Thursday, April 22, 2010

[Milis_Iqra] Kejujuran Membawa Keselamatan

Jujur adalah sebuah ungkapan yang sering kita dengar dan menjadi
pembicaraan di berbagai khutbah dan taushiyah. Akan tetapi bisa jadi
pembicaraan tersebut baru menyentuh sisi luarnya saja dan belum
menyentuh pembahasan inti dari makna jujur itu sendiri. Apalagi
perkara kejujuran merupakan perkara yang berkaitan dengan banyak
masalah keislaman, baik itu akidah, akhlak ataupun muamalah; di mana
yang terakhir ini memiliki banyak cabang, seperti perkara jual-beli,
utang-piutang, sumpah, dan sebagainya.

Jujur merupakan sifat yang terpuji. Allah dan Rasul-Nya memuji orang-
orang yang mempunyai sifat jujur dan menjanjikan balasan yang
berlimpah untuk mereka. Sebagaimana yang terdapat dalam hadits yang
shahih bahwa Nabi bersabda,

عَلَيْكُمْ بِالصِّدْقِ فَإِنَّ الصِّدْقَ يَهْدِي إِلَى الْبِرِّ
وَإِنَّ الْبِرَّ يَهْدِي إِلَى الْجَنَّةِ وَمَا يَزَالُ الرَّجُلُ
يَصْدُقُ وَيَتَحَرَّى الصِّدْقَ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللَّهِ
صِدِّيقًا وَإِيَّاكُمْ وَالْكَذِبَ فَإِنَّ الْكَذِبَ يَهْدِي إِلَى
الْفُجُورِ وَإِنَّ الْفُجُورَ يَهْدِي إِلَى النَّارِ وَمَا يَزَالُ
الرَّجُلُ يَكْذِبُ وَيَتَحَرَّى الْكَذِبَ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ
اللَّهِ كَذَّابًا

"Senantiasalah kalian jujur, karena sesungguhnya kejujuran itu membawa
kepada kebajikan, dan kebajikan membawa kepada surga. Seseorang yang
senantiasa jujur dan berusaha untuk selalu jujur, akhirnya ditulis di
sisi Allah sebagai seorang yang selalu jujur. Dan jauhilah kedustaan
karena kedustaan itu membawa kepada kemaksiatan, dan kemaksiatan
membawa ke neraka. Seseorang yang senantiasa berdusta dan selalu
berdusta, hingga akhirnya ditulis di sisi Allah sebagai seorang
pendusta." (HR al-Bukhari dan Muslim, teks hadis mengikuti versi
Muslim)
Definisi Jujur

Jujur artinya keselarasan antara yang terucap dengan kenyataannya.
Jadi, kalau suatu berita sesuai dengan keadaan yang ada, maka
dikatakan benar/jujur, tetapi kalau tidak, maka dikatakan dusta.
Kejujuran itu ada pada ucapan, juga ada pada perbuatan, sebagaimana
seorang yang melakukan suatu perbuatan, tentu sesuai dengan yang ada
pada batinnya. Seorang yang berbuat riya' tidaklah dikatakan sebagai
seorang yang jujur karena dia telah menampakkan sesuatu yang berbeda
dengan apa yang dia sembunyikan (di dalam batinnya). Demikian juga
seorang munafik tidaklah dikatakan sebagai seorang yang jujur karena
dia menampakkan dirinya sebagai seorang yang bertauhid, padahal
sebaliknya. Hal yang sama berlaku juga pada pelaku bid'ah; secara
lahiriah tampak sebagai seorang pengikut Nabi, tetapi hakikatnya dia
menyelisihi beliau. Yang jelas, kejujuran merupakan sifat seorang yang
beriman, sedangkan lawannya, dusta, merupakan sifat orang yang
munafik.

Imam Ibnul Qayyim berkata, "Iman asasnya adalah kejujuran (kebenaran)
dan nifaq asasnya adalah kedustaan. Maka, tidak akan pernah bertemu
antara kedustaan dan keimanan melainkan akan saling bertentangan satu
sama lain. Allah mengabarkan bahwa tidak ada yang bermanfaat bagi
seorang hamba dan yang mampu menyelamatkannya dari azab, kecuali
kejujurannya (kebenarannya). Allah berfirman, "Ini adalah suatu hari
yang bermanfaat bagi orang-orang yang benar kebenaran mereka." (QS al-
Maidah:119)

"Dan orang yang membawa kebenaran (Muhammad) dan membenarkannya,
mereka itulah orang-orang yang bertakwa." (Q.S. az-Zumar:33)
Keutamaan Jujur

Nabi menganjurkan umatnya untuk selalu jujur karena kejujuran
merupakan dasar akhlak mulia yang akan mengarahkan pemiliknya kepada
akhlak tersebut, sebagaimana dijelaskan oleh Nabi, "Sesungguhnya
kejujuran membawa kepada kebajikan."

Kebajikan adalah segala sesuatu yang meliputi makna kebaikan, ketaatan
kepada Allah, dan berbuat bajik kepada sesama.

Sifat jujur merupakan tanda sempurnanya keislaman, timbangan keimanan,
dan juga tanda kesempurnaan bagi si pemilik sifat tersebut. Karena
itu, orang yang jujur akan mendapatkan kedudukan yang tinggi di dunia
dan akhirat. Dengan kejujurannya, seorang hamba akan mencapai derajat
orang-orang yang mulia dan selamat dari segala keburukan.

Kejujuran senantiasa mendatangkan berkah, sebagaimana disitir dalam
hadist yang diriwayatkan dari Hakim bin Hizam dari Nabi, beliau
bersabda,

"Penjual dan pembeli diberi kesempatan berfikir selagi mereka belum
berpisah. Seandainya mereka jujur serta membuat penjelasan mengenai
barang yang diperjualbelikan, mereka akan mendapat berkah dalam jual
beli mereka. Sebaliknya, jika mereka menipu dan merahasiakan mengenai
apa-apa yang harus diterangkan tentang barang yang diperjualbelikan,
maka akan terhapus keberkahannya."

Dalam kehidupan sehari-hari –dan ini merupakan bukti yang nyata– kita
dapati seorang yang jujur dalam bermuamalah dengan orang lain,
rezekinya lancar-lancar saja, orang lain berlomba-lomba datang untuk
bermuamalah dengannya, karena merasa tenang bersamanya dan ikut
mendapatkan kemulian dan nama yang baik. Dengan begitu sempurnalah
baginya kebahagian dunia dan akherat.

Tidaklah kita dapati seorang yang jujur, melainkan orang lain senang
dengannya, memujinya. Baik teman maupun lawan merasa tentram
dengannya. Berbeda dengan pendusta. Temannya sendiripun tidak merasa
aman, apalagi musuh atau lawannya. Alangkah indahnya ucapan seorang
yang jujur, dan alangkah buruknya perkataan seorang pendusta.

Orang yang jujur diberi amanah baik berupa harta, hak-hak dan juga
rahasia-rahasia. Kalau kemudian melakukan kesalahan atau kekeliruan,
kejujurannya –dengan izin Allah- akan dapat menyelamatkannya.
Sementara pendusta, sebiji sawipun tidak akan dipercaya. Jikapun
terkadang diharapkan kejujurannya itupun tidak mendatangkan ketenangan
dan kepercayaan. Dengan kejujuran maka sah-lah perjanjian dan
tenanglah hati. Barang siapa jujur dalam berbicara, menjawab,
memerintah (kepada yang ma'ruh), melarang (dari yang mungkar),
membaca, berdzikir, memberi, mengambil, maka ia disisi Allah dan
sekalian manusia dikatakan sebagai orang yang jujur, dicintai,
dihormati dan dipercaya. Kesaksiaannya merupakan kebenaran, hukumnya
adil, muamalahnya mendatangkan manfaat, majlisnya memberikan barakah
karena jauh dari riya' mencari nama. Tidak berharap dengan
perbuatannya melainkan kepada Allah, baik dalam salatnya, zakatnya,
puasanya, hajinya, diamnya, dan pembicaraannya semuanya hanya untuk
Allah semata, tidak menghendaki dengan kebaikannya tipu daya ataupun
khiyanat. Tidak menuntut balasan ataupun rasa terima kasih kecuali
kepada Allah. Menyampaikan kebenaran walaupun pahit dan tidak
mempedulikan celaan para pencela dalam kejujurannya. Dan tidaklah
seseorang bergaul dengannya melainkan merasa aman dan percaya pada
dirinya, terhadap hartanya dan keluarganya. Maka dia adalah penjaga
amanah bagi orang yang masih hidup, pemegang wasiat bagi orang yang
sudah meninggal dan sebagai pemelihara harta simpanan yang akan
ditunaikan kepada orang yang berhak.

Seorang yang beriman dan jujur, tidak berdusta dan tidak mengucapkan
kecuali kebaikan. Berapa banyak ayat dan hadist yang menganjurkan
untuk jujur dan benar, sebagaimana firman-firman Allah yang berikut.

"Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah, dan hendaklah
kamu bersama orang-orang yang benar." (Q.S. at-Taubah:119)

"Allah berfirman, 'Ini adalah suatu hari yang bermanfaat bagi orang-
orang yang benar kebenaran mereka. Bagi mereka surga yang di bawahnya
mengalir sungai-sungai. Mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Allah
ridha terhadap mereka dan mereka pun ridha terhadap-Nya. Itulah
keberuntungan yang paling besar.'" (Q.S. al-Maidah:119)

"Di antara orang-orang mukmin itu ada orang-orang yang menepati apa
yang telah mereka janjikan kepada Allah. Di antara mereka ada yang
gugur. Dan di antara mereka ada (pula) yang menunggu-nunggu dan mereka
sedikit pun tidak merubah (janjinya)." (Q.S. al-Ahzab:23)

"Tetapi jikalau mereka benar (imannya) terhadap Allah, niscaya yang
demikian itu lebih baik bagi mereka." (Q.S. Muhammad:21)

Nabi bersabda, "Tinggalkan apa yang meragukanmu kepada yang tidak
meragukanmu, sesungguhnya kejujuran, (mendatangkan) ketenangan dan
kebohongan, (mendatangkan) keraguan."
Macam-Macam Kejujuran

Jujur dalam niat dan kehendak. Ini kembali kepada keikhlasan. Kalau
suatu amal tercampuri dengan kepentingan dunia, maka akan merusakkan
kejujuran niat, dan pelakunya bisa dikatakan sebagai pendusta,
sebagaimana kisah tiga orang yang dihadapkan kepada Allah, yaitu
seorang mujahid, seorang qari', dan seorang dermawan. Allah menilai
ketiganya telah berdusta, bukan pada perbuatan mereka tetapi pada niat
dan maksud mereka.

Jujur dalam ucapan. Wajib bagi seorang hamba menjaga lisannya, tidak
berkata kecuali dengan benar dan jujur. Benar/jujur dalam ucapan
merupakan jenis kejujuran yang paling tampak dan terang di antara
macam-macam kejujuran.

Jujur dalam tekad dan memenuhi janji. Contohnya seperti ucapan
seseorang, "Jikalau Allah memberikan kepadaku harta, aku akan
membelanjakan semuanya di jalan Allah." Maka yang seperti ini adalah
tekad. Terkadang benar, tetapi adakalanya juga ragu-ragu atau dusta.
Hal ini sebagaimana firman Allah:

"Di antara orang-orang mukmin itu ada orang-orang yang menepati apa
yang telah mereka janjikan kepada Allah; maka di antara mereka ada
yang gugur. Dan di antara mereka ada (pula) yang menunggu-nunggu dan
mereka sedikit pun tidak merubah (janjinya)." (Q.S. al-Ahzab:23)

Dalam ayat yang lain, Allah berfirman, "Dan di antara mereka ada orang
yang telah berikrar kepada Allah, 'Sesungguhnya jika Allah memberikan
sebagian karunia-Nya kepada kami, pastilah kami akan bersedekah dan
pastilah kami termasuk orang-orang yang saleh.' Maka, setelah Allah
memberikan kepada mereka sebagian dari karunia-Nya, mereka kikir
dengan karunia itu, dan berpaling, dan mereka memanglah orang-orang
yang selalu membelakangi (kebenaran)." (Q.S. at-Taubah:75-76)

Jujur dalam perbuatan, yaitu seimbang antara lahiriah dan batin,
hingga tidaklah berbeda antara amal lahir dengan amal batin,
sebagaimana dikatakan oleh Mutharrif, "Jika sama antara batin seorang
hamba dengan lahiriahnya, maka Allah akan berfirman, 'Inilah hambaku
yang benar/jujur'".

Jujur dalam kedudukan agama. Ini adalah kedudukan yang paling tinggi,
sebagaimana jujur dalam rasa takut dan pengharapan, dalam rasa cinta
dan tawakkal. Perkara-perkara ini mempunyai landasan yang kuat, dan
akan tampak kalau dipahami hakikat dan tujuannya. Kalau seseorang
menjadi sempurna dengan kejujurannya maka akan dikatakan orang ini
adalah benar dan jujur, sebagaimana firman Allah,

"Sesungguhnya orang-orang yang beriman hanyalah orang-orang yang
beriman kepada Allah dan Rasul-Nya kemudian mereka tidak ragu-ragu dan
mereka berjihad dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah, mereka
itulah orang-orang yang benar." (Q.S. al-Hujurat:15)

Realisasi perkara-perkara ini membutuhkan kerja keras. Tidak mungkin
seseorang manggapai kedudukan ini hingga dia memahami hakikatnya
secara sempurna. Setiap kedudukan (kondisi) mempunyai keadaannya
sendiri-sendiri. Ada kalanya lemah, ada kalanya pula menjadi kuat.
Pada waktu kuat, maka dikatakan sebagai seorang yang jujur. Dan jujur
pada setiap kedudukan (kondisi) sangatlah berat. Terkadang pada
kondisi tertentu dia jujur, tetapi di tempat lainnya sebaliknya. Salah
satu tanda kejujuran adalah menyembunyikan ketaatan dan kesusahan, dan
tidak senang orang lain mengetahuinya.

[muslimdaily.net]

http://www.muslimdaily.net/artikel/islami/5502/kejujuran-membawa-keselamatan

--
-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-
Serulah kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik
dan bantahlah mereka dengan cara yang lebih baik. -Qs. 16 an-Nahl :125

Berilah mereka pelajaran, dan katakanlah kepada mereka perkataan yang berbekas pada jiwa mereka. -Qs. 4 an-Nisa' : 63

Gabung : Milis_Iqra-subscribe@googlegroups.com
Keluar : Milis_Iqra-unsubscribe@googlegroups.com
Situs 1 : http://groups.google.com/group/Milis_Iqra
Mod : moderator.milis.iqra@gmail.com
-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-

No comments:

Post a Comment