Friday, June 5, 2009

[Milis_Iqra] Fw: Doa dari Keranjang Tempe

----- Original Message -----
From: Joko Purwanto

Doa dari Keranjang Tempe

Di Karangayu, sebuah desa di Kendal, Jawa Tengah, tempat tinggal seorang ibu
penjual tempe . Tak ada pekerjaan lain yang dapat dia lakukan sebagai
menyambung hidup. Meski demikian, nyaris tak pernah lahir keluhan dari
bibirnya. Ia jalani hidup dengan riang.
"Jika tempe ini yang nanti mengantarku ke surga, kenapa aku harus
menyesalinya. " demikian dia selalu memaknai hidupnya.
Suatu pagi, setelah salat subuh, dia pun berkemas. Mengambil keranjang
bambu tempat tempe , dia berjalan ke dapur. Diambilnya tempe-tempe yang dia
letakkan di atas meja panjang. Tapi.......deg !! dadanya gemuruh. Tempe yang
akan dia jual, ternyata belum jadi. Masih berupa kacang, sebagian berderai,
belum disatukan ikatan-ikatan putih kapas dari peragian. Tempe itu masih
harus menunggu satu hari lagi untuk jadi. Tubuhnya lemas. Dia bayangkan,
hari ini pasti dia tidak akan mendapatkan uang, untuk makan, dan modal
membeli kacang, yang akan dia olah kembali menjadi tempe.
Di tengah putus asa, terbersit harapan di dadanya. Dia tahu, jika meminta
kepada Allah, pasti tak akan ada yang mustahil. Maka, ditengadahkan kepala,
dia angkat tangan, dia baca doa. "Ya Allah, Engkau tahu kesulitanku. Aku
tahu Engkau pasti menyayangi hamba-Mu yang hina ini. Bantulah aku ya Allah,
jadikanlah kedelai ini menjadi tempe . Hanya kepada-Mu kuserahkan
nasibku..."
Dalam hati, dia yakin, Allah akan mengabulkan doanya. Dengan tenang, dia
tekan dan mampatkan daun pembungkus tempe . Dia rasakan hangat yang
menjalari daun itu. Proses peragian memang masih berlangsung. Dadanya
gemuruh.
Dan pelan, dia buka daun pembungkus tempe. Dan... dia kecewa. Tempe itu
masih belum juga berubah. Kacangnya belum semua menyatu oleh kapas-kapas
ragi putih. Tapi, dengan memaksa senyum, dia berdiri. Dia yakin, Allah pasti
sedang "memproses" doanya. Dan tempe itu pasti akan jadi. Dia yakin, Allah
tidak akan menyengsarakan hambanya yang setia beribadah seperti dia. Sambil
meletakkan semua tempe setengah jadi itu ke dalam keranjang, dia berdoa
lagi. "Ya Allah, aku tahu tak pernah ada yang mustahil bagi-Mu. Engkau Maha
Tahu, bahwa tak ada yang bisa aku lakukan selain berjualan tempe. Karena itu
ya Allah, jadikanlah. Bantulah aku, kabulkan doaku..."
Sebelum mengunci pintu dan berjalan menuju pasar, dia buka lagi daun
pembungkus tempe. Pasti telah jadi sekarang, batinnya. Dengan berdebar, dia
intip dari daun itu, dan... belum jadi. Kacang itu belum sepenuhnya memutih.
Tak ada perubahan apa pun atas ragian kacang tersebut.
"Keajaiban Tuhan akan datang....pasti, " yakinnya. Dia pun berjalan ke
pasar. Di sepanjang perjalanan itu, dia yakin, "kehendak" Tuhan tengah
bekerja untuk mematangkan proses peragian atas tempe tempenya. Berkali-kali
dia dia memanjatkan doa... berkali-kali dia yakinkan diri, Allah pasti
mengabulkan doanya. Sampai di pasar, di tempat dia biasa berjualan, dia
letakkan keranjang-keranjang itu.
"Pasti sekarang telah jadi tempe !" batinnya. Dengan berdebar, dia buka
daun pembungkus tempe itu, pelan-pelan. Dan... dia terlonjak. Tempe itu
masih tak ada perubahan. Masih sama seperti ketika pertama kali dia buka di
dapur tadi. Kecewa, airmata menitik di keriput pipinya. Kenapa doaku tidak
dikabulkan? Kenapa tempe ini tidak jadi?
Kenapa Tuhan begitu tidak adil? Apakah Dia ingin aku menderita? Apa salahku?
Demikian batinnya berkecamuk. Dengan lemas, dia gelar tempe-tempe setengah
jadi itu di atas plastik yang telah dia sediakan. Tangannya lemas, tak ada
keyakinan akan ada yang mau membeli tempenya itu. Dan dia tiba-tiba merasa
lapar... merasa sendirian. Allah telah meninggalkan aku, batinnya.
Airmatanya kian menitik. Terbayang esok dia tak dapat berjualan... esok dia
pun tak akan dapat makan.
Dilihatnya kesibukan pasar, orang yang lalu lalang, dan "teman-temannya"
sesama penjual tempe di sisi kanan dagangannya yang mulai berkemas.
Dianggukinya mereka yang pamit, karena tempenya telah laku. Kesedihannya
mulai memuncak. Diingatnya, tak pernah dia mengalami kejadian ini. Tak
pernah tempenya tak jadi. Tangisnya kian keras. Dia merasa cobaan itu
terasa berat. Di tengah kesedihan itu, sebuah tepukan menyinggahi pundaknya.
Dia memalingkan wajah, seorang perempuan cantik, paro baya, tengah
tersenyum, memandangnya.
"Maaf Ibu, apa ibu punya tempe yang setengah jadi? Capek saya sejak pagi
mencari-cari di pasar ini, tak ada yang menjualnya. Ibu punya??" Penjual
tempe itu bengong. Terkesima. Tiba-tiba wajahnya pucat. Tanpa menjawab
pertanyaan si ibu cantik tadi, dia cepat menadahkan tangan. "Ya Allah, saat
ini aku tidak ingin tempe itu jadi. Jangan engkau kabulkan doaku yang tadi.
Biarkan sajalah tempe itu seperti tadi, jangan jadikan tempe ...."
Lalu segera dia mengambil tempenya. Tapi, setengah ragu, dia letakkan lagi.
"Jangan-jangan, sekarang sudah jadi tempe ...."
"Bagaimana Bu ? Apa ibu menjual tempe setengah jadi ?" tanya perempuan itu
lagi. Kepanikan melandanya lagi. "Duh Gusti... bagaimana ini? Tolonglah ya
Allah, jangan jadikan tempe ya?" ucapnya berkali-kali. Dan dengan gemetar,
dia buka pelan-pelan daun pembungkus tempe itu. Dan apa yang dia lihat,
pembaca ?? Di balik daun yang hangat itu, dia lihat tempe yang masih sama.
Belum jadi ! "Alhamdulillah! " pekiknya, tanpa sadar. Segera dia angsurkan
tempe itu kepada si pembeli. Sembari membungkus, dia pun bertanya kepada si
ibu cantik itu. "Kok Ibu aneh ya, mencari tempe kok yang belum jadi?"
"Oohh, bukan begitu, Bu. Anak saya, si Sulhanuddin, yang kuliah S2 di
Australia ingin sekali makan tempe, asli buatan sini. Nah, agar bisa sampai
sana belum busuk, saya pun mencari tempe yang belum jadi. Jadi, saat saya
bawa besok, sampai sana masih layak dimakan. Oh ya, jadi semuanya berapa, Bu
?"

Sahabatku, ini kisah yang biasa bukan ? Dalam kehidupan sehari-hari, kita
acap berdoa.....dan "memaksakan" agar .....Allah memberikan apa yang menurut
kita paling cocok untuk kita. Dan jika doa kita tidak dikabulkan, kita
merasa diabaikan, merasa kecewa. Padahal, Allah paling tahu apa yang paling
cocok untuk kita. Bahwa semua rencananya adalah sempurna..

Wallahu'alam Bishshawaab…..

--~--~---------~--~----~------------~-------~--~----~
-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-
Serulah kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik
dan bantahlah mereka dengan cara yang lebih baik. -Qs. 16 an-Nahl :125

Berilah mereka pelajaran, dan katakanlah kepada mereka perkataan yang berbekas pada jiwa mereka. -Qs. 4 an-Nisa' : 63

Gabung : Milis_Iqra-subscribe@googlegroups.com
Keluar : Milis_Iqra-unsubscribe@googlegroups.com
Situs 1 : http://groups.google.com/group/Milis_Iqra
Mod : moderator.milis.iqra@gmail.com
-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-
-~----------~----~----~----~------~----~------~--~---

No comments:

Post a Comment