Senang bisa kontak dengan pak Andri yang menurut saya berwawasan. Alangkah senangnya juga kalau pak Andri bisa share inti tentang buku "Habis Gelap Terbitlah Terang" nya Kartini, maupun kitab Al 'Um nya mazhab Syafi'i . Ditunggu ya pak Andri :-)
a. muttaqin
----- Original Message -----From: andri subandrioSent: Thursday, April 22, 2010 1:10 PMSubject: Re: [Milis_Iqra] KARTINI DAN ISLAMKebanyakan dari Wanita kita hanya tahu Kartini adalah pejuang emansipasi wanita tapi tidak mengerti emansipasi apa yang sesungguhnya di perjuangkan oleh kartini, maka munculah pahlawan-pahlawan emansipasi baru yang kesiangan dan tidak nyambung dengan perjuangan Kartini itu sendiri.
Banyak orang yang tahu buku Kartini "Habis Gelap Terbitlah Terang" namun belum pernah membacanya apalagi memahaminya, sama halnya dengan banyaknya orang yang mengklaim madzab Syafi'i tapi belum pernah membaca buku beliau Al 'Um bahkan masih sangat banyak yang tidak mengetahui judul bukunya sekalipun.
Itulah ciri "masyarakat verbal" jadi hanya terpaku kepada siapa yang bicara dan bukan pada apa isi pembicaraan.
Untuk itu marilah kita gunakan milis ini atau meia apapun sebagai sarana menimba ilmu dan belajar bersama agar cara berpikir kita menjadi lebih baik.
2010/4/22 Diahni <sitidiahni3@gmail.com>
Semoga ada nilai dan manfaat yang dapat kita petik.
(Dikutip dari: posting mohammad arafat di Multiply)
Pada zaman sekarang orang-orang salah kaprah memperingati Hari
Kartini. Saya tidak ingin membeberkan rinciannya. Tapi, saya perlu
mengungkapkan bahwa sejarah istilah 'Habis Gelap Terbitlah Terang' itu
berasal dari Al-Quran (Minazh-Zhulumaati ilan Nuur). Inilah bukti
surat-surat Kartini kepada sahabatnya dari Belanda:
Mengenai agamaku Islam, Stella, aku harus menceritakan apa? Agama
Islam melarang umatnya mendiskusikannya dengan umat agama lain. Lagi
pula sebenarnya agamaku karena nenek moyangku Islam. Bagaimana aku
dapat mencintai agamaku, kalau aku tidak mengerti, tidak boleh
memahaminya? Al-Quran terlalu suci, tidak boleh diterjemahkan kedalam
bahasa apa pun. Di sini tidak ada orang yang mengerti bahasa Arab. Di
sini orang diajar membaca Al-Quran tetapi tidak mengerti apa yang
dibacanya. Kupikir, pekerjaan orang gilakah, orang diajar membaca tapi
tidak diajar makna yang dibacanya itu. Sama saja halnya seperti engkau
mengajarkan aku buku bahasa Inggris, aku harus hafal kata demi kata,
tetapi tidak satu patah kata pun yang kau jelaskan kepadaku apa
artinya. Tidak jadi orang sholeh pun tidak apa-apa, asalkan jadi orang
yang baik hati, bukankah begitu Stella? [Surat Kartini kepada Stella,
6 November 1899]
Dan waktu itu aku tidak mau lagi melakukan hal-hal yang tidak tahu apa
perlunya dan apa manfaatnya. Aku tidak mau lagi membaca Al-Quran,
belajar menghafal perumpamaan- perumpamaan dengan bahasa asing yang
tidak aku mengerti artinya, dan jangan-jangan guru-guruku pun tidak
mengerti artinya. Katakanlah kepadaku apa artinya, nanti aku akan
mempelajari apa saja. Aku berdosa, kitab yang mulia itu terlalu suci
sehingga kami tidak boleh mengerti apa artinya. [Surat Kartini kepada
E.E. Abendanon, 15 Agustus 1902.
Untuk ukuran seorang perempuan dan ukuran zaman itu (bahkan ukuran
zaman sekarang sekalipun) pendapat Kartini ini benar-benar sangat
kritis dan sangat berani.
Suatu ketika, takdir membawa Kartini pada suatu pengajian di rumah
Bupati Demak Pangeran Ario Hadiningrat yang juga adalah pamannya.
Pengajian dibawakan oleh seorang ulama bernama Kyai Haji Mohammad
Sholeh bin Umar(atau dikenal Kyai Sholeh Darat) tentang tafsir Al-
Fatihah. Kartini tertarik sekali dengan materi yang disampaikan (ini
dapat dipahami mengingat selama ini Kartini hanya membaca dan
menghafal Quran tanpa tahu maknanya). Setelah pengajian, Kartini
mendesak pamannya untuk menemaninya menemui Kyai Sholeh Darat. Berikut
ini dialog-nya (ditulis oleh Nyonya Fadhila Sholeh, cucu Kyai Sholeh
Darat).
Kyai, perkenankanlah saya menanyakan, bagaimana hukumnya apabila
seorang yang berilmu, namun menyembunyikan ilmunya?
Tertegun Kyai Sholeh Darat mendengar pertanyaan Kartini yang diajukan
secara diplomatis itu.
Mengapa Raden Ajeng bertanya demikian?. Kyai Sholeh Darat balik
bertanya, sambil berpikir kalau saja apa yang dimaksud oleh pertanyaan
Kartini pernah terlintas dalam pikirannya.
Kyai, selama hidupku baru kali inilah aku sempat mengerti makna dan
arti surat pertama, dan induk Al-Quran yang isinya begitu indah
menggetarkan sanubariku. Maka bukan buatan rasa syukur hati aku kepada
Allah, namun aku heran tak habis-habisnya, mengapa selama ini para
ulama kita melarang keras penerjemahan dan penafsiran Al-Quran dalam
bahasa Jawa. Bukankah Al-Quran itu justru kitab pimpinan hidup bahagia
dan sejahtera bagi manusia?
Setelah pertemuan itu nampaknya Kyai Sholeh Darat tergugah hatinya.
Beliau kemudian mulai menuliskan terjemah Quran ke dalam bahasa Jawa.
Pada pernikahan Kartini , Kyai Sholeh Darat menghadiahkan kepadanya
terjemahan Al-Quran (Faizhur Rohman Fit Tafsiril Quran), jilid pertama
yang terdiri dari 13 juz, mulai dari surat Al-Fatihah sampai dengan
surat Ibrahim. Mulailah Kartini mempelajari Islam dalam arti yang
sesungguhnya. Tapi sayang, tidak lama setelah itu Kyai Sholeh Darat
meninggal dunia, sehingga Al-Quran tersebut belum selesai
diterjemahkan seluruhnya ke dalam bahasa Jawa.
Kartini menemukan dalam surat Al-Baqarah ayat 257 bahwa ALLAH-lah yang
telah membimbing orang-orang beriman dari gelap kepada cahaya (Minazh-
Zhulumaati ilan Nuur). Rupanya, Kartini terkesan dengan kata-kata
Minazh-Zhulumaati ilan Nuur yang berarti dari gelap kepada cahaya
karena Kartini merasakan sendiri proses perubahan dirinya, dari
kegelisahan dan pemikiran tak-berketentuan kepada pemikiran hidayah
(how amazing).
Dalam surat-suratnya kemudian, Kartini banyak sekali mengulang-ulang
kalimat Dari Gelap Kepada Cahaya ini. (Sayangnya, istilah Dari Gelap
Kepada Cahaya yang dalam Bahasa Belanda adalah Door Duisternis Tot
Licht menjadi kehilangan maknanya setelah diterjemahkan oleh Armijn
Pane dengan istilah Habis Gelap Terbitlah Terang).
Nampaknya masa-masa ini terjadi transformasi spiritual bagi Kartini.
Pandangan Kartini tentang Barat-pun mulai berubah, setelah sekian lama
sebelumnya dia terkagum dengan budaya Eropa yang menurutnya lebih maju
dan serangkaian pertanyaan-pertanya an besarnya terhadap tradisi dan
agamanya sendiri.
Ini tercermin dalam salah satu suratnya;
Sudah lewat masanya, tadinya kami mengira bahwa masyarakat Eropa itu
benar-benar satu-satunya yang paling baik, tiada taranya. Maafkan
kami, tetapi apakah ibu sendiri menganggap masyarakat Eropa itu
sempurna? Dapatkah ibu menyangkal bahwa dibalik hal yang indah dalam
masyarakat ibu terdapat banyak hal-hal yang sama sekali tidak patut
disebut sebagai peradaban?รข€� [Surat Kartini kepada Ny. Abendanon, 27
Oktober 1902]
Kami sekali-kali tidak hendak menjadikan murid-murid kami menjadi
orang-orang setengah Eropa atau orang-orang Jawa Kebarat-baratan
( surat Kartini kepada Ny. Abandanon, 10 Juni 1902)
Kartini juga menentang semua praktek kristenisasi di Hindia Belanda :
Bagaimana pendapatmu tentang Zending, jika bermaksud berbuat baik
kepada rakyat Jawa semata-mata atas dasar cinta kasih, bukan dalam
rangka kristenisasi? . Bagi orang Islam, melepaskan keyakinan sendiri
untuk memeluk agama lain, merupakan dosa yang sebesar-besarnya. Pendek
kata, boleh melakukan Zending, tetapi jangan mengkristenkan orang.
Mungkinkah itu dilakukan? [Surat Kartini kepada E.E. Abendanon, 31
Januari 1903]
Bahkan Kartini bertekad untuk berupaya untuk memperbaiki citra Islam
yang selalu dijadikan bulan-bulanan dan sasaran fitnah. Dengan bahasa
halus Kartini menyatakan :
Moga-moga kami mendapat rahmat, dapat bekerja membuat umat agama lain
memandang agama Islam patut disukai. [Surat Kartini kepada Ny. Van
Kol, 21 Juli 1902]
Di surat-surat lain:
Astaghfirullah, alangkah jauhnya saya menyimpang (Surat Kartini kepada
Ny. Abandanon, 5 Maret 1902)
Ingin benar saya menggunakan gelar tertinggi, yaitu: Hamba Allah
(Abdulloh). (Surat Kartini kepada Ny. Abandanon, 1 Agustus 1903)
[Kutipan tulisan Muh. Tamim di http://mtamim. wordpress. com/2007/
09/...ni- dan-islam/ ]
Penutup:
Seharusnya di hari Kartini para wanita banyak-banyak menela'ah Al-
Quran seperti yang dilakukan Kartini sehingga ia dapat mengutip
istilah ' Minazh-Zhulumaati ilan Nuur'. Semestinya kaum ibu dan wanita
mengenang sosok Kartini sebagai sosok wanita yang kritis dalam mencari
kebenaran, kemudian dipegangnya sebagai pedoman hidup. Instannya, di
hari Kartini kaum ibu maupun bapak seharusnya merayakannya dengan
banyak mengaji, bukan cuma mengajarkan kepada anaknya dalam menghiasi
dirinya dengan budaya yang tidak sesuai dengan Islam. Kita perkenalkan
kepada anak kita istilah emansipasi, tapi tidak kita perkenalkan
kepada istilah dan ajaran Qurani. Kita buta dengan sejarah, serta
tidak mengetahui esensi sejarah, termasuk Hari Kartini.
Selamat Datang di milis milik Keluarga Besar Tahajjud Call (KBMTC)
Assalamu'alaikum Warohmatullohi Wabarokatuh
Mailing list ini khusus untuk tempat belajar Islam serta tukar menukar
Ilmu yang berlandaskan Al-Qur'an dan Hadits.
Kami mengundang seluruh Kaum Muslimin dan Muslimat, mari kita belajar,
menggali dan diskusi serta berbagi ilmu tentang :
1. Iman adalah dasar yang harus kita pelajari
2. Islam adalah kewajiban seseorang yang mengaku Muslim
3. Ihsan adalah agar khusyuk dalam beribadah kepada Allah SWT.
4. Diabadikan dalam shalat 5 waktu serta ditambah gemar shalat
tahajjud.
5. Diaplikasikan dalam kehidupan sehari hari untuk menuju hidup yang
Islami sesuai tuntunan Al-Qur'an dan Hadist.
Untuk bergabung ke Mailing list ini, silahkan mengisi registrasi di
http://www.tahajjud call.org
Atau kirimkan data diri saudara kealamat tahajjud_call-
owner@yahoogroup s.com
1. Nama :
2. Tempat Tgl Lahir :
3. Pekerjaan :
4. Alamat / email :
5. No. Telephon dan HP :
6. Alasan bergabung :
7. Status :
Visi :
"Meningkatkan potensi dan kualitas Ummat Islam melalui pengkajian
serta pengamalan Al-Quran dan Al-Hadist yang diwujudkan dengan Cinta
Sholat Tahajjud"
Misi:
1. Membudayakan Sholat Tahajjud.
2. Sebagai wadah pembelajaran dan pengkajian Al-Quran dan Al-Hadist
antar anggota yang bertujuan agar terciptanya Opini Umum yang Syar'i
yang dapat mendukung penerapan ajaran Islam sebagai pembawa rahmat dan
solutif.
3. Mengembangkan potensi seluruh Sumber Daya para anggota secara
optimal untuk kemaslahatan Ummat melalui kajian, diskusi, pelatihan
dan seminar serta kegiatan lainnya yang bersifat membangun.
4. Memberikan pelayanan sosial kemanusiaan kepada Ummat / Masyarakat
Umum sebagai bentuk perwujudan dari pengamalan Al-Quran dan Al-Hadist
agar silaturahim dan Ukkuwah Islamiyah dapat terpelihara dengan baik.
5. Menegakkan amar ma'ruf nahi mungkar.
Waalaikumussalam warohmatullohi wabarokatuh
Moderator Milis tahajjud_call
--
-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-
Serulah kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik
dan bantahlah mereka dengan cara yang lebih baik. -Qs. 16 an-Nahl :125
Berilah mereka pelajaran, dan katakanlah kepada mereka perkataan yang berbekas pada jiwa mereka. -Qs. 4 an-Nisa' : 63
Gabung : Milis_Iqra-subscribe@googlegroups.com
Keluar : Milis_Iqra-unsubscribe@googlegroups.com
Situs 1 : http://groups.google.com/group/Milis_Iqra
Mod : moderator.milis.iqra@gmail.com
-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-
--
-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-
Serulah kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik
dan bantahlah mereka dengan cara yang lebih baik. -Qs. 16 an-Nahl :125
Berilah mereka pelajaran, dan katakanlah kepada mereka perkataan yang berbekas pada jiwa mereka. -Qs. 4 an-Nisa' : 63
Gabung : Milis_Iqra-subscribe@googlegroups.com
Keluar : Milis_Iqra-unsubscribe@googlegroups.com
Situs 1 : http://groups.google.com/group/Milis_Iqra
Mod : moderator.milis.iqra@gmail.com
-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-
No comments:
Post a Comment