BOM bunuh diri dan Islam Dulu, pada awalnya, sekitar tahun 2001, yaitu setelah peristiwa 9 September 2001 yang terkenal itu, saya pernah mengira bahwa BOM bunuh diri hanya digunakan oleh pengikut Al Qaida dan ditujukan khusus kepada orang-orang kafir. Sekarang setelah lebih 8 tahun ternyata saya salah. Rupanya BOM bunuh diri saat ini lebih merupakan senjata penghancur yang bisa membunuh siapa saja. Namun pastinya digunakan oleh beberapa golongan Muslim. Apakah itu Al Qaida, Palestina, Chechnya atau Taliban. Oh ya, kaum pemberontak Tamil Hindu di Srilanka juga menggunakannya, namun setelah pemberontakan mereka berhasil ditumpas oleh pemerintah Srilanka awal tahun 2009 ini, bom bunuh diri oleh mereka tak kedengaran lagi beritanya. Oleh Deccan Mujahiddin yang berasal dari Pakistan, pembunuhan ini diperluas bukan lagi hanya bom bunuh diri, tapi sudah berupa pembantaian massal dengan senjata serbu kepada orang-orang kafir dan Yahudi sipil di India. Dan berlanjut lagi di Srilanka tapi kali ini oleh orang2 yang diduga keras dari Pakistan, sama dengan yang beraksi di Mumbai India. Namun sekarang, bom-bom bunuh diri sudah tidak lagi merupakan senjata khusus untuk menyerang orang-orang kafir, tapi tetap merupakan senjata mematikan untuk membunuh banyak orang yang tidak sepaham dengan pandangan golongan Muslim tertentu. Namun tujuan utamanya sekarang bukan lagi agama, tapi sudah merupakan senjata untuk menghancurkan siapa saja yang dianggap lawan, tak perduli lawan itu juga beragama Islam. Artinya, dalam pandangan golongan keras ini, siapapun yang tak sepaham dengan mereka, sekalipun lawan itu Muslim, dianggap sama dengan KAFIR dan halal bahkan berpahala untuk dibunuh. Timbulnya inspirasi untuk menulis tulisan ini dikarenakan banyak BOM bunuh diri yang meledak di Irak dan Pakistan akhir-akhir ini, dimana korbannya bisa dikatakan 99% adalah Muslim. Saya merasa heran, ketika tentara Irak sudah mengambil alih kekuasaan disana, masih saja Bom-bom bunuh diri meledak di Baghdad, justru dalam skala yang lebih besar lagi. Apa tujuannya? Bukankah motifnya sudah politik, dan tidak lagi sekedar ingin membunuh kafir Amerika sang penjajah? Apa tujuan Taliban di Pakistan? Bukankah juga karena ingin mempertahankan wilayah kekuasaan? Apa sebab Hamas di Palestina membantai orang-orang Alqaida disana? Bukakah juga tujuannya mempertahankan kekuasaan? Nampaknya ini tidak lagi masalah agama, tapi kekuasaan. Namun kalau tujuannya kekuasaan, mengapa masih saja ada bom bunuh diri? Apa tujuan manusia itu meledakkan bom bunuh dirinya ketika dia sadar sepenuhnya bahwa yang dibunuhnya itu juga orang-orang Islam? Apa yang bisa membuatnya demikian? Indoktrinasi apa yang sudah ditanamkan ke otaknya? Nah, ketika peralihan ini terjadi, maka terjadilah bias dalam makna dan tujuan JIHAD Islam, ketika Jihad Bom bunuh diri yang tadinya ditujukan kepada orang-orang Kafir (Ingat kan tulisan di Iqra pada bulan September 09 dengan judul: Jangan sembarangan membuang BOM? Yang isinya penulis menyetujui jihad bom bunuh diri asal saja tidak ditujukan kepada sesama Muslim), sekarang bisa ditujukan kepada siapa saja yang dianggap musuh. Contoh paling jelas di Irak dan Pakistan sekarang. Dimana bom bunuh diri sudah membunuh ratusan orang sesama Muslim. Nampaklah senjata Bom bunuh diri yang keji dan sangat biadab ini tetap terus dipakai sebagai senjata yang mematikan. Bagaimana menyuruh manusia agar bisa meledakkan bom bunuh diri dengan tujuan membunuh orang lain dengan cara bunuh diri? Ada beberapa persyaratan: - Harus beragama Islam
- Masih muda dan bergairah besar dalam seks.
- Orang itu harus diarahkan agar mempunyai kebencian terhadap Yahudi, dan mempunyai hasrat seks yang tinggi untuk memperoleh puluhan bidadari.
- Kebencian terhadap Yahudi kemudian diarahkan dan dibelokkan menjadi musuh-musuh yang menyuruhnya. Artinya, tak perlu lagi orang Yahudi nyata yang dibunuh, asal dibayangkan saja sudah cukup.
- Buku panduannya harus Alquran dan Hadits.
- Dan tentu saja dengan tafsiran dan pengarahan dari amir atau imam nya (mentornya).
Nah, bagi anda yang tidak senang dengan persyaratan yang saya ajukan diatas, silahkan menggantinya dengan persyaratan buatan anda sendiri, tapi harus meyakinkan kita semua agar membuat orang mau jadi "pengantin bidadari surga". Bukankah ini namanya bagi para pelaku bom bunuh diri tersebut? Namun di Irak dan Palestina ada juga perkecualian. Pembom bunuh diri juga dicari dari wanita-wanita yang penuh dendam dan kebencian terhadap musuh-musuhnya. Biasanya mereka ini janda-janda yang ditinggal mati suaminya. Bagi mereka ini tak perlu ditekankan bahwa mereka akan mendapatkan puluhan orang-orang muda setelah tewas (namun tentang orang-orang pria muda yang melayani ini ayat-ayatnya memang ada di Alquran), cukup diberi kesempatan untuk membalas dendam dan diberi sasaran yang jelas, sudah cukup. Kepada para wanita kalap ini hanya perlu dijamin bahwa mereka pasti masuk surga dengan meledakkan BOM bunuh diri. Pada dasarnya keinginan untuk mati sudah ada pada mereka setelah jadi janda, namun keinginan ini mau dilampiaskan dalam bentuk balas dendam, dan perekrutnya memanfaatkan mereka ini untuk meledakkan bom. Apa yang mau ditekankan disini? Yaitu bahwa Alquran dan Hadits milik agama Islam bisa dipakai sebagai buku panduan (text book) untuk mendidik para pembom bunuh diri. Apakah kitab suci bisa disalah-gunakan? Bisa! Kitab-kitab suci semua agama bisa diselewengkan dan disalahgunakan maksudnya. Namun yang jelas sampai hari ini, para pembom bunuh diri itu mayoritas berasal dari agama Islam. Di Filipina, di Thailand, di Rusia, di beberapa tempat di Afrika, membunuh orang-orang atas nama agama Islam masih saja dilakukan, namun dengan tambahan motivasi lokal, dimana utamanya adalah menginginkan kemerdekaan. Seakan-akan motivasi kemerdekaan saja tidak cukup kuat, maka perlulah orang-orang Islam lokal ini dipompa dengan motivasi agama mereka. Motivasi agama Islam untuk perjuangan kemerdekaan juga pernah dilakukan oleh orang-orang Aceh ketika melawan penjajahan Belanda dulu. Pembunuhan atas nama agama sudah pernah dilakukan oleh agama Katolik pada abad pertengahan, terutama dari sekitar abad ke 12 sampai 16. Orang-orang Hindu juga pernah melakukannya dahulu kala terutama terhadap penganut agama Buddha pada masa awal perkembangannya di India. Hanya para bhikku Buddha yang tak pernah melakukan pembunuhan atas nama agama, karena dari semua agama-agama yang ada di dunia ini, agama Buddha yang paling tegas melarang melakukan pembunuhan, bukan hanya terhadap manusia, bahkan perhadap hewan juga. Dari agama inilah timbulnya kaum vegetarian atau pemakan tumbuh-tumbuhan. Tidak berarti bahwa orang-orang Buddha tidak membunuh orang, mereka juga membunuh orang, demikian juga dengan penganut agama tradisonil di Cina dan Jepang, tapi mereka membunuh dengan alasan-alasan lain, tidak pernah atas dasar agama. Namun agama Islam, atau tepatnya beberapa Muslim golongan tertentu, masih menghalalkan membunuh orang-orang kafir sampai pada hari ini. Dan ini bukan hanya merupakan keyakinan belaka, namun sudah dilakukan. Artinya, ketika agama-agama lain sudah berhenti melakukan pembunuhan atas nama agama, hanya orang-orang Islam yang masih melakukannya sampai hari ini. Ketika orang-orang beragama lain memiliki alasan-alasan untuk menghentikan pembunuhan atas nama agama mereka, justru orang-orang Islam tetap memiliki dan mempertahankan alasan-alasan untuk membunuh manusia atas nama Islam. Mayoritas kaum Muslim boleh saja menentang pembunuhan atas nama agama Islam, dan tidak setuju dengan mereka yang melakukannya, namun faktanya, hal ini masih saja dilakukan oleh beberapa golongan atas nama Islam. Fakta ini membuat saya bertanya: Mengapa bisa begini? Bukankah agama-agama itu utamanya mengajarkan rukun dan damai terhadap sesama manusia? Atau, apakah dalam agama Islam saja diajarkan untuk ramah hanya terhadap sesama Muslim, tapi boleh kasar dan bengis terhadap manusia beragama lain? Apakah gelar KAFIR membebaskan kalian untuk memperlakukan kami sesuka hati, yaitu hal-hal yang takkan kalian lakukan terhadap sesama Muslim? Apakah bagi kalian KAFIR itu sama dengan HEWAN? Mengapa ketika orang-orang dari agama-agama lain tidak lagi melakukan pembunuhan atas nama agama dan hal itu sudah lama sekali berlalu, masih saja sampai hari ini ada orang-orang Islam yang melakukan pembunuhan atas nama agama Islam? Apa yang menyebabkan persistensi (hal berkesinambungan ini) ini? Dapatkah kalian Muslim menjawab pertanyaan keheranan dan kebingungan saya ini? |
No comments:
Post a Comment