Saturday, August 15, 2009

[Milis_Iqra] Re: RAHASIA DIBALIK DZIKIR JAHAR


 
[AHen]
tidak benar apanya ? Bukankah tahlil itu = pengucapan Laailaahaillalloh ? Sama dengan tahmid itu hamdalah/alhamdulillah ?
Ini bukan ibadah baru, justru bacaan yang ada yang sudah diketahui fadhilahnya yang diamalkan.
 
[Whe~en]
Tidak benar analoginya
Apakah kasusnya saya berbeda terjemahan soal bacaan tahlil dan hamdalah dengan Ahen?
tidak kan?
jadi masalahnya jelas lain 

[A Hen]

Kenapa tidak benar ? Bukankah Mbak Wheen mengakui kesamaan terjemahan dengan berkata :Apakah kasusnya saya berbeda terjemahan soal bacaan tahlil dan hamdalah dengan Ahen?
Nah, justru krn kesamaan itulah, orang2 yang melakukan tata cara tertentu (yg diklaim tdk ada contohnya dari Nabi)  mengamalkan bacaan2 tadi. Perbedaannya adalah dari segi cara, sedangkan dari terjemahan Mbak Wheen sepakat


 

 

[AHen]
Nah itu... kembali lagi kan "kepada ahlinya". Siapa ? Ya para ulama/ustad/guru-guru yang lebih ahli daripada kita. Karena ilmu kita belum mampu untuk menafsirkan, apalagi berfatwa, yaaa sementara kita ikut yang sudah ahli tadi.
 
[Whe~en]
Sayangnya ikut kepada yang dianggap ahli tidak cukup AHen, ini menurut saya.
Bukankah Allah berfirman:
QS Al Israa'(17) : 36
Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya
 
Jadi kita tetap harus tahu kenapa demikian, kenapa begini dsb baru nisa mengikuti

Kayaknya bolak-balik deh. Kepada siapa kita harus mencari tahu, kalau bukan kepada ahlinya, tentu saja ahli dalam masalah agama. Seandainya ada satu ayat dalam Al-Qir'an ada yg tdk kita pahami, apakah kita akan menafsirkan semau kita ? Apakah ilmu kita sudah cukup ? Hal ini tidak berlaku jika salah seorang diantara kita atau di milis ini adalah ulama besar. 
 

 

 
[Whe~en]
Menerangkan keshahihan dengan pendapat siapa ahen?
kenapa tidak menerangkan kesahihan dengan rujukan hukum tertinggi yaitu Al Qur'an dan As sunnah?

Bukankah yang menerangkan status hadis itu "manusia" juga ? Yaitu para ulama hadis ? Lalu ada ilmunya yaitu musthalah hadist ?
Kalau begini jadi rancu, berarti kalau rujukannya hanya Al-Qur'an, maka tdk diperlukan lagi hadis dong ? Saya jadi ingat ada postingan baru mengenai status hadis di milis ini

 


[Ahen]
Apa buktinya kalau para ulama menafsirkan suatu dalil dengan hawa nafsu ? Bukankah para ulama yang menafsirkan itu punya ilmu macam2, misalnya ilmu nahwu,shorof, bhalaghah, dan sebagainya, yang kita-sebagai orang awam, setidaknya sampai saat ini tidak punya ilmu2 tsb utk mendukung penafsiran suatu dalil ?
 
[Whe~en]
Saya menulis tidak dengan hawa nafsu koq jadi malah dibalik dengan hawa nafsu toch?
 
Saya bukan menanggapi atau menuduh Mbak Whe-en, tapi ada yg menulis di topik ini :)



 





--
Follow me on twitter : http://twitter.com/nugraha212

--~--~---------~--~----~------------~-------~--~----~
-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-
Serulah kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik
dan bantahlah mereka dengan cara yang lebih baik. -Qs. 16 an-Nahl :125

Berilah mereka pelajaran, dan katakanlah kepada mereka perkataan yang berbekas pada jiwa mereka. -Qs. 4 an-Nisa' : 63

Gabung : Milis_Iqra-subscribe@googlegroups.com
  Keluar : Milis_Iqra-unsubscribe@googlegroups.com
  Situs 1 : http://groups.google.com/group/Milis_Iqra
     Mod : moderator.milis.iqra@gmail.com
-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-
-~----------~----~----~----~------~----~------~--~---

No comments:

Post a Comment