Saturday, April 24, 2010

[Milis_Iqra] Idris Tawfiq, Mantan Pastor yang Memilih Islam

"Allah menyeru manusia ke Darussalam (surga), dan menunjuki orang yang
dikehendaki-Nya kepada jalan yang lurus (Islam)." (QS Yunus: 25)

Ayat tersebut di atas menjelaskan bahwa Allah SWT akan memberikan
hidayah (jalan kebaikan) kepada siapa saja yang dikehendakinya untuk
memilih Islam. Tak peduli siapa pun. Baik dia budak, majikan, pejabat,
bahkan tokoh agama non-Islam sekalipun.

Ayat tersebut, layak disematkan pada Idris Tawfiq, seorang pastor di
Inggris yang akhirnya menerima Islam. Ia menjadi mualaf setelah
mempelajari Islam dan melihat sikap kelemahlembutan serta
kesederhanaan pemeluknya.

Sebelumnya, Idris Tawfiq adalah seorang pastor gereja Katholik Roma di
Inggris. Mulanya, ia memiliki pandangan negatif terhadap Islam.
Baginya saat itu, Islam hanya identik dengan terorisme, potong tangan,
diskriminatif terhadap perempuan, dan lain sebagainya.

Namun, pandangan itu mulai berubah, ketika ia melakukan kunjungan ke
Mesir. Di negeri Piramida itu, Idris Tawfiq menyaksikan ketulusan dan
kesederhanaan kaum Muslimin dalam melaksanakan ibadah dan serta
keramahan sikap mereka.

Ia melihat, sikap umat Islam ternyata sangat jauh bertolak belakang
dengan pandangan yang ia dapatkan selama ini di negerinya. Menurutnya,
Islam justru sangat lembut, toleran, sederhanan, ramah, dan memiliki
sifat keteladanan yang bisa dijadikan contoh bagi agama lainnya.

Di Mesir inilah, Tawfiq merasa mendapatkan kedamaian yang
sesungguhnya. Awalnya hanya sebagai pengisi liburan, menyaksikan
Pirmadia, unta, pasir, dan pohon palem. Namun, hal itu malah
membawanya pada Islam dan membuat perubahan besar dalam hidupnya.

"Awalnya mau berlibur. Saya mengambil penerbangan carter ke Hurghada.
Dari Eropa saya mengunjungi beberapa pantai. Lalu, saya naik bis
pertama ke Kairo, dan saya menghabiskan waktu yang paling indah dalam
hidup saya."

"Ini adalah kali pertama saya pengenalan ke umat Islam dan Islam. Saya
melihat bagaimana Mesir yang lemah lembut seperti itu, orang-orang
manis, tapi juga sangat kuat," terangnya.

"Saya menyaksikan mereka tenang, lembut, dan tertib dalam beribadah.
Begitu ada suara panggilan shalat (azan–Red), mereka yang sebagian
pedagang, segera berkemas dan menuju Masjid. Indah sekali saya
melihatnya," terangnya.

Dari sinilah, pandangan Tawfiq berubah tentang Islam. "Waktu itu,
seperti warga Inggris lainnya, pengetahuan saya tentang Islam tak
lebih seperti yang saya lihat di TV, memberikan teror dan melakukan
pengeboman. Ternyata, itu bukanlah ajaran Islam. Hanya oknumnya yang
salah dalam memahami Islam," tegasnya.

Ia pun mempelajari Alquran. Pelajaran yang didapatkannya adalah
keterangan dalam Alquran yang menyatakan: ' Sesungguhnya kamu dapati
orang-orang yang paling keras permusuhannya terhadap orang beriman
adalah orang Yahudi dan Musyrik. Dan sesungguhnya kamu dapati yang
paling dekat persahabatannya dengan orang beriman adalah orang yang
berkata, "Sesungguhnya kami ini orang Nasrani." Yang demikian itu
disebabkan di antara mereka itu terdapat pendeta-pendeta dan rahib-
rahib, (juga) karena seungguhnya mereka tidak menyombongkan diri." (Al-
Maidah ayat 82).

Ayat ini membuatnya berpikir keras. Baginya, Islam sangat baik,
toleran. Justru, pihak lain yang memusuhinya. Inilah yang menjadi awal
keislaman mantan pastor Inggris dan akhirnya menerima Islam.

Sepulang dari Mesir, Tawfiq masih menjadi penganut agama Katholik.
Bahkan, ketika dia aktif mengajarkan pelajaran agama kepada para siswa
di sebuah sekolah umum di Inggris, ia diminta mengajarkan pendidikan
Studi agama.

"Saya mengajar tentang agama Kristen, Islam, Yudaisme, Buddha dan lain-
lain. Jadi, setiap hari saya harus membaca tentang agama Islam untuk
bisa saya ajarkan pada para siswa. Dan, di sana banyak terdapat siswa
Muslim keturunan Arab. Mereka memberikan contoh pesahabatan yang baik,
bersikap santun dengan teman lainnya. Dari sini, saya makin intens
berhubungan dengan siswa Muslim," ujarnya.

Dan selama bulan Ramadhan, kata dia, dia menyaksikan umat Islam,
termasuk para siswanya, berpuasa serta melaksanakan shalat tarawih
bersama-sama. "Hal itu saya saksikan hampir sebulan penuh. Dan, lama
kelamaan saya belajar dengan mereka, kendati waktu itu saya belum
menjadi Muslim," papar Tawfiq.

Dari sini kemudian Tawfiq mempelajari Alquran. Ia membaca ayat-ayat
Alquran dari terjemahannya. Dan ketika membaca ayat 83 surah Al-
Maidah, ia pun tertegun.

"Dan apabila mereka mendengarkan apa yang diturunkan kepada Rasul
(Muhammad), kamu lihat mata mereka mencucurkan air mata disebabkan
kebenaran (Alquran)." (Al-Maidah ayat 83).

Secara tiba-tiba, kata Tawfiq, ia pun merasakan apa yang disampaikan
Alquran. Ia menangis. Namun, hal itu ia sembunyikan dari pandangan
para siswanya. Ia merasa ada sesuatu di balik ayat tersebut.

Dari sini, Tawfiq makin intensif mempelajari Islam. Bahkan, ketika
terjadi peristiwa 11 September 2001, dengan dibomnya dua menara kembar
World Trade Center (WTC) di Amerika Serikat, dan ketika banyak orang
menyematkan pelakunya kalangan Islam. Ia menjadi heran. Kendati masih
memeluk Kristen Katholik, ia yakin, Islam tidak seperti itu.

"Awalnya saya sempat takut juga. Saya khawatir peristiwa serupa
terulang di Inggris. Apalagi, orang barat telah mencap pelakunya
adalah orang Islam. Mereka pun mengecamnya dengan sebutan teroris,"
kata Tawfiq.

Namun, Tawfiq yakin, Islam tidak seperti yang dituduhkan. Apalagi,
pengalamannya sewaktu di Mesir, Islam sangat baik, dan penuh dengan
toleransi. Ia pun bertanya-tanya. "Mengapa Islam? Mengapa kita
menyalahkan Islam sebagai agama teroris. Bagaimana bila kejadian itu
dilakukan oleh orang Kristen? Apakah kemudian Kristen akan dicap
sebagai pihak teroris pula?" Karena itu, ia menilai hal tersebut
hanyalah dilakukan oknum tertentu, bukan ajaran Islam.

Masuk Islam
Dari situ, ia pun mencari jawabannya. Ia berkunjung ke Masjid terbesar
di London. Di sana berbicara dengan Yusuf Islam tentang Islam. Ia pun
kemudian memberanikan diri bertanya pada Yusuf Islam. "Apa yang akan
kamu lakukan bila menjadi Muslim?"

Yusuf Islam menjawab. "Seorang Muslim harus percaya pada satu Tuhan,
shalat lima kali sehari, dan berpuasa selama bulan Ramadhan," ujar
Yusuf.

Tawfiq berkata, "Semua itu sudah pernah saya lakukan."
Yusuf berkata, "Lalu apa yang Anda tunggu?"
Saya katakan, "Saya masih seorang pemeluk Kristiani."

Pembicaraan terputus ketika akan dilaksanakan Shalat Zhuhur. Para
jamaah bersiap-siap melaksanakan shalat. Dan, saat shalat mulai
dilaksanakan, saya mundur ke belakang, dan menunggu hingga selesai
shalat.

Namun, di situlah ia mendengar sebuah suara yang mempertanyakan
sikapnya. "Saya lalu berteriak, kendati dalam hati. "Siapa yang
mencoba bermain-main dengan saya."

Namun, suara itu tak saya temukan. Namun, suara itu mengajak saya
untuk berislam. Akhirnya, setelah shalat selesai dilaksanakan, Tawfiq
segera mendatangi Yusuf Islam. Dan, ia menyatakan ingin masuk Islam di
hadapan umum. Ia meminta Yusuf Islam mengajarkan cara mengucap dua
kalimat syahadat.

"Ayshadu an Laa Ilaha Illallah. Wa Asyhadu Anna Muhammadar
Rasulullah." Saya bersaksi, tidak ada Tuhan selain Allah dan Muhammad
adalah Utusan Allah.

Jamaah pun menyambut dengan gembira. Ia kembali meneteskan air mata,
bukan sedih, tapi bahagia.

Ia mantap memilih agama yang dibawa Nabi Muhammad SAW ini. Dan, ia
tidak menyesali telah menjadi pengikutnya. Berbagai gelar dan
penghargaan yang diterimanya dari gereja, ia tanggalkan.

Seperti diketahui, Idris Tawfiq memperoleh gelar kesarjanaan dari
University of Manchester dalam bidang sastra, dan gelar uskup dari
University of Saint Thomas Aquinas di Roma. Dengan gelar tersebut, ia
mengajarkan pandangan Katholik pada jemaatnya. Namun, akhirnya ia
beralih mengajarkan Islam kepada masyarakatnya. Selama bertahun-tahun,
Tawfiq mengepalai pusat Studi keagamaan di berbagai sekolah di Inggris
dan Wales, sebelum dia masuk agama Islam.

"Dulu saya senang menjadi imam (pastor–Red) untuk membantu masyarakat
selama beberapa tahun lalu. Namun, saya merasa ada sesuatu yang tidak
nyaman dan kurang tepat. Saya beruntung, Allah SWT memberikan hidayah
pada saya, sehingga saya semakin mantap dalam memilih Islam. Saya
tidak menyesal meninggalkan tugas saya di gereja. Saya percaya,
kejadian (Islamnya–Red) ini, lebih baik dibandingkan masa lalu saya,"
terangnya. sya/osa/berbagai sumber

Berdakwah Lewat Lisan dan Tulisan

Ketika ditanyakan pada Idris Tawfiq tentang perbedaan besar antara
Kristen Katholik dan Islam, ia berkata: "Dasar dari agama Islam adalah
Allah. Semua perkara disaksikan Allah, tak ada yang luput dari
perhatian-Nya. Ini berbeda dengan yang saya dapatkan dari agama
sebelumnya. Islam merupakan agama yang komprehensif."

Ia menambahkan, Islam mengajarkan pemeluknya untuk senantiasa
beribadah kepada Allah setiap saat. Tak terbatas hanya pada hari
Minggu. Selain itu, kata dia, Islam mengajarkan umatnya cara menyapa
orang lain dengan lembut, bersikap ramah, mengajarkan adab makan dan
minum, memasuki kamar orang lain, cara bersilaturahim yang baik. "Tak
hanya itu, semua persoalan dibahas dan diajarkan oleh Islam,"
terangnya.

Penceramah dan penulis
Caranya bertutur kata, sikapnya yang sopan dan santun banyak disukai
masyarakat. Gaya berbicaranya yang baik sangat sederhana dan lemah
lembut, menyentuh hati, serta menyebabkan orang untuk berpikir. Ia pun
kini giat berceramah dan menulis buku tentang keislaman.

Ia memberikan ceramah ke berbagai tempat dengan satu tujuan,
menyebarkan dakwah Islam. Idris Tawfiq mengatakan, dia bukan sarjana.
Namun, ia memiliki cara menjelaskan tentang Islam dalam hal-hal yang
sangat sederhana. Dia memiliki banyak pengalaman dalam berceramah dan
mengenali karakter masyarakat.

Ia juga banyak memberikan bimbingan dan pelatihan menulis serta
berpidato bagi siswa maupun orang dewasa. Kesempatan ini digunakannya
untuk mengajarkan pada orang lain. Termasuk, menjelaskan Islam pada
dunia Barat yang banyak menganut agama non-Muslim.

Idris juga dikenal sebagai penulis. Tulisannya tersebar di berbagai
surat kabar, majalah, jurnal, dan website di Inggris Raya. Ia juga
menjadi kontributor regional dan Konsultan untuk website www.islamonline.net
dan ww.readingislam.com.

Dia menulis artikel mingguan di Mesir Mail, koran tertua Mesir
berbahasa Inggris, dan Sawt Al-Azhar, surat kabar Al-Azhar University.
Dia adalah pengarang sejumlah buku. Antara lain, Dari surga yang penuh
kenikmatan: sederhana, pengenalan Islam; Berbicara ke Pemuda Muslim;
Berbicara ke Mualaf. Selain itu, ia juga menjadi juru bicara umat
Islam di Barat. Ia juga banyak berceramah melalui radio dan televisi.
osa/sya/berbagai sumber
http://azzamudin.wordpress.com/2009/09/29/idris-tawfiq-mantan-pastor-yang-memilih-islam/

--
-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-
Serulah kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik
dan bantahlah mereka dengan cara yang lebih baik. -Qs. 16 an-Nahl :125

Berilah mereka pelajaran, dan katakanlah kepada mereka perkataan yang berbekas pada jiwa mereka. -Qs. 4 an-Nisa' : 63

Gabung : Milis_Iqra-subscribe@googlegroups.com
Keluar : Milis_Iqra-unsubscribe@googlegroups.com
Situs 1 : http://groups.google.com/group/Milis_Iqra
Mod : moderator.milis.iqra@gmail.com
-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-

No comments:

Post a Comment