selesai, andai kata ada agama budha sekalipun membantu mereka dalam
hal urusan perut, so pasti mereka juga akan manut2 sama si budhis itu
hingga menggadaikan aqidahnya lagi. udah pasti deh...ga usah didebatin
lagi. wong kebanyakan saudara2 saya di tasik dan di daerah mengalami
hal itu.
notabene : hanya orang2 bodoh yg menggadaikan aqidah dengan hanya
sekedar urusan perut.
sederhana sekali bos, begitu mereka pintar, dan tidak lagi terganggu
urusan perut, baru mereka menyadari mana yg benar dan mana yg salah.
simple kan ? jangan ribet zal...
Pada tanggal 06/10/09, rizal lingga <nyomet123@yahoo.com> menulis:
> Kamu tidak menjawab apa yang terjadi jika penderitaan dan penganiayaan
> terjadi kepada orang yang pindah agama karena urusan perut ini? Apakah
> mereka akan kembali lagi? Kamu tidak menjawab karena memang ingin
> mendramatisir menekankan segi buruknya saja. Sayangnya kenyataan hidup ini
> tidak sesederhana hitam putih seperti katamu....
>
> --- On Mon, 9/28/09, Fadhilah Yusuf Qardhawi <onlyubibeh@gmail.com> wrote:
>
> From: Fadhilah Yusuf Qardhawi <onlyubibeh@gmail.com>
> Subject: [Milis_Iqra] Re: Steven Indra Terpikat Islam Karena Shalat
> To: milis_iqra@googlegroups.com
> Date: Monday, September 28, 2009, 11:57 AM
>
> Betul memang banyak yg pindah agama karena urusan perut, tetangga saya
> contoh hidupnya, dia pernah terkena kebakaran di tempat tinggal sebelumnya,
> akhirnya ia pindah menjadi kristen setelah dibantu ini itu, dan sampai
> sekarang ia masih jadi kristen, dikarenakan gerejanya atau komunitas
> ibadatnya senantiasa membantu dia.
>
> Hebatnya kristen dalam mengemas kristenisasi ini.
>
> Patut dicontoh kebaikannya, memberi kebaikan secara berkesinambungan kepada
> sesama saudara kita muslimin. Sebab banyak orang di dunia ini hilang aqidah
> hanya karena perut, uang, pekerjaan, dll.
>
>
> Sekarang siapa yg harus memakai akal sehatnya ?
> Orang ternyata fakta... kebanyakan muallaf masuk islam karena hal ilmiah
> sedang murtadin hanya sebatas urusan perut saja....
>
> Pada 19 September 2009 20:16, rizal lingga <nyomet123@yahoo.com> menulis:
>
>
> Tentu saja ada yang pindah agama karena lapar. Tapi jika demikian, sesudah
> masuk Kristen, siapa lagi yang menjamin makanan mereka ini untuk seterusnya?
> Dan berapa lama si pembujuk dan penyuap itu bisa memberi makan mereka sang
> murtadin karena lapar ini? Pakailah akal sehatmu untuk menjawab pertanyaan
> ini, Asdeddy.
>
>
> --- On Sat, 7/18/09, Asdeddy Syam <syam.deddy.syh@gmail.com> wrote:
>
>
> From: Asdeddy Syam <syam.deddy.syh@gmail.com>
> Subject: [Milis_Iqra] Re: Steven Indra Terpikat Islam Karena Shalat
> To: Milis_Iqra@googlegroups.com
>
> Cc: nyomet123@yahoo.com
> Date:
> Saturday, July 18, 2009, 11:35 AM
>
> Zal... biasanya orang non Muslim pindah ke Islam disebabkan karena
> pemikiran, kajian, dan hal hal ilmiah lainnya....
>
> Tapi kalo ada orang Islam pindah ke Kristen ato yg lai biasanya karena
> LAPER.....he...he..he..
>
>
>
> Ini bisa dibuktikan.....
>
>
>
> Pada 15 Juli 2009 19:49, rizal lingga <nyomet123@yahoo.com> menulis:
>
>
>
>
> Kalian memuat tulisan2 tentang para mualaf, tapi kalian tak tahu bahwa jauh
> lebih banyak lagi yang jadi murtadin.
>
>
> Perpindahan agama itu biasa saja bagi saya, wajar bagi manusia yang bebas
> untuk memilih agamanya. Tidak seperti di Malaysia dan Saudi Arabia yang
> melarang warganya unutk jadi murtadin.
>
>
>
> Di negara2 Barat yang demokratis adalah wajar pindah agama. Namun tidak
> demikian di negara2 Islam. Pindah agama bisa berarti pengusiran atau bahkan
> kematian.
>
>
> --- On Fri, 7/10/09, Slamet Hariyanto <Slamet.Hariyanto@id.flextronics.com>
> wrote:
>
>
>
> From: Slamet Hariyanto <Slamet.Hariyanto@id.flextronics.com>
>
>
> Subject: [Milis_Iqra] Steven Indra Terpikat Islam Karena Shalat
> To: Milis_Iqra@googlegroups.com
> Date: Friday, July 10, 2009, 7:49 AM
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
> Steven
> Indra Terpikat Islam Karena Shalat
>
> By Republika Newsroom
>
>
>
> Seorang
> mualaf ibarat besi yang baru jadi. Saatnya Allah menempa kita dan
> menjadikannya
> sebilah pedang. Kalau tidak ditempa, tidak akan tajam.
>
>
>
>
>
> Bagi Steven Indra Wibowo, agama adalah sebuah pilihan hidup. Seperti
> filosofi
> yang dianut oleh para leluhurnya, setiap pilihan inilah yang nantinya
> menjadi
> pegangan dalam mengarungi bahtera kehidupan. ''Bagi saya, Islam adalah
> pegangan hidup,'' ujar pria kelahiran
> Jakarta , 14 Juli 1981 ini kepada Republika.
>
>
>
> Sebelum memutuskan memeluk Islam, Indra adalah seorang penganut Katolik yang
> taat. Ayahnya adalah salah seorang aktivis di GKI (Gereja Kristen Indonesia)
> dan Gereja Bethel. Di kalangan para aktivis GKI dan Gereja Bethel, ayahnya
> bertugas sebagai pencari dana di luar negeri bagi pembangunan gereja-gereja
> di
> Indonesia .
> Karena itu, tak mengherankan jika sang ayah menginginkan Indra kelak
> mengikuti
> jejaknya dengan menjadi seorang bruder (penyebar ajaran Katolik—Red).
>
>
>
> Untuk mewujudkan cita-cita tersebut, sejak usia dini ia sudah digembleng
> untuk
> menjadi seorang bruder. Oleh sang ayah, Indra kecil kemudian dimasukkan ke
> sekolah khusus para calon bruder Pangudi Luhur di Ambarawa, Jawa Tengah.
> Hari-harinya ia habiskan di sekolah berasrama itu. Pendidikan kebruderan
> tersebut ia jalani hingga jenjang SMP. ''Setamat dari Pangudi
> Luhur, saya harus melanjutkan ke sebuah sekolah teologi SMA di bawah Yayasan
> Pangudi Luhur,'' ujarnya.
>
>
>
> Karena untuk menjadi seorang bruder, minimal harus memiliki ijazah diploma
> tiga
> (D3), selepas menamatkan pendidikan teologia di SMA tahun 1999, Indra
> didaftarkan ke Saint Michael's College di Worcestershire, Inggris, yaitu
> sebuah sekolah tinggi khusus Katolik. Di negeri Ratu Elizabeth itu, pria
> yang
> kini menjabat sebagai sekretaris I Persatuan Islam Tionghoa Indonesia (PITI)
> ini mengambil jurusan Islamologi.
>
>
>
> Selama menempuh pendidikan di Saint Michael's College ini, Indra
> mempelajari mengenai hadis dalam ajaran Islam. ''Intinya, kita
> mempelajari hadis dan riwayatnya itu untuk mencari celah agar orang Muslim
> percaya, bahwa apa yang diajarkan dalam agama mereka tidak benar. Memang
> kita
> disiapkan untuk menjadi seorang penginjil atau misionaris,''
> paparnya. Bahkan, untuk mengemban tugas sebagai seorang penginjil, ia harus
> melakoni prosesi disumpah tidak boleh menikah dan harus mengabdikan seluruh
> hidupnya untuk Tuhan.
>
>
>
> Namun, seiring dengan aktivitasnya sebagai seorang penginjil, justru mulai
> timbul keraguan dalam dirinya atas apa yang ia pelajari selama ini. Apa yang
> dipelajarinya, bertolak belakang dengan buku-buku yang ia temui di toko-toko
> buku. Hingga akhirnya, suatu hari tatkala mendatangi sebuah toko buku
> ternama
> di Jakarta , ia
> menemukan sebuah buku karangan Imam Ghazali. Buku yang mengulas mengenai
> hadis
> dan sejarah periwayatannya itu cukup menarik perhatiannya.
>
>
>
> Dari semula hanya sekadar iseng membaca gratis sambil berdiri di toko buku
> tersebut, Indra akhirnya memutuskan untuk membelinya. ''Setelah
> saya baca dan pelajari buku tersebut, ternyata banyak referensi dan
> penjelasan
> mengenai hadis yang diriwa -yatkan oleh Bukhari dan Muslim. Akhirnya, saya
> juga
> memutuskan untuk membeli buku kumpulan hadis-hadis Bukhari dan
> Muslim,'' kata dia.
>
>
>
> Berawal dari sinilah, Indra mulai mengetahui bahwa hadishadis yang selama
> ini
> dipelajarinya di Saint Michael's College, ternyata tidak diakui oleh umat
> Islam sendiri. ''Hadis-hadis yang saya pelajari tersebut ternyata
> maudhu' (palsu). Dari sana ,
> kemudian saya mulai mencari-cari hadis yang sahih,'' tukasnya.''
>
>
>
> Dari Katedral ke Istiqlal
>
> Keinginan Indra untuk mempelajari ajaran Islam, tak hanya sampai di situ. Di
> sela-sela tugasnya sebagai seorang penganut Katolik, diam-diam Indra mulai
> mempelajari gerakan shalat. Kegiatan belajar shalat itu ia lakukan selepas
> menjalankan ritual ibadah Minggu di gereja Katedral,
> Jakarta . Tak ada yang mengetahui kegiatan
> 'mengintipnya' itu, kecuali seorang adik laki-lakinya. Namun, sang
> adik diam saja atas perilakunya itu.
>
>
>
> ''Ketika waktu shalat zuhur datang dan azan berkumandang dari
> seberang (Masjid Istiqlal—Red), kalung salib saya masukkan ke dalam baju,
> sepatu saya lepas dan titipkan. Kemudian, saya pinjam sandal tukang sapu
> kebun
> di Katedral. Setelah habis shalat, saya balik lagi mengenakan kalung salib
> dan
> kembali ke Katedral,'' paparnya.
>
>
>
> Aktivitasnya yang 'konyol' di mata sang adik itu, ia lakoni selama
> dua bulan. Dan, berkat kerja sama sang adik pula, tindakan yang ia lakukan
> tersebut tidak sampai ketahuan oleh ayahnya. Dari situ, lanjut Indra, ia
> baru
> sebatas mengetahui orang Islam itu shalat empat rakaat dan selama shalat
> diam
> semua. Tahap berikutnya, ayah satu orang putri ini mulai belajar shalat
> maghrib
> di sebuah masjid di daerah Muara Karang, Jakarta Utara. Ketika itu, ia
> beserta keluarganya
> tinggal di wilayah tersebut.
>
>
>
> ''Dari situ, saya mulai mengetahui ternyata ada juga shalat yang
> bacaannya keras. Kemudian, saya mulai mempelajari shalat-shalat apa saja
> yang
> bacaannya dikeraskan dan tidak.'' Setelah belajar shalat zuhur dan
> maghrib, ia melanjutkan dengan shalat isya, subuh, dan ashar. Kesemua
> gerakan
> dan bacaan shalat lima
> waktu tersebut ia pelajari secara otodidak, yakni dengan cara mengikuti apa
> yang dilakukan oleh jamaah shalat. Sampai tata cara berwudhu pun, menurut
> penuturannya, ia pelajari dan hafal dengan menirukan apa yang dilakukan oleh
> para jamaah shalat.
>
>
>
> ''Saya lihat orang berwudhu, ingat-ingat gerakannya, baru setelah
> sepi saya mempraktikkannya. Dan, Alhamdulillah dalam waktu seminggu saya
> sudah
> bisa hafal gerakan berwu -dhu. Begitu juga, dengan gerakan shalat dan
> bacaannya. Saya melihat gerakan imam dan mendengar bacaannya sambil berusaha
> mengingat dan menghafalnya,'' terang Direktur Operasional Mustika
> (Muslim Tionghoa dan Keluarga), sebuah lembaga yang mewadahi silahturahim,
> informasi, konsultasi, dan pembinaan agama Islam.
>
>
>
> Untuk memperdalam pengetahuannya mengenai tata cara ibadah shalat, Indra pun
> mencoba mencari tahu arti dan makna dari setiap gerakan serta bacaan dalam
> shalat, melalui buku-buku panduan shalat yang harganya relatif murah.
> Melalui
> shalat ini, ungkap Indra, ia menemukan suatu ibadah yang lebih bermakna,
> lebih
> dari hanya sekadar duduk, kemudian mendengarkan orang ceramah dan kadang
> sambil
> tertidur, akhirnya tidak dapat apa-apa dan hampa.
>
>
>
> ''Ibaratnya sebuah bola bowling, tampak di permukaan luar -nya
> keras dan kokoh, tetapi di dalamnya kosong. Berbeda de ngan ibadah shalat
> yang
> ibaratnya sebuah kelereng kecil, wa lau pun kecil, di dalamnya padat. Saya
> lebih memilih menjadi se buah kelereng kecil daripada bola bowling
> tersebut,'' ujar nya mengumpamakan ibadah yang pernah ia lakoni
> sebelum menjadi Muslim dan sesudahnya.
>
>
>
>
>
> Tujuh jahitan
>
> Setelah merasa mantap, Indra pun memutuskan untuk masuk Islam dengan dibantu
> oleh seorang temannya di Serang, Banten. Peristiwa itu terjadi sebelum
> datangnya bulan Ramadhan di tahun 2000. Keislamannya ini, kata dia, baru
> diketahui oleh kedua orang tuanya setelah ia memutuskan untuk kembali ke
> Jakarta . Kabar mengenai
> keislamannya ini diketahui orang tuanya dari para rekan bisnis sang ayah.
>
>
>
> Karena mungkin pada waktu itu, papa saya sedang mengerjakan proyek
> pembangunan
> resort di wilayah Muara Karang dan Pluit, makanya papa punya banyak kenalan
> dan
> teman. Dan, mungkin orang-orang itu sering melihat saya datang ke masjid dan
> mengenakan peci, makanya dilaporkan ke papa, kenangnya. Ayahnya pun
> memutuskan
> untuk mengirim orang untuk memata-matai setiap aktivitas Indra sehari-hari.
> Setelah ada bukti nyata, ia kemudian dipanggil dan disidang oleh ayahnya.
> Saya
> beri penjelasan kepada beliau bahwa Islam itu bagi saya adalah pegangan
> hidup.
>
>
>
> Di hadapan ayahnya, Indra mengatakan bahwa selama menjalani pendidikan calon
> bruder, dirinya mendapatkan kenyataan bahwa pastur yang selama ini ia
> hormati
> ternyata melakukan perbuatan asusila terhadap para suster. Demikian juga,
> dengan para frater yang menghamili siswinya dan para bruder yang menjadi
> homo.
> Ibaratnya saya pegangan ke sebuah pohon yang rantingranting daunnya pada
> patah,
> dan saya rasa pohon itu sudah mau tumbang kalau diterpa angin. Sampai
> akhirnya,
> saya ketemu dengan sebatang bambu kecil, yang tidak akan patah meski diterpa
> angin.
>
>
>
> Seakan tidak terima dengan penjelasan sang anak, ayahnya pun menampar Indra
> hingga kepalanya terbentur ke kaca. Beruntung saat kejadian tersebut sang
> ibu
> langsung membawa Indra ke Rumah Sakit Atmajaya. Sebagai akibatnya, ia
> mendapatkan tujuh jahitan di bagian dahinya. Kendati begitu, ibunya tetap
> tidak
> bisa menerima keputusan putra pertamanya tersebut.
>
>
>
> Tidak hanya mendapatkan tujuh jahitan, oleh ayahnya kemudian Indra diusir
> setelah dipaksa harus menandatangani surat
> pernyataan di hadapan notaris, mengenai pelepasan haknya seba gai salah satu
> pewaris dalam keluarga. Saya tidak boleh menerima semua fasilitas keluarga
> yang
> menjadi hak saya,ujarnya. Meski hidup dengan penuh cobaan, ungkap Indra,
> masih
> ada Allah SWT yang menyayanginya dan membukakan pintu rezeki untuknya. Salah
> satunya, proposal pengajuan beasiswa yang ia sampaikan ke Universitas Bina
> Nusantara (Binus) disetujui. Di Binus juga, ia mempunyai waktu luang dan
> kesempatan untuk menyampaikan syiar Islam, baik melalui forumforum pengajian
> maupun internet.
>
>
>
> Karena itu, saya melihat mualaf itu ibaratnya sebuah besi yang baru jadi.
> Jadi,
> saatnya Allah menempa kita dan menjadikannya sebilah pedang. Jadi, kalau
> tidak
> ditempa, tidak akan tajam, katanya. nidia zuraya
>
>
>
> Biodata
>
> Nama : Indra Wibowo
>
> Tempat/Tanggal Lahir : Jakarta ,
> 14 Juli 1981
>
> Masuk Islam : 2000
>
> Status : Menikah dan mempunyai satu orang putri
>
> Pendidikan Akhir : Sarjana (S1) Komunikasi Universitas Padjadjaran
>
> Aktivitas :
>
> - Sekretaris I Persatuan Islam Tionghoa
> Indonesia (PITI)
>
> - Direktur Operasional Mustika (Muslim Tionghoa dan Keluarga)
>
>
>
>
>
> Legal Disclaimer:
> The information contained in this message may be privileged and
> confidential. It is intended to be read only by the individual or entity to
> whom it is addressed or by their designee. If the reader of this message is
> not the intended recipient, you are on notice that any distribution of this
> message, in any form, is strictly prohibited. If you have received this
> message in error, please immediately notify the sender and delete or destroy
> any copy of this message
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
> >
>
--~--~---------~--~----~------------~-------~--~----~
-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-
Serulah kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik
dan bantahlah mereka dengan cara yang lebih baik. -Qs. 16 an-Nahl :125
Berilah mereka pelajaran, dan katakanlah kepada mereka perkataan yang berbekas pada jiwa mereka. -Qs. 4 an-Nisa' : 63
Gabung : Milis_Iqra-subscribe@googlegroups.com
Keluar : Milis_Iqra-unsubscribe@googlegroups.com
Situs 1 : http://groups.google.com/group/Milis_Iqra
Mod : moderator.milis.iqra@gmail.com
-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-
-~----------~----~----~----~------~----~------~--~---
No comments:
Post a Comment