>
> Kemudian: Kalau kita jeli terhadap ayat yang disampaikan Mas Arman, padahal
> dia memberikan tanda bintang *mereka memikirkan tentang penciptaan langit
> dan bumi* , kalau yang di pikirkan masalah penciptaan langit dan bumi, maka
> hal itu diluar dzikir (tahlil, tahmid, tasbih dan takbir), karena bentuk
> yang dipikirkan adalah ayat-ayat kauniyyah bukan qouliyyah. Dan ini make
> sense sebagai tambahan "melakukan hal yang positif" di dalam jamban. :-) -
> "Mungkin ini bisa sedikit menambahkan ..." thank you atas tambahan
> masukannya
[Arman] : Sama-sama mas Dani ...
>
> Namun, apakah harus di sertai dengan do'a-nya dengan membaca "Ya Tuhan kami,
> tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia Maha Suci Engkau, maka
> peliharalah kami dari siksa neraka." Ketika di dalam jamban? Ini yang saya
> masih belum ngerti, Yang saya bingung bangaimana cara pengucapan do'a
> tersebut ? apakah ketika buang air sedang berlangsung ?
[Arman] : Sebenarnya dalam tanggapan diatas, antum sudah mendapatkan
pointnya mas Dani.
Jadi rasanya saya memang tidak menyinggung sama sekali tentang
melafaskan doa "rabbanaa maa khalaqta haadzaa baathilan subhaanaka
faqinaa 'adzaaba (al)nnaar(i)" ... saya cuma menyatakan dengan kalimat
seperti ini : "** tetapi ada penekanan pada aspek memikirkan fenomena
dari kreasi Allah terhadap semua yang terjadi dalam hidup ini. Dengan
kata lain, Dzikrullah pun adalah bagian lain dari Iqra atau
pembelajaran.**
Setiap apa yang kita lihat, kita dengar, kita rasakan harusnya bisa
mengantarkan kita pada kesadaran tentang kemaha besaran Dia dan
keluasan Ilmu-Nya, even itu terhadap sesuatu yang kotor dan jijik
sekalipun. Pengejawantahannya bisa kita lihat dalam eksplorasi ilmu-
ilmu biologi dan kedokteran modern.
[Dani] :
> Contoh yang Mas Arman berikan adalah sifatnya kondisional, sesuatu yang
> kondisional maka Agama ini slalu memberikan kemudahan, jangankan masalah
> dzikir (tasbih, tahlil, dll) di jamban yang sifatnya Makruh, Babi yang
> harampun bisa jadi halal jika kita tidak menemukan makanan lain
> dihutan/sedang safar , bahkan yang halalpun bisa jadi dilarang melakukannya
> contohnya, jima' dan makan/minum di siang hari ketika bulan Ramadhan.
>
> Sebenarnya perkara membaca dzikir didalam jamban ini adalah perkara
> makruh/tidak disukai, sebagaimana sepakatnya sebagian sahabat Nabi dan
> tabi'in mengenai hal ini, berlandasan kepada sabda Rasulullah
>
> "إنِّي كَرِهْتُ أَنْ أَذْكُرَ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ إلَّا عَلَى طُهْرٍ "
> artinya "Sesungguhnya aku tidak suka menyebut nama Allah Yang Maha Agung
> melainkan dalam keadaan suci". Mengapa juga para ulama tidak menjatuhkan
> hukum "Haram" perihal ini dan hanya sebatas kepada makruh tanzih. Hal ini
> dikarenakan hadist shahih dari Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam.,
[Arman] : Mas Dani, saya suka dengan kutipan antum pada hadis ini :
"Bahwa beliau selalu berdzikir dalam setiap keadaan," (HR Muslim
[373]), terimakasih.
Arman.
--~--~---------~--~----~------------~-------~--~----~
-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-
Serulah kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik
dan bantahlah mereka dengan cara yang lebih baik. -Qs. 16 an-Nahl :125
Berilah mereka pelajaran, dan katakanlah kepada mereka perkataan yang berbekas pada jiwa mereka. -Qs. 4 an-Nisa' : 63
Gabung : Milis_Iqra-subscribe@googlegroups.com
Keluar : Milis_Iqra-unsubscribe@googlegroups.com
Situs 1 : http://groups.google.com/group/Milis_Iqra
Mod : moderator.milis.iqra@gmail.com
-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-
-~----------~----~----~----~------~----~------~--~---
No comments:
Post a Comment