Thursday, August 13, 2009

[Milis_Iqra] Re: RAHASIA DIBALIK DZIKIR JAHAR

[Ahen] Saya pun sudah menyertakan artikel tentang bid'ah itu.
 
[whe~en]  Kenapa tidak menerima redaksi asli saya kang? yang dalam bahasa arab?
 
 
[AHen] Orang yang anti biasanya langsung menunjuk suatu hal yang "disangkanya" baru itu bid'ah..bid'ah.. dan bid'ah...
[Whe~en]  kalo sekedar anti pasti ga punya dalil
kalau punya dalil apa dibilang anti?
kalau menunjukkan dalil yang haq apa bisa dibilang begitu?
QS Al Hujuraat (49) : 12
Hai orang-orang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa. Dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain
 
[AHen] Masalah referensi, tidak semua orang tahu secara gamblang dari suatu dalil, baik itu dari hadis maupun Al-Qur'an. Makanya muncul bermacam-macam tafsir dari para ulama terkemuka.
 
[whe~en]
Makanya Allah meminta kita bertanya kepada yang punya pengetahuan,
Qs An Nahl(16) : 43
maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan jika kamu tidak mengetahui,
 
Seumpama ada yang tahu suatu hadits itu salah menerjemahkannya, trus kang Hendy dikasih tahu, yang benar ini loch
aslinya dalam bahasa Arab begini
maksudnya begini
latar belakangnya begini
apa ditolak oleh Ahen?
 
[AHen]
"Barangsiapa membuat buat hal baru yang baik dalam islam, maka baginya pahalanya dan pahala orang yang mengikutinya dan tak berkurang sedikitpun dari pahalanya, dan barangsiapa membuat-buat hal baru yang buruk dalam Islam, maka baginya dosanya dan dosa orang yang mengikutinya dan tak dikurangkan sedikitpun dari dosanya"
(Shahih Muslim hadits no.1017, demikian pula diriwayatkan pada Shahih Ibn Khuzaimah, Sunan Baihaqi Alkubra, Sunan Addarimiy, Shahih Ibn Hibban dan banyak lagi).
 
Apakah hadis di atas asli, palsu, atau hanya buatan seseorang ? Dalam satu contoh dalil seperti ini saja sudah ada 2 "pendapat". Malah ada yang berani terang-terangan menyatakan "salah" karena tidak sesuai dengan penafsirannya.
 
Kalau dilihat secara kasar, maksudnya tanpa ilmu-hanya dari kalimat, mana hubungannya dengan sedekah ?
 
[Whe~en]
Apa alasan AHen melihat secara kasar kemudian memutuskan,
setelah saya kutip lagi redaksi yang bener beserta terjemahannya, bagaimana menurut Ahen?
masih tidak diterima oleh Ahen?
sekali lagi, bukan saya yang menafsirkan
silahkan dilihat di kitab kitab rujukan.
Ulama yang menulis kitab kitab tersebut tentu ilmunya lebih tinggi dari kita
 
[AHen]
saya kutipkan lagi :
diperlukan hal-hal yang baru demi menjaga muslimin lebih terjaga dalam kemuliaan. Demikianlah bentuk kesempurnaan agama ini yang tetap akan bisa dipakai hingga akhir zaman. Inilah makna sebenarnya dari ayat:
... الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الإسْلامَ دِينًا ...
"Hari ini Kusempurnakan untuk kalian agama kalian, kusempurnakan pula kenikmatan bagi kalian, dan kuridhoi islam sebagai agama kalian"
 
Maksudnya semua ajaran telah sempurna, tak perlu lagi ada pendapat lain demi memperbaiki agama ini. Semua hal baru, yang baik, termasuk dalam kerangka syariah, sudah direstui oleh Allah dan rasul Nya. Alangkah sempurnanya Islam.
 
[Whe~en]
Ini perkataan siapa ahen?
Saya yakin itu bukan perkataan Rasulullah,
jadi kenapa lebih memilih sunnah yang lain daripada sunnah Rasulullah?
 
kenapa bertentangan dengan sunnah Nabi?
mau dikemanakan hadist nabi yang dibawah ini Ahen?
"Artinya : Janganlah kamu sekalian mengada-adakan urusan-urusan yang baru, karena sesungguhnya mengadakan hal yang baru adalah bid'ah, dan setiap bid'ah adalah sesat". [Hadits Riwayat Abdu Daud, dan At-Tirmidzi ; hadits hasan shahih].
 
Barangsiapa membuat sesuatu yang baru dalam urusan kami (dalam Islam) yang tidak terdapat (tuntunan) padanya, maka ia tertolak"[Disepakati keshahihannya: Al-Bukhari dalam Ash-Shulh (2697). Muslim dalam Al-Aqdhiyah (1718).]

"Artinya : Hendaklah kalian menjauhi perkara-perkara baru yang diada-adakan, karena setiap perkara baru (dalam agama) adalah bid 'ah, setiap bid 'ah itu sesat, dan setiap yang sesat itu (tempatnya) di neraka" [HR. Abu Dawud dalam As-Sunnah (4607). Ibnu Majjah dalam Al-Muqaddimah (42). Tambahan "dan yang setiap yang sesat itu (tempatnya di neraka)" pada riwayat An-Nasa'I dalam Al-Idain (1578).]
 
[Ahen]
Namun tentunya hal ini tidak berarti membuat agama baru atau syariat baru yang bertentangan dengan syariah dan sunnah Rasul saw. Atau bahkan menghalalkan apa-apa yang sudah diharamkan oleh Rasul saw atau sebaliknya. Inilah makna hadits beliau saw: "Barangsiapa yang membuat buat hal baru yang berupa keburukan ...". Inilah yang disebut Bid'ah Dhalalah.
 
[Whe~en]
Saya sudah menyampaikan redaksi yang benar kepada aHen disertai bahasa Arabnya, jika ahen tidak menerima apa yang saya sampaikan, kenapa tidak dicek ke original redaksi hadutsnya, tetapi lebih memilih mengutip pendapat si fulan bin fulan?
apakah ini yang namanya mengikuti sunnah Rasulullah dan khulafaur rasyidin?
 
[AHen]
Beliau saw telah memahami itu semua, bahwa kelak zaman akan berkembang, maka beliau saw memperbolehkannya (hal yang baru berupa kebaikan), menganjurkannya dan menyemangati kita untuk memperbuatnya, agar umat tidak tercekik dengan hal yang ada di zaman kehidupan beliau saw saja, dan beliau saw telah pula mengingatkan agar jangan membuat buat hal yang buruk (Bid'ah dhalalah).
 
[Whe~en]
nabi sudah bersabda tidak ada hal baru dalam ibadah karena semua sudah disampaikan.
dan bid'ah diancam dihukumi sesat oleh beliau
kenapa Ahen bisa mengutip hal baru diperbolehkan oleh rasulullah?
mau dikemanakan hadits ini:
Tidaklah tertinggal sesuatupun yang mendekatkan ke surga dan menjauhkan dari neraka melainkan telah dijelaskan semuanya kepada kalian.
(Hadist shahih diriwayatkan : oleh ath-Thabrani dalam al-Mu'jamul Kabirr (II/155-156, no. 1647) dari Shahabat Abu Dzar al-Ghifari radhiyallaahu'anhu. Lihat Silsilah al-Ahaadiits ash-shahiihah (no. 1803) )
 
Kalau hal baru tersebut ibadah walaupun baik dimata manusia belum tentu baik kan dimata Allah?
 
[Ahen]
Mengenai pendapat yang mengatakan bahwa hadits ini adalah khusus untuk sedekah saja, maka tentu ini adalah pendapat mereka yang dangkal dalam pemahaman syariah, karena hadits di atas jelas-jelas tak menyebutkan pembatasan hanya untuk sedekah saja, terbukti dengan perbuatan bid'ah hasanah oleh para Sahabat dan Tabi'in.
 
[Whe~en]
AHen, saya bilang asbabul wurudnya ini soal sedekah, bukan untuk sedekah saja.
Namun yang benar redaksinya kan jelas.  perilaku baik berbeda dengan hal baru dalam ibadah.
Kalau ini tidak diterima mau bagaimana lagi?
 
[AHen]
Siapakah yang pertama memulai Bid'ah hasanah setelah wafatnya Rasul saw?
 
[Whe~en]
Tidak ada bid'ah hasanah
ini menurut Nabi sendiri AHen
Jadi coba bedakan mana yang dikatakan bid'ah secara bahasa mana secara istilah
agar kita tidak begitu saja mengutip perkataan ataupun hadits.
 

Ketika terjadi pembunuhan besar-besaran atas para sahabat (Ahlul yamaamah), yang Huffadh (penghafal) Alqur'an dan Ahli Alqur'an di zaman Khalifah Abu Bakar Ash-Shiddiq ra, berkata Abu Bakar Ash-Shiddiq ra kepada Zayd bin Tsabit ra:

"Sungguh Umar (ra) telah datang kepadaku dan melaporkan pembunuhan atas ahlul yamaamah dan ditakutkan pembunuhan akan terus terjadi pada para Ahlul-qur'an. Lalu ia menyarankan agar aku (Abu Bakar Asshiddiq ra) mengumpulkan dan menulis Al Qur'an. Aku berkata, "Bagaimana aku berbuat suatu hal yang tidak diperbuat oleh Rasulullah?" Maka Umar berkata padaku, "Demi Allah ini adalah demi kebaikan dan merupakan kebaikan". Ia terus meyakinkanku sampai Allah menjernihkan dadaku dan aku setuju dan kini aku sependapat dengan Umar. Engkau (Zayd) adalah pemuda, cerdas, dan kami tak menuduhmu (kau tak pernah berbuat jahat), kau telah mencatat wahyu, dan sekarang ikutilah dan kumpulkanlah Al Qur'an dan tulislah Al Qur'an!"


Zayd menjawab:

"Demi Allah, sungguh bagiku diperintah (untuk) memindahkan sebuah gunung daripada gunung-gunung (yang ada), tidaklah seberat perintahmu padaku untuk mengumpulkan Al Qur'an. Bagaimana kalian berdua berbuat sesuatu yang tak diperbuat oleh Rasulullah saw?"


Maka Abu Bakar ra mengatakannya bahwa hal itu adalah kebaikan, hingga iapun meyakinkanku sampai Allah menjernihkan dadaku dan aku setuju dan kini aku sependapat dengan mereka berdua dan aku mulai mengumpulkan Al Qur'an".


(Shahih Bukhari hadits no. 4402 dan 6768)


Bila kita perhatikan konteks di atas Abu Bakar Shiddiq ra mengakui dengan ucapannya, "Sampai Allah menjernihkan dadaku dan aku setuju dan kini aku sependapat dengan Umar". Hatinya jernih menerima hal yang baru (bid'ah hasanah) yaitu mengumpulkan Al Qur'an, karena sebelumnya Al Qur'an tidak terkumpul dalam satu buku. Tetapi terpisah-pisah di hafalan sahabat, tertulis di kulit onta, di tembok, dihafal. Penulisan Al Qur'an adalah Bid'ah hasanah, justru mereka berdualah yang memulainya.

[Whe~en]
Ini penafsiran siapa kang?
Bukankah kita juga diminta untuk mengikuti sunnah khulafaur rhasyidin, jadi bagaimana mungkin mereka berbuat bid'ah?
Mengumpulkan bukan berarti membuat dari tidak ada menjadi ada
itu kalau Ahen mau bermain dengan logika.
 
[AHen]
Pendapat yang saya ambil bukankah disertai dengan teks aslinya ? Saya pun tidak brani asal comot saja.
 
[Whe~en]
Teks asli hadits tentu saja dalam bahasa Arab ahen,
kalau sudah terjemahan, bisa saja orang menerjemahkan sesuai keinginan mereka.
Jadi silahkan comot redaksi awalnya, kita bandingin, itu baru apple to apple 
 
[AHen]
tidak benar apanya ? Bukankah tahlil itu = pengucapan Laailaahaillalloh ? Sama dengan tahmid itu hamdalah/alhamdulillah ?
Ini bukan ibadah baru, justru bacaan yang ada yang sudah diketahui fadhilahnya yang diamalkan.
 
[Whe~en]
Tidak benar analoginya
Apakah kasusnya saya berbeda terjemahan soal bacaan tahlil dan hamdalah dengan Ahen?
tidak kan?
jadi masalahnya jelas lain 
 

[AHen]
Nah itu... kembali lagi kan "kepada ahlinya". Siapa ? Ya para ulama/ustad/guru-guru yang lebih ahli daripada kita. Karena ilmu kita belum mampu untuk menafsirkan, apalagi berfatwa, yaaa sementara kita ikut yang sudah ahli tadi.
 
[Whe~en]
Sayangnya ikut kepada yang dianggap ahli tidak cukup AHen, ini menurut saya.
Bukankah Allah berfirman:
QS Al Israa'(17) : 36
Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya
 
Jadi kita tetap harus tahu kenapa demikian, kenapa begini dsb baru nisa mengikuti

[Ahen] 

kalau saya, perbedaan akan saya hindari. Bagi saya cukup mengetahui kalau si A berbeda dengan saya, ya sudah, saya cari persamaannya, perbedaannya jangan diungkit-ungkit lagi. Bisa panjang urusannya.
 
[Whe~en]
Kalau tidak ditanya pasti saya juga diam ahen, yang jadi masalah adalah saya ditanya, saya menjalankan kewajiban saya untuk menjawab.
 
[AHen]  Naah.. ulama2 di atas bukankah termasuk si fulan juga ? Hanya karena namanya sangat masyhur, jadi kita tidak memanggilnya fulan. Bukankah yang disampaikan di atas itu pendapat para ulama juga ?
 
[Whe~en]
Maksud saya disini bukan menunjuk satu orang, tapi siapapun yang diikuti.  Kalau saya, saya tidak mengikuti pendapat para ulama, tapi darimana dasar landasan dalil yang beliau ambil.
Saya yakin para ulama-pun tidak mau orang taqllid pada beliau tanpa tahu itu benar apa salah. 
{Ahen]Ya mungkin saja, kalau tidak, kenapa jadi banyak aliran, golongan dan perbedaan ?
 
[whe~en] itu terserah pada pilihan masing masing, buat saya, tolak ukkur ibadah adalah Al Qur'an dan As sunnah, bukan pendapat fulan bin fulan
 
[Ahen]
Justru itu, seperti yg saya sebutkan tadi, salah satu contohya "menerangkan keshahihan", ternyata, ada juga ulama yg berubah fikiran ? Dari yg tadinya berpendapat hadis ini dha'if, menjadi shahih, cuma saya lupa lagi hadis yang mana.
 
[Whe~en]
Menerangkan keshahihan dengan pendapat siapa ahen?
kenapa tidak menerangkan kesahihan dengan rujukan hukum tertinggi yaitu Al Qur'an dan As sunnah?

[Ahen]
Apa buktinya kalau para ulama menafsirkan suatu dalil dengan hawa nafsu ? Bukankah para ulama yang menafsirkan itu punya ilmu macam2, misalnya ilmu nahwu,shorof, bhalaghah, dan sebagainya, yang kita-sebagai orang awam, setidaknya sampai saat ini tidak punya ilmu2 tsb utk mendukung penafsiran suatu dalil ?
 
[Whe~en]
Saya menulis tidak dengan hawa nafsu koq jadi malah dibalik dengan hawa nafsu toch?
 

--~--~---------~--~----~------------~-------~--~----~
-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-
Serulah kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik
dan bantahlah mereka dengan cara yang lebih baik. -Qs. 16 an-Nahl :125

Berilah mereka pelajaran, dan katakanlah kepada mereka perkataan yang berbekas pada jiwa mereka. -Qs. 4 an-Nisa' : 63

Gabung : Milis_Iqra-subscribe@googlegroups.com
  Keluar : Milis_Iqra-unsubscribe@googlegroups.com
  Situs 1 : http://groups.google.com/group/Milis_Iqra
     Mod : moderator.milis.iqra@gmail.com
-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-
-~----------~----~----~----~------~----~------~--~---

No comments:

Post a Comment