Saturday, February 4, 2012

[Milis_Iqra] Ya Allah Jangan Jadikan Kuburku Berhala dan SYIRIK Meminta Syafa'at Kepada Orang Mati

Ya Allah Jangan Jadikan Kuburku Berhala dan SYIRIK Meminta Syafa'at Kepada Orang Mati

 

A. Ya Allah Jangan Jadikan Kuburku Berhala

 

Inilah untaian doa sekaligus peringatan Rasulullah di atas ranjang kematian beliau.

 

Doa dengan kata-kata yang sarat makna dan sebuah ungkapan yang mengandung luapan kasih sayang, "Ya Allah, jangan jadikan kuburku berhala." Sebuah bentuk semangat yang tinggi dan kasih sayang yang dalam terhadap umatnya. Hal ini telah dijelaskan oleh Allah:

 

"Sungguh telah datang kepadamu seorang Rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mukmin." (At-Taubah: 128)

 

artinya beliau sangat menginginkan (bersemangat) atas kalian. Kata Ibnu Katsir, yakni bersemangat untuk membimbing kalian dan menyampaikan manfaat dunia dan akhirat kepada kalian. Abu Dzar mengatakan: "Rasulullah telah meninggalkan kita dan tiadalah seekor burung yang mengepakkan sayapnya di udara melainkan beliau telah menyampaikan ilmunya."

 

Bahkan Rasulullah bersabda: "Tidak ada sesuatu yang mendekatkan kepada surga dan menjauhkan dari neraka melainkan telah disampaikan kepada kalian." (Lihat Tafsir Ibnu Katsir, 2/425)

 

Kasih sayang terhadap kaum mukminin. Diterangkan As-Sa'di, beliau sangat penyayang dan belas kasih kepada mereka, lebih penyayang kepada mereka dibandingkan kasih sayang kedua orangtua mereka. (Tafsir As-Sa'di hal. 313)

 

Lantunan doa ini sama dengan apa yang telah diucapkan oleh Abu Al-Muwahhidin (bapak para pemeluk tauhid), Khalilullah Ibrahim:

 

"Dan (ingatlah), ketika Ibrahim berkata: 'Ya Rabbku, jadikanlah negeri ini (Makkah), negeri yang aman dan jauhkanlah aku beserta anak cucuku dari menyembah berhala-berhala'." (Ibrahim: 35)

 

Sabda Nabi: "Jangan jadikan kuburku sebagai berhala" mengandung beberapa faedah:

 

1. Sebuah peringatan sekaligus berita ilahi bahwa mayoritas umatnya akan terjatuh ke dalam fitnah (ujian/bala) ini.

 

2. Usaha beliau menutup segala pintu dan jalan yang akan mengantarkan kepada malapetaka besar dan kepada dosa yang akan mengekalkan di dalam neraka. Itulah bencana dan dosa syirik.

 

3. Peringatan keras sekaligus pengajaran sikap beragama agar tidak menyerupai sedikitpun orang-orang kafir dalam urusan agama, peribadatan, dan perilaku mereka.

 

4. Agama yang dibawanya kekal sekalipun beliau telah tiada. Tidak ada kebaikan sedikitpun yang masih tersisa yang belum beliau sampaikan, serta tidak ada kejelekan atau yang akan membawa kepadanya sekecil apapun melainkan beliau telah memperingatkan darinya.

 

Iblis Pemimpin Penuhan Kubur

 

Tidak ada seorang muslim pun, bagaimanapun rendah ilmunya tentang agama, yang tidak mengetahui jika iblis merupakan pemimpin kejahatan, musuh Allah dan musuh orang-orang yang beriman. Akan tetapi berapa dari kaum muslimin yang mengetahui segala bentuk perangkap dan tipu muslihatnya? Betapa banyak mereka yang berada dalam kungkungan dan jeratan iblis, tidak sanggup untuk melepaskan diri darinya, baik orang yang dikatakan berilmu, terlebih yang tidak memiliki ilmu.

 

Bukankah Allah yang telah mengatakan kepadanya:

 

"Allah berfirman: 'Turunlah kamu dari surga itu, karena kamu tidak sepatutnya menyombongkan diri di dalamnya. Maka keluarlah, sesungguhnya kamu termasuk orang-orang yang hina'." (Al-A'raf: 13)

 

"Allah berfirman: 'Keluarlah dari surga karena sesungguhnya kamu terkutuk dan sesungguhnya kutukan itu tetap menimpamu sampai hari kiamat'." (Al-Hijr: 34-35)

 

"Allah berfirman: 'Maka keluarlah kamu dari surga, sesungguhnya kamu adalah orang yang terkutuk, sesungguhnya kutukan-Ku tetap atasmu sampai hari pembalasan'." (Shad: 77-78)

 

Dialah iblis yang telah berkata di hadapan Allah:

 

"Iblis berkata: 'Ya Rabbku, beri tangguhlah aku sampai hari mereka dibangkitkan'." (Shad: 79)

 

Dialah yang berkata:

 

"Iblis menjawab: 'Karena Engkau telah menghukum aku tersesat, aku benar-benar akan (menghalang-halangi) mereka dari jalan Engkau yang lurus kemudian aku akan mendatangi mereka dari muka dan dari belakang mereka, dari kanan dan dari kiri mereka dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur (taat)'." (Al-A'raf: 16-17)

 

"Iblis berkata: 'Ya Rabbku, oleh sebab Engkau telah memutuskan bahwa aku sesat, pasti aku akan menjadikan mereka memandang baik (perbuatan maksiat) di muka bumi, dan pasti aku akan menyesatkan mereka semuanya'." (Al-Hijr: 39)

 

"Iblis menjawab: 'Demi kekuasaan Engkau aku akan menyesatkan mereka semuanya'." (Shad: 82)

 

Karena semua usahanya inilah, Allah menvonisnya:

 

"Sesungguhnya Aku pasti akan memenuhi neraka Jahannam dengan jenis kamu dan dengan orang-orang yang mengikuti kamu di antara mereka semuanya." (Shad: 85)

 

Dialah iblis sebagai imam kejahatan, imam penentang Allah, imam penduduk neraka. Dia berusaha menjerumuskan seseorang agar terjatuh dalam penuhanan kuburan, yakni mengultuskan penghuni kubur serta menjadikannya Tuhan. Iblis melakukan tipu muslihat yang sangat jitu dan berbahaya. Sulit bagi seseorang untuk bisa keluar darinya. Sebagai pemimpin kejahatan, tidak mungkin dia akan menginginkan kebaikan bagi orang-orang yang beriman.

 

Fitnah Kubur adalah Fitnah Besar

 

Fitnah yang bermakna ujian, merupakan sebuah ketentuan yang pasti terjadi. Ketentuan yang terus bergulir sepanjang kehidupan dunia ini dan akan berakhir dengan ujian yang paling besar, yakni ujian neraka.

 

Kubur merupakan sebuah fitnah yang melanda umat Rasulullah. Tidak ada satupun dari negeri muslimin melainkan di sana ada kuburan yang dikultuskan. Sebuah fitnah yang tidak hanya melanda orang rendahan atau orang jahil semata, bahkan mengenai seluruh lapisan. Sebuah fitnah yang telah menjadikan kelabu, suram, gelap jalan hidup kaum muslimin. Bagaimana tidak? Padahal:

 

Pertama: Rusaknya batiniah mereka karena menyerahkan seluruh persoalan hidupnya, bahagia dan susah, lulus atau gagal, selamat atau celaka, beruntung atau merugi, bahkan baik atau buruk kepada kuburan. Semua jenis ibadah batiniah seperti tawakal, berharap, takut, cinta, dan sebagainya ditujukan untuk kuburan. Oleh karena itu, adakah bagian Allah yang masih tersisa di tengah umat seperti ini jika semua urusan dikembalikan kepada kuburan?

 

Bisakah kuburan dan penghuninya berbuat untuk dirinya? Jika hal itu tidak mungkin, bagaimana mungkin dia bisa berbuat untuk orang lain?

 

Kedua: Rusaknya lahiriah mereka karena telah berkorban yang tidak sedikit untuk sebuah kuburan tertentu, baik dengan menyembelih korban padanya, bernadzar untuknya, atau mempersiapkan bekal yang banyak untuk mengelilingi makam para wali dengan tujuan mendulang berkah darinya. Sungguh, siapakah yang bisa melakukan pengubahan nasib hidup kalau bukan Allah?

 

Lalu apakah yang mereka sisakan untuk Allah jika harta semuanya diperuntukkan bagi kuburan?

 

Ketiga: Bahkan umat yang telah ditimpa fitnah ini siap berkorban darah terhadap siapa saja yang mengingkari dan menentang perbuatan mereka.

 

Keempat: Fitnah kuburan akan mengantarkan kepada syirik besar dan kecil. Sementara kita telah mengetahui bahwa syirik merupakan kezaliman yang paling tinggi, dosa yang paling besar, yang akan menghapuskan seluruh amalan di dalam Islam, mengekalkan pelakunya di dalam neraka. Oleh karena itu, Rasulullah dengan keras memperingatkan:

 

"Allah telah melaknat Yahudi dan Nasrani, karena mereka telah menjadikan kuburan nabi-nabi mereka sebagai masjid." (HR. Al-Bukhari (3/156, 198 dan 8/114) dan Muslim (2/67) dari sahabat Aisyah)

 

Kuburan dan Masjid, Dua Tempat yang Berbeda

 

Kuburan dan masjid memiliki hukum yang berbeda. Masjid untuk shalat dan membaca Al-Qur'an dan berbagai amalan shalih. Sementara kuburan bukanlah untuk semuanya itu. Allah menjelaskan:

 

"Dan siapakah yang lebih aniaya daripada orang yang menghalang-halangi menyebut nama Allah dalam masjid-masjid-Nya, dan berusaha untuk merobohkannya?"

 

Adapun kuburan, Rasulullah bersabda:

 

"Janganlah kalian duduk di atas kuburan dan jangan kalian shalat menghadapnya." (HR. Al-Bukhari (3/156, 198 dan 8/114) dan Muslim (2/67) dari sahabat Aisyah)

 

Di dalam hadits ini Rasulullah melarang untuk shalat menghadapnya dan duduk di atas kuburan, sementara masjid sebaliknya.

 

Tentang kuburan, Rasulullah juga menjelaskannya

 

"Semua tanah bisa dijadikan masjid (tempat shalat) kecuali kuburan dan kamar mandi."  (HR. Muslim, 3/62, dari sahabat Abu Martsad Al-Ghanawi)

 

Dari penjelasan di atas, jelaslah bahwa antara masjid dan kuburan berbeda. Maka tidak boleh membangun masjid padanya atau shalat di atasnya atau shalat menghadapnya. Sebagaimana tidak bolehnya kita memberikan hukum-hukum masjid kepada kuburan dan siapapun yang dimakamkan padanya.

 

Asy-Syaikh Al-Albani menjelaskan: "Masjid dan kuburan tidak akan berkumpul." (Tahdzirus Sajid hal. 28)

 

Makna Menjadikan Kuburan Sebagai Masjid

 

Sebagaimana yang telah lewat, fitnah kubur adalah sebuah fitnah yang besar yang telah menghancurkan aqidah kaum muslimin secara khusus dan manusia secara umum. Bagaimana tidak. Tidak ada satupun negeri kaum muslimin melainkan terdapat kuburan yang diagungkan dan dikultuskan. Dari sini kita mengetahui betapa butuhnya umat ini terhadap dakwah tauhid, menuju pembaruan aqidah. Dakwah yang merupakan poros dakwah para rasul.

 

Dakwah tauhidlah yang telah memberitahukan kepada kita bahwa kuburan akan bisa menggiring umat ini kepada dosa yang paling besar, yaitu menyekutukan Allah. Di antara jalan menuju kesyirikan ini, sebagaimana sabda Rasulullah: "Menjadikan kuburan sebagai masjid." Apakah maknanya?

 

Menjadikan kuburan sebagai masjid memiliki tiga makna:

 

1. Shalat di atas kuburan, artinya sujud di atasnya. Makna ini terambil dari banyak hadits, di antaranya:

 

Dari Abu Sa'id Al-Khudri, ia berkata:

 

"Bahwa Rasulullah telah melarang untuk membangun di atas kuburan, duduk dan shalat di atasnya." (HR. Abu Ya'la dalam Musnad-nya)

 

Ibnu Hajar Al-Haitami mengatakan: "Menjadikan kuburan sebagai masjid artinya shalat di atasnya atau shalat menghadapnya." (Az-Zawajir, 1/121)

 

Al-Imam Ash-Shan'ani berkata: "Menjadikan kubur-kubur sebagai masjid lebih umum maknanya dari sekadar shalat menghadapnya atau shalat di atasnya." (Subulus Salam 1/214)

 

2. Sujud menghadapnya, atau menghadapnya dalam shalat atau berdoa.

 

Makna ini telah dijelaskan oleh dalil-dalil, di antaranya:

 

"Jangan kalian duduk di atas kubur dan jangan kalian shalat menghadapnya."

 

Al-Munawi dalam Faidhul Qadir berkata: "Mereka menjadikan kuburan-kuburan tersebut sebagai arah kiblat bersamaan dengan keyakinan mereka yang batil."

 

3. Membangun masjid di atas kuburan dengan tujuan untuk shalat di atasnya.

 

Al-Imam Al-Bukhari memberikan judul dalam kitabnya: "Bab dibencinya membangun masjid di atas kuburan." Yang menguatkan makna ini adalah hadits Jabir yang diriwayatkan oleh Al-Imam Muslim:

 

"Rasulullah telah melarang untuk mengapuri kuburan, duduk di atasnya dan membangun di atasnya." (Lihat secara ringkas risalah Tahdzirus Sajid, hal. 21 dst)

 

Dari ketiga makna ini, jelaslah maksud larangan Rasulullah: "Jangan menjadikan kuburan sebagai masjid." Jelas pula hikmah larangan tersebut:

 

1. Melarang segala bentuk atau jalan yang dikhawatirkan bisa mengantarkan kepada dosa yang paling besar yaitu kesyirikan.

 

2. Larangan menyerupai kaum musyrikin dalam segala bentuk peribadatan mereka.

 

3. Mewujudkan hak tauhid yang telah diajarkan oleh Rasulullah dengan memberikan hak peribadatan itu hanya kepada Allah. (Lihat secara ringkas risalah Tahdzirus Sajid hal. 105 dan seterusnya)

 

Wallahu a'lam.

 

Sumber: www.asysyariah.com

 

 

B. SYIRIK Meminta Syafa'at Kepada Orang Mati

 

Di samping alasan tawassul sebagai-mana telah disinggung, alasan lain bagi para penyembah kubur adalah mengharapkan pembelaan dan syafaat. Seakan-akan mereka lebih mengetahui dari Allah dan Rasul-Nya tentang syafaat. 

Hal ini persis seperti alasan kaum musyrikin jahiliyah semasa Rasulullah shalallahu 'alaihi wa sallam diutus. Padahal Rasulullah shalallahu 'alaihi wa sallam tidak pernah mengajarkan akan hal itu? Bahkan beliau melarang umatnya dari perbuatan-perbuatan seperti itu. Apakah mereka mau mengajari Allah tentang agama ini?! Ingatlah! Agama ini milik Allah. Untuk itu seluruh amalan, bentuk dan tata cara ibadah sudah seharusnya sesuai dengan aturan dari Allah dan utusan-Nya 


Perhatikan firman Allah berikut: 

 

"Dan mereka menyembah selain daripada Allah apa yang tidak dapat mendatangkan kemudharatan kepada mereka dan tidak (pula) kemanfaatan, dan mereka berkata: "Mereka itu adalah pemberi syafa'at kepada kami di sisi Allah". Katakanlah: "Apakah kamu mengabarkan kepada Allah apa yang tidak diketahui-Nya baik di langit dan tidak (pula) dibumi?" Maha Suci Allah dan Maha Tinggi dari apa yang mereka sekutukan (itu)." (Yunus: 18) 

Ketahuilah, bahwa syafaat atau pembelaan memang diakui keberadaannya. Hal itu akan terjadi pada hari kiamat kelak, khusus-nya pembelaan dan syafaat dari Rasulullah shalallahu 'alaihi wa sallam yang dikenal dengan syafa'atul udzma. Namun harus kita ketahui bahwa syafaat dan pembelaan terhadap seseorang di hadapan Allah tidak mungkin akan terwujud kecuali dengan seizin Allah. Demikian pula tidak mungkin seseorang mendapatkan syafaat atau pembelaan dari orang lain kecuali dari orang-orang yang diridlai oleh Allah Azza wa Jalla. 

Allah Azza wa Jalla memerintahkan agar Rasulullah shalallahu 'alaihi wa sallam memperingatkan manusia akan adanya hari perhitungan dan hisab, dimana pada hari itu tidak bermanfaat syafa'at dan pembelaan siapapun. 

 

"Dan berilah peringatan dengan apa yang diwahyukan itu kepada orang-orang yang takut akan dihimpunkan kepada Tuhannya (pada hari kiamat), sedang bagi mereka ti-dak ada seorang pelindung dan pemberi syafaat pun selain daripada Allah, agar me-reka bertakwa." (al-An'am: 51) 

Dalam ayat ini disebutkan bahwa mereka yang tidak mau mengindahkan peringatan dari Rasulullah shalallahu 'alaihi wa sallam akan diadzab dan tidak akan ada seorang pun yang dapat membe-lanya. Dalam ayat ini pula seakan-akan menunjukkan tidak adanya syafa'at pada hari kiamat. Namun yang dimaksud adalah tidak adanya syafaat bagi orang-orang kafir atau orang-orang yang tidak diberikan izin dan keridlaan dari Allah. 

Di dalam ayat lain Allah menyatakan bahwa syafaat seluruhnya milik Allah. Oleh karena itu janganlah dengan alasan tersebut mereka meminta kepada kuburan-kuburan orang-orang shalih atau berdoa kepada orang mati. Berdoa dan mintalah kepada Allah, karena Dia-lah yang telah menentukan siapa yang boleh memberikan pembelaan dan siapa yang diridlai untuk mendapatkan pembelaan. 

 

"Bahkan mereka mengambil sesembahan se-lain Allah sebagai pemberi syafa'a. Katakan-lah: "Apakah (kamu mengambilnya juga) meskipun mereka tidak memiliki sesuatupun dan tidak berakal?" Katakanlah: "Hanya ke-punyaan Allah syafaat itu semuanya. Kepu-nyaan-Nya kerajaan langit dan bumi. Kemu-dian kepada-Nyalah kamu dikembalikan" (az-Zumar: 43-44) 

 

Allah lah yang menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya da-lam enam masa, kemudian Dia bersemayam di atas 'Arsy. Tidak ada bagi kamu selain da-ri padaNya seorang penolongpun dan ti-dak (pula) seorang pemberi syafa'at. Maka apa-kah kamu tidak memperhatikan? (as-Sajdah: 4) 

Adapun jika dalam al-Qur'an terdapat ayat dan dalil-dalil yang menetapkan adanya syafaat, maka yang dimaksud adalah syafaat yang terjadi setelah mendapatkan izin dari Allah Azza wa Jalla: 

 

"Tiada yang dapat memberi syafa'at di sisi Allah tanpa izin-Nya?" (al-Baqarah: 255) 

 

"Dan berapa banyaknya malaikat di langit, syafaat mereka sedikitpun tidak berguna, ke-cuali sesudah Allah mengijinkan bagi orang yang dikehendaki dan diridhai (Nya)." (an-Najm: 26) 

Dalam ayat kursi, ayat teragung dalam kitab Allah di atas, secara umum dinafikan adanya syafaat kecuali bagi orang-orang yang telah diizinkan. Sedangkan dalam surat an-Najm dijelaskan bahwa malaikat pun tidak dapat memberikan syafaat kecuali setelah diizinkan oleh Allah dan diperuntukan bagi orang yang diridlai-Nya. 

Dari dua ayat di atas, jelaslah bahwa syafaat itu hanya milik Allah semata. Tidak ada yang berhak memberikan syafaat kecuali dengan seizin-Nya dan tidak akan menda-patkan syafaat kecuali orang yang diridlai-Nya. Untuk itu, bagi seorang yang cerdas dia hanya akan meminta syafaat kepada pemi-liknya. Meminta kepada Allah syafaat nabi-Nya dan syafaat atau pembelaan para malai-kat-Nya dan seterusnya. 

Adapun meminta kepada selain Allah untuk mendapatkan pembelaan di hari kiamat, maka ini adalah inti dari kesyirikan yang terjadi pada zaman jahiliyah yaitu za-man kebodohan. Biasanya, alasan kaum musyrikin menyembah sesuatu, baik kuburan, orang yang telah mati, tempat-tempat atau benda-benda yang dianggap keramat dan lainnya adalah karena menganggap sesem-bahan tersebut memiliki apa yang mereka minta, atau dianggap ikut andil dalam memiliki, atau dianggap yang ikut membantu dan bekerjasama dengan pemiliknya, atau dianggap dapat membelanya di hadapan sang pemilik pada hari kiamat kelak. 

Semua alasan dan anggapan tersebut ditiadakan dan dibantah oleh Allah Azza wa Jalla dalam ayat-Nya: 

 

"Katakanlah: "Serulah mereka yang kamu anggap (sebagai tuhan) selain Allah, mereka tidak memiliki seberat zarrah pun di langit dan di bumi, dan mereka tidak mempunyai suatu sahampun dalam (penciptaan) langit dan bumi. Dan sekali-kali tidak ada di an-tara mereka yang menjadi pem-bantu bagi-Nya. Dan tiadalah berguna syafa'at di sisi Allah melainkan bagi orang yang telah diizinkan-Nya memperoleh syafa'at itu… "(Saba': 22-23) 

Ibnul Qoyyim rahimahullah berkata: "Allah Azz wa Jalla telah memutus semua alasan-alasan yang dipegang oleh kaum musyrikin. Seorang musyrik mengambil sesembahannya hanyalah karena apa yang diharapkannya dari manfaat. Sedangkan manfaat tersebut tidak akan didapati, kecuali jika sesembahan tersebut memi-liki salah satu dari empat kriteria: 


1. Bisa jadi karena sesembahan tersebut di-anggap pemilik dari apa yang diinginkan oleh penyembahnya. 
2. Sesembahan tersebut dianggap bersekutu dengan pemiliknya (Allah). 
3. Sesembahan tersebut dianggap sebagai pembantunya. 
4. Sesembahan tersebut dianggap dapat men-jadi pembelanya di hadapan sang pemilik. 

Maka Allah meniadakan keempat alasan tersebut dengan peniadaan yang berurutan, berpindah dari yang paling tinggi kepada yang di bawahnya. Pertama, Allah membantah adanya pemilik selain Dia. Kemudian menia-dakan adanya sekutu yang bersekutu dengan-Nya. Kemudian meniadakan pula adanya pembantu bagi Allah dan terakhir meniada-kan pula syafaat yang diharapkan oleh si musyrik tersebut. Setelah itu Allah mene-tapkan adanya syafaat, dimana kaum musyrikin tidak akan mendapatkan bagian dari-padanya. Yaitu syafaat orang yang diizinkan untuk orang yang diridlai. 

Yang Berhak Memberikan Syafaat 

Kalau begitu siapakah yang paling mulia mendapatkan izin dari Allah Azza wa Jalla untuk memberikan syafaat? Dan siapakah yang paling berbahagia mendapatkan keridlaan dari Allah sehingga mendapatkan syafaat dari Rasulullah shalallahu 'alaihi wa sallam? 

Rasulullah shalallahu 'alaihi wa sallam adalah manusia yang paling mulia yang diizinkan oleh Allah untuk memberikan syafaat dikala orang-orang lain tidak sanggup untuk melakukannya. Inilah syafaat yang paling besar, dimana para rasul yang termasuk ulul azmi pun tidak sanggup memikulnya pada saat seluruh manusia me-minta kepada para nabi untuk memintakan keringanan di hadapan Allah di padang mahsyar yang sangat berat. Mereka semuanya menolak dan mengatakan: "nafsi nafsi" (diri-ku, diriku). Hingga akhirnya ketika mereka mendatangi Rasulullah shalallahu 'alaihi wa sallam, maka Rasulullah shalallahu 'alaihi wa sallam mengatakan: "Ana laha" (itulah bagianku). Kemudian Rasulullah sujud di hadapan Allah, di bawah Arsy-Nya. Beliau memuji Allah dan menyanjungnya dengan pujian-pujian yang tidak pernah diucapkan sebelumnya oleh siapapun. Hingga kemudian Allah berfirman: 

 

"Ya Muhammad angkatlah kepalamu, mintalah akan Aku beri dan berilah syafaat Aku akan memberikannya." 

Maka Rasulullah pun mengangkat kepalanya dan berkata: "Umatku, umatku". Kemudian diperintahkan dengan segera kepada orang-orang dari umatnya yang tidak ada hisab pa-danya untuk masuk ke dalam surga. 

Beliau melakukannya lagi, hingga diizinkan untuk memberikan syafaat. Beliau meminta agar disegerakan bagi ahli surga dari umatnya untuk segera memasukinya. 

Selanjutnya Rasulullah shalallahu 'alaihi wa sallam melakukannya kembali dan kemudian beliau memberikan syafaat bagi para pelaku maksiat dari umat-nya yang seharusnya mendapatkan adzab dalam neraka untuk tidak memasukinya. 

Kemudian beliau memberikan syafaat kepada orang-orang yang telah masuk neraka, namun masih memiliki tauhid dan keimanan untuk diselamatkan dari api neraka. Yang terakhir, syafaat Rasulullah untuk penduduk surga agar ditambahkan pahala mereka dan diangkat derajat mereka. 

Hadits-hadits tentang syafaat ini muta-watir dalam Shahih Bukhari, Shahih Muslim dan lain-lainnya. 

Akan tetapi perlu diperhatikan bahwa seluruh syafaat dan pembelaan Rasulullah tersebut diberikan kepada orang-orang yang bertauhid dan tidak melakukan kesyirikan-kesyirikan. Hal itu sebagaimana disebutkan dalam riwayat yang shahih dari Abu Hurairah radhiallahu 'anhu, ketika beliau bertanya kepada Rasulullah shalallahu 'alaihi wa sallam : 

 

"Siapakah orang yang paling berbahagia mendapatkan syafaatmu? Beliau menjawab: "Orang-orang yang mengucapkan Laa ilaha illallah dengan ikhlas dari hatinya". (HR. Bukhari , Nasai dan Imam Ahmad) 

Seorang yang ikhlas mengucapkan 

 

Laa ilaha illallah adalah mereka yang tidak merusak kalimat tersebut dengan kesyirikan-kesyirikan. Sebagaimana dalam riwayat lain dikatakan bahwa Rasulullah shalallahu 'alaihi wa sallam bersabda: 

 

"Setiap nabi memikiki doa yang dikabulkan, dan mereka telah menyebutkan doa tersebut, sedangkan aku menundanya sebagai syafaat bagi umatku pada hari kiamat. Maka sya-faat ini pasti akan didapatkan insya Allah oleh orang yang mati dalam keadaan tidak mempersekutukan Allah dengan sesuatu apapun." (HR. Muslim dalam Shahihnya) 

Dengan demikian jelaslah bahwa orang yang meminta syafa'at kepada kuburan-ku-buran para nabi atau pada kuburan orang-orang yang shalih justru tidak akan menda-patkan syafa'at karena perbuatan syiriknya tersebut. 

Wallahu a'lam 

 

Sumber: http://muhammad-assewed.blogspot.com/2008/09/syirik-meminta-syafaat-kepada-orang.html

 

--
-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-
Serulah kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik
dan bantahlah mereka dengan cara yang lebih baik. -Qs. 16 an-Nahl :125
 
Berilah mereka pelajaran, dan katakanlah kepada mereka perkataan yang berbekas pada jiwa mereka. -Qs. 4 an-Nisa' : 63
 
Gabung : Milis_Iqra-subscribe@googlegroups.com
Keluar : Milis_Iqra-unsubscribe@googlegroups.com
Situs 1 : http://groups.google.com/group/Milis_Iqra
Mod : moderator.milis.iqra@gmail.com
-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-

No comments:

Post a Comment