Oleh: Komaruddin Hidayat*
Sumber : http://www.esqmagazine.com/refleksi/2010/06/15/mari-bersangka-baik.html
Semasa di pesantren dulu, ada pelajaran menghafal ayat-ayat Al-Qur'an
tematis-pilihan. Di antaranya yang masih saya ingat adalah ayat 10-12
surat Al-Hujurat, tentang etika dan rumus membangun dan menjaga
persahabatan antara sesama mukmin-muslim dengan mengembangkan sikap
berbaik sangka (husnudzan).
Dalam ayat ke-10 dikatakan: "Sesungguhnya orang-orang mukmin adalah
bersaudara, karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu dan
bertakwalah kepada Allah supaya kamu mendapat rahmat."
Bagaimana cara memelihara persaudaraan dan perdamaian, ayat
berikutnya, ke-11, memberikan formula dan bimbingan moral yang sangat
aplikatif bagi orang yang mengaku beriman.
Diingatkan oleh Allah: "Hai orang-orang yang beriman, janganlah satu
kaum mengolok-olok kaum yang lain, karena boleh jadi mereka yang
diolok-olok lebih baik dari yang mengolok-olok. Jangan pula sesama
perempuan saling mengolok-olok atau menggosip yang lain, boleh jadi
yang jadi obyek gossip lebih baik dari yang menggosip. Jangan pula
kalian saling mencela dan memberikan panggilan yang melecehkan. Kalau
kalian tidak mau berhenti dan bertobat, maka kalian termasuk orang
yang zalim".
Ayat di atas begitu jelas dan sulit ditolak kebenarannya oleh akal
sehat dan hati yang jernih bagi siapa pun yang hendak menciptakan
persahabatan yang tulus dan konstruktif. Banyak persahabatan rusak dan
kekacauan sosial terjadi karena sebagian dari kita lebih memilih untuk
berbicara sambil menebar racun ketimbang berbagi tutur kata yang baik
dan menjaga suasana damai dalam persahabatan. Allah memperingatkan,
kalau ada orang yang suka menjelekkan orang lain, bisa jadi justru
yang bersangkutan tanpa sadar tengah menunjukkan kejelekkan dirinya.
Secara psikologis, orang yang demikian itu tergolong tidak sehat
mentalnya, dia tidak rela dan sakit hati jika melihat orang lain
melebihi dirinya sehingga selalu saja ingin mencari kekurangannya,
bukannya belajar dari kelebihannya.
Selanjutnya pada ayat ke-12 Allah memberikan elaborasi lebih lanjut.
Agar iman seseorang tidak rusak, maka janganlah senang menilai orang
lain semata atas dasar dugaan. Jangan pula selalu ingin tahu urusan
orang lain yang tidak menjadi urusannya. Juga Allah melarang untuk
berbuat ghibah, yaitu menjelekkan orang lain dari belakang. Yang
demikian itu Al-Qur'an memberikan analogi yang sangat keras dengan
bentuk pertanyaan: "Apakah kamu senang memakan bangkai temanmu, yang
kamu sendiri pasti risih dan membencinya?"
Pertanyaannya, mengapa berbuat ghibah dianalogkan oleh Allah dengan
makan bangkai teman sendiri? Karena orang yang dicaci dari belakang
—yang jadi obyek ghibah— tak ubahnya seperti mayat, tidak punya
peluang untuk menjelaskan dan membela diri. Saking buruknya perbuatan
ghibah, Al-Qur'an menggunakan peringatan yang amat keras, yaitu
bagaikan makan daging bangkai teman sendiri.
Dalam ilmu sosial, tindakan demikian juga sering dinamakan pembunuhan
karakter (character assassination) berupa fitnah. Jika itu menimpa
seseorang, hendaknya berusaha bersabar dan membuat klarifikasi
seperlunya karena sesungguhnya tanpa disadari yang terjadi adalah
menjatuhkan martabat pelakunya sendiri sebagai orang yang tidak mampu
menjaga lisan dan kehormatan diri.
Dari analisis psikologi, orang yang senang melihat kekurangan orang
lain dan selalu bersangka buruk, dunianya akan menyempit dan suram.
Hati dan pikirannya terhijab oleh egonya sehingga sulit belajar dari
sukses orang lain. Andaikan koleksi dan endapan emosi serta memorinya
diaudit, maka yang tersimpan adalah yang serba negatif. Sudah
sepantasnya kita selalu mensyukuri anugerah Allah berupa nurani dan
akal sehat untuk memperbanyak amal saleh dan bersama-sama menciptakan
peradaban dan perdamaian.
Sehabis sholat ada bacaan wirid yang sangat popular, yang
terjemahannya sebagai berikut: "Ya Allah, Engkau Dzat Maha Damai. Dan
darimu mengalir semua kedamaian, dan akhirnya akan berpulang kepadaMu
jua semua kedamaian. Oleh karena itu ya Allah, anugerahkan pada kami
kehidupan yang senantiasa damai. Dan kelak di akhirat nanti, ya Allah
Maha Agung dan Maha Pemurah, masukkanlah kami ke dalam surgaMu yang
serba damai".
Dalam sebuah riwayat disebutkan, Rasulullah pernah bersabda bahwa
sebodoh-bodoh orang adalah yang membiarkan hati dan pikirannya selalu
berprasangka negatif dan dengki atas prestasi temannya. Mengapa bodoh?
Karena orang yang dengki tidak akan memperoleh apa-apa dari
keberhasilan orang kecuali hanya sakit hati. Semakin orang lain
berprestasi, maka akan semakin sakit hatinya. Sementara itu, orang
yang menjadi sasaran kebencian dan dengki tanpa alasan yang benar,
lalu dia bersabar maka dosa-dosanya akan berkurang dan beralih pada
orang yang memfitnah.
Demikianlah, baik ayat-ayat Al-Qurán maupun analisis psikologi
memberikan pelajaran yang lugas bahwa orang yang memilih berpikir
positif dan berprasangka baik hidupnya akan lebih sehat dan damai.
Sebaliknya, mereka yang selalu melihat dunia dari sisi negatif, maka
hidupnya akan sesak dan dunia tampak suram.
* Penulis adalah pengarang buku "Psikologi Kematian", Rektor UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta dan Alumni ESQ Eksekutif Angkatan 20.
Tulisan ini dimuat di Majalah Nebula (eks. ESQ Magazine) edisi cetak
No. 17/Tahun II/2006
--
Salamun 'ala manittaba al Huda
ARMANSYAH
--
-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-
Serulah kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik
dan bantahlah mereka dengan cara yang lebih baik. -Qs. 16 an-Nahl :125
Berilah mereka pelajaran, dan katakanlah kepada mereka perkataan yang berbekas pada jiwa mereka. -Qs. 4 an-Nisa' : 63
Gabung : Milis_Iqra-subscribe@googlegroups.com
Keluar : Milis_Iqra-unsubscribe@googlegroups.com
Situs 1 : http://groups.google.com/group/Milis_Iqra
Mod : moderator.milis.iqra@gmail.com
-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-
No comments:
Post a Comment