Wednesday, June 23, 2010

[Milis_Iqra] 60 Tahun Perselingkuhan AS-Islam Politik

60 Tahun Perselingkuhan AS-Islam Politik   Oleh : Arief Musthofifin    Judul Asli : Devil's Game; How The United States Helped Unleash    Fundamentalist Islam    Judul Terjemah : Devil's Game Orchestra Iblis; 60 Tahun    Perselingkuhan Amerika- Religious Extremist    Penulis : Robert Dreyfuss    Tahun Terbit : Meret 2007    Penerbit : SR-Ins Publishing    Cetakan & Tebal : I & lvii + 486 hlm.    Fenomena devil' game yang diperankan United State of America (USA)    dan Religious Extremist lebih 60 tahun merupakan fakta sejarah    perselingkuhan politik dan agama yang terlupakan.    Robert Dreyfuss, jurnalis independen dalam bidang investigasi Politic    and State Security, berdasar data-data agent CIA (Center Intelligence    Agency), mengungkap hubungan mesra dan manja AS-Islam fundamentalis    tak hanya demi kepentingan minyak Timur Tengah (¾ minyak bumi dunia).    Namun, aliansi yang dimulai dengan kedekatan Saudi Arabia (¼ minyak    bumi dunia) tersebut untuk kepentingan Perang Dingin melawan sosialis-   komunis-ateis Uni Soviet.    Dwight David Eisenhover, Presiden AS, untuk kepentingan Perang    Dingin, Januari 1957 dia berpesan pada konggres, berjanji memberikan    bantuan finansial dan militer kepada negara-negara Timur Tengah yang    mau terbuka melawan bangsa di bawah kendali Komunisme internasional.    Demi mendulang dukungan, Ike, panggilan Eisenhover, mengundang Raja    Saud ke Washington. Untuk menghormati dan sekaligus mencuri hati Raja    Saud, secara pribadi Ike menjemput Saud di bandara. (hlm. 142).    Jalinan politik dengan Saudi sangat penting karena kerajaan Wahabian    ini sebagai pusat Islam seluruh dunia. Washington berpikir, Islam dan    Islamisme dapat dijadikan senjata "bayaran" melawan Soviet dan para    nasionalis yang condong ke kiri, seperi Gamal A. Nasser (Mesir).    (hlm. 143). Saudi (Wahabi) sendiri sangat benci komunis (sosialis)    dan nasionalisme karena dianggap tidak mengakui Tuhan. Plus, karena    nasionalisme mengancam otoritas kekuasaan absolute raja-raja Arab.    Untuk memperkuat pasukan, Saudi menggalang kekuatan dari kanan Islam    reaksioner (garis keras), al-Ikhwan al-Muslimun Hasan al-Banna.    Abegebriel, pengantar buku, memberi keterangan sifat transnasional    gerakan Islam radikal ini punya banyak syndicated lintas Negara.    Seperti, Jama'ah al-Jihad, al-Jama'ah al-Islamiyyah (Mesir, Maroko,    Tunis, Pakistan, dan HAMAS), Hizb al-Tahrir, al-Takfir wa al-Hijarah,    dan MILF Abu Sayyaf. Dari Indonesia adalah DI/TII Kartosuwiryo (Bapak    Negara Islam Indonesia). (hlm. xix).    Sebagai perangkat mobilisasi massa kanan Islam radikal (Islam    politik) dibentuklah the Islamic Center Jenewa (1961), Liga Dunia    Muslim (1962), dan Organisasi Konferensi Islam (1969). Tugas    kaderisasi massa kanan Islam reaksioner diberikan pada Universitas    Islam Madinah (1961) dan Universitas King Abdul Aziz (1967). (hlm.    151). Serta memanfaatkan gerakan para sufi radikal di berbagai    wilayah -termasuk di dalam Uni Soviet dan Asia Tengah-- untuk    memberontak under ground terhadap Soviet. (hlm. 325).    Sampai akhir Perang Dingin, 1991, Islam politik (kanan Islam) --yang    didanai Saudi-Amerika-- berhasil mencerai-beraikan Uni Soviet (lawan    politik AS). Karena para pasukan bayaran Amerika ini (Saudi dan kanan    Islam) punya doktrin "jihad" yang dijadikan komando teologis berani    mati. Bak sunpah darah para mafia! Lanjut Dreyfuss, kanan Islam    memang telah menjelma menjadi "Pasukan Tuhan" dengan kekuatan besar    dan mampu menggerakkan massa militant di segala penjuru dunia untuk    membenci sosialis-komunis-ateis sampai mati. Bahkan, anak keturunan    sudah didoktrin bahwa sosialis-koumis-ateis sebagai ajaran sesat dan    dilaknat Tuhan. Haram untuk sekadar belajar sosialisme, lebih-lebih    mengikutinya.    Dilema AS    Dilema pula bagi AS --setelah kanan Islam terbukti mampu    menghancurkan Soviet-maka Islam politik percaya diri mampu melawan    kekuatan ideology mana pun. Termasuk berbalik melawan AS yang telah    memanfaatkan kekuatannya selama Perang Dingin. Secara ideologis, ide    sekularisme milik AS, juga sangat dibenci Saudi dkk. Tak aneh Negara-   negara Timur Tengah lalu membentuk Pakta Kekuatan Islam (tepatnya,    Islam politik).    Lalu, tragedi bom WTC II 11 September 2001 (9/11) oleh geng Osma bin    Laden --barisan sakit hati Saudi-diklaim AS sebagai awal "perang    peradaban". Tak lain, Bernard Lewis (The Middle East and the West)    dan muridnya, Samuel Huntington (Clash of Civilization), think thank    yang banyak mempengaruhi kebijakan Bush lewat teori "Benturan    Peradaban".    Lewis-Huntington mempropagandakan, bahwa masalah AS bukan    fundamentalisme Islam. Tetapi, Islam itu sendiri. Jadi, "Penturan    Peradaban" terjadi secara permanen antara Barat (Yahudi-Kristen) vs    Islam. (hlm. 432-434). Oleh pengkritiknya, seperti John Esposito,    Lewis-Huntington dan Bush, divonis telah melakukan overgeneralisasi.    Isu itu hanya manajemen panik Washington setelah melihat kondisi    politik Timur Tengah di luar scenario yang dibuatnya.    Namun, perang melawan terorisme ala Bush dengan legitimasi "Benturan    Peradaban" hanya dalih pendekatan baru yang lebih radikal pada Timur    Tengah dan Asia Tengah. Bukan kebijakan terhadap Islam,    fundamentalisme Islam, terorisme, ataupun di luar Islam. Jadi, harus    berpikir ulang jika AS ingin menyerang Saudi. Justru kemesraan    politik AS-Saudi (Islam politik) dengan devil's game gaya baru terus    berlanjut. Dalam istilah Leeden, "itu mungkin akan menjadi perang    untuk membentuk ulang dunia". (hlm. 438-439). Dan, orchestra iblis    masih belum berakhir. 
Legal Disclaimer: The information contained in this message may be privileged and confidential. It is intended to be read only by the individual or entity to whom it is addressed or by their designee. If the reader of this message is not the intended recipient, you are on notice that any distribution of this message, in any form, is strictly prohibited. If you have received this message in error, please immediately notify the sender and delete or destroy any copy of this message

No comments:

Post a Comment