ga abis pikir: napa bnyk yg suka ya?.. Q makin sebbel pas liat dy di
wawancarai, ketawa..mulu! (serrem..)
On 7/13/09, Slamet Hariyanto <Slamet.Hariyanto@id.flextronics.com> wrote:
> Ha-ha-ha, "Tak Gendong" Mbah Surip
>
>
>
> <http://www.kompas.com/data/photo/2009/07/12/0539232p.jpg>
>
> KOMPAS/PRIYOMBODO
> <http://oase.kompas.com/read/xml/2009/07/12/05410119/Ha-ha-ha..Tak.Gendo
> ng.Mbah.Surip>
>
> Mbah Surip
>
> /
> <http://oase.kompas.com/read/xml/2009/07/12/05410119/Ha-ha-ha..Tak.Gendo
> ng.Mbah.Surip>
>
> Minggu, 12 Juli 2009 | 05:41 WIB
>
> Putu Fajar Arcana dan Dahono Fitrianto
>
> KOMPAS.com - Sejak bulan Mei 2009, lagu "Tak Gendong" seperti menerobos
> dalam hamparan lagu mendayu-dayu yang umumnya dikumandangkan para anak
> band. Selain terdengar dalam ring back tone (RBT) ponsel, Mbah
> Surip-pencipta dan penyanyi lagu itu-hampir setiap hari muncul di
> televisi. Ia tidak lagi bebas "menggelandang", tetapi diatur jadwal
> promo dan show yang ketat. Bisa?
>
> Saat tampil dalam siaran langsung Kamera Ria, Selasa (7/7) di TVRI
> Jakarta, misalnya, di antara para tentara dan pengisi acara lain, Mbah
> Surip menjadi idola baru. Di balik panggung, semua orang mengajaknya
> berfoto dan bahkan ingin mengobrol, tak terkecuali pelawak Tarzan dan
> Marwoto. Terserah mau berfoto atau ngobrol gara-gara "Tak Gendong" atau
> merasa heran melihat penampilan Mbah Surip yang "ganjil" dan suka
> ha-ha-ha itu.
>
> "Mbah sekarang ini tinggal di mana?" tanya Tarzan.
>
> "Ya, masih di Indonesia, ha-ha-ha...," jawab Mbah Surip sambil terkekeh.
> Tarzan, yang biasanya tangkas bertukar dialog saat melawak, kali ini
> seperti mati angin. Ia cuma nyengir sembari menggaruk-garuk kepala.
>
> Lelaki bernama asli Urip Ariyanto ini selalu tampil di depan publik
> dengan gaya "kebesarannya", rambut gimbal serta topi, baju, dan celana
> berwarna bendera Jamaika. Gaya "rastafarian" ini memang mengacu pada
> gaya pemusik reggae Bob Marley. Banyak yang menafsir, ia pengikut Bob
> Marley yang mencintai kebebasan berekspresi. Tetapi, Mbah Surip
> menyangkal. "Saya malah tidak tahu kalau musik yang saya mainkan itu
> namanya reggae, ha-ha-ha," tuturnya.
>
> Asal tahu, menurut pengakuan Mbah Surip, sejak dulu sampai sekarang, ia
> sedang belajar salah. "Kalau belajar benar itu sudah biasa, saya sedang
> belajar salah...." Maka itu, sangat tidak mungkin mengejar kata "belajar
> salah" pada Mbah Surip. Lelaki yang dulu menggelandang dalam arti
> sesungguhnya, antara Bulungan, Jakarta Selatan; Taman Ismail Marzuki
> (TIM); dan Pasar Seni Ancol, ini ibarat pasir pantai. Kalau kita
> menggalinya lebih dalam, tak lama kemudian air laut menutupinya.
>
> Begini, misalnya. Dalam banyak kesempatan, Mbah Surip bercerita, ia
> pernah kuliah di Jurusan Kimia Universitas Petra, Surabaya. Dan, karena
> itu kemudian, katanya, ia bekerja pada pengeboran minyak di Amerika,
> Kanada, Jordania, Jepang, Filipina, dan Singapura. Bahkan, saat ke
> Jakarta tahun 1975 untuk ujian bekerja di pengeboran itu, ia juga sempat
> menonton konser Deep Purple.
>
> "Apa di Petra itu ada jurusan Kimia?"
>
> "Eh ndak, di Geologi kok, ha-ha-ha," jawab Mbah Surip tertawa ringan.
> Saat berada di Amerika sekitar tahun 1986 itulah konon ia menciptakan
> lagu "Tak Gendong". "Saya ada di bawah jembatan itu," ujar Mbah Surip.
> Ia bermaksud mengatakan jembatan Golden Gate, San Francisco, yang
> terkenal itu. Mungkin? Bisa jadilah.... Tetapi, dengan "Tak Gendong", ia
> ingin mengatakan bahwa hakikatnya manusia itu selalu hidup bersama.
> "Together...," kata si Mbah.
>
> Kepada media, Mbah Surip juga selalu mengatakan, ia lulusan master
> Filsafat, tetapi bergelar MBA dari sebuah universitas. He-he, sekali
> lagi tak pernah jelas universitas mana yang memberi gelar master
> Filsafat dengan master of business administration alias MBA itu.
>
> Soal rambut gimbal itu, ia memiliki cerita beberapa versi. Versi
> pertama, ia sebutkan bahwa rambut itu dibuat dengan cara memilin dan
> memanaskannya pada pelat seng di atas kompor minyak tanah. Versi kedua,
> tahun 1998 saat ia shooting televisi untuk album perdananya, Ijo
> Royo-royo, para seniman Ancol mendandaninya supaya tampil beda.
> Rambutnya disiram cat lalu dipilin dan diikat dengan benang. Sampai kini
> memang rambutnya masih diikat benang wol.
>
> Farid Wahyu DP, asisten yang selalu mengantar Mbah Surip ke berbagai
> acara, bercerita, rambut "Simbah" selalu dicuci tiga hari sekali,
> "Dengan sampo kucing." Itu cerita "ganjil" yang lain lagi... ha-ha-ha.
>
> Meragukan
>
> Baik. Taruh kata, banyak orang meragukan kebenaran cerita-cerita tadi
> lantaran selalu berubah setiap diceritakan ulang oleh Mbah Surip.
> Tetapi, bahwa kini ia berhasil menyita perhatian industri hiburan kita,
> tentu itu hal yang tak bisa disangkal.
>
> Menurut Farid, sejak bulan Mei 2009, hari-hari Mbah Surip beredar dari
> panggung pertunjukan sampai televisi. Sabtu, misalnya, pagi hari Mbah
> Surip mengisi acara di stasiun ANTV dan siang hari terbang ke Bali untuk
> show di sebuah kafe. Hari ini, Minggu, ia menyanyi di panggung Depsos di
> Monas, Jakarta, lalu siang ke Kebun Buah Mekar Sari, "Malamnya ada lagi,
> saya lupa...," kata Farid. Hari mondar-mandir di Jakarta itu dijalani
> Mbah Surip bersama Farid dengan sepeda motor.
>
> Kehidupan yang ketat dengan jadwal ini sekilas tampak bertolak belakang
> dengan kebiasaan Mbah Surip nongkrong di Bulungan atau Ancol sembari
> meneguk bergelas-gelas kopi hitam. "Ndak ada bedanya. Saya biasa saja,
> ngalir, ini profesional...," ujar Mbah Surip. Sesaat kemudian ia
> memanjangkan tubuhnya dan leyeh-leyeh di lantai lobi Auditorium TVRI
> Jakarta. "Sik yo aku lue...." Maksudnya lapar.
>
> Ayah empat anak dan kakek empat cucu yang lahir di "Jerman" alias Jejer
> Kauman, Magersari, Mojokerto, Jawa Timur, ini mungkin selalu menjadi
> anomali di sekitar lingkungan "gaulnya". Selama bertahun-tahun, Mbah
> Surip beredar di Warung Apresiasi (Wapress) Bulungan, TIM, dan Pasar
> Seni Ancol sebagai orang "merdeka". Hidupnya suka-suka. "Siapa yang
> dekat dengannya, dialah yang menghidupi," tutur Beni, seorang wartawan
> dan seniman yang pernah dekat dengan Mbah Surip.
>
> Sembari bergelandangan, di antaranya pernah jalan kaki dari Bulungan ke
> Ancol sembari memanggul gitar, Mbah Surip menciptakan lagu-lagu. "Ada
> 200-an sudah...," katanya. Sejak 1998, katanya, ia sudah melahirkan
> tujuh album, yaitu Ijo Royo-royo, Siti Maelan, Indonesia Satu, Bonek,
> Barang Baru, Bangun Tidur, dan Tak Gendong. "Saya jualnya di depan
> toilet Ancol dan Blok M," tutur Mbah Surip.
>
> Apa pun katanya, Mbah Surip kini menjadi buah bibir lantaran lagu "Tak
> Gendong" bisa terdengar saat Anda menelepon seseorang.... Tak gendong ke
> mana-mana.... "I love you full," selalu katanya kepada setiap orang.
> Mantep to.
>
>
>
>
> Legal Disclaimer:
> The information contained in this message may be privileged and
> confidential. It is intended to be read only by the individual or entity to
> whom it is addressed or by their designee. If the reader of this message is
> not the intended recipient, you are on notice that any distribution of this
> message, in any form, is strictly prohibited. If you have received this
> message in error, please immediately notify the sender and delete or destroy
> any copy of this message
>
> >
>
--~--~---------~--~----~------------~-------~--~----~
-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-
Serulah kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik
dan bantahlah mereka dengan cara yang lebih baik. -Qs. 16 an-Nahl :125
Berilah mereka pelajaran, dan katakanlah kepada mereka perkataan yang berbekas pada jiwa mereka. -Qs. 4 an-Nisa' : 63
Gabung : Milis_Iqra-subscribe@googlegroups.com
Keluar : Milis_Iqra-unsubscribe@googlegroups.com
Situs 1 : http://groups.google.com/group/Milis_Iqra
Mod : moderator.milis.iqra@gmail.com
-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-
-~----------~----~----~----~------~----~------~--~---
No comments:
Post a Comment