmu? Beliau menjawab: "Orang-orang yang mengucapkan Laa ilaha illallah dengan ikhlas dari hatinya". (HR. Bukhari , Nasai dan Imam Ahmad) 

Seorang yang ikhlas mengucapkan 

 

Laa ilaha illallah adalah mereka yang tidak merusak kalimat tersebut dengan kesyirikan-kesyirikan. Sebagaimana dalam riwayat lain dikatakan bahwa Rasulullah shalallahu 'alaihi wa sallam bersabda: 

 

"Setiap nabi memikiki doa yang dikabulkan, dan mereka telah menyebutkan doa tersebut, sedangkan aku menundanya sebagai syafaat bagi umatku pada hari kiamat. Maka sya-faat ini pasti akan didapatkan insya Allah oleh orang yang mati dalam keadaan tidak mempersekutukan Allah dengan sesuatu apapun." (HR. Muslim dalam Shahihnya) 

Dengan demikian jelaslah bahwa orang yang meminta syafa'at kepada kuburan-ku-buran para nabi atau pada kuburan orang-orang yang shalih justru tidak akan menda-patkan syafa'at karena perbuatan syiriknya tersebut. 

Wallahu a'lam 

 

Sumber: http://muhammad-assewed.blogspot.com/2008/09/syirik-meminta-syafaat-kepada-orang.html

 

--
-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-
Serulah kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik
dan bantahlah mereka dengan cara yang lebih baik. -Qs. 16 an-Nahl :125
 
Berilah mereka pelajaran, dan katakanlah kepada mereka perkataan yang berbekas pada jiwa mereka. -Qs. 4 an-Nisa' : 63
 
Gabung : Milis_Iqra-subscribe@googlegroups.com
Keluar : Milis_Iqra-unsubscribe@googlegroups.com
Situs 1 : http://groups.google.com/group/Milis_Iqra
Mod : moderator.milis.iqra@gmail.com
-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-

[Milis_Iqra] Istighotsah Kepada Selain Allah dan Doa Kepada Allah Ada Dua Jenis

Istighotsah Kepada Selain Allah dan Doa Kepada Allah Ada Dua Jenis

 

A. Apa Itu Istighotsah ?

 

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah berkata : "Istighotsah adalah permintaan bantuan agar musibah (bencana) yang dihadapinya bisa hilang. (Majmu' Fatawa Juz 1, hal. 103)

Oleh karena itu, istighotsah sering dilakukan ketika terjadi bencana atau kesulitan seperti kekeringan dan banjir.

 

Hukum Beristighotsah kepada Selain Allah

 

1. Istighotsah kepada orang yang hidup

 

Kita dapati di antara kaum muslimin ketika ditimpa kesulitan, baik dalam masalah ekonomi, keamanan, ataupun yang lainnya, mendatangi orang-orang tertentu yang dianggap mampu untuk membantunya sehingga bisa keluar dari kesulitan yang dihadapinya.

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah berkata: "Dan makhluk (orang yang hidup) boleh dimintai yang demikian (bantuan) selama dalam batas yang dia mampu…, sebagaimana firman Allah :

"Maka laki-laki dari kaumnya meminta bantuan kepadanya (Musa) untuk menghadapi musuh". (QS. Al Qashash : 15) (Majmu' Fatawa juz 1, hal. 104)

 

Namun bila seseorang meminta bantuan kepada orang lain hendaklah menjaga tauhid dengan meyakini bahwa yang dimintai tolong hanyalah sebagai sebab dan tidak memiliki pengaruh secara langsung untuk menghilangkan kesulitan yang ada, dan Allah semata yang menentukan hilang atau tidaknya musibah yang dihadapi. Allah berfirman :

"Jika Allah berkehendak memberikan kepadamu mudhorot maka tidak ada yang bisa menghilangkannya kecuali Dia." (QS. Yunus :107)

 

Rasulullah bersabda :

"Ketahuilah, kalau seandainya umat ini bersatu padu untuk memberikan suatu manfaat kepadamu, maka mereka tidak akan bisa mendatangkan manfaat kepadamu kecuali dengan sesuatu yang telah ditetapkan oleh Allah bagimu". (HR. Ahmad dan At Tirmidzi)

 

Perlu diperhatikan pula, bahwa permintaan yang dilakukan bukan dalam perkara yang hanya Allah semata yang mampu melakukannya, seperti menurunkan hujan dan yang lainnya, akan tetapi dalam sebab yang tampak dan bisa dicapai oleh panca indra manusia, seperti ketika berhadapan dengan musuh atau untuk melawan binatang buas, dengan cara meminta tolong kepada orang yang kuat untuk membunuh musuhnya atau polisi hutan yang telah siap dengan senjatanya.

 

Di samping hal itu, ada syarat-syarat yang harus dipenuhi, yaitu yang dimintai tolong adalah orang yang hidup, hadir (ada di hadapannya), mampu untuk memberikan bantuan yang diminta, dan mendengar permintaan orang yang meminta. Di samping itu dalam meminta pertolongan atau bantuan tidak boleh ada unsur puncak kecintaan dan perendahan diri terhadap yang dimintai pertolongan atau bantuan tersebut, karena yang demikian itu adalah ibadah, harus diperuntukkan kepada Allah semata.

 

Sedangkan beristighotsah kepada orang yang hidup tetapi tidak mampu dan dia yakin bahwa orang yang dimintai tolong tidak memiliki kekuatan rahasia (tersembunyi) adalah dilarang. Kita contohkan orang yang akan tenggelam meminta tolong kepada orang yang lumpuh dan sebagainya. yang demikian ini dilarang karena merupakan kesia-siaan dan pelecehan kepada orang yang dimintai tolong. Juga dikarenakan akan menimbulkan sangkaan kepada orang lain bahwa orang yang lumpuh tersebut memiliki kekuatan tersendiri sehingga bisa menolong orang lain dari bencana yang dihadapinya.

 

2. Istighotsah kepada orang yang sudah meninggal

 

Di antara kaum muslimin ada yang beristighotsah kepada orang yang sudah meninggal atau kepada orang yang tidak ada di hadapanya (ghaib). Istighotsah kepada mereka tidak dilakukan kecuali karena suatu keyakinan bahwa orang yang sudah meninggal atau orang yang ghaib tersebut memiliki kemampuan tersendiri untuk memenuhi permintaan orang yang meminta.

 

Istighotsah yang demikian ini menyalahi dalil-dalil dalam Al Qr'an dan As Sunnah serta akal sehat, dan merupakan awal mula terjadinya kesyirikan di alam ini. Al Imam Ibnul Qoyyim berkata : "Di antara jenis-jenis kesyirikan adalah meminta berbagai macam kebutuhan kepada orang yang sudah meninggal, beritighotsah kepada mereka dan mendekatkan diri kepada mereka. Dan inilah asal dari kesyirikan yang terjadi di alam semesta." (Madarijus Salikin Juz 1, hal. 346)

 

Yang demikian ini terjadi karena orang yang sudah meninggal sudah terputus dari amalannya, tidak mampu untuk mendatangkan manfaat bagi dirinya, lebih-lebih untuk menjawab orang yang meminta kepada mereka. Serta ruh mereka tertahan sebagaimana Allah terangkan di dalam Al Qur'an :

"Allah memegang jiwa (orang) ketika matinya dan (memegang) jiwa (orang) yang belum mati di waktu tidurnya maka dia menahan jiwa (orang) yang telah Dia tetapkan kematiannya dan Dia melepaskan jiwa orang yang lain sampai waktu yang ditentukan". (QS. Azzumar: 42)

 

Rasulullah bersabda :

"Jika anak Adam (manusia) meninggal (maka) terputuslah amalannya kecuali dari tiga perkara …". (HR. Muslim)

 

Dari ayat dan hadits di atas terdapat keterangan bahwa manusia, ketika telah meninggal akan terputus dari beramal sedangkan nyawanya ditahan oleh Allah.
Dalam kenyataan yang kita saksikan pun, orang yang telah meninggal tidak mampu untuk mengurus dirinya sendiri, sehingga ia dimandikan dan dikafani oleh orang yang masih hidup, serta tidak bisa untuk menggali kuburnya sendiri dan masuk ke dalamnya. Sehingga orang lain pula yang membuatkan untuknya liang kubur dan sekaligus yang memasukkannya.

 

Bila telah kita ketahui bahwa dia sudah tidak mampu bergerak sendiri, tidak mampu mendengar dan melihat serta nyawanya ditahan oleh Allah, maka bagaimana bisa ia memenuhi permintaan orang lain ?

 

Ditambah lagi dengan keadaan dia yang dimintai pertanggungjawaban atas apa yang diperbuat di dunia. Allah berfirman di dalam Al Qur'an :

"Tiap-tiap diri bertanggungjawab atas apa yang diperbuatnya". (QS. Al Muddatsir: 38)

 

Oleh karena itu, tidaklah seseorang meminta pertolongan kepada orang yang sudah meninggal kecuali karena meyakini adanya kekuatan tersendiri yang dimiliki oleh orang yang sudah meninggal tersebut, yang biasa diistilahkan dengan karomah.

 

Namun penamaan ini merupakan kesalahan atau penipuan agar orang lain menyangka hal itu baik, dan akhirnya diikuti. Karena karomah adalah sesuatu yang datang dari Allah untuk memuliakan wali-wali-Nya dan tidak ada faktor kesengajaan dari mereka untuk menampakkannya.

 

Walaupun demikian, seseorang yang memiliki karomah yang hebat, jika dia telah mati, keadaannya sama dengan yang lainnya, tidak bisa mendengar permintaan orang lain dan tidak mengetahui kehidupan di dunia ini. Demikian pula para Nabi dan Rasul, walaupun mereka berada di alam barzakh, mereka juga tidak mengetahui keadaan dan kejadian sepeninggalnya, serta tidak ada hubungan lagi dengan dunia ini, Allah menceritakan kepada kita tentang Nabi Isa:

"Dan adalah aku menjadi saksi terhadap mereka selama aku berada di antara mereka. Maka setelah Engkau wafatkan (angkat) aku, Engkaulah yang mengawasi mereka". (QS. Al Maidah :117)

 

Allah berfirman tentang Rasulullah:

"Sesungguhnya engkau (wahai Muhammad) akan mati dan mereka (juga) akan mati". (QS Az Zumar : 30)

 

Selain keyakinan yang salah di atas, ada juga yang menyakini bahwa ruh orang-orang yang sudah meninggal adalah bebas bergentayangan ikut mengatur alam, mengatur rizki, jodoh, dan sebagainya. Perkataan ini adalah perkataan yang nyata sesatnya, tidaklah menyakininya kecuali orang-orang yang tidak memahami ajaran agama Islam dengan baik dan tidak mengetahui kenyataan yang sebenarnya.

 

Dengan demikian, beristighotsah kepada orang yang mati, baik wali atau Nabi atau yang lainnya adalah perbuatan yang menyelisihi Al Qur'an dan As sunah serta akal sehat, bahkan merupakan perbuatan syirik kepada Allah.

Allah berfirman :

"Dan janganlah kamu berdoa kepada selain Allah karena (yang selain Allah) tidak bisa mendatangkan manfaat untukmu dan tidak pula mudharat. Jika kamu melakukannya maka sungguh engkau termasuk dalam golongan orang-orang yang zholim." (QS. Yunus : 106)

 

Dalam ayat yang lain, Allah berfirman :

"Dan adakah orang yang lebih sesat dari pada orang yang berdoa kepada selain Allah yang mereka tidak mampu mengabulkan (permintaannya) sampai hari kiamat. Sedangkan mereka (orang-orang yang mati) lalai (tidak mendengar) do'a mereka." (QS. Al Ahqaf : 05)

 

Dalam ayat di atas Allah menerangkan bahwa berdo'a kepada selain Allah adalah perkara yang dholim. Kedholiman di sini adalah syirik, sebagaimana diterangkan dalam ayat yang lain :

"Wahai anakku janganlah engkau mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kedholiman yang besar". (Q.S. Luqman : 12) Rasulullah bersabda ketika ditanya :

"Dosa apakah yang paling besar di sisi Allah Berkata Rasullah: Engkau menjadikan sekutu untuk Allah sedangkan Dia yang menciptakanmu". (HR. Al Bukhari dan Muslim)

 

3. Istighotsah kepada Malaikat dan Jin

 

Di atas telah disebutkan syarat-syarat beristighotsah kepada makhluk yaitu hidup, hadir, mampu, dan mendengar, sedangkan malaikat dan jin adalah makhluk hidup yang kadang-kadang mampu mendengar dan mampu memenuhi permintaan dengan kehendak Allah. Hanya saja mereka dalam keadaan ghaib, tidak di hadapan kita.

 

Oleh karena itu orang yang beristighotsah kepada mereka memiliki ketergantungan hati yang seharusnya diberikan kepada Allah saja, sehingga istighotsah yang seperti ini termasuk dalam perbuataan syirik.

 

Istighotsah Hanya Kepada Allah

 

Istighotsah dari perkara-perkara berat yang tidak dimampui kecuali oleh Allah, tidak boleh diminta dari selain-Nya. Bahkan hanya kepada-Nyalah istighotsah yang semacam ini harus diminta, karena Dia  telah menyatakan :

"(ingatlah) ketika kalian meminta tolong kepada Tuhan kalian lalu diperkenankan bagi kalian." (QS. An Anfaal : 9)

 

"Atau siapakah yang bisa menjawab (do'a) orang-orang yang terjepit dan menyingkapkan kejelekan serta menjadikan kalian sebagai penguasa di muka bumi. Apakah ada sesembahan lain bersama Allah" (QS. An Naml : 62)

 

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah berkata : "Adapun perkara-perkara yang tidak dimampui kecuali oleh Allah, maka tidaklah diminta kecuali dari-Nya". (Majmu' Fatawa Juz 1, hal. 104)

 

Tanya Jawab

TANYA : Sebagian dari kaum muslimin membolehkan beristighotsah kepada orang yang telah mati atau di atas kuburannya, mereka berdalil dengan sebuah hadits :

"Jika perkara-perkara telah memberatkan kalian, maka hendaklah meminta tolong kepada ahli kubur ".

Apakah hal ini dibenarkan ?

 

Jawab : Bahwa beristighotsah kepada orang yang telah mati termasuk jenis istighotsah yang dilarang, dan pelakunya telah melakukan syirik akbar sebagaimana pembahasan di atas. Adapun hadits di atas yang digunakan sebagai hujjah atau dalil atas bolehnya beristighotsah kepada ahli kubur adalah hadits maudhu' (palsu) yang tidak ada seorang pun dari ahli hadits meriwayatkannya, dan merupakan kedustaan atas nama Rasulullah. Sebagaimana yang telah dipaparkan oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah dalam Majmu' Fatawa juz 1, hal. 356

Wallahu A'lam bish Showab

 

Sumber: www.mahadassalafy.net

 

 

B. Doa Kepada Allah Ada Dua Jenis

 

Doa kepada Allah terbagi menjadi 2[1]:

 

Jenis pertama: Doa ibadah.

 

Yaitu meminta pahala dengan menggunakan (baca: bertawassul) amalan-amalan saleh seperti: Pengucapan dua kalimat syahadat dan pengamalan konsekuensi keduanya, shalat, puasa, zakat, haji, menyembelih untuk Allah, dan bernazar untuk-Nya. Sebagian ibadah di atas ada yang mengandung doa dengan lisan (lisanul maqal) disertai doa dengan keadaan (lisanul hal) misalnya shalat. Barangsiapa yang mengerjakan ibadah-ibadah ini dan ibadah fi'liyah (yang berupa perbuatan) lainnya maka berarti dia telah berdoa dan meminta kepada Rabbnya -dengan keadaannya ketika itu (sedang beribadah)- agar Dia mengampuni dirinya.

 

Kesimpulannya, doa ibadah adalah seorang beribadah kepada Allah untuk meminta pahala-Nya dan karena takut terhadap siksaan-Nya. Jenis doa (ibadah) ini tidak boleh diperuntukkan kepada selain Allah Ta'ala, dan barangsiapa yang memalingkan sedikit pun darinya kepada selain Allah maka sungguh dia telah kafir dengan kekafiran akbar yang mengeluarkan dari agama[2].

 

Jenis kedua: Doa mas`alah atau doa berupa permintaan.

 

Dia adalah permintaan akan sesuatu yang mendatangkan manfaat bagi orang yang berdoa berupa mendapatkan manfaat dan terhindar dari mudharat, serta meminta sesuatu yang merupakan kebutuhannya. Adapun hukum doa mas`alah, maka terdapat rincian sebagai berikut:

 

Jika doa mas`alah ini berasal dari seorang hamba dan ditujukan kepada yang semisalnya dari para makhluk sementara makhluk tersebut (yang ditujukan permintaan kepadanya, pent.) mampu memenuhi permintaannya, hidup, dan berada di dekatnya[3] maka ini bukanlah kesyirikan. Misalnya kamu berkata kepada seseorang: Berikan saya air minum, atau kamu katakan: Wahai fulan, berikan saya makanan, atau ucapan semacamnya, maka yang seperti ini tidak bermasalah. Karenanya beliau -shallallahu alaihi wasallam- bersabda:

 

"Barangsiapa yang meminta dengan menggunakan nama Allah maka berikanlah permintaannya, barangsiapa yang meminta perlindungan dengan nama Allah maka lindungilah dia, dan barangsiapa yang mengundang kalian maka penuhilah undangannya. Barangsiapa yang berbuat kebaikan kepadamu maka balaslah dia, tapi jika kalian tidak mempunyai sesuatu untuk membalasnya maka doakanlah kebaikan untuknya sampai kalian menyangka kalian sudah membalas kebaikannya." (HR. Abu Daud no. 4445 dan An-Nasai no. 2520)

 

Seseorang berdoa dan meminta kepada makhluk sesuatu yang tidak ada yang sanggup memenuhi permintaan itu kecuali Allah semata. Orang seperti ini telah berbuat kesyirikan dan kekafiran, baik makhluk tempat dia berdoa adalah orang yang masih hidup maupun telah meninggal, baik dia ada maupun tidak berada di dekatnya. Misalnya orang yang berdoa: Wahai tuanku, sembuhkanlah penyakitku, kembalikanlah barangku yang hilang, berikanlah kelapangan-berikanlah kelapangan, berikanlah aku anak. Ini adalah kekafiran akbar yang mengeluarkan dari agama.

 

Hubungan antara kedua jenis ibadah ini adalah: Setiap doa mas`alah adalah doa ibadah dan setiap doa ibadah maka pasti terkandung di dalamnya doa mas`alah. Hal itu karena ketika dia berdoa kepada Allah meminta sesuatu maka ketika itu dia sedang beribadah, dan inilah doa ibadah. Dan ketika seseorang sedang beribadah kepada Allah -misalnya shalat-, maka pasti di dalam hatinya dia meminta sesuatu kepada Allah dengan shalatnya. Dan permintaannya ini adalah doa mas`alah.

 

Footnote:

[1] Dan kata 'doa' di dalam Al-Qur`an terkadang bermakna doa ibadah, terkadang bermakna doa mas`alah, dan terkadang bermakna keduanya

[2] Lihat Fath Al-Majid hal. 180, Al-Qaul Al-Mufid ala Kitab At-Tauhid karya Al-Allamah Ibnu Al-Utsaimin (1/117), dan Fatawa Ibnu Al-Utsaimin (6/52)

[3] Ini syarat yang sangat penting dari dibolehkannya berdoa dengan doa mas`alah kepada selain Allah. Yakni selain Allah itu harus: Hidup, hadir dan mendengar permintaan kepadanya, dan dia mampu memenuhi permintaan tersebut.

 

Sumber: http://al-atsariyyah.com/doa-kepada-allah-ada-dua-jenis.html

 

--
-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-
Serulah kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik
dan bantahlah mereka dengan cara yang lebih baik. -Qs. 16 an-Nahl :125
 
Berilah mereka pelajaran, dan katakanlah kepada mereka perkataan yang berbekas pada jiwa mereka. -Qs. 4 an-Nisa' : 63
 
Gabung : Milis_Iqra-subscribe@googlegroups.com
Keluar : Milis_Iqra-unsubscribe@googlegroups.com
Situs 1 : http://groups.google.com/group/Milis_Iqra
Mod : moderator.milis.iqra@gmail.com
-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-

Friday, February 3, 2012

[Milis_Iqra]

mo keluar kawan...................................................................................................................

--
-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-
Serulah kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik
dan bantahlah mereka dengan cara yang lebih baik. -Qs. 16 an-Nahl :125

Berilah mereka pelajaran, dan katakanlah kepada mereka perkataan yang berbekas pada jiwa mereka. -Qs. 4 an-Nisa' : 63

Gabung : Milis_Iqra-subscribe@googlegroups.com
Keluar : Milis_Iqra-unsubscribe@googlegroups.com
Situs 1 : http://groups.google.com/group/Milis_Iqra
Mod : moderator.milis.iqra@gmail.com
-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-

Re: [Milis_Iqra] Video Pernyataan Sikap Persatuan Sunni dan Syiah

thanks

2012/2/2 Ifadah <ifadah@gmail.com>
Dengan berdasarkan fatwa para Mufti dan Ulama besar, maka para ulama
dan cendekiawan Sunni dan Syiah sedunia menyatakan sikap, dan
menandatangani pernyataan sikapnya demi persatuan umat Islam sedunia,
videonya akses: http://www.youtube.com/watch?v=Gh6Ht603NHQ

--
-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-
Serulah kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik
dan bantahlah mereka dengan cara yang lebih baik. -Qs. 16 an-Nahl :125

Berilah mereka pelajaran, dan katakanlah kepada mereka perkataan yang berbekas pada jiwa mereka. -Qs. 4 an-Nisa' : 63

Gabung : Milis_Iqra-subscribe@googlegroups.com
 Keluar : Milis_Iqra-unsubscribe@googlegroups.com
 Situs 1 : http://groups.google.com/group/Milis_Iqra
    Mod : moderator.milis.iqra@gmail.com
-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-



--
Andre Tauladan

--
-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-
Serulah kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik
dan bantahlah mereka dengan cara yang lebih baik. -Qs. 16 an-Nahl :125
 
Berilah mereka pelajaran, dan katakanlah kepada mereka perkataan yang berbekas pada jiwa mereka. -Qs. 4 an-Nisa' : 63
 
Gabung : Milis_Iqra-subscribe@googlegroups.com
Keluar : Milis_Iqra-unsubscribe@googlegroups.com
Situs 1 : http://groups.google.com/group/Milis_Iqra
Mod : moderator.milis.iqra@gmail.com
-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-

Re: [Milis_Iqra] Video Pernyataan Sikap Persatuan Sunni dan Syiah

Powered by Telkomsel BlackBerry®

From: Andreansyah Dwi Wibowo <musashi05@gmail.com>
Sender: milis_iqra@googlegroups.com
Date: Fri, 3 Feb 2012 21:11:06 +0700
To: <milis_iqra@googlegroups.com>
ReplyTo: milis_iqra@googlegroups.com
Subject: Re: [Milis_Iqra] Video Pernyataan Sikap Persatuan Sunni dan Syiah

thanks

2012/2/2 Ifadah <ifadah@gmail.com>
Dengan berdasarkan fatwa para Mufti dan Ulama besar, maka para ulama
dan cendekiawan Sunni dan Syiah sedunia menyatakan sikap, dan
menandatangani pernyataan sikapnya demi persatuan umat Islam sedunia,
videonya akses: http://www.youtube.com/watch?v=Gh6Ht603NHQ

--
-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-
Serulah kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik
dan bantahlah mereka dengan cara yang lebih baik. -Qs. 16 an-Nahl :125

Berilah mereka pelajaran, dan katakanlah kepada mereka perkataan yang berbekas pada jiwa mereka. -Qs. 4 an-Nisa' : 63

Gabung : Milis_Iqra-subscribe@googlegroups.com
 Keluar : Milis_Iqra-unsubscribe@googlegroups.com
 Situs 1 : http://groups.google.com/group/Milis_Iqra
    Mod : moderator.milis.iqra@gmail.com
-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-



--
Andre Tauladan

--
-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-
Serulah kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik
dan bantahlah mereka dengan cara yang lebih baik. -Qs. 16 an-Nahl :125
 
Berilah mereka pelajaran, dan katakanlah kepada mereka perkataan yang berbekas pada jiwa mereka. -Qs. 4 an-Nisa' : 63
 
Gabung : Milis_Iqra-subscribe@googlegroups.com
Keluar : Milis_Iqra-unsubscribe@googlegroups.com
Situs 1 : http://groups.google.com/group/Milis_Iqra
Mod : moderator.milis.iqra@gmail.com
-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-

Re: [Milis_Iqra] 'ADALAH SAHABAT, TANGGAPAN ATAS ARTIKEL JALALUDDIN RAKHMAT -1-

Jawaban yang bukan jawaban ... :-) Jelas arah komentar saya tidak mengarah pada tafsir, coba baca pelan-pelan :

[Arman] : Saya rasa kalimat pada phrase ini :

Karena di mana pun di dunia ini, ketika orang ingin mengetahui sejarah dan catatan-catatan tentang kejadian sebelum kelahirannya, pasti memerlukan info dari orang yang hidup sebelumnya. Kita bisa saja lebih berpendidikan dari orang tua kita. Tapi kejadian-kejadian di tengah keluarga kita, sebelum kita lahir, atau ketika kita masih balita, pastilah mereka yang tahu. Sepintar dan sesuci apa pun kita melihat diri kita, tidak mungkin kita lebih tahu dari orang tua kita tentang semua kejadian sebelum kita lahir. Di sini, keinginan kita untuk mengetahui sejarah otentik keluarga kita atau masa-masa balita kita, harus meletakkan orang tua kita sebagai sumber informasi yang terpercaya.


Tidak membuat kita menolak untuk mengkritisi apapun yang diatasnamakan pada sahabat itu sendiri atau bahkan pada diri Nabi Saw sendiri sekalipun. Sebab jika hal ini tidak dilakukan maka umat Islam tidak akan berbeda dengan umat Kristiani atau juga Yahudi yang selalu berargumen bahwa nash-nash yang ada dalam al-Qur'an merupakan ciplakan asal dari Kitab PL maupun PB yang lalu dimodifikasi oleh Muhammad. Mereka kerap menggunakan argumentasi yang sama seperti analogi phrase yang saya kutip diatas. Menurut mereka, para murid dan orang-orang terdahulu pastinya merupakan saksi mata, saksi hidup dari perjalanan sejarah Yesus Kristus yang sesungguhnya ketimbang Muhammad yang hidup sekitar 650 tahun sesudahnya. Olehnya maka PB lebih otentik ketimbang al-Qur'an. Ini logika yang sama persis.




2012/2/3 wawan™ و و ﻦ <hrn.milis@gmail.com>


2012/2/3 Armansyah <armansyah.skom@gmail.com>
Kita tidak bicara dalam tataran tafsir tetapi dalam tataran logika berpikir terhadap eksistensi "saksi mata hidup" dari suatu kejadian dimasa lalu .... 

jika tidak dalam kerangka tafsir, maka tidak perlu menyertakan PL, PB dan Al-Quran dalam tanggapan artikel ini.
 

2012/2/3 wawan™ و و ﻦ <hrn.milis@gmail.com>


2012/2/3 Armansyah <armansyah.skom@gmail.com>


2012/2/3 wawan™ و و ﻦ <hrn.milis@gmail.com>
'ADALAH SAHABAT, TANGGAPAN ATAS ARTIKEL JALALUDDIN RAKHMAT: SAHABAT DALAM TIMBANGAN AL-QUR`AN -1-


Ditulis Oleh Abdul Hayyie Al Kattani
  


[Arman] : Saya rasa kalimat pada phrase ini :

Karena di mana pun di dunia ini, ketika orang ingin mengetahui sejarah dan catatan-catatan tentang kejadian sebelum kelahirannya, pasti memerlukan info dari orang yang hidup sebelumnya. Kita bisa saja lebih berpendidikan dari orang tua kita. Tapi kejadian-kejadian di tengah keluarga kita, sebelum kita lahir, atau ketika kita masih balita, pastilah mereka yang tahu. Sepintar dan sesuci apa pun kita melihat diri kita, tidak mungkin kita lebih tahu dari orang tua kita tentang semua kejadian sebelum kita lahir. Di sini, keinginan kita untuk mengetahui sejarah otentik keluarga kita atau masa-masa balita kita, harus meletakkan orang tua kita sebagai sumber informasi yang terpercaya.


Tidak membuat kita menolak untuk mengkritisi apapun yang diatasnamakan pada sahabat itu sendiri atau bahkan pada diri Nabi Saw sendiri sekalipun. Sebab jika hal ini tidak dilakukan maka umat Islam tidak akan berbeda dengan umat Kristiani atau juga Yahudi yang selalu berargumen bahwa nash-nash yang ada dalam al-Qur'an merupakan ciplakan asal dari Kitab PL maupun PB yang lalu dimodifikasi oleh Muhammad. Mereka kerap menggunakan argumentasi yang sama seperti analogi phrase yang saya kutip diatas. Menurut mereka, para murid dan orang-orang terdahulu pastinya merupakan saksi mata, saksi hidup dari perjalanan sejarah Yesus Kristus yang sesungguhnya ketimbang Muhammad yang hidup sekitar 650 tahun sesudahnya. Olehnya maka PB lebih otentik ketimbang al-Qur'an. Ini logika yang sama persis.


secara analogi adalah sama persis. hanya saja , ada perbedaan yg sangat2 mendasar,
yaitu Islam menghapus agama2 dan kitab2 sebelumnya.

"Demi Dzat yang jiwa Muhammad ada di tangan-Nya, tidaklah mendengar tentangku salah satu dari umat ini, baik ia Yahudi dan Nashrani, kemudian ia mati dalam keadaan tidak beriman dengan apa yang diturunkan kepadaku, melainkan ia menjadi penghuni neraka".

menurut Imam Nawawi :

 "Hadits ini mengandung perihal dihapusnya seluruh agama dengan ditusnya Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam. Umat yang dimaksudkan dalam hadits ini, mereka yang hidup di jamannya Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam dan setelahnya sampai hari kiamat. Disebutkannya Yahudi dan Nashrani, dikarenakan kedua golongan ini mempunyai kitab, maka bagi selain mereka yang tidak mempunyai kitab tentunya lenih utama dalam mengimani Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam.

"Sesungguhnya orang-orang mukmin, orang-orang yahudi, orang-orang nashrani, dan orang-orang shabi'in, siapa saja diantara mereka yang benar-benar beriman kepada Allah, hari kemudian dan beramal shalih, mereka akan menerima pahala dari tuhan mereka, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka, dan tidak pula merka bersedih hati' (Al Baqarah 62)

Ahli Tafsir menjelaskan, keimanan yahudi (mereka yang berpegang teguh kepada Taurat dan ajaran Nabi Musa 'alaihis sallam) diakui dan diterima sampai diutusnya Nabi Isa 'alaihis salam. Adapun sesudah datangnya Nabi Isa 'alaihis sallam dan mereka itu tetap berpegang teguh kepada ajaran Musa, dan tidak meninggalkannya, serta tidak beriman kepada Nabi Isa 'alaihis salam, maka celakalah ia. Demikian pula keimanan Nashrani diakui sampai diutusnya Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam. Maka setelah itu siapapun yang tetap berpegang teguh kepada Injil dan ajaran Isa serta tidak mengikuti ajaran Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, maka celakalah ia.

Wallahu a'lam bish shawab 
 
dikutip dari Islam Menghapus Agama-Agama Sebelumnya dan Penyempurna Bagi Seluruh Agama

--
-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-
Serulah kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik
dan bantahlah mereka dengan cara yang lebih baik. -Qs. 16 an-Nahl :125
 
Berilah mereka pelajaran, dan katakanlah kepada mereka perkataan yang berbekas pada jiwa mereka. -Qs. 4 an-Nisa' : 63
 
Gabung : Milis_Iqra-subscribe@googlegroups.com
Keluar : Milis_Iqra-unsubscribe@googlegroups.com
Situs 1 : http://groups.google.com/group/Milis_Iqra
Mod : moderator.milis.iqra@gmail.com
-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-



--
Salamun 'ala manittaba al Huda



ARMANSYAH

--
-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-
Serulah kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik
dan bantahlah mereka dengan cara yang lebih baik. -Qs. 16 an-Nahl :125
 
Berilah mereka pelajaran, dan katakanlah kepada mereka perkataan yang berbekas pada jiwa mereka. -Qs. 4 an-Nisa' : 63
 
Gabung : Milis_Iqra-subscribe@googlegroups.com
Keluar : Milis_Iqra-unsubscribe@googlegroups.com
Situs 1 : http://groups.google.com/group/Milis_Iqra
Mod : moderator.milis.iqra@gmail.com
-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-

--
-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-
Serulah kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik
dan bantahlah mereka dengan cara yang lebih baik. -Qs. 16 an-Nahl :125
 
Berilah mereka pelajaran, dan katakanlah kepada mereka perkataan yang berbekas pada jiwa mereka. -Qs. 4 an-Nisa' : 63
 
Gabung : Milis_Iqra-subscribe@googlegroups.com
Keluar : Milis_Iqra-unsubscribe@googlegroups.com
Situs 1 : http://groups.google.com/group/Milis_Iqra
Mod : moderator.milis.iqra@gmail.com
-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-



--
Salamun 'ala manittaba al Huda



ARMANSYAH

--
-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-
Serulah kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik
dan bantahlah mereka dengan cara yang lebih baik. -Qs. 16 an-Nahl :125
 
Berilah mereka pelajaran, dan katakanlah kepada mereka perkataan yang berbekas pada jiwa mereka. -Qs. 4 an-Nisa' : 63
 
Gabung : Milis_Iqra-subscribe@googlegroups.com
Keluar : Milis_Iqra-unsubscribe@googlegroups.com
Situs 1 : http://groups.google.com/group/Milis_Iqra
Mod : moderator.milis.iqra@gmail.com
-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-