Sunday, August 9, 2009

[Milis_Iqra] Fwd: FYI:Prof Dr Muhibbin: Hadis Palsu dan Lemah dalam Sahih Bukhari

---------- Forwarded message ----------
From: abafarhan <abafarhan@gmail.com>
Date: Mon, 10 Aug 2009 09:56:55 +0700
Subject: FYI:Prof Dr Muhibbin: Hadis Palsu dan Lemah dalam Sahih Bukhari
To: Milis_Iqra <Milis_Iqra@googlegroups.com>

Home » Bincang
Prof Dr Muhibbin: Hadis Palsu dan Lemah dalam Sahih Bukhari
By Republika Contributor
Senin, 10 Agustus 2009 pukul 09:14:00


''Telitilah kembali setiap hadis yang dinisbatkan pada Rasulullah SAW.
Jangan asal riwayat Bukhari, lalu dikatakan sahih.''


Sebagian besar umat Islam di seluruh dunia, yakin dan percaya bahwa
kitab hadis Jami' al-Shahih karya Imam Bukhari adalah sebuah kitab
yang berisi kumpulan hadis-hadis paling sahih. Karena keyakinan itu
pula, sebagian besar ulama pun turut meyakini dan menempatkannya pada
urutan pertama kitab hadis sahih.

Benarkah demikian? ''Tidak semua hadis yang terdapat dalam kitab Jami'
al-Shahih karya Imam Bukhari itu benar-benar sahih. Terdapat beberapa
hadis yang termasuk kategori lemah dan palsu,'' kata Prof Dr H
Muhibbin MAg, guru besar dan pembantu Rektor I IAIN Walisongo,
Semarang.

Menurutnya, berdasarkan penelitian yang dilakukannya (hasilnya
penelitian Muhibbin ini sudah dibukukan--Red), terdapat hadis yang
bertentangan dengan Alquran maupun antarhadis di dalam kitab tersebut.

''Hadis palsunya bermacam-macam. Ada yang karena tidak sesuai atau
bertentangan dengan Alquran, namun ada pula yang tidak sesuai dengan
kondisi kekinian,'' terang mantan dekan Fakultas Syariah IAIN
Walisongo ini.

Kepada Syahruddin El-Fikri, wartawan Republika, Muhibbin mengungkapkan
berbagai kelemahan hadis yang terdapat dalam kitab Jami' al-Shahih
tersebut. Berikut petikannya.

Benarkah hadis-hadis yang terdapat dalam kitab Jami' al-Shahih karya
Imam Bukhari itu semuanya masuk kategori hadis sahih?
Tidak. Tidak semua hadis yang terdapat dalam kitab itu masuk dalam
kategori sahih. Terdapat beberapa hadis palsu dan lemah (dlaif). Saya
sudah mengungkapkan hal ini dalam disertasi doktoral saya yang
sekarang sudah dibukukan.
Perlu diketahui, sebelumnya pengungkapan hadis palsu dan lemah dalam
karya Imam Bukhari itu juga sudah pernah diungkapkan para pemikir dan
peneliti hadis lainnya. Misalnya, Fazlurrahman (1919-1988 M), Abu
Hasan al-Daruquthni (306-385 H), al-Sarkhasi (w 493 H/1098 M),
Muhammad Abduh (1849-1905 M), Muhammad Rasyid Ridla (1865-1935 M),
Ahmad Amin (w 1373 H/1945 M), dan Muhammad Ghazali (w 1416 H/1996 M).

Bisa dicontohkan, beberapa hadis palsu yang Anda temukan dalam kitab tersebut?
Misalnya, hadis palsu yang terdapat dalam kitab itu, setelah diteliti,
ternyata ada yang tidak sesuai dengan fakta sejarah. Misalnya, tentang
Isra Mi'raj. Di dalam kitab itu, disebutkan bahwa terjadinya Isra
Mi'raj itu sebelum jadi Nabi. Faktanya, Isra Mi'raj itu setelah
Rasulullah diutus menjadi Nabi.
Kemudian, ada pula hadis Nabi yang bertentangan dengan ayat Alquran.
Contohnya, tentang seseorang yang meninggal dunia akan disiksa bila si
mayit ditangisi oleh ahli warisnya. (Lihat Kitab Jenazah, bab ke-32,
hadis ke 648/I--Red).
Ini kan bertentangan dengan ayat Alquran, bahwa seseorang itu tidak
akan memikul dosa orang lain. (Lihat ayat Alquran surah al-Fathir ayat
18, Al-An'am ayat 164, Az-Zumar ayat 7, Al-Isra ayat 15, dan An-najm
ayat 38--Red).
Dan, masih banyak lagi hadis yang bertentangan atau tidak sesuai
dengan ayat Alquran maupun hadis Nabi SAW.

Apa kriterianya sehingga ungkapan itu dikatakan benar-benar hadis
Nabi, padahal menurut Anda, itu bukan hadis sahih?
Dalam penelitian yang kami lakukan, ada beberapa kriteria dalam
menilai sebuah hadis itu dikatakan sahih atau tidak, mutawatir atau
tidak, ahad, atau lainnya.
Dalam kitab Bukhari, beliau sendiri tidak memberikan keterangan
perinci mengenai kriteria kesahihan hadis. Bukhari hanya mengatakan
bahwa semua hadis yang ditulisnya dalam al-Jami' al-Shahih itu sebagai
hadis, dari seleksi sekitar 300 ribu hadis. Dan, satu-satunya yang
dapat ditemukan dari Al-Bukhari adalah kriteria keharusan adanya
pertemuan (al-Liqa`) antara satu perawi dengan perawi terdekatnya.
Menurut beberapa ahli hadis, seperti al-Naysaburi (w 405 H/1014 M),
al-Maqdisi (w 507 H), al-Hazimi (w 584 H), dan lainnya, kriteria hadis
sahih yang dipakai Bukhari adalah kesahihah yang disepakati,
diriwayatkan oleh orang yang masyhur sebagai perawi hadis dan minimal
dua orang perawi di kalangan sahabat yang tsiqah (adil dan kuat
hafalan), serta lainnya.
Padahal, para ulama hadis lainnya menyusun sejumlah kriteria dalam
menilai hadis sebuah dapat dikatakan sahih dan tidak, mulai dari segi
sanad (tersambungnya para perawi hadis), matan (isi hadis), serta
kualitas dan kuantitas para perawi hadis. Bagaimana tingkat
hafalannya, keadilannya, suka berbohong atau tidak, dan lain
sebagainya.
Karena itu, kami menilai, kriteria yang dirumuskan oleh al-Bukhari
mengandung beberapa kelemahan, terutama bila diverifikasi terhadap
kitab al-Jami' al-Shahih itu sendiri.

Apa saja kelemahannya?
Kelemahan itu, antara lain, tentang minimal jumlah perawi hadis yang
harus meriwayatkan hadis. Di dalam kitab tersebut, ditemukan cukup
banyak hadis yang hanya diriwayatkan oleh seorang perawi.
Begitu juga, dalam hal persambungan sanad hadis juga terdapat
kelemahan. Di antaranya, seperti diakui sendiri oleh al-Bukhari, di
dalamnya ada hadis yang muallaq, mursal, bahkan munqathi` (terputus).
Juga, ada perawi hadis yang tidak tsiqah, bahkan dituduh majhul (tidak
diketahui identitasnya), dianggap kadzab (berbohong), dan lainnya.

Bisa disebutkan beberapa contoh perawi hadis yang diketahui tidak
tsiqah atau lemah dalam Shahih Bukhari itu?
Misalnya, Asbath Abu al-Yasa` al-Bashri. Ia tidak diketahui
identitasnya atau majhul, dan menyalahi riwayat orang-orang tsiqah.
Lalu, ada Ismal bin Mujalad, seorang perawi yang dlaif (lemah) dan
tidak termasuk orang yang kuat hafalannya.
Kemudian, ada Hisyam bin Hajir, Ahmad bin Yazid bin Ibrahim Abu
al-Hasan al-Harani, dan Salamah bin Raja' sebagai perawi dlaif. Begitu
juga, dengan Ubay bin Abbas, dikenal sebagai perawi yang tidak kuat
hafalannya dan munkir al-Hadits.

Selain kedua contoh hadis yang ditengarai palsu tadi, apalagi contoh
hadis yang diduga palsu dalam kitab al-Jami' al-Shahih tersebut?
Selain ada hadis yang bertentangan dengan Alquran maupun hadis Nabi
sendiri dan tidak sesuai dengan fakta sejarah, juga diragukan hadis
yang banyak mengungkapkan tentang masa depan. Misalnya, tentang
ungkapan, 'Alaikum Bi sunnati wa sunnati khulafa`ur rasyidin (Ikutlah
kalian akan sunahku dan sunah khulafa`ur rasyidin). Bagaimana mungkin
Rasulullah SAW mengucapkan hadis ini, padahal saat itu belum ada
khulafa`ur rasyidin. Khalifah yang empat itu baru ada setelah
Rasulullah SAW wafat.
Fathurrahman, seorang peneliti hadis mengungkapkan, dirinya tidak mau
sama sekali menerima hadis-hadis Nabi Saw yang menyatakan tentang
peristiwa masa depan. Istilahnya seperti ramalan.
Saya pribadi, masalah ini masa bisa diterima. Sebab, memang ada yang
sesuai dan ada pula yang tidak.

Dalam penelitian Anda, ada berapa banyak hadis yang tidak sahih dalam jumlahnya?
Secara spesifik, saya tidak menyebutkan berapa jumlah hadis palsu atau
lemah di dalam kitab tersebut. Namun, al-Daruquthni menyatakan,
terdapat sekitar 110 hadis palsu di dalam kitab tersebut dari sejumlah
6.000-an hadis. Muhammad al-Ghazali menyebutkan lebih banyak lagi.
Beberapa di antara hadis yang kami nilai lemah dan palsu, yakni
tentang hadis masalah poligami, tentang kehidupan dalam rumah tangga,
tentang pernikahan. Misalnya, di dalam hadis riwayat Bukhari
disebutkan, Rasulullah SAW menikahi Maimunah pada saat berihram.
Ini bertentangan dengan hadis Nabi sendiri yang melarang melakukan
pernikahan selama masa haji atau berihram. Kemudian, pernyataan
Rasulullah menikahi Maimunah pada waktu ihram itu juga bertentangan
dengan hadis yang ditulis al-Bukhari di dalamnya kitabnya itu, yang
menyatakan Rasulullah menikahi Maimunah ketika usai bertahalul.

Dari hasil penelitian Anda, bisa ditarik kesimpulan bahwa tidak semua
hadis dalam Shahih Bukhari benar-benar sahih?
Ya. Tidak semuanya bisa dikatakan sahih. Sebab, Bukhari sendiri ada
yang disebutkannya hadis mursal, hasan, dan lain sebagainya.
Ketidaklayakan disebut sebagai hadis sahih itu meliputi adanya
pertentangan atau ketidaksesuaian dengan nas Alquran dan Sunnah
Mutawatirah. Materi hadis bertentangan dengan keadaan dan Sirah
Nabawiyah (sejarah hidup Nabi), bertentangan dengan fakta sejarah,
adanya materi hadis yang mengandung prediksi atau ramalan dan bersifat
politis, serta mengandung fanatisme kesukuan.

Lalu, bagaimana sikap umat untuk menggunakan hadis-hadis yang terdapat
dalam Shahih Bukhari itu?
Saran saya, umat Islam hendaknya berhati-hati setiap akan menggunakan
atau mengamalkan sebuah hadis Nabi. Sebab, sahih menurut perawi hadis
A, belum tentu sahih menurut perawi hadis B. Demikian pula yang
lainnya. Telitilah kembali sebelum menggunakan dan mengamalkannya.
Bagi para mubalig, kami menyarankan, hendaknya tidak asal mengutip
hadis. Jangan selalu mengatakan bahwa itu hadis Nabi. Padahal,
sesungguhnya bukan. Rasul menyatakan, barang siapa yang berbohong atas
namaku maka tempatnya di neraka. Man Kadzdzaba alayya muta'ammidan fal
yatabawwa' maq'adahu minan nar.
Telitilah kembali hadis-hadis yang ada sebelum diamalkan. Sudah
benarkah itu hadis Nabi SAW. Jangan asal termuat dalam Shahih Bukhari,
lalu diklaim sahih. Tanyakan pada yang lebih paham tentang hadis.

--~--~---------~--~----~------------~-------~--~----~
-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-
Serulah kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik
dan bantahlah mereka dengan cara yang lebih baik. -Qs. 16 an-Nahl :125

Berilah mereka pelajaran, dan katakanlah kepada mereka perkataan yang berbekas pada jiwa mereka. -Qs. 4 an-Nisa' : 63

Gabung : Milis_Iqra-subscribe@googlegroups.com
Keluar : Milis_Iqra-unsubscribe@googlegroups.com
Situs 1 : http://groups.google.com/group/Milis_Iqra
Mod : moderator.milis.iqra@gmail.com
-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-
-~----------~----~----~----~------~----~------~--~---

No comments:

Post a Comment