Wednesday, August 12, 2009

[Milis_Iqra] Re: RAHASIA DIBALIK DZIKIR JAHAR

{AHen]  adakah dalil yang mengharamkan acara Tahlil?
 
(whe~en) tuch kannnnnnnnnn
kang Hendy membalik kaidah ibadah lagi
ya ga akan pernah nyambung kalo sudah dibalik kang
kan dalilnya sudah disampaikan bahwa mengadakan sesuatu yang baru dalam urusan ibadah itu bid'ah?
Ada perintah baru dilaksanakan
ga ada perintah "haram"
lach itu larangannya, koq diulang2 :-( :-( :-(
 
(AHen)

Pembagian Bid'ah

Nabi saw memperbolehkan kita melakukan Bid'ah hasanah selama hal itu baik dan tidak menentang syariah, sebagaimana sabda beliau saw: "Barangsiapa membuat-buat kebiasaan baru yang baik dalam Islam, maka baginya pahalanya dan pahala orang yang mengikutinya dan tak berkurang sedikitpun dari pahalanya. Dan barangsiapa membuat-buat kebiasaan baru yang buruk dalam Islam, maka baginya dosanya dan dosa orang yang mengikutinya dan tak dikurangkan sedikitpun dari dosanya." [Shahih Muslim hadits no.1017, demikian pula diriwayatkan pada Shahih Ibn Khuzaimah, Sunan Baihaqi Alkubra, Sunan Addarimiy, Shahih Ibn Hibban dan banyak lagi]

 
(whe~en)
Kang Hendy
hadits tersebut asbabul wurudnya untuk sedekah mas, bukan untuk membolehkan bid'ah hasanah, silahkan dilihat dulu dech.
 
 
Whe~en
http://wheen.blogsome.com/
 
"Tuhanku, lapangkanlah untukku dadaku, dan mudahkanlah untukku urusanku, dan lepaskanlah kekakuan dari lidahku, supaya mereka mengerti perkataanku." (QS 20 : 25-28)
"Ya Allah jadikan Aku hamba yang selalu bersyukur dan penyabar"
----- Original Message -----
From: Ndy Ndy212
Sent: Thursday, August 13, 2009 9:45 AM
Subject: [Milis_Iqra] Re: RAHASIA DIBALIK DZIKIR JAHAR



Pada 12 Agustus 2009 22:18, addin <addinkesmas@gmail.com> menulis:



--> maaf akhi, saya umpamakan kesitu karena biasanya  landasan  berfikir untuk membenarkan  suatu  ibadah  yang tidak ada perintahnya biasanya selalu karena alasan kebaikan/lebih baik. kita tau kotoran didalam tubuh sangat baik untuk dikeluarkan dan harus dikeluarkan tapi apakah baik juga kalau waktunya yang tidak diatur malah diatur / dikhususkan.....? jadi maksud saya apa yang baik pada saat tertentu belum tentu baik pada saat lainnya.
saya umpamakan seperti itu sekedar sebagai contoh konkret saja, karena jika ada yg berikan dalil AlQur'an tentang sesuatu yang kita anggap baik belum tentu baik menurut Allah dan RasulNya malah ga dibahas malah pembahasan satu belum selesai sudah diberondong pertanyaan2 lainnya.

[jawab]
Kalau keukeuh juga masalah ibadah mau disamakan dg buang kotoran, tetap saja tidak bisa. Kotoran memang sangat baik dikeluarkan, tapi menurut penelitian yang saya tahu, khusus utk (maaf) BAB, harus diusahakan minimal sehari sekali. Padahal tidak semua orang bisa kan ?
 

Kan sudah saya bilang, hanya pengamatan. Kalau jeli, seharusnya jawabanny tidak seperti itu..

--> kalau gitu apa gunanya dari pengamatan yang Ahend lakukan? sudah ketemu kebenarannya kah? daripada hanya sekedar mengamati suatu kebiasaan/tata cara ibadah orang lain, lebih baik cari tahu landasan/dalil yang dipakai sehingga seseorang melakukan ini itu, jika ketemu ada perbedaan dilihat apakah masalah ini sudah muncul pada zaman sahabat, tabiin, dan setelahnya, lalu bagaimana dalil yang dipakai, apakah hasan, lemah atau palsu, apakah dalil yang dipakai berlawanan dengan dalil yang lainnya,lalu dalil mana yang lebih kuat dan tidak berlawanan dengan AlQur'an
daripada cuma mengamati dan mengambil kesimpulan sendiri tanpa pernah ingin mengetahui pokok masalahnya?, misalnya ada orang yang dengan entengnya bilang orang yang membid'ahkan suatu amalan biasanya malas dalam beramal??? (darimana taunya??) atau orang-orang yang anti tahlilan biasanya hanya jago berdebat, tapi bodoh dalam menafsirkan?? (padahal yang bodoh adalah orang yang ga pernah/mau belajar bagaimana menafsirkan suatu nash)

[jawab]
Pengamatan gunanya untuk membandingkan, apakah suatu hal/ibadah yang kita yakini benar itu memang benar ? Jangan hanya karena satu orang/kelompok berpegang pada satu dalil, melihat tata cara ibadah yg lain beda dengan dirinya, langsung disalahkan. Padahal orang lain yg berbeda itu pun punya dalil juga. Cuma karena keterbatasan kita, jadi kita tidak tahu semuanya.
Ya tentu saja perintah.

--> kalau memang beribadah dengan perintah.. mana perintah untuk melaksanakan yasinan..?? sedangkan sudah dikemukakan bahwa hadist yang dipakai tidak dapat dijadikan sebagai dalil karena lemah dan palsu?


Nah, seperti yg saya tulis di thread sebelumnya, 


Selama ini yang kita perdebatkan adalah tata cara pelaksanaannya. Misalnya si A tidak melakukan hal ini, dengan alasan "tidak ada contohnya dari nabi", --> itu ada dalilnya akhi dan sudah disampaikan berulang-ulang, cuma karena hawa nafsu mengajak untuk tidak setuju yaa tinggal cuekin aja dalil yang diberikan (ada atau ga ada dalil ga ngaruh yang penting menurut pengamatan orang anti tahlil dan yasinan itu sesungguhnya tidak pandai dalam menafsirkan ), gantinya tinggal kasih pertanyaan lagi sambil ngetes kalau yang ini ada dalilnya ga??

[jawab]
Kalau masalah tahlil, bukankah pernah saya paparkan panjang lebar ? Walaupun selama ini nabi (setidaknya sampai saat ini) saya belum menemukan dalilnya, tapi bukankah banyak dalil lainnya yang menjelaskan tentang keutamaan2 surat2 tertentu, nah surat2 itulah yang dibaca, dan itu bukan bid'ah. kalau bid'ah, tentu saja membaca ayat2 atau malah mantra2 yg tidak dicontohkan oleh nabi. Bahkan mantra pun selama tidak mengandung unsur syirik, diperbolehkan oleh nabi.

Sabda nabi SAW: "Ada 2 kalimat, yang sangat ringan di lidah, sangat berat dalam timbangan amal, dan sangat dicintai oleh AR-RAHMAN, yaitu SubhanaLLAHi wabihamdiHI subahanaLLAHil 'azhim[1]." Kalimat dzikir itu dibaca ketika tahlil, dan nabi sendiri tidak menentukan waktunya. Bukankah menurut kalian yg berbeda pendapat masalah yasinan ditentukan waktunya itu juga tidak ada dalilnya ? Kalau begitu yasinan yg ditentukan harinya pun boleh2 saja.


Didalam acara Tahlil itu terdapat ucapan Laa ilaah illallah, tasbih, shalawat, ayat qur'an, dirangkai sedemikian rupa dalam satu paket dengan tujuan agar semua orang awam bisa mengikutinya dengan mudah, ini sama saja dengan merangkum Al Qur'an dalam disket atau CD, lalu ditambah pula bila ingin ayat Fulani, silahkan Klik awal ayat, bila anda ingin ayat azab, klik a, ayat rahmat klik b, maka ini semua dibuat buat untuk mempermudah muslimin terutama yang awam. Atau dikumpulkannya hadits Bukhari, Muslim, dan Kutubussittah, Alqur'an dengan Tafsir Baghawi, Jalalain dan Ilmu Musthalah, Nahwu dll, dalam sebuah CD atau disket, atau sekumpulan kitab, bila mereka melarangnya maka mana dalilnya ?,

Lalu, adakah dalil yang mengharamkan acara Tahlil?, (acara berkumpulnya muslimin untuk mendoakan yang wafat) tidak di Al Qur'an, tidak pula di Hadits, tidak pula di Qaul Sahabat, tidak pula di kalam Imamulmadzahib.


 


di sisi lain si B berargumen bahwa Nabi sudah menjelaskan keutamaan2 dari ayat2 atau bacaan2 tsb,(tetapidengan dalil yang lemah dan dipalsukan akhi dan buktinya saudara2 yang sudah diberikan keterangan bahwa dalil yang dipakai tidak dapat menjadi landasan beribadah tetap saja tidak peduli bahkan cenderung memaksakan dalil2 lain yang tidak kalah palsunya atau sedikit menggunting tambal ayat atau merubah arti...) jadi penafsirannya, selama tidak menyalahi bacaan2 yg sudah disampaikan nabi, berarti tidak jadi masalah.--> pendapat ini mana dalilnya akhi? tidak menjadi masalah menurut siapa akhi? kalau tidak jadi masalah menurut Allah dan Rasulnya pasti ada dalilnya... Barzanji yang dijadikan kitab suci khusus perayaan maulid dari mana asalnya??

[jawab] :


Membaca Yaa Siin

"Sesungguhnya setiap sesuatu ada hatinya, dan sesungguhnya hati al Quraan adalah (Yaasin), barang siapa yang membacanya; seolah-olah dia telah membaca al Qur`aan sepuluh kali."

Hadits ini dikeluarkan oleh at Tirmidziy (4/46), ad Daarimiy (2/456) dari jalan Humeid bin `Abdirrahman dari al Hasan bin Shoolih dari Haarun Abi Muhammad dari Muqaatil bin Hibbaan dari Qataadah dari Anas marfuu`an. Berkata at Tirmidziy: "Hadist ini hasan gharib, kami tidak mengetahuinya kecuali dari jalan ini, sedang Haarun abu Muhammad majhuul (tidak dikenal), pada bab ini juga dari Abu Bakr as Shiddiiq, tidak shohih, sebab sanadnya lemah, dan pada bab ini juga dari Abi Hurairah radhiallahu `anhu."

Jadi hadits tersebut memanglah hadits dha'if atau lemah, tetapi tidak sampai maudhu' atau palsu. Bahkan At-Tarmidzi mengatakan bahwa hadits itu hasan gharib. Dalam hal fadhilah atau keutamaan suatu amal, hadits dha'if masih dapat dipakai. Karena hadits dha'if itu masih dianggap hadits atau perkataan Rasulullah SAW, hanya saja jalur periwayatannya kurang kuat. Hadits dha'if ini masih diambil sebagai hadits. Barangsiapa menyebut hadits dha'if sebagai hadits palsu, berarti ia telah mendustakan Rasul. Hadits dha'if adalah perkataan Rasul, barangsiapa mendustakannya, berarti mendustakan perkataan Rasul. Barangsiap mendustakan perkataan Rasul, maka bersiaplah atas tempatnya di neraka. Jika mereka mendustakan hadits ini karena ustadz-ustadz mereka berkata demikian, maka bersiaplah untuk masuk ke dalam neraka bersama ustadz-ustadz mereka. Bersiaplah mereka untuk masuk ke neraka bersama orang-orang yang mereka ikuti secara buta.

Dalam hadits yang lain disebutkan: Bersabda nabi SAW: "Tiada suatu kaum yang duduk-duduk sambil berdzikir pada ALLAH, melainkan para malaikat datang berkumpul, dan rahmat ALLAH meliputi mereka, dan ketentraman turun kepada mereka, dan nama-nama mereka disebutkan satu-persatu oleh ALLAH SWT dihadapan para malaikat yang ada disisi-NYA." (HR Muslim dari Abu Sa'id al-Khudri dan Abu Hurairah)


Bukankah dalam acara tahlilan atau yasinan sudah menurut petunjuk nabi dalam hal berkumpul sambil berzikir ?
Sepertinya asal muasal perbedaan pendapat antara orang yang tahlil dan anti tahlil serta orang yang membaca surat yasin (walaupun ditentukan waktunya) dan orang yang kurang setuju dengan pembacaan surat yasin berawal dari penafsiran atau syarah dari dalil2 yang ada. Kalau bagi yang anti keduanya, mereka hanya mencontoh apa2 yg "secara mentah", maksudnya yg jelas2 dilakukan oleh nabi, sedangkan yang lainnya, melihat dari sisi lain, yaitu keutamaan berdzikirnya yang dilihat, bukan sekedar contoh nabi saja. tentu saja perbuatan nabi itu adalah uswatun hasanah bagi kita semua.
Masalah barzanji, saya belum mengetahuinya.
 

--> yasinan, maulidan dan bid'ah lainnya tidak ada contoh dari Rasullullah, bagaimana Ahend bisa bilang kalau itu bukan ibadah yang baru..?? Menafsirkannya itu bagaimana ? yang sesuai dengan keinginan dan  hawa nafsu? atau hanya menurut akal perbuatan itu lebih baik dari pada tidak melakukan?? tolok ukurnya apa akhi..?

[jawab]

Bukankah sudah berkali2 juga disebutkan, kalau ibadah yang baru itu menciptakan sesuatu yang sama sekali baru ? Kalau yasinan, itu kan membaca bagian dari Al-Qur'an ? Tahlilan, didalamnya terdapat bacaan yg sudah disebutkan dalam hadis mengenai keutamaannya. Salah satunya yg saya tulis diatas tadi.

Merayakan Maulidur Rasul

Tentang keistimewaan hari lahir Nabi saw, terdapat hadits shahih dari Abi Qatadah, beliau menceritakan bahwa seorang A'rabi (Badawi) bertanya kepada Rasulullah saw: "Bagaimana penjelasanmu tentang berpuasa di hari Senin?" Maka Rasulullah saw menjawab, "Ia adalah hari aku dilahirkan dan hari diturunkan kepadaku Al-Qur'an." [Syarh Shahih Muslim An-Nawawi 8 / 52]

Maka merayakan dan bergembira atas lahirnya Rasul bukanlah perkara baru yang ditambah-tambahkan. Bahkan Allah menyuruh kita untuk bergembira atas karunia dari-Nya. Lahirnya Rasulullah adalah termasuk karunia terbesar bagi kita. Maka sunnahnya merayakan kelahiran Rasul tidak bisa dibantah hanya dengan perkataan ustadz-ustadz ekstrim (ghuluw). Agama kita bukanlah agama 'qola ustadz', tetapi 'Qolallahu wa qolarrasul'. Dan tidak pernah Allah atau pun Rasul-Nya menyuruh kita untuk bersedih atas wafatnya Rasul kelak.

Katakanlah: "Dengan kurnia Allah dan rahmat-Nya, hendaklah dengan itu mereka bergembira. Kurnia Allah dan rahmat-Nya itu adalah lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan". [QS. Yunus: 58]

Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam. [QS. Al-Anbiya: 107]


Kalau dibuat perbandingan (sama seperti Kang Addin membandingkan ibadah dan membuang kotoran), ibaratnya seperti atasan dan anak buah. Jika ada anak buah/bawahan bertanya, bagaimana penjelasan Bapak mengenai tanggal 11 januari ? Atasan menjawab : Ini adalah hari ulang tahun saya.

Jadi para bawahannya merayakan hari lahir sang atasan. Kurang lebih begitu, mungkin terlalu sederhana untuk dibuat perbandingan, tapi seperti itulah yg saya maksud penafsiran. Toh orang2 yg menafsirkan atau berbeda pendapat bukan hanya satu atau dua orang, tetapi banyak. Ilmu agamanya pun pastilah diatas kita.


Tambahan :


Pembagian Bid'ah

Nabi saw memperbolehkan kita melakukan Bid'ah hasanah selama hal itu baik dan tidak menentang syariah, sebagaimana sabda beliau saw: "Barangsiapa membuat-buat kebiasaan baru yang baik dalam Islam, maka baginya pahalanya dan pahala orang yang mengikutinya dan tak berkurang sedikitpun dari pahalanya. Dan barangsiapa membuat-buat kebiasaan baru yang buruk dalam Islam, maka baginya dosanya dan dosa orang yang mengikutinya dan tak dikurangkan sedikitpun dari dosanya." [Shahih Muslim hadits no.1017, demikian pula diriwayatkan pada Shahih Ibn Khuzaimah, Sunan Baihaqi Alkubra, Sunan Addarimiy, Shahih Ibn Hibban dan banyak lagi]

Diantara bid'ah dholalah adalah penafi'an atas sunnah dan hadits. Ketika Rasul membolehkan adanya kebiasaan baru yang baik, lalu mereka berkata, "Tidak ada yang namanya bid'ah hasanah. Jika memang hal itu baik, niscaya para salaful ummah telah melakukannya," artinya mereka menolak adanya bid'ah hasanah, maka jelaslah bahwa mereka telah menafi'kan sunnah Rasul yang membolehkan bid'ah hasanah. Termasuk bid'ah dholalah adalah menafi'kan dzikir berjama'ah yang telah nyata dilakukan di masa Rasul.

Penafi'an terhadap hadits dan sunnah Rasul, penafi'an terhadap dzikir berjama'ah adalah suatu perkara baru yang sangat buruk. Dan segala perkara baru seperti ini, tentulah tidak dicontohkan oleh Rasul dan shahabat. Perkara baru seperti ini tentulah tidak diridhoi oleh Allah. Maka segala perkara baru seperti ini adalah sesat, dan segala yang sesat itu di neraka. Maka mereka dapat terjerumus ke dalam neraka jika mereka tidak bertobat dari mendustakan Rasul dan tidak bertobat dari bid'ah dholalah. Mendustakan Rasul dan menafi'kan sunnah adalah perkara baru yang sangat buruk sekali. Tidak ada salaful ummah yang menafi'kan sunnah atau pun mendustakan Rasul. Jika mereka mengaku sebagai pengikut salafush shalih, maka itu adalah pengakuan kosong tanpa bukti.





 








--
--~--~---------~--~----~------------~-------~--~----~
-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-
Serulah kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik
dan bantahlah mereka dengan cara yang lebih baik. -Qs. 16 an-Nahl :125

Berilah mereka pelajaran, dan katakanlah kepada mereka perkataan yang berbekas pada jiwa mereka. -Qs. 4 an-Nisa' : 63

Gabung : Milis_Iqra-subscribe@googlegroups.com
  Keluar : Milis_Iqra-unsubscribe@googlegroups.com
  Situs 1 : http://groups.google.com/group/Milis_Iqra
     Mod : moderator.milis.iqra@gmail.com
-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-
-~----------~----~----~----~------~----~------~--~---

No comments:

Post a Comment