Wednesday, April 28, 2010

[Milis_Iqra] Tidak Shodaqoh dan Tidak Jihad? Lalu dengan Apa Engkau Masuk Surga?

Ceramah Syaikh Abu Zubair 'Adil al-'Abab, Penanggung Jawab Syar'iy
Organisasi Qo'idatul Jihad di Jaziroh 'Arob (hafizhahullah).

Bismillahirrohmaanirrohiim..

Sesungguhnya segala puji bagi Allah yang telah berfirman kepada hamba
pilihan-Nya (Muhammad saw), "Sesungguhnya Aku mengutusmu untuk
mengujimu dan menjadikanmu sebagai ujian. Dan Aku turunkan kepadamu
sebuah kitab yang (kesuciannya) tidak dicuci dengan air, kamu bisa
membacanya dalam keadaan tidur ataupun terjaga."

Dan sesungguhnya Allah memerintahku untuk membakar orang Quroisy, lalu
aku berkata, "Wahai Robb-ku, jika demikian kepalaku akan mereka pecah
lalu mereka meninggalkannya seperti sepotong roti." Allah menjawab,
"Keluarkan mereka sebagaimana mereka mengeluarkanmu (mengusirmu).
Perangi mereka, (karena) Kami menjadikanmu untuk berperang. Keluarkan
(hartamu) karena kami akan membantumu. Utuslah tentara, akan kami utus
lima kali tentara yang kau utus. Dan berperanglah bersama-sama dengan
orang yang mentaatimu terhadap orang yang membangkangmu (bermaksiat
kepadamu)." (HR. Imam Muslim)

Sholawat dan salam semoga tetap tercurah kepada penghulu mujahidin,
Muhammad bin 'Abdullah yang jujur dan terpercaya. Pernah (suatu saat)
datang seorang lelaki kepada beliau lalu berkata, "Wahai Rasulullah,
manusia telah meninggalkan kuda, meletakkan senjata dan mereka
berkata, 'tidak ada jihad lagi, perang telah usai.' Lalu Rasulullah
saw menghadap ke arah lelaki itu dan berkata, 'mereka bohong,
sekaranglah perang telah datang. Dan senantiasa ada dari sekelompok
ummatku yang berperang membela kebenaran. Dan Allah menjadikan hati
beberapa kaum condong (pada mereka) dan memberi mereka rizqi dari
peperangan hingga hari kiamat atau hingga datang janji Allah.
Sedangkan pada ubun-ubun kuda terikat kebaikan hingga hari
qiamat.'" (HR. Imam an-Nasa'i dengan sanad shohih)

Juga kepada keluarga dan sahabat beliau yang mengetahui bahwa jihad
adalah puncak tertinggi diin (Islam) ini. Maka berangkatkan pasukan
perang di seluruh negeri dan perintahkan hamba-hamba Allah untuk
berperang. Adapun kemudian Di bawah bayang-bayang serangan yang
menyakitkan terhadap kesucian kaum muslimin dan dalam samudera perang
salib ini dengan berbagai model dan persiapan(nya) terhadap ummat
islam. Juga di bawah bayang-bayang masa mundurnya pembesar-pembesar
dari jalan jihad dan dari melawan serangan musuh terhadap diin ini
(Islam) dan kaum muslimin, aku bawakan ceramah (nasehat) ini untuk
orang-orang 'alim, pemuda dan kalangan 'awam.

Kepada pemuda yang haus kepada kemuliaan yang merupakan pusaka
(ummat), kepada ummat yang bingung di persimpangan jalan, kepada
setiap muslim yang percaya terhadap kehormatan di dunia dan kebahagian
di akhirat, ku bawakan risalah yang telah lama (telah disampaikan),
(berpengaruh) kuat lagi menyala-nyala. Silahkan menyimak penyampaian
berikut ini.

Wahai pemuda, wahai orang yang rindu untuk membela Diinullah (Islam),
wahai orang yang memberikan nyawanya di hadapan Pelindungnya (Allah).
Di sinilah hidayah dan petunjuk. Di sinilah hikmah dan kebenaran. Di
sinilah mabuk pengorbanan dan kelezatan jihad. Hendaknya Engkau
bersegera (bergabung) dengan batalion guntur. Hendaknya Engkau beramal
di bawah panji para Nabi hingga tidak ada lagi fitnah dan seluruh diin
milik Allah semata.

Kubawakan seruan yang tenang tapi lebih kuat dari pusaran angin puyuh
yang berhembus keras. Seruan ke-tawadhu'-an tapi lebih tinggi dari
puncak gunung. Seruan yang lepas dari fenomena semu, terjaga dengan
kemuliaan kebenaran dan terpeliharanya wahyu, mewariskan kepada kaum
mu'minin kemuliaan di dunia dan surga yang tinggi di akhirat. Aku
katakan dalam ceramah ini insya Allah, sebagai bentuk tabarruk, mari
berjihad... mari berjihad... mari berjihad... Sebagai permulaan aku
katakan;

Wahai saudaraku! Jika mereka bertanya kepadamu 'apakah jihad itu?'
Jawablah dengan jelas sebagaimana Nabi yang jujur lagi dipercaya saw
menjawab pertanyaan seorang sahabat yang mulia, "Hijrah apa yang
paling utama?" Beliau saw menjawab, "Jihad". Sahabat itu bertanya,
"Apakah jihad itu?" beliau saw menjawab, "Engkau perangi orang-orang
kafir jika Engkau jumpai mereka." Sahabat itu bertanya kembali, "Jihad
apa yang paling utama?" Beliau saw menjawab, "Orang yang kudanya
terluka dan darahnya mengalir." (HR. Imam Ahmad, sedangkan imam yang
empat sepakat bahwa jihad adalah perang dan membantu peperangan untuk
meninggikan kalimatAllah)

Wahai saudaraku, kobarkan semangat untuk berperang. Karena Allah Yang
Maha Perkasa yang berada di atas tujuh langit memerintahkan nabi-Nya,
"Wahai nabi, kobarkanlah kaum mu'minin untuk berperang..." (QS. al-
Anfal: 65). Dia juga berfirman, "Berperanglah di jalan Allah, tidak di
bebani (untuk itu) kecuali dirimu. Semangati kaum mu'minin (untuk
perang). Semoga Allah menghentikan gangguan orang-orang kafir. Padahal
Allah maha kuat dan pedih siksaan-Nya." (QS. an-Nisa': 84). Allah Robb
kita juga memerintahkan kita, "Jika kalian temui orang-orang kafir
pukullah leher (bunuhlah) mereka ..." (QS. Muhammad: 4)

Padahal ayat-ayat jihad di dalam kitab Allah (al-Qur-an) lebih dari
seratus ayat. Sedangkan ayat-ayat itu menunjukkan kewajiban jihad dan
kewajiban itu tertuju pada kaum muslimin. Sedangkan sebagian ayat-ayat
yang lain memotivasi untuk jihad dan menjelaskan keutamaannya juga apa
yang disiapkan Allah untuk mujahidin yang berupa pahala di akhirat dan
mencela orang-orang yang meninggalkannya serta mencap mereka dengan
kemunafikan dan sakit hatinya.

Wahai saudaraku, kobarkan semangat berperang! Karena sesungguhnya
perang adalah fardhu 'ain yang paling membutuhkan pengorbanan menurut
kesepakatan 'ulama', fuqoha', muhadditsin dan mufassirin. Hukum perang
seperti hukum sholat, puasa dan haji. Bahkan dinukil dari Imam ad-
Dusuqi dalam hasyiyahnya bahwa perang di utamakan terhadap haji.
Sehingga orang yang meniggalkan perang berdosa besar. Sebagaimana
dikatakan Ibnu Hajar al-Haitsami dalam kitabnya 'az-Zawajir'.

Imam al-Qorofi menyebutkan, bahwa jika kewajiban-kewajiban atau hak-
hak saling bertentangan, didahulukan yang mendesak atas yang leluasa.
Didahulukan apa yang dikhawatirkan tertinggal (untuk mengerjakannya)
atas apa yang tidak dikhawatirkan tertinggal mengerjakannya meskipun
derajat amal yang tidak dikhawatirkan tertinggal itu lebih tinggi
derajatnya dari yang dikhawatirkan tertinggal. Sedangkan Allah ta'ala
berfirman: "Berperanglah kalian dalam keadaan ringan ataupun berat.
Dan berjihadlah kalian dengan harta dan jiwa kalian, hal itu lebih
baik bagi kalian jika kalian mengetahui." (QS. At-Taubah: 41)

Imam Ibnu Katsir dalam tafsirnya berkata, "Pertama-tama Allah ta'ala
memerintahkan kaum mu'minin memerangi orang-orang kafir. Yang pertama
kali diperangi adalah yang paling dekat kemudian yang lebih dekat
dengan wilayah Islam. Karena itu, Rasulullah saw memulai peperangan
terhadap kaum musyrikin jazirah 'Arab. Maka tatkalah sudah selesai
dari memerangi mereka, Allah taklukan untuk beliau Makkah, Madinah,
Thoif, Yaman, Yamamah, Hajar, khoibar, Hadhromaut dan kota-kota yang
lain berdekatan dengan Jazirah 'Arab. Manusiapun masuk ke dalam
Diinullah dengan berbondong-bondong dari berbagai suku-suku 'Arab.
Setelah itu semua, Allah syari'atkan memerangi ahlul kitab. Setelah
beliau wafat, Abu Bakar ash-Shidiq melanjutkan urusan (perang) ini.
Sehingga orang yang keluar dari Diin (islam) ini dan Ahlur Riddah
(orang yang murtad) bisa kembali dalam Islam. Imam Ibnu Katsir
menjelaskan hal ini hingga beliau berkata, "Urusan perang ini sempurna
di tangan ('Umar) al-Faruq yang syahid di mihrab (ketika sholat karena
dibunuh, -pent)." Hingga di sini perkataan beliau.

Imam al-Qurthubi di dalam tafsirnya berkata mengenai firman Allah
ta'ala, "berperanglah dalam keadaan dan berat..." beliau berkata,
"Kadang keadaan mewajibkan semuanya untuk berperang... hingga
perkataan beliau, dan itu jika jihad menjadi fardhu 'ain bagi satu
wilayah dari wilayah-wilayah kaum muslimin, wajib bagi penduduk negeri
itu untuk berperang dalam keadaan ringan maupun berat, muda maupun
tua." Hingga di sini perkataan beliau.

Wahai saudaraku, kami memerangi mereka karena Rasulullah saw bersabda,
"Aku diutus dengan membawa pedang menjelang hari kiamat hingga Allah
semata yang diibadahi dan tidak ada sekutu bagi-Nya. Dan rizqiku
dijadikan di bawah bayang-bayang tombakku. Kehinaan dan kerendahan
dijadikan bagi siapa yang menyelisihi perintahku. Barangsiapa
menyerupai suatu kaum maka dia (menjadi) golongan mereka." (HR. Imam
Ahmad)

Wahai saudaraku, kami memerangi kaum kuffar agar kami tidak di adzab
Allah. Allah ta'ala berfirman, "Jika kalian tidak berperang, Allah
adzab kalian dengan adzab yang pedih dan mengganti kalian dengan kaum
lain sedangkan kalian tidak memberikan mudhorot pada-Nya sedikitpun.
Dan Allah Maha Kuasa terhadap segala sesuatu." (QS. At-Taubah:
39).Rasulullah saw juga bersabda, "Tidaklah suatu kaum meninggalkan
jihad, kecuali Allah timpakan adzab yang merata pada mereka" (HR. ath-
Thabrani dalam al-Ausath dengan sanad hasan)

Wahai saudaraku, adapun rasa takut kami terhadap apa yang dikabarkan
oleh Nabi yang jujur lagi dipercaya adalah sebagaimana yang di
riwayatkan Umamah al-Bahiliy ra, Rasulullah bersabda, "Siapa yang
belum pernah berperang atau membekali orang yang berperang atau
menanggung (beban) keluarga orang yang berperang, Allah timpakan
bencana (layaknya kiamat) sebelum hari kiamat." (HR. Imam Abu Dawud
dengan sanad yang kuat)

Wahai saudaraku, di mana keterbetikkan jiwa ini terhadap jihad?
Keterbetikkan jiwa yang hakiki yang mengikuti jawaban terhadap seruan
ketika diserukan oleh seorang penyeru, "Wahai kuda Allah, melesatlah!"
Di mana penempatan dan perjanjian terhadap jiwa untuk pergi berperang
dan berperang? Di manakah kita ketika diperintah untuk berperang?
Rasulullah saw bersabda, "Jika kalian diperintah untuk berperang,
berangkatlah berperang!" (HR. Imam Bukhori)

Kenangan terhadap peperangan dan kesyahidan telah dikobarkan,
Kerinduan terhadap negeri abadi yang kekal. Raungan singa Allah di
berbagai medan, seberapa menyalakah tampak kerinduanku terhadapa
jihad. Wahai saudaraku, tahukah Anda mengapa kami berperang? Kami
berperang agar tidak muncul sifat munafiq pada diri kami. Dalam shohih
muslim terdapat sebuah hadits Abu Huroiroh ra yang berkata,Rasulullah
saw bersabda, "Siapa yang mati dalam keadaan belum pernah berperang
dan tidak terbetik dalam hatinya untuk berperang, maka ia mati di atas
cabang kemunafikan."

Imam an-Nawawy berkata, "Maksudnya, siapa yang menjadi seperti di
sebutkan hadits ini, maka sungguh dia telah menyerupai orang-orang
munafiq yang menyelisihi (tidak mau) jihad dalam sifat ini. Karena
sesungguhnya meninggalkan jihad adalah cabang kemunafikan. Maka
waspadalah, waspadalah wahai saudaraku terhadap menyerupai kaum
munafiqin atau Anda mati dalam keadaan membawa cabang kemunafikan.

Wahai saudaraku, kami berperang untuk melaksanakan perintah Allah agar
menteror musuh(Nya), bersikap kasar kepada mereka, mengangkat kehinaan
dari diri kita, kembalinya kemuliaan pada kita dan munculnya rasa
takut di hati musuh-musuh kita. Sehingga kita bisa hidup dengan layak
dan bisa menjaga kerusakan di bumi yang diakibatkan meninggalkan
jihad. Allah ta'ala berfirman, "Jika kalian tidak melakukannya
(memberikan loyalitas pada kaum mu'minin dan melenyapkan kaum kafirin -
tafsir jalalain) akan terjadi fitnah di muka bumi dan kerusakan yang
besar." (QS. al-Anfal: 73). Allah ta'ala juga berfirman, "Dan
persiapkan kekuatan yang kalian mampu untuk (memerangi) mereka dan
dari kuda yang tertambat, agar kalian bisa menteror musuh Allah dan
musuh kalian dengan persiapan itu." (QS. Al-Anfal: 60)

Wahai saudaraku, di mana sambutan itu? Padahal Allah jalla jalaluh
berfirman, "Hai orang-orang yang beriman, sambutlah Allah dan Rosul
jika menyeru kalian kepada apa yang membuat kalian hidup (yang berupa
urusan diin, termasuk di dalamnya urusan perang). Dan ketahuilah bahwa
Allah menghalangi antara seseorang dan hatinya. Dan kepada-Nya kalian
akan di kumpulkan." (QS. Al-Anfal: 24)

Adapun rasa takut kami terhadap diri kami jika di jadikan dalam
golongan yang Allah katakan, "Katakan (hai Muhammad), 'jika bapak-
bapak, anak-anak, saudara-saudara, istri-istri, keluarga dan harta
kalian yang kalian khawatirkan kerusakannya, juga tempat tinggal yang
kalian senangi itu lebih kalian cintai dari Allah, Rosul-Nya dan jihad
di jalan-Nya, maka tunggulah hingga Allah mendatangkan keputusan-Nya.
Padahal Allah tidak memberi hidayah kepada orang-orang fasiq." (QS. At-
Taubah: 24)

Cukuplah hal ini sebagai ancaman, peringatan dan terror bagi orang
yang meninggalkan jihad sedangkan dia mampu tapi benci terhadapnya dan
tenang terhadap keluarga dan harta yang ada padanya. Kepada Allah saja
pengaduan ini. Bagaimana Anda pelajari atsar-atsar jihad sedangkan
Anda tidak terlihat (melakukannya), cahaya-cahayanya terhapus di
tengah manusia, malamnya menjadi gelap setelah disinari (cahaya)
bulan, dan siangnya menjadi gelap setelah terang?

Ya Allah, bagaimana jiwa-jiwa membencinya padahal Allah Yang Maha
Perkasa lagi Mulia berfirman, "Telah diwajibkan berperang kepada
kalian padahal perang itu kalian benci. Bisa jadi kalian membenci
sesuatu padahal itu baik bagi kalian dan bisa jadi kalian menyukai
sesuatu padahal itu buruk bagi kalian. Allah yang mengetahui sedangkan
kalian tidak mengetahui." (QS. Al-Baqoroh: 216)

Bagaimana bisa jihad ditinggalkan padahal Allah memerintahkannya
kepada orang-orang yang beriman dengan firman-Nya, "Perangilah orang-
orang yang tidak beriman kepada Allah dan tidak pula pada hari akhir
begitu juga orang-orang yang tidak mengharamkan apa yang Allah dan
Rosul-Nya haramkan serta tidak ber-diin dengan diin yang benar dari
kalangan Ahlul Kitab hingga mereka memberikan jizyah dari tangan
(mereka) sedangkan mereka (hidup) dalam keadaan hina." (QS. At-Taubah:
29)

Bagaimana (perang bisa ditinggalkan) padahal dengan perang itu Allah
menolak (gangguan) kaum musyrikin? Allah ta'ala berfirman, "Kalau saja
Allah tidak menolak sebagian manusia dengan sebagian yang lain
tentulah sudah dirobohkan biara-biara, gereja-gereja dan masjid-masjid
yang di dalamnya banyak disebut nama Allah. Sesungguhnya Allah pasti
menolong orang yang menolong (diin)-Nya. Sesungguhnya Allah benar-
benar Maha Kuat lagi Maha Perkasa." (QS. Al-Hajj: 40)

Wahai saudaraku, dahulu sahabat-sahabat Rasulullah saw membawa jiwa
mereka di atas telapak tangan mereka mencari kematian yang merupakan
sebuah keyakinan untuk meninggikan kalimat Allah. Sampai orang yang di
beri 'udzur oleh Allah pun berlomba untuk jihad. Imam Ibnul Mubarok
mengeluarkan (kisah) dari 'Athiyyah bin Abu 'Athiyyah bahwa dia
melihat 'Abdullah bin Ummi Maktum ra padahal beliau adalah orang buta,
pada suatu hari di hari-hari perang al-Qadisiyyah, beliau membawa baju
besi yang lebar beliau seret ke barisan dalam medan jihad.

Inilah 'Amru bin al-Jamuh ra yang sudah tua lagi pincang, beliau tidak
mengikuti perang Badar karena beliau pincang. Maka tatkala terjadi
perang Uhud dia perintahkan anak-anaknya untuk membawanya keluar lalu
merasa terganggu karenanya. Hingga beliau berkata pada mereka, "Jauh
sekali, jauh sekali! Kalian telah menghalangiku masuk surga pada
perang Badar, sedangkan sekarang akan kalian halangi aku pada perang
Uhud."

Juga dikatakan kepada Miqdad bin Usud ra ketika beliau bersiap-siap
untuk berperang, "Allah telah memberimu udzur." Beliau malah menjawab,
"Kami terbebani dengan al-Bahuts (sang pembahas)." Maksud beliau
adalah surat at-Taubah karena surat itu membahas orang-orang munafiq
dan menyingkap (sifat-sifat) mereka. Kisah ini disebutkan oleh Imam al-
Qurthubiy. Alangkah indahnya para sahabat dan orang-orang yang
mengikuti mereka dengan baik. Alangkah cepatnya sambutan mereka dan
kerakusan mereka terhadap jihad...

Allah Yang Maha Benar lagi Maha Mulia dan Tinggi berfirman, "Hendaknya
orang-orang yang membeli akhirat dengan kehidupan dunia berperang di
jalan Allah. Siapa yang berperang di jalan Allah lalu terbunuh atau
menang, maka Allah beri dia pahala yang besar." (QS. An-Nisa': 74).
Dari Abu Dzar al-Ghifari ra berkata, "Aku bertanya kepada Rasulullah
saw, "Amal apa yang paling utama?" Rasulullah menjawab, "Iman kepada
Allah dan berjihad di jalannya." (Muttafaq 'alaih)

Wahai saudaraku, kami berperang di jalan Allah hingga kekafiran tidak
memimpin. Bagaimana (sekarang) padahal kekafiran telah memimpin. Allah
ta'ala berfirman, "Perangilah mereka hingga tidak ada lagi fitnah dan
diin ini menjadi milik Allah." (QS. Al-Anfal: 39) Sedangkan yang
dimaksud fitnah adalah kesyirikan.

Wahai saudaraku, jihad adalah amal yang tidak bisa ditandingi dengan
amal sholih apapun. Dari Abu Huroiroh ra berkata, "Wahai Rasulullah,
apa yang bisa menandingi jihad?" Beliau saw menjawab, "Kalian tidak
akan mampu." Beliau mengulanginya dua atau tiga kali perkataan,
"kalian tidak akan mampu." Kemudian beliau berkata, "Perumpamaan
mujahid (orang yang berjihad) di jalan Allah seperti perumpamaan orang
yang berpuasa, shalat dan bersungguh-sungguh terhadap ayat-ayat Allah.
Tidak berhenti sholat dan puasa hingga mujahid di jalan Allah itu
kembali (selesai berjihad)." (Muttafaq 'alaih)

Ketahuilah, semoga Allah memberi taufiq padaku dan pada Anda, bahwa
tidurnya mujahid lebih utama dari bangun malam dan puasa di siang
hari. Ibnul Mubarok dalam sanadnya menyebutkan, Abu Huroiroh ra
berkata, "Sanggup-kah salah seorang di antara kalian sholat dan tidak
putus-putus dan puasa juga tidak berbuka selama dia masih hidup?" Ada
yang berkata, "siapa yang sanggup begitu wahai Abu Huroiroh?" beliau
menjawab, "Demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, tidurnya
seorang mujahid lebih utama"

Wahai saudaraku, bagaimana bisa kita mudah untuk duduk sedangkan kita
di bawah naungan berbagai sistem yang lepas dan menjauhi hukum
syari'at serta menggantinya dengan sekulerisme, berhukum dengan
demokrasi dan mengakui kebebasan pendapat dan pendapat lain (yang
menyelisihinya) meskipun di atas jalan untuk melepaskan Syari'at
(peraturan) Islam dan mencela Rosul kita yang mulia 'alaihi sholatu
was salam.

Wahai saudaraku, apakah Anda akan duduk sedangkan negeri-negeri kaum
muslimin di tangan perampas? Apakah Anda tetap duduk sedangkan
kehormatan kaum muslimah di hadapan para penjaga penjara? Saudaraku,
apakah Anda tetap duduk sedangkan kita masih dihukumi dengan sistem-
system buatan dunia, terkadang dengan hukum nasionalis terkadang
dengan hukum sekuler?

Apakah Anda tetap duduk sedangkan kita hidup di bawah hukum-hukum yang
memelihara persekutuan salibis dalam memerangi Islam? Sebagaimana kita
melihat yang terjadi di Afghanistan, Iraq, Palestina, Maghrib Islamy
(Aljazair), Jazirah 'Arab dan negeri-negeri kaum muslimin yang
lainnya.

Wahai saudaraku, bagaimana kita bisa duduk padahal kita telah
diperintah berperang oleh amir kita Syaikh Usamah bin Ladin beserta
komandan-komandan tentara yang lain. Katakan padaku, demi Allah
bagaimana merubah kenyataan pahit ini tanpa jihad dan perang?!

Wahai saudaraku, hari ini Anda diperintah berperang dari saudara-
saudara (kita) yang jujur yang berjalan di atas 'aqidah Ahlus Sunnah
wal Jama'ah, mereka bukan orang-orang khowarij yang ghuluw suka
mengkafir-kafirkan, juga bukan golongan murji'ah yang diserang lalu
menyerah, tapi di atas kehendak Allah dan Rosul-Nya lah mereka
berjalan.

Inilah dia kelompok yang beriman yang mengangkat panji tauhid yang
murni di atas madzhab لكمْ دينُكم وليَ دين, bagi kalian diin kalian,
dan bagiku diinku, bagi kalian syariat, manhaj dan pemikiran kalian
yang menyelisihi seruan (Muhammad) penghulu para rosul dan pemimpin
para mujahidin, sedangkan bagi kami diin Muhammad bin 'Abdullah yang
jujur dan terpercaya. Karena beliaulah perang menjadi ada hingga hari
kiamat. Mengapa kita mundur dan berlambat-lambat?

Wahai saudaraku, kita masih terbelenggu oleh pemikiran yang bernama
mashlahat dan mafsadat tanpa mengenal syarat-syarat dan perkataan
ahlul 'ilmi mengenainya.

Apakah Anda akan membelenggu kami meskipun dengan meninggalkan 'amal
yang sesuai dengan nash-nash al-Qur-an, hadits nabi, dan ijma' ummat,
lalu memutarbalikkan hakikat-hakikat dan makna-maknanya, kita
hilangkan maksud Allah dan kita rubah maksud Rasulullah dengan nama
mashlahat dan mafsadat yang sesuai akal bukan yang sesuai syari'at. Di
mana kita untuk melaksanakan tindakkan para sahabat yang mulia???

Imam al-Qurthubiy di dalam tafsirnya mengatakan, "Abu Tholhah ra
membaca, "berperanglah dalam keadaan ringan maupun berat..." lalu
beliau berkata, "Wahai anakku fasilitasilah aku." Lalu anaknya pun
menjawab, "Semoga Allah merahmati Anda, Anda telah berperang bersama
nabi hingga beliau wafat, juga bersama Abu Bakar hingga beliau wafat
dan bersama 'Umar hingga beliau wafat. Sedangkan (sekarang) kami
berperang karena Anda." Lalu beliau menjawab, "Tidak, fasilitasi aku."
Lalu beliau berperang di laut, hingga wafat di laut. Hingga yang lain
tidak mendapatkan pulau untuk menguburnya kecuali setelah 7 hari, lalu
beliau dikuburkan dalam pulau itu sedangkan jasadnya tidak berubah.
Semoga Allah meridhoi beliau.

Aku katakan kepada orang-orang yang masuk ke dalam jama'ah-jama'ah
Islam sebagai sebab untuk membela diin ini, kepada orang-orang yang
memiliki niat yang baik, apabila yang diinginkannya itu tidak ada
(dalam jama'ah yang dimasukinya), carilah jama'ah (lain) yang
mengangkat syi'ar Islam sesuai dengan manhaj Ahlus Sunnah, ilmu dan
amal-nya.

Carilah jama'ah yang menjadikan langkah dan perjalanan Nabi saw
sebagai manhaj dan perilaku-tindakan. Carilah jama'ah yang memiliki
prinsip-prinsip landasan sesuai prinsip-prinsip landasan Islam, sesuai
prinsip-prinsip landasan yang dimaksud Allah dan Rosul-Nya,
sebagaimana yang dipahami oleh Nabi saw dan sahabat-sahabatnya yang
mulia. Carilah sebuah jama'ah yang menggabungkan antara 'ilmu, da'wah
dan jihad, tanpa meniadakan salah satunya atau menyimpangkan makna-
maknanya. Bahkan Anda harus beramal sesuai dengan apa yang dilakukan
nabi dan sahabat-sahabatnya tanpa tahrif (penyimpangan) dan ta'thil
(peniadaan).

Wahai pemuda kebangkitan! Bergabunglah dengan qiyadah-qiyadah yang
menjadikan darah mereka dan darah kalian sebagai energi untuk
menyebarkan tauhid dan sebagai percikan api untuk menegakkan khilafah
islamiyyah. Bukan untuk klaim-klaim yang menjadikan tulang-belulang
kalian sebagai tangga untuk naik, sehingga, ketika tidak bisa naik,
mereka lepaskan pokoknya, tampaklah aib dan kepalsuannya. Hanya pada
Allah tempat mengadu.

Kepada pemuda kebangkitan, kepada orang yang kami kenali mereka dalam
halaqoh-halaqoh dzikir dan 'ilmu, kepada orang yang kami kenali mereka
dalam ladang da'wah dan medan pembelajaran, kepada pemilik mimbar-
mimbar kebebasan, aku seru mereka kepada apa yang diserukan amir
Tanzhim al-Qo'idah di Jazirah 'Arab, Amir Abu Bashir Nashir al-
Wuhaisyi hafizhohulloh. Beliau adalah pemuka da'wah Nabi saw. Aku seru
kalian agar menyeru manusia kepada hukum syari'ah dan
mengimplementasikannya di daerah-daerah dan tempat-tempat di mana
kalian berada. Aku seru kalian untuk berperang di jalan Allah dengan
jiwa dan harta. Juga untuk menunjukkan pada manusia terhadap millah
kakek moyang kita Ibrahim dan da'wah Nabi saw kita yang terpercaya.

Wahai pemuda kebangkitan! Jelaskan kepada generasi yang menapaki
perjalanan para pahlawan dan pemahaman terhadap al-wala' dan al-
baro' (loyalitas dan anti loyalitas). Wahai pemuda kebangkitan! Tidak
samar lagi bagi kalian bahwa zakat adalah Rukun Islam yang ketiga.
Padahal zakat telah didekatkan dengan sholat di banyak tempat dari
ayat-ayat al-Qur-an. Allah ta'alah berfirman, "Dan dirikanlah sholat
dan tunaikan zakat" (QS. Al-Baqoroh: 43)

Di atasnyalah kekuasaan ini berrotasi. Maka kumpulkanlah harta dari
shodaqoh dan zakat untuk saudara-saudara kalian yang berjihad.

Adapun kalian wahai para 'ulama' yang jujur! Hendaklah kalian
menjelaskan kepada ummat mengenai permasalahan-permasalahan iman dan
kufur, permasalahan-permasalahan nama-nama dan hukum-hukumnya,
permasalahan-permasalahan tauhid dan syirik, mengenai millah kakek
moyang kita Ibrahim, mengenai hukum Islam terhadap sekulerisme dan
antek-anteknya, mengenai hukum Islam terhadap pemerintahan-
pemerintahan yang loyal terhadap yahudi dan nashroni, dan mengenai
hukum bekerjasama dengan mereka menurut petunjuk kalimat 'laa ilaaha
illallah'.

Jelaskan kepada ummat hukum kelompok yang melarang dan enggan terhadap
salah satu syi'ar diin, juga terhadap amar ma'ruf dan nahi munkar.
Jelaskan kepada ummat hukum menjual urusan kaum muslimin, juga hukum
berfatwa untuk kebaikan orang-orang murtad. Jelaskan kepada ummat
hukum membiarkan kaum muslimin dan hukum meniadakan jihad. Jelaskan
kepada ummat hukum mempolitiki manhaj-manhaj diin agar sesuai dengan
opini penguasa. Jelaskan kepada ummat hukum-hukum riddah dan hukum
bekerja sama dengan murtaddin.

Wahai 'ulama' ummat! Jangan kalian larang melirik pada studi siroh
(sejarah) Abu Bakr as-Shidq ra dan orang-orang jujur yang melalui
manhaj beliau. Wahai ulama ummat! Cukuplah kalian diam pada masa ummat
ini dikoyak-koyak dan pada masa kaum ruwaibidhoh berbicara.

Kepada Anda wahai saudaraku mujahidin! Kepada orang yang kakinya
berdebu di jalan Allah. Kepada orang yang pernah menempati perbatasan
dalam medan-medan jihad. Kepada orang yang memiliki kemampuan /
kekuatan dalam menolak serangan musuh terhadap diin dan kehormatan.
Kepada orang yang pernah menginjakkan kakinya di bumi Afghanistan,
Chechnya ataupun 'Iraq. Kepada mereka semua aku katakan:

Allah ta'ala berfirman,"Penuhilah janji Allah jika kalian sudah
berjanji dan jangan batalkan sumpah setelah meneguhkannya padahal
kalian telah menjadikan Allah sebagai saksimu atas sumpahmu.
Sesungguhnya Allah mengetahui apa yang kalian kerjakan. Dan jangan
menjadi seperti orang-orang yang melepaskan benangnya setelah diikat
dengan kuat hingga menjadi cerai berai. Kalian jadikan sumpah kalian
sebagai alat penipuan, agar satu golongan menjadi lebih mendapat
untung dari golongan yang lain. Sesungguhnya Allah hanya menguji
kalian dengan hal itu sedangkan pada hari kiamat Allah jelaskan kepada
kalian mengenai hal yang kalian perselisihkan." (QS. An-Nahl: 91-92)

Wahai saudaraku mujahidin! Inilah Imam Makhul dari kalangan 'ulama'
tabi'iin. Beliau pernah menghadap qiblat dan berdoa kemudian bersumpah
dengan sepuluh sumpah bahwa perang adalah kewajiban bagi kalian wahai
kaum muslimiin. Kemudian beliau berkata, "jika kalian menghendaki akan
aku tambah sumpahku." Kisah ini dibawakan oleh Imam 'Abdur Rozzaq
dalam Mushonnafnya. Inilah Sa'iid bin al-Musayyib, Imam bagi taabi'iin
rohimahulloh, beliau termasuk fuqoha' madinah. Beliau keluar untuk
berperang padahal salah satu matanya hilang dan dikatakan kepadanya,
"Anda adalah orang cacat." Lalu beliau jawab, "Allah telah
memerintahkan berperang dalam keadaan ringan maupun berat. Jika aku
tidak memungkinkan untuk perang aku bisa untuk memperbanyak jumlah
personel dan aku jaga barang (kita)." Di kisahkan oleh Imam al-
Qurthubiy.

Wahai saudaraku mujahidin! Aku ingatkan Anda, ku ingatkan Anda
terhadap janji ini. Hendaknya Anda mengemban menjaga panji dan
meneruskan perjalanan, hingga diin ini menang atau Anda wafat
sebagaimana wafatnya para pendahulu yang menempuh jalan yang Anda
tempuh. Teruskan perjalanan ini, agar Anda sukses terhadap ujian dari
Allah. Karena sesungguhnya hasil pelajaran ditentukan pada akhir
amalnya.Allah ta'ala berfirman, "Dan sungguh akan kami uji kalian
hingga kami ketahui orang-orang yang berjihad di antara kalian dan
orang-orang yang bersabar juga agar kami mengetahui perihal keadaan
kalian." (QS. Muhammad: 31)

Wahai kaum muslimin! Cukuplah bagi kita kehilangan Andalusia, Khilafah
Utsmaniyah, Palestina dan Imaroh Tholiban. Berangkatlah! Berangkatlah
berperang di bumi jihad. Imam as-Syaukani berkata dalam kitab as-
Saylil Jaror,"Adapun memerangi orang-orang kafir dan menawari mereka
untuk masuk Islam, membayar jizyah atau membunuhnya (jika tidak
memilih salah satu dari dua yang pertama -pent) adalah hal yang ma'lum
termasuk hal yang penting dalam urusan diin. Karena hal itulah Allah
mengutus Rosul-Nya dan menurukan kitab-Nya. Rasulullah saw, semenjak
beliau diutus Allah Ta'ala untuk memegang urusan ini (perang),
senantiasa menjadikan urusan ini termasuk tujuan-tujuannya yang
terbesar dan termasuk urusan yang paling penting. Juga tidak
disebutkan ketika beliau meninggalkan mereka (para sahabat), mereka
menjadi meninggalkan perang, lalu menjadi perkara yang mansukh
(dihapus) oleh ijma' kaum muslimin."

Hingga di sini perkataan Imam as-Syaukani rohimahulloh. Renungkanlah
perkataan ini wahai saudaraku. Perkataan di atas adalah ketika jihad
fardhu kifayah, bagaimana menurut Anda ketika jihad fardhu 'ain
sebagaimana keadaannya di zaman kita ini??!Sedangkan kepada orang yang
lisannya lancang dengan mencela dan mengolok-olok mujahidin,
menyebarkan isu-isu atau melemahkan (semangat) untuk jihad, aku
katakan kepada mereka Allah ta'ala berfirman, "Seandainya mereka
(memang) hendak keluar (untuk perang) pastilah mereka mempersiapkan
persiapan untuk itu. Akan tetapi Allah tidak menghendaki keberangkatan
mereka sehingga Dia lemahkan (semangat) mereka dan dikatakan kepada
mereka, "Duduklah bersama orang-orang yang duduk." Jika mereka
berangkat bersama kalian, niscaya mereka tidak menambah kalian selain
dari kerusakan belaka, dan tentu mereka akan bergegas maju ke muka di
antara barisanmu, untuk membuat gangguan di antara kamu; sedang di
antara kamu ada orang-orang yang suka mendengarkan perkataan mereka.
Dan Allah mengetahui orang-orang yang zholim." (QS. At-Taubah: 46-47)

Allah ta'ala juga berfirman, "Ketahuilah bahwa kehidupan di dunia ini
hanyalah permainan, kesia-siaan, bersenang-senang dengan perhiasan,
berbangga-bangga di antara kalian dan berbanyak-banyakan harta serta
anak. Seperti hujan yang menjadikan petani terheran-heran karena dapat
menumbuhkan tanamannya kemudian tanaman itu menjadi kering lalu
menjadi hancur. Padahal di akhirat itu masih terdapat adzab yang keras
dan ampunan serta keridhoan dari Allah. Sedangkan kehidupan di dunia
tidak lain hanyalah perhiasan yang semu." (QS. Al-Hadid: 20)

Wahai kalian orang yang mencela pemuda kami yang berjihad!

Hentikan celaan dan pengingkaran kalian, Apakah layak dicela orang
yang rindu terhadap surga dan kenikmatannya, sedangkan dia selalu
berjalan mengikuti para sahabat,Apakah patut dicela orang yang
meninggalkan dunia beserta kesia-siannya, Sedangkan dia berperang
dengan tekad yang merdeka,Apakah layak dicela orang yang menjual murah
dirinya pada Allah lagi menginginkan surga firdaus sebagai tempat
tinggal yang terbaik, hingga mereka meninggalkanjihad dan pelakunya
karena celaan kalian, Waspadailah sifat kemunafikan, waspadailah!

Barang siapa yang belum pernah berperang atau meniatkan hatinya untuk
perang, lalu mati, maka kematiannya adalah kematiaan orang-orang
jahat, Sesungguhnya jihad adalah jalan untuk mendapat kemuliaan,
Dengan meninggalkannya akan mendapat kehidupan hina dan rendah.

Imam al-Hakim dalam mustadroknya mengeluarkan hadits dengan sanad
jayyid, baik untuk digunakan sebagai hujjah, juga dishohihkan oleh
Imam adz-Dzohabiy. Hadits ini juga diriwayatkan oleh Imam at-Thabraniy
dan Imam al-Bayhaqiy, dari Basyir bin al-Khoshoshiyyah ra berkata,"Aku
datang kepada kepada Rasulullah saw untuk berbai'at masuk islam. Maka
beliau mensyaratkan kepadaku untuk bersaksi bahwa tidak ada ilah yang
berhak diibadahi selain Allah dan bahwa Muhammad adalah hamba dan
rosul-Nya, sholat lima waktu, puasa Romadhon menunaikan zakat, haji ke
baitullah dan berjihad di jalan Allah." Dia lanjutkan, "Wahai
Rasulullah, ada dua yang aku tidak mampu, yaitu zakat karena aku tidak
memiliki sesuatu kecuali sepuluh dzaud (sekelompok unta) yang
merupakan titipan dan kendaraan bagi keluargaku. Sedangkan jihad,
orang-orang yakin bahwa yang lari (ketika perang) maka akan mendapat
kemurkaan dari Allah, sedangkan aku takut jika ikut perang lalu aku
takut mati dan ingin (menyelamatkan) jiwaku." Lalu Rasulullah
menggenggam tangannya kemudian menggerakkannya lalu berkata, "Tidak
shadaqah dan tidak jihad? Dengan apa engkau masuk surga?" Lalu
Rasulullah menggenggam tangannya kemudian menggerakkannya lalu
berkata, "Tidak shadaqah dan tidak jihad? Dengan apa engkau masuk
surga?"

Renungkanlah wahai saudaraku yang mulia perkataan Rasulullah sang
pilihan saw, "Tidak shodaqoh dan tidak jihad? Lalu dengan apa Engkau
masuk surga?" Dengan apa Anda masuk surga? Wahai orang-orang yang
cuek! Inilah Beliau Rasulullah saw yang mengatakan, "Tidak shodaqoh
dan tidak jihad? Lalu dengan apa Engkau masuk surga?" Allah ta'ala
berfirman,"Apakah kalian mengira akan masuk surga padahal belum datang
ujian yang semisal dengan yang menimpa orang-orang sebelum kalian.
Mereka ditimpa gangguan dan marabahaya serta digoncangkan seguncang-
guncangnya hingga Rosul dan orang-orang yang beriman yang bersamanya
berkata, "Kapankah pertolongan Allah datang?" Ketahuilah, bahwa
pertolongan Allah sangatlah dekat." (QS. Al-Baqoroh: 214)

Wahai hamba-hamba Allah! Tidak shodaqoh dan tidak jihad? Dengan apa
Anda masuk surga? Hendaknya setiap orang di antara kita mengulang-
ulang pertanyaan ini, agar bisa menjawabnya sebelum datang hari kiamat
sebagaimana Allah ta'ala berfirman, "Pada hari tidak bermanfaat harta
tidak juga anak. Kecuali orang yang datang kepada Allah dengan hati
yang selamat (dari syirik dan kemunafikan -tafsir jalalain)" (QS. As-
Syu'aro': 88-89)

Dalam akhir penutupan, ya Allah Yang menurunkan kitab, Maha cepat
hisab-Nya, kalahkan kelompok-kelompok musuh Islam. Ya Allah kalahkan
mereka, goncangkan mereka dan tolonglah kami dalam menghadapi mereka.

Ya Allah tolonglah mujahidin di bumi 'Iraq, Palestina, Afghanistan,
Maghrib Islamy, Jazirah 'Arab, Somalia dan di setiap tempat. Ya Allah
tolonglah mereka dalam menghadapi musuh mereka, tepatkan tembakan
mereka dan sembuhkan luka mereka.

Ya Allah bebaskan saudara-saudara kami yang tertawan dan kaum muslimin
lain yang juga tertawan. Ya Allah bebaskan Syaikh Doktor 'Umar 'Abdur
Rohman, Syaikh Rifa'iy Thoha, Syaikh Sulaiman al-'Ulwan dan Syaikh
Walid as-Sananiy, Syaikh Sa'id Alu Zu'ayr, Syaikh Faris Alu Syuwail
(Abu Jandal al-Azdi), Syaikh Sulaiman Abu Ghoits dan Syaikh Abu Hafsh
al-Muritaniy dari penawanan. Ya Allah bebaskan Syaikh Muhammad al-
Fazaziy, Syaikh Abu Qotadah al-Filisthiniy, Syaikh Nashor al-Marshod
dan seluruh kaum muslimin yang tertawan.

Ya Allah, terimalah saudara-saudara kami yang syahid. Sedangkan akhir
seruan kami, segala puji bagi Allah Robb semesta 'alam.

http://www.arrahmah.com/index.php/blog/read/6201/tidak-shodaqoh-dan-tidak-jihad-lalu-dengan-apa-engkau-masuk-surga

--
-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-
Serulah kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik
dan bantahlah mereka dengan cara yang lebih baik. -Qs. 16 an-Nahl :125

Berilah mereka pelajaran, dan katakanlah kepada mereka perkataan yang berbekas pada jiwa mereka. -Qs. 4 an-Nisa' : 63

Gabung : Milis_Iqra-subscribe@googlegroups.com
Keluar : Milis_Iqra-unsubscribe@googlegroups.com
Situs 1 : http://groups.google.com/group/Milis_Iqra
Mod : moderator.milis.iqra@gmail.com
-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-

No comments:

Post a Comment