Semoga kita termasuk orang yang berbakti kepada orang tua.........
Bentuk-Bentuk Berbakti Kepada Orang Tua
Al-Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas
Bentuk-Bentuk Berbuat Baik Kepada Kedua Orang Tua Adalah :
Pertama.
Bergaul dengan keduanya dengan cara yang baik. Di dalam hadits Nabi صلی الله عليه وسلم disebutkan bahwa memberikan kegembiraan kepada seorang mu'min termasuk shadaqah, lebih utama lagi kalau memberikan kegembiraan kepada kedua orang tua kita.
Dalam nasihat perkawinan dikatakan agar suami senantiasa berbuat baik kepada istri, maka kepada kedua orang tua harus lebih dari kepada istri. Karena dia yang melahirkan, mengasuh, mendidik dan banyak jasa lainnya kepada kita.
Dalam suatu riwayat dikatakan bahwa ketika seseorang meminta izin untuk berjihad (dalam hal ini fardhu kifayah kecuali waktu diserang musuh maka fardhu 'ain) dengan meninggalkan orang tuanya dalam keadaan menangis, maka Rasulullah صلی الله عليه وسلم berkata, "Kembali dan buatlah keduanya tertawa seperti engkau telah membuat keduanya menangis" [Hadits Riwayat Abu Dawud dan Nasa'i] Dalam riwayat lain dikatakan : "Berbaktilah kepada kedua orang tuamu" [Hadits Riwayat Bukhari dan Muslim]
Kedua.
Yaitu berkata kepada keduanya dengan perkataan yang lemah lembut. Hendaknya dibedakan berbicara dengan kedua orang tua dan berbicara dengan anak, teman atau dengan yang lain. Berbicara dengan perkataan yang mulia kepada kedua orang tua, tidak boleh mengucapkan 'ah' apalagi mencemooh dan mencaci maki atau melaknat keduanya karena ini merupakan dosa besar dan bentuk kedurhakaan kepada orang tua. Jika hal ini sampai terjadi, wal iya 'udzubillah.
Kita tidak boleh berkata kasar kepada orang tua kita, meskipun keduanya berbuat jahat kepada kita. Atau ada hak kita yang ditahan oleh orang tua atau orang tua memukul kita atau keduanya belum memenuhi apa yang kita minta (misalnya biaya sekolah) walaupun mereka memiliki, kita tetap tidak boleh durhaka kepada keduanya.
Ketiga.
Tawadlu (rendah diri). Tidak boleh kibir (sombong) apabila sudah meraih sukses atau mempunyai jabatan di dunia, karena sewaktu lahir kita berada dalam keadaan hina dan membutuhkan pertolongan. Kedua orang tualah yang menolong dengan memberi makan, minum, pakaian dan semuanya.
Seandainya kita diperintahkan untuk melakukan pekerjaan yang kita anggap ringan dan merendahkan kita yang mungkin tidak sesuai dengan kesuksesan atau jabatan kita dan bukan sesuatu yang haram, wajib bagi kita untuk tetap taat kepada keduanya. Lakukan dengan senang hati karena hal tersebut tidak akan menurunkan derajat kita, karena yang menyuruh adalah orang tua kita sendiri. Hal itu merupakan kesempatan bagi kita untuk berbuat baik selagi keduanya masih hidup.
Keempat.
Yaitu memberikan infak (shadaqah) kepada kedua orang tua. Semua harta kita adalah milik orang tua. Firman Allah سبحانه و تعالى surat Al-Baqarah ayat 215.
"Artinya : Mereka bertanya kepadamu tentang apa yang mereka infakkan. Jawablah, "Harta yang kamu nafkahkan hendaklah diberikan kepada ibu bapakmu, kaum kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan orang-orang yang sedang dalam perjalanan. Dan apa saja kebajikan yang kamu perbuat sesungguhnya Allah maha mengetahui"
Jika seseorang sudah berkecukupan dalam hal harta hendaklah ia menafkahkannya yang pertama adalah kepada kedua orang tuanya. Kedua orang tua memiliki hak tersebut sebagaimana firman Allah سبحانه و تعالى dalam surat Al-Baqarah di atas. Kemudian kaum kerabat, anak yatim dan orang-orang yang dalam perjalanan. Berbuat baik yang pertama adalah kepada ibu kemudian bapak dan yang lain, sebagaimana sabda Rasulullah صلی الله عليه وسلم berikut.
"Artinya : Hendaklah kamu berbuat baik kepada ibumu kemudian ibumu sekali lagi ibumu kemudian bapakmu kemudian orang yang terdekat dan yang terdekat" [Hadits Riwayat Bukhari dalam Adabul Mufrad No. 3, Abu Dawud No. 5139 dan Tirmidzi 1897, Hakim 3/642 dan 4/150 dari Mu'awiyah bin Haidah, Ahmad 5/3,5 dan berkata Tirmidzi, "Hadits Hasan"]
Sebagian orang yang telah menikah tidak menafkahkan hartanya lagi kepada orang tuanya karena takut kepada istrinya, hal ini tidak dibenarkan. Yang mengatur harta adalah suami sebagaimana disebutkan bahwa laki-laki adalah pemimpin bagi kaum wanita. Harus dijelaskan kepada istri bahwa kewajiban yang utama bagi anak laki-laki adalah berbakti kepada ibunya (kedua orang tuanya) setelah Allah dan Rasul-Nya. Sedangkan kewajiban yang utama bagi wanita yang telah bersuami setelah kepada Allah dan Rasul-Nya adalah kepada suaminya. Ketaatan kepada suami akan membawanya ke surga. Namun demikian suami hendaknya tetap memberi kesempatan atau ijin agar istrinya dapat berinfaq dan berbuat baik lainnya kepada kedua orang tuanya.
Kelima.
Mendo'akan orang tua. Sebagaimana dalam ayat "Robbirhamhuma kamaa rabbayaani shagiiro" (Wahai Rabb-ku kasihanilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku diwaktu kecil). Seandainya orang tua belum mengikuti dakwah yang haq dan masih berbuat syirik serta bid'ah, kita harus tetap berlaku lemah lembut kepada keduanya. Dakwahkan kepada keduanya dengan perkataan yang lemah lembut sambil berdo'a di malam hari, ketika sedang shaum, di hari Jum'at dan di tempat-tempat dikabulkannya do'a agar ditunjuki dan dikembalikan ke jalan yang haq oleh Allah سبحانه و تعالى.
Apabila kedua orang tua telah meninggal maka :
Yang pertama : Kita lakukan adalah meminta ampun kepada Allah Ta'ala dengan taubat yang nasuh (benar) bila kita pernah berbuat durhaka kepada kedua orang tua sewaktu mereka masih hidup.
Yang kedua : Adalah mendo'akan kedua orang tua kita.
Dalam sebuah hadits dla'if (lemah) yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah dan Ibnu Hibban, seseorang pernah bertanya kepada Rasulullah صلی الله عليه وسلم.
"Apakah ada suatu kebaikan yang harus aku perbuat kepada kedua orang tuaku sesudah wafat keduanya ?" Nabi صلی الله عليه وسلم menjawab, "Ya, kamu shalat atas keduanya, kamu istighfar kepada keduanya, kamu memenuhi janji keduanya, kamu silaturahmi kepada orang yang pernah dia pernah silaturahmi kepadanya dan memuliakan teman-temannya" [Hadits ini dilemahkan oleh beberapa imam ahli hadits karena di dalam sanadnya ada seorang rawi yang lemah dan Syaikh Albani Rahimahullah melemahkan hadits ini dalam kitabnya Misykatul Mashabiih dan juga dalam Tahqiq Riyadush Shalihin (Bahajtun Nazhirin Syarah Riyadush Shalihin Juz I hal.413 hadits No. 343)]
Sedangkan menurut hadits-hadits yang shahih tentang amal-amal yang diperbuat untuk kedua orang tua yang sudah wafat, adalah :
[1] Mendo'akannya
[2] Menshalatkan ketika orang tua meninggal
[3] Selalu memintakan ampun untuk keduanya.
[4] Membayarkan hutang-hutangnya
[5] Melaksanakan wasiat yang sesuai dengan syari'at.
[6] Menyambung tali silaturrahmi kepada orang yang keduanya juga pernah menyambungnya
[Diringkas dari beberapa hadits yang shahih]
Sebagaimana hadits Nabi صلی الله عليه وسلم dari sahabat Abdullah bin Umar رضى الله عنهما.
"Artinya : Aku mendengar Rasulullah صلی الله عليه وسلم bersabda, "Sesungguhnya termasuk kebaikan seseorang adalah menyambung tali silaturrahmi kepada teman-teman bapaknya sesudah bapaknya meninggal" [Hadits Riwayat Muslim No. 12, 13, 2552]
Dalam riwayat yang lain, Abdullah bin Umar رضى الله عنهما menemui seorang badui di perjalanan menuju Mekah, mereka orang-orang yang sederhana. Kemudian Abdullah bin Umar mengucapkan salam kepada orang tersebut dan menaikkannya ke atas keledai, kemudian sorbannya diberikan kepada orang badui tersebut, kemudian Abdullah bin Umar berkata, "Semoga Allah membereskan urusanmu". Kemudian Abdullah bin Umar رضي الله عنهمua berkata, "Sesungguhnya bapaknya orang ini adalah sahabat karib dengan Umar sedangkan aku mendengar sabda Rasulullah صلی الله عليه وسلم :
"Artinya : Sesungguhnya termasuk kebaikan seseorang adalah menyambung tali silaturrahmi kepada teman-teman ayahnya" [Hadits Riwayat Muslim 2552 (13)]
Tidak dibenarkan mengqadha shalat atau puasa kecuali puasa nadzar [Tamamul Minnah Takhrij Fiqih Sunnah hal. 427-428, cet. III Darul Rayah 1409H, lihat Ahkamul Janaiz oleh Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani hal 213-216, cet. Darul Ma'arif 1424H]
[Disalin dari Kitab Birrul Walidain, edisi Indonesia Berbakti Kepada Kedua Orang Tua oleh Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas, terbitan Darul Qolam - Jakarta]
Pertama.
Bergaul dengan keduanya dengan cara yang baik. Di dalam hadits Nabi صلی الله عليه وسلم disebutkan bahwa memberikan kegembiraan kepada seorang mu'min termasuk shadaqah, lebih utama lagi kalau memberikan kegembiraan kepada kedua orang tua kita.
Dalam nasihat perkawinan dikatakan agar suami senantiasa berbuat baik kepada istri, maka kepada kedua orang tua harus lebih dari kepada istri. Karena dia yang melahirkan, mengasuh, mendidik dan banyak jasa lainnya kepada kita.
Dalam suatu riwayat dikatakan bahwa ketika seseorang meminta izin untuk berjihad (dalam hal ini fardhu kifayah kecuali waktu diserang musuh maka fardhu 'ain) dengan meninggalkan orang tuanya dalam keadaan menangis, maka Rasulullah صلی الله عليه وسلم berkata, "Kembali dan buatlah keduanya tertawa seperti engkau telah membuat keduanya menangis" [Hadits Riwayat Abu Dawud dan Nasa'i] Dalam riwayat lain dikatakan : "Berbaktilah kepada kedua orang tuamu" [Hadits Riwayat Bukhari dan Muslim]
Kedua.
Yaitu berkata kepada keduanya dengan perkataan yang lemah lembut. Hendaknya dibedakan berbicara dengan kedua orang tua dan berbicara dengan anak, teman atau dengan yang lain. Berbicara dengan perkataan yang mulia kepada kedua orang tua, tidak boleh mengucapkan 'ah' apalagi mencemooh dan mencaci maki atau melaknat keduanya karena ini merupakan dosa besar dan bentuk kedurhakaan kepada orang tua. Jika hal ini sampai terjadi, wal iya 'udzubillah.
Kita tidak boleh berkata kasar kepada orang tua kita, meskipun keduanya berbuat jahat kepada kita. Atau ada hak kita yang ditahan oleh orang tua atau orang tua memukul kita atau keduanya belum memenuhi apa yang kita minta (misalnya biaya sekolah) walaupun mereka memiliki, kita tetap tidak boleh durhaka kepada keduanya.
Ketiga.
Tawadlu (rendah diri). Tidak boleh kibir (sombong) apabila sudah meraih sukses atau mempunyai jabatan di dunia, karena sewaktu lahir kita berada dalam keadaan hina dan membutuhkan pertolongan. Kedua orang tualah yang menolong dengan memberi makan, minum, pakaian dan semuanya.
Seandainya kita diperintahkan untuk melakukan pekerjaan yang kita anggap ringan dan merendahkan kita yang mungkin tidak sesuai dengan kesuksesan atau jabatan kita dan bukan sesuatu yang haram, wajib bagi kita untuk tetap taat kepada keduanya. Lakukan dengan senang hati karena hal tersebut tidak akan menurunkan derajat kita, karena yang menyuruh adalah orang tua kita sendiri. Hal itu merupakan kesempatan bagi kita untuk berbuat baik selagi keduanya masih hidup.
Keempat.
Yaitu memberikan infak (shadaqah) kepada kedua orang tua. Semua harta kita adalah milik orang tua. Firman Allah سبحانه و تعالى surat Al-Baqarah ayat 215.
"Artinya : Mereka bertanya kepadamu tentang apa yang mereka infakkan. Jawablah, "Harta yang kamu nafkahkan hendaklah diberikan kepada ibu bapakmu, kaum kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan orang-orang yang sedang dalam perjalanan. Dan apa saja kebajikan yang kamu perbuat sesungguhnya Allah maha mengetahui"
Jika seseorang sudah berkecukupan dalam hal harta hendaklah ia menafkahkannya yang pertama adalah kepada kedua orang tuanya. Kedua orang tua memiliki hak tersebut sebagaimana firman Allah سبحانه و تعالى dalam surat Al-Baqarah di atas. Kemudian kaum kerabat, anak yatim dan orang-orang yang dalam perjalanan. Berbuat baik yang pertama adalah kepada ibu kemudian bapak dan yang lain, sebagaimana sabda Rasulullah صلی الله عليه وسلم berikut.
"Artinya : Hendaklah kamu berbuat baik kepada ibumu kemudian ibumu sekali lagi ibumu kemudian bapakmu kemudian orang yang terdekat dan yang terdekat" [Hadits Riwayat Bukhari dalam Adabul Mufrad No. 3, Abu Dawud No. 5139 dan Tirmidzi 1897, Hakim 3/642 dan 4/150 dari Mu'awiyah bin Haidah, Ahmad 5/3,5 dan berkata Tirmidzi, "Hadits Hasan"]
Sebagian orang yang telah menikah tidak menafkahkan hartanya lagi kepada orang tuanya karena takut kepada istrinya, hal ini tidak dibenarkan. Yang mengatur harta adalah suami sebagaimana disebutkan bahwa laki-laki adalah pemimpin bagi kaum wanita. Harus dijelaskan kepada istri bahwa kewajiban yang utama bagi anak laki-laki adalah berbakti kepada ibunya (kedua orang tuanya) setelah Allah dan Rasul-Nya. Sedangkan kewajiban yang utama bagi wanita yang telah bersuami setelah kepada Allah dan Rasul-Nya adalah kepada suaminya. Ketaatan kepada suami akan membawanya ke surga. Namun demikian suami hendaknya tetap memberi kesempatan atau ijin agar istrinya dapat berinfaq dan berbuat baik lainnya kepada kedua orang tuanya.
Kelima.
Mendo'akan orang tua. Sebagaimana dalam ayat "Robbirhamhuma kamaa rabbayaani shagiiro" (Wahai Rabb-ku kasihanilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku diwaktu kecil). Seandainya orang tua belum mengikuti dakwah yang haq dan masih berbuat syirik serta bid'ah, kita harus tetap berlaku lemah lembut kepada keduanya. Dakwahkan kepada keduanya dengan perkataan yang lemah lembut sambil berdo'a di malam hari, ketika sedang shaum, di hari Jum'at dan di tempat-tempat dikabulkannya do'a agar ditunjuki dan dikembalikan ke jalan yang haq oleh Allah سبحانه و تعالى.
Apabila kedua orang tua telah meninggal maka :
Yang pertama : Kita lakukan adalah meminta ampun kepada Allah Ta'ala dengan taubat yang nasuh (benar) bila kita pernah berbuat durhaka kepada kedua orang tua sewaktu mereka masih hidup.
Yang kedua : Adalah mendo'akan kedua orang tua kita.
Dalam sebuah hadits dla'if (lemah) yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah dan Ibnu Hibban, seseorang pernah bertanya kepada Rasulullah صلی الله عليه وسلم.
"Apakah ada suatu kebaikan yang harus aku perbuat kepada kedua orang tuaku sesudah wafat keduanya ?" Nabi صلی الله عليه وسلم menjawab, "Ya, kamu shalat atas keduanya, kamu istighfar kepada keduanya, kamu memenuhi janji keduanya, kamu silaturahmi kepada orang yang pernah dia pernah silaturahmi kepadanya dan memuliakan teman-temannya" [Hadits ini dilemahkan oleh beberapa imam ahli hadits karena di dalam sanadnya ada seorang rawi yang lemah dan Syaikh Albani Rahimahullah melemahkan hadits ini dalam kitabnya Misykatul Mashabiih dan juga dalam Tahqiq Riyadush Shalihin (Bahajtun Nazhirin Syarah Riyadush Shalihin Juz I hal.413 hadits No. 343)]
Sedangkan menurut hadits-hadits yang shahih tentang amal-amal yang diperbuat untuk kedua orang tua yang sudah wafat, adalah :
[1] Mendo'akannya
[2] Menshalatkan ketika orang tua meninggal
[3] Selalu memintakan ampun untuk keduanya.
[4] Membayarkan hutang-hutangnya
[5] Melaksanakan wasiat yang sesuai dengan syari'at.
[6] Menyambung tali silaturrahmi kepada orang yang keduanya juga pernah menyambungnya
[Diringkas dari beberapa hadits yang shahih]
Sebagaimana hadits Nabi صلی الله عليه وسلم dari sahabat Abdullah bin Umar رضى الله عنهما.
"Artinya : Aku mendengar Rasulullah صلی الله عليه وسلم bersabda, "Sesungguhnya termasuk kebaikan seseorang adalah menyambung tali silaturrahmi kepada teman-teman bapaknya sesudah bapaknya meninggal" [Hadits Riwayat Muslim No. 12, 13, 2552]
Dalam riwayat yang lain, Abdullah bin Umar رضى الله عنهما menemui seorang badui di perjalanan menuju Mekah, mereka orang-orang yang sederhana. Kemudian Abdullah bin Umar mengucapkan salam kepada orang tersebut dan menaikkannya ke atas keledai, kemudian sorbannya diberikan kepada orang badui tersebut, kemudian Abdullah bin Umar berkata, "Semoga Allah membereskan urusanmu". Kemudian Abdullah bin Umar رضي الله عنهمua berkata, "Sesungguhnya bapaknya orang ini adalah sahabat karib dengan Umar sedangkan aku mendengar sabda Rasulullah صلی الله عليه وسلم :
"Artinya : Sesungguhnya termasuk kebaikan seseorang adalah menyambung tali silaturrahmi kepada teman-teman ayahnya" [Hadits Riwayat Muslim 2552 (13)]
Tidak dibenarkan mengqadha shalat atau puasa kecuali puasa nadzar [Tamamul Minnah Takhrij Fiqih Sunnah hal. 427-428, cet. III Darul Rayah 1409H, lihat Ahkamul Janaiz oleh Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani hal 213-216, cet. Darul Ma'arif 1424H]
[Disalin dari Kitab Birrul Walidain, edisi Indonesia Berbakti Kepada Kedua Orang Tua oleh Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas, terbitan Darul Qolam - Jakarta]
2009/8/10 Agus Rasidi <agus.rasidi@gmail.com>
kalau menurut saya, kebebasan misalnya dalam menentukan ke mana akan
melanjutkan sekolah, jurusan misalnya. Karena tidak jarang orangtua
inginnya ke jurusan A, tetapi anak ingin jurusan B.
Bebas tetapi dalam kendali orangtua, bukan berarti bebas sebebasnya,
sehingga misalnya malah terlibat pergaulan bebas ... itu malah
kebablasan ...
ada pendapat lain ???
Pada tanggal 07/08/09, Andreansyah Dwi Wibowo <musashi05@gmail.com> menulis:
> minta penjelasan untuk point 7, kebebasan seperti apakah yg bisa diberikan
> kepada anak?? apakah setiap anak sama tingkat kebebasannya??? jujur saja,
> saya dengan ayah saya komunikasinya kurang baik, saya kuliah di bandung, dan
> saat saya pulang ke garut, seringkali saya tidak bertegur sapa dgn ayah
> hingga saya kembali ke bandung, padahal juka saya menuntut kebebasan,
> menurut saya saya sudah bebas, tapi saya merasa ada yg kurang.
>
> Pada 5 Agustus 2009 15:25, Agus Rasyidi <rasidi@wicaksana.co.id> menulis:
>
>>
>>
>> ----- Original Message -----
>> From: haryadi
>> Sent: Saturday, August 01, 2009 10:58 PM
>>
>> Hasil riset dan para psikologi banyak yang menyatakan bahwa peran ayah
>> sangat penting dalam pertumbuhan seorang anak. Ikatan emosional antara
>> ayah
>> dan anak, ditentukan salah satunya oleh interaksi
>> antara ayah dan anak itu sendiri. Interaksi yang baik antara anak dan ayah
>> ini, dikatakan sangat mempengaruhi kecerdasan emosional seorang anak yang
>> membuatnya tumbuh menjadi sosok dewasa yang berhasil.
>>
>> Bagaimana seorang ayah yang sibuk bekerja di luar tetap bisa mempererat
>> dan
>> menjalin ikatan emosional ini?
>>
>> Banyak kendala yang dihadapi seorang ayah untuk meluangkan waktunya
>> merawat
>> anak karena kesibukan di luar.
>>
>> Di bawah ini adalah tips-tips bagi Anda.
>>
>> 1. Persiapkan diri Anda sedini mungkin sejak istri Anda hamil
>>
>> Seorang suami sudah terlibat dalam pembuahan seorang anak, yang menjadikan
>> istrinya mengandung. Masa kehamilan selama 9 bulan ini dapat Anda gunakan
>> untuk mempersiapkan diri Anda sebagai seorang ayah.
>> Berperan aktif lah Anda sebagai seorang suami sekaligus calon ayah dengan
>> membantu kehamilan istri.
>>
>> Mengikuti persiapan persalinan berupa senam, membaca buku bersama mengenai
>> kehamilan, cara merawat bayi atau berbelanja bersama untuk menyambut
>> kelahiran sang bayi. Bila memungkinkan temanilah istri Anda dalam
>> persalinan. Melihat langsung perjuangan istri Anda, dan detik-detik
>> terdengarnya tangisan bayi yang
>> lahir ke dunia ini, akan menambahkan rasa sayang dan kasih Anda baik
>> kepada
>> istri maupun anak Anda.
>>
>> 2. Ikut aktif merawat bayi
>>
>> Sedari awal menjelang kelahiran, cobalah ikut aktif merawat bayi Anda.
>> Salah
>> seorang peneliti menemukan bahwa para ayah yang mulai mengganti popok,
>> memandikan, dan mengasuh bayi mereka sejak dini, akan besar kemungkinan
>> melakukan kegiatan semacam itu pada bulan-bulan selanjutnya.
>>
>> Kebiasaan ikut aktif sang ayah dalam merawat bayi akan terbentuk. Anda
>> akan
>> menemukan saat-saat indah dalam masa ini. Anda bisa memandikan, mengganti
>> popoknya, memberikan susu botol dan meninabobokan. Untuk masa awal, adalah
>> wajar bila terjadi kesalahan-kesalahan karena yang perlu diingat merawat
>> bayi perlu pengalaman secara langsung, penuh coba
>> dan memperbaiki kesalahan. So nothing to loose. Try and you'll enjoy it.
>>
>> Bayi Anda akan semakin merasakan kehadiran Anda, mengenali sosok wajah
>> Anda,
>> suara Anda dan bau ayahnya.
>>
>> Tips bagi ibu...,
>> biarkanlah suami Anda ikut merawat dan mengasuh dengan
>> gayanya sendiri, Anda bisa memberikan dukungan dan dorongan agar suami
>> akan
>> semakin perrcaya diri dalam merawat bayinya. Memberikan masukan dan
>> membetulkan cara merawat akan menambah smooth.
>>
>> Bagi keluarga yang mendapatkan pertolongan dari nenek atau saudara
>> lainnya,
>> usahakan lah jangan sampai menganggu porsi sang ayah dalam ikut aktif
>> merawat bayi. Give him the space.
>>
>> 3. Bermain bersama
>>
>> Ketika bayi Anda makin beranjak usia, lewatkan waktu bersama untuk
>> bermain,
>> membaca buku atau melakukan aktivitas yang menyenangkan bagi bayi Anda
>> yang
>> mulai merangkak, mulai belajar berbicara atau berjalan. Ciptakanlah
>> permainan-permainan yang menggairahkan, yang digemari seperti kuda-kudaan,
>> pesawat terbang atau sembunyi sembunyian.
>>
>> Sesuaikanlah dengan perkembangan usia anak Anda.
>>
>> Membaca, mewarnai atau melakukan keterampilan menggunting, menempel secara
>> bersama-sama.
>>
>> 4. Terlibat dalam kehidupan sosial anak Anda
>>
>> Ketika anak Anda mulai beranjak usia sekolah, dia akan memulai kehidupan
>> sosial yang baru. Usahakan terlibat dalam kehidupan sosial anak Anda,
>> dengan
>> mengenali misalnya nama teman-temannya, dengan siapa dia bergaul,
>> aktivitas
>> yang dia lakukan bersama temannya atau nama guru TK/SD nya.
>>
>> 5. Jadilah pendengar yang baik
>>
>> Kesibukan kerja terkadang membuat Anda mengabaikan cerita-cerita anak
>> Anda.
>> Berikan keseimbangan antar kerja dan keluarga, atau usahakan jangan
>> membawa
>> pekerjaan ke rumah. Luangkan waktu 5 menit saja untuk
>> mendengarkan celotehannya dan mengerti betul isi cerita itu.
>>
>> Jangan hanya 'meng-iyakan' agar cerita anak itu lekas selesai atau
>> mengataka
>> n nanti ayah sedang sibuk.
>>
>> Sebersit wajah kecewa akan nampak dan membuat anak akan semakin malas
>> untuk
>> bercerita pada anda. Akhirnya
>> kebiasaan bercerita dan sharing dari anak akan menghilang. Jadi jangan
>> Anda
>> mengeluh bila anak Anda tidak terbuka suatu hari nanti, karena kebiasaan
>> ini
>> dimulai dari respon Anda sebagai pendengar yang baik atau tidak.
>>
>> Dengan menjadi pendengar yang baik, disamping keterbukaan, Anda akan
>> menjadikan anak Anda dapat mengekspresikan dan cakap dalam mengungkapkan
>> sesuatu.
>>
>> 6. Komunikasi yang baik
>>
>> Bila Anda dinas luar atau tinggal terpisah berjauhan dengan anak Anda,
>> usahakan lah tetap menjalin komunikasi dengan baik, melalui telepon atau
>> chatting internet. Tunjukkan perhatian Anda, rasa sayang Anda melalui
>> telepon, sms atau melalui surat.
>>
>> Juga Anda bisa menggunakan moment ini sebagai pendewasaan bagi anak Anda.
>> Misalnya dengan mengatakan Ayah akan pergi selama beberapa hari, ayah
>> minta
>> tolong yah agar Arif menjadi
>> anak baik dan menjaga ibu.
>>
>> Anak akan merasakan dia dipercaya dan bertanggung jawab atas tugas-tugas
>> tertentu.
>>
>> 7. Percayai anak Anda dan berikan kebebasan
>>
>> Jadilah seorang ayah yang memberikan kebebasan dan dapat mempercayai anak
>> Anda. Kepercayaan Anda akan menjadikan dia tumbuh menjadi anak yang
>> percaya
>> diri dan mandiri. Janganlah mendikte dia untuk melakukan
>> A. Tapi cobalah memberikan dia pilihan, misalnya Arif mau A atau mau B?
>> Dan tetaplah membuka kemungkinan pilihan lain selama pilihan itu tidak
>> bertentangan dengan hal prinsip.
>>
>> Dari masalah yang sepele mulai dari pilihan memakai kaos kaki, baju atau
>> memilih sekolah. Dia akan merasa dihargai dan bertanggung jawab terhadap
>> pilihannya.
>>
>> Sebagai seorang ayah, Anda bisa membimbing dan memantaunya.
>>
>> 8. Penuhilah sesuai kebutuhannya.
>>
>> Bertambah dewasa seorang anak, akan semakin bertambah kebutuhannya,
>> semakin
>> beragam dan variatif. Jangan Anda paksakan dan menganggap dia masih kecil
>> sehingga memperlakukan sebagai seorang bayi.
>>
>> Mereka membutuhkan perlakuan sesuai dengan usianya.
>>
>> Kebutuhan seorang bayi tentunya berbeda dengan kebutuhan seorang anak usia
>> sekolah, juga berbeda kebutuhan anak menjelang remaja dengan kebutuhan
>> anak
>> usia sekolah dan seterusnya. Cobalah Anda memahami kebutuhan anak Anda,
>> dan
>> tidak menganggapnya sebagai your sweety selalu.
>>
>> Demikianlah sedikit gambaran mengenai kiat-kiat agar Anda bisa semakin
>> aktif
>> berinteraksi dengan anak Anda. Jangan lewatkan masa-masa pertumbuhan itu,
>> you won't get it back if you miss it.
>>
>> Selamat menikmati menjadi ayah yang baik, bukan sembarang ayah.
>> sumber: eramuslim
>>
>>
>>
>> >
>>
>
>
> --
> Musashi Kojiro
>
> >
>
--~--~---------~--~----~------------~-------~--~----~
-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-
Serulah kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik
dan bantahlah mereka dengan cara yang lebih baik. -Qs. 16 an-Nahl :125
Berilah mereka pelajaran, dan katakanlah kepada mereka perkataan yang berbekas pada jiwa mereka. -Qs. 4 an-Nisa' : 63
Gabung : Milis_Iqra-subscribe@googlegroups.com
Keluar : Milis_Iqra-unsubscribe@googlegroups.com
Situs 1 : http://groups.google.com/group/Milis_Iqra
Mod : moderator.milis.iqra@gmail.com
-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-
-~----------~----~----~----~------~----~------~--~---
No comments:
Post a Comment