Saturday, August 22, 2009

[Milis_Iqra] Re: PENGERTIAN BID'AH DALAM SEGI BAHASA[1]

Pada 23 Agustus 2009 08:22, addin <addinkesmas@gmail.com> menulis:

2009/8/19 andri subandrio <subandrio.andri@gmail.com>

 

> Merekapun akan berusaha copas dari ulama yang di ikuti banyak orang versi

> mereka mbak Whe~en, dan ini tidak akan ada habisnya, makanya dalam hal ini

> pada akhirnya saya selalu menyudahi diskusi semacam ini dengan "lana

> a'maluna walakum a'malukum"

 

Tentu saja, mereka pun yang tidak setuju dengan pandangan mereka sendiri akan berusaha copas darimanapun sumbernya demi mendukung keyakinan mereka. Jadi impas toh ?

Saya sendiri dari beberapa hari kemarin ingin menyudahi diskusi berkepanjangan ini, bagi saya prinsip saling menghargai perbedaan pendapat tetap saya pegang, tanpa mau menyalahkan orang yg tidak sefaham dengan saya,


 

> Sebab pada akhirnya nanti kalau kita menyebut mereka dengan sebutan ahli

> Bid'ah pasti tidak akan terima walaupun jelas-jelas yang mereka amalkan

> adalah bid'ah (mereka akan berdalih "itu kan menurut anda").

Pada akhirnya pun kalau orang yang disebut ahli bid'ah menyebut kebalikannya kepada orang yang asal nyebut ahli bid'ah sama2 tidak akan terima dengan berdalih, "ah itu kan copas sana copas sini"

 

 

> Itu juga pernah saya alami dulu ketika saya masih menjadi "pentaqlid" namun

> Alhamdulillah karena kemauan belajar serta menata hati dengan men "zero" kan

> lebih dulu faham yang sudah tertanam dalam limbic saya, dengan perlahan

> dapat berubah dan juga dapat mengubah semua pola pikir keluarga saya secara

> menyeluruh. Hadza min fadhlir robbi.

 

Tidak ada yang namanya taqlid buta. Semua tetap sesuai dalil yang berseberangan dengan anda.

 

 

Betul Pak Andri, rasanya kebanyakan dari kita juga pernah merasakan

sebagai'pentaqlid', kita yang sudah terbiasa melakukan ibadah tanpa

mengetahui dalil yang memerintahkannya akan sulit sekali menerima jika

ternyata ada orang yang memberitahu bahwa apa yang kita lakukan ternyata

tidak diajarkan oleh Rasullullah Sallallahu Alaihi Wassalam, saya sendiri

juga awalnya sangat keras menentang orang2 yang membid'ahkan apa yang saya

lakukan.

 

Tuh, ,merasa kan ? Tapi tidak sesederhana itu. Jangan karena menyangka sudah keluar dari apa yg anda tidak anggap setuju, menjadi diri merasa benar.


Sekedar sharing, untuk membenarkan kebid'ahan yang saya lakukan saya juga

awalnya mencari dalil-dalil yang sesuai dengan hawa nafsu saya tanpa mau

tahu dan merichek apa2 yang disampaikan oleh teman saya. Lalu secara

bertahap saya mulai mau mendengarkan dan membaca apa2 yang disampaikan oleh

teman2 saya, meskipun tetap tidak saya terima secara langsung, saya mulai

mencerna dalil2 yang disampaikan dan mengkroschek dengan sumber nya, saya

tutup dulu mata dan telinga saya dari pendapat fulan dan fulan, saya hanya

mengkrosschek dalil-dalil yang beredar, baik itu dalilnya pro bid'ah dan

menolak bid'ah, dari sinilah fenomena kebingungan mulai mendera saya, banyak

ternyata dalil2 yang saya pakai untuk membenarkan ke bid'ahan ibadah yang

saya lakukan ternyata dipotong-potong, diubah artinya, hadist lemah yang

tidak dapat dijadikan dalil atau malah palsu.

sampai pada akhirnya sampai kepada saya firman Allah surat Al An'am:71 yang

artinya: "katakanlah(Muhammad),"Apakah kita akan memohon kepada sesuatu

selain Allah yang tidak dapat memberi manfaat, tidak pula mendatangkan

mudlarat kepada kita, *dan apakah kita akan dikembalikan ke belakang setelah

Allah memberi petunjuk kepada kita*, seperti orang yang telah disesatkan

oleh setan dibumi,dalam keadaan kebingungan.*"Kawan-kawannya mengajaknya ke

jalan lurus, dengan mengatakan:"Ikutilah kami!" Katakanlah,"sesungguhnya

petunjuk Allah itulah petunjuk sebenarnya, dan kita diperintahkan agar

berserah diri kepada Rabb seluruh alam"*

 

Masalah pengalaman anda, baik menurut anda dan golongan yang sefaham dengan anda. Jangan mencoba mempengaruhi keyakinan orang lain hanya karena tidak sefaham dengan anda. Itu artinya anda sendiri memperturutkan hawa nafsu sendiri.

 

Diwajibkan atas kamu berperang, padahal berperang itu adalah sesuatu yang kamu benci. Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.(TQS. Al Baqarah : 216)

 

 


Saya sungguh kalut, saya takut ancaman akan dikembalikan ke belakang setelah

Allah memberi petunjukNya kepada saya, padahal telah semakin jelas

dallil-dalil yang benar, sungguh apa2 yang saya pelajari dan pembantahan

yang saya lakukan telah dilandasi niat untuk membenarkan apa yang saya

lakukan dan bukan mencari manakah yang benar.

 

 

Saya sendiri kalut melihat orang2 yang berbeda pendapat antara 2 golongan. Golongan yang satu bersikap menghindar, dan berusaha menghormati perbedaan yang ada, sedangkan golongan yang lain sangat ngotot menyalahkan dan menganggap diri mereka benar. Padahal kedua golongan tadi sama2 mempunyai dalil. Alloh maha adil, tidak akan begitu saja menyalahkan umat-Nya, karena mereka yang dianggap salah itu pun menjalankan kewajiban2nya.

 

 


Mungkin sama dengan yang lainnya, yang membuat saya bingung adalah bahwa

ibadah2 bid'ah yang saya lakukan ini merupakan kebaikan(menurut akal saya)

tapi semua argumen2 yang saya ajukan ternyata dibantah oleh Ayat2 Allah dan

Hadist Nabi. Akhirnya yang dapat saya katakan hanyalah Laa Haula Wa Laa

Quata ila billahil aliyyil adzim, saya menyerahkan dan mengembalikannya

kepada Allah Ta'ala dan terus menerus saya berdoa kepada Allah Ta'ala bahwa

*jika apa2 yang disampaikan oleh teman2 dan saudara2 saya adalah benar dan

Allah menyukai saya mengamalkan apa yang mereka amalkan maka lembutkanlah

hati ini dalam menerima kebenaran yang disampaikan dan tentramkanlah dan

condongkan hati ini dalam mengamalkannya. tapi jika apa-apa yang saya

lakukan selama ini lah yang benar dan Allah menyukai apa2 yang telah saya

amalkan maka tentramkanlah dan condongkan hati ini dalam

mengamalkannya.*Sampai akhirnya Allah menentramkan hati saya kepada

amalan2 Ahlusunnah Wal

Jama'ah yang lurus dan sedikit demi sedikit meninggalkan amalan2 bid'ah yang

pernah saya lakukan.

 

Mungkin sama juga dengan yang lainya, saya sendiri merasa bingung. Ketika saya mengajukan argument berdasarkan pendapat saya, tetap saja disalahkan dengan dalih tidak ada dalilnya. Ketika menggunakan dalil, salah juga.

 


 

Sedikit Saran saya kepada teman2 yang lain adalah:

 

1. Berdoalah dengan sungguh-sungguh kepada Allah untuk melunakkan hati

dan jiwa kita dalam menerima kebenaran

Sama, kita jangan hanya member saran kepada orang yang tidak sefaham, do'a itu pun seharusnya dilakukan oleh orang yang member saran. Intinya, kita sama2 berdo'a.

 

2. Mulailah bersungguh-sungguh dalam mencari ilmu dan mencari kebenaran

Tentu saja. Toh ilmu itu tidak hanya bersumber di Milis ini dan berdasarkan segelintir orang. Masih banyak orang yang masih patut diambil ilmunya.

 

3. Jangan melibatkan hawa nafsu, karena hawa nafsu akan membawa kita jauh

dari kebenaran

Hanya diri sendiri yang bisa menilainya. Eh orang lainpun bisa melihatnya siapa yang dalam kata-katanya terdapat hawa nafsu.

 

4. Jangan mengatakan belajarlah dari dua sisi, hormati perbedaan pendapat

tetapi kita sendiri belum melakukannya. kita punya waktu untuk posting

berpuluh2 copast dari ulama yang sesuai dengan kita tanpa mau membaca

postingan teman yang lain yang tidak sesuai dengan kita, dengan alasan belum

sempat.

 

Jangan mengatakan belajarlah dari saya.Kita punya waktu untuk belajar dari orang2 yg tidak sefaham dengan kita, tidak hanya copas dari berbagai situs. Belajarlah dari lingkungan terdekat terlebih dahulu.

Janganlah mencela orang yang mengatakan belum sempat, karena kondisi setiap orang itu berbeda. Jangan mengklaim diri paling benar dengan jalan menunjukkan sesuatu yang dia yakini benar, lalu menyuruh orang lain mempelajarinya.

Amalan yang selama ini dianggap bid'ah terlalu mengada-ada. Contoh dalam masalah tahlil (again), misalnya ada yg keukeuh menanyakan adakah dalilnya 1,3,7,40 hari itu ? Sebetulnya bisa dilihat dengan fikiran yang jernih. Seharusnya coba tanya begini : Apakah kalau tidak dilaksanakan pada hari2 tersebut itu ibadahnya menjadi tidak sah/ tidak boleh atau dengan kata lain, apakah harus di hari2 itu ?

Kalau jawaban orang yg dianggap ahli bid'ah itu tidak boleh/tidak sah, berarti itu memang bid'ah. Tetapi jika hari2 tersebut diganti, toh orang2 yg selama ini menjalankannya tidak akan menganggap do'a yg mereka sampaikan tidak sah. Sekali lagi, ini hanya masalah teknis. Keutamaan2nya sudah tercantum dalam hadis.

 

5. janganlah mengatakan " jangan merasa kamu paling benar!" padahal kita

sendiri merasa paling benar. Pelajarilah ilmu tentang kebenaran itu

sendiri, dengan ilmu kita dapat mengetahui kebenaran sesuai dengan bentuknya

yang asli dan kita akan tahu mana ulama dan orang-orang yang benar.

Naaah yang ini baru sama.

 

 

 

Semoga Allah terus menerus membasahi kekeringan dan kedangkalan jiwa jiwa

kita dengan ilmu dan HidayahNya. Amiin

 

Semoga Alloh SWT pun memberikan hidayah kepada orang yang saling berbeda pendapat. Ddari dulu sudah saya katakan, janganlah mencari/memperbesar jurang perbedaan, carilah persamaan. Aqidah kita sama.Kita menyembah Tuhan yang sama yaitu Alloh SWT, nabi terakhir kita sama Muhammad SAW. Jangan hanya karena perbedaan2 teknis, disebut bid'ah, salah, tertolak. Padahal dalam dalil2 pun sudah diterangkan semuanya, tinggal kita yang mau berfikir/belajar.

Kita lihat apakah amalan2 kita selama ini nantinya diterima atau ditolak ?

Diskusi masalah ini saya sudahi dulu. Ramalan salah seorang anggota disini tidak terbukti  bahwa : Tapi apa yang saya ungkapkan inipun sebentar lagi akan mengundang polemik  dengan panjang untuk berbagai alasan..................kita tunggu saja!, ini adalah diskusi terakhir. Karena bagaimanapun dan sampai kapanpun masalah khilafiyah tidak akan berakhir.

Sampai bertemu di akhirat… (untuk mempertanggungjawabkan amalan2 kita).

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 








2009/8/19 andri subandrio <subandrio.andri@gmail.com>
Merekapun akan berusaha copas dari ulama yang di ikuti banyak orang versi mereka mbak Whe~en, dan ini tidak akan ada habisnya, makanya dalam hal ini pada akhirnya saya selalu menyudahi diskusi semacam ini dengan "lana a'maluna walakum a'malukum"

Sebab pada akhirnya nanti kalau kita menyebut mereka dengan sebutan ahli Bid'ah pasti tidak akan terima walaupun jelas-jelas yang mereka amalkan adalah bid'ah (mereka akan berdalih "itu kan menurut anda").

Itu juga pernah saya alami dulu ketika saya masih menjadi "pentaqlid" namun Alhamdulillah karena kemauan belajar serta menata hati dengan men "zero" kan lebih dulu faham yang sudah tertanam dalam limbic saya, dengan perlahan dapat berubah dan juga dapat mengubah semua pola pikir keluarga saya secara menyeluruh. Hadza min fadhlir robbi.
 
Betul Pak Andri, rasanya kebanyakan dari kita juga pernah merasakan sebagai'pentaqlid', kita yang sudah terbiasa melakukan ibadah tanpa mengetahui dalil yang memerintahkannya akan sulit sekali menerima jika ternyata ada orang yang memberitahu bahwa apa yang kita lakukan ternyata tidak diajarkan oleh Rasullullah Sallallahu Alaihi Wassalam, saya sendiri juga awalnya sangat keras menentang orang2 yang membid'ahkan apa yang saya lakukan.

Sekedar sharing,  untuk membenarkan kebid'ahan yang saya lakukan
saya juga awalnya mencari dalil-dalil  yang sesuai dengan hawa nafsu saya tanpa mau tahu dan merichek apa2 yang disampaikan oleh teman saya. Lalu secara bertahap saya mulai mau mendengarkan dan membaca apa2 yang disampaikan oleh teman2 saya, meskipun tetap tidak saya terima secara langsung, saya mulai mencerna dalil2 yang disampaikan dan mengkroschek dengan sumber nya, saya tutup dulu mata dan telinga saya dari pendapat fulan dan fulan, saya hanya mengkrosschek dalil-dalil yang beredar, baik itu dalilnya pro bid'ah dan menolak bid'ah, dari sinilah fenomena kebingungan mulai mendera saya, banyak ternyata dalil2 yang saya pakai untuk membenarkan ke bid'ahan ibadah yang saya lakukan ternyata dipotong-potong, diubah artinya, hadist lemah yang tidak dapat dijadikan dalil atau malah palsu.
sampai pada akhirnya sampai kepada saya firman Allah surat Al An'am:71 yang artinya: "katakanlah(Muhammad),"Apakah kita akan memohon kepada sesuatu selain Allah yang tidak dapat memberi manfaat, tidak pula mendatangkan mudlarat kepada kita, dan apakah kita akan dikembalikan ke belakang setelah Allah memberi petunjuk kepada kita, seperti orang yang telah disesatkan oleh setan dibumi,dalam keadaan kebingungan."Kawan-kawannya mengajaknya ke jalan lurus, dengan mengatakan:"Ikutilah kami!" Katakanlah,"sesungguhnya petunjuk Allah itulah petunjuk sebenarnya, dan kita diperintahkan agar berserah diri kepada Rabb seluruh alam"


Saya sungguh kalut, saya takut ancaman akan dikembalikan ke belakang setelah Allah memberi petunjukNya kepada saya, padahal telah semakin jelas dallil-dalil yang benar, sungguh apa2 yang saya pelajari dan pembantahan yang saya lakukan telah dilandasi niat untuk membenarkan apa yang saya lakukan dan bukan mencari manakah yang benar.

Mungkin sama dengan yang lainnya, yang membuat  saya bingung adalah bahwa ibadah2 bid'ah yang saya lakukan ini merupakan kebaikan(menurut akal saya) tapi semua argumen2 yang saya ajukan ternyata dibantah oleh Ayat2 Allah dan Hadist Nabi. Akhirnya yang dapat saya katakan hanyalah Laa Haula Wa Laa Quata ila billahil aliyyil adzim, saya menyerahkan dan mengembalikannya kepada Allah Ta'ala dan terus menerus saya berdoa kepada Allah Ta'ala bahwa jika apa2 yang disampaikan oleh teman2 dan saudara2 saya adalah benar dan Allah menyukai saya mengamalkan apa yang mereka amalkan maka lembutkanlah hati ini dalam menerima kebenaran yang disampaikan dan tentramkanlah dan condongkan hati ini dalam mengamalkannya. tapi jika apa-apa yang saya lakukan selama ini lah yang benar dan Allah menyukai apa2 yang telah saya amalkan maka tentramkanlah dan condongkan hati ini dalam mengamalkannya. Sampai akhirnya Allah menentramkan hati saya kepada amalan2 Ahlusunnah Wal Jama'ah yang lurus dan sedikit demi sedikit meninggalkan amalan2 bid'ah yang pernah saya lakukan.

Sedikit Saran saya kepada teman2 yang lain adalah:
  1. Berdoalah dengan sungguh-sungguh kepada Allah untuk melunakkan hati dan jiwa kita dalam menerima kebenaran
  2. Mulailah bersungguh-sungguh dalam mencari ilmu dan mencari kebenaran
  3. Jangan melibatkan hawa nafsu, karena hawa nafsu akan membawa kita jauh dari kebenaran
  4. Jangan mengatakan belajarlah dari dua sisi, hormati perbedaan pendapat tetapi kita sendiri belum melakukannya. kita punya waktu untuk posting berpuluh2 copast dari ulama yang sesuai dengan kita tanpa mau membaca postingan teman yang lain yang tidak sesuai dengan kita, dengan alasan belum sempat.
  5. janganlah mengatakan " jangan merasa kamu paling benar!" padahal kita sendiri merasa paling benar. Pelajarilah  ilmu tentang kebenaran itu sendiri, dengan ilmu kita dapat mengetahui kebenaran sesuai dengan bentuknya yang asli dan kita akan tahu mana ulama dan orang-orang yang benar.
Semoga Allah terus menerus membasahi kekeringan dan kedangkalan jiwa jiwa kita dengan ilmu dan HidayahNya. Amiin





--
Follow me on twitter : http://twitter.com/nugraha212

--~--~---------~--~----~------------~-------~--~----~
-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-
Serulah kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik
dan bantahlah mereka dengan cara yang lebih baik. -Qs. 16 an-Nahl :125

Berilah mereka pelajaran, dan katakanlah kepada mereka perkataan yang berbekas pada jiwa mereka. -Qs. 4 an-Nisa' : 63

Gabung : Milis_Iqra-subscribe@googlegroups.com
  Keluar : Milis_Iqra-unsubscribe@googlegroups.com
  Situs 1 : http://groups.google.com/group/Milis_Iqra
     Mod : moderator.milis.iqra@gmail.com
-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-
-~----------~----~----~----~------~----~------~--~---

No comments:

Post a Comment