Wednesday, June 23, 2010

[Milis_Iqra] Menyembunyikan Harta yang Wajib Dizakati

Menyembunyikan Harta yang Wajib Dizakati
Rabu, 23-Juni-2010, Penulis: Al-Ustadz Abu Usamah Abdurrahman
 

Dunia itu hijau, indah nan manis, itulah sabda Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam tentangnya. Karena hijau, indah dan manisnya, banyak orang yang tertipu dengannya, banyak orang yang melupakan akhirat karenanya. Bahkan banyak orang menjadi kanud (penentang) terhadap pemberi nikmat yaitu Allah Subhanahu wa Ta'ala.

Itulah bahaya dan fitnahnya dunia. Sudah teramat sering terjadi peristiwa berdarah antara kakak dan adik, anak dan kedua orangtuanya, atau antar saudara, hanya gara-gara dipicu oleh perkara dunia.

Sementara, bertumpuk pertimbangan dan alasan manusia kala mereka diajak kepada kebaikan serta melakukan amal shalih. Ucapan "sami'na wa atha'na" (kami mendengar dan taat) menjadi ucapan yang langka dan berat.
Itulah dunia dan fitnahnya. Semua pandangan meliriknya dan seluruh cita-cita hidup tertuju padanya. Tidaklah mengherankan lagi jika perlombaan untuk mengejarnya terus berlangsung. Itulah yang diwanti-wanti oleh nabi kita Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam. Kata beliau: "Bukan kefakiran yang aku khawatirkan menimpa kalian, namun yang mengkhawatirkanku adalah dibentangkannya atas kalian dunia lalu kalian berlomba mengejarnya sebagaimana orang kafir berlomba-lomba mendapatkannya…"
Yang kalah merasa terhina karenanya dan yang menang seolah-olah singa, sang raja hutan yang penuh kuasa. Di sisi lain, rasa takut akan berkurang dan hilangnya harta selalu menyergap setiap saat. Kikir dan bakhil menjadi satu senyawa yang mendarah daging. Alhasil, muncul pada diri manusia sifat-sifat yang berbahaya seperti rakus, tamak, pelit, bakhil, sombong, iri hati, dengki, hasad, dan sebagainya. Dan merupakan sebuah ketetapan bagi anak Adam cinta kepada dunia. Sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta'ala:
 
"Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak, dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia dan di sisi Allahlah tempat kembali yang baik (surga)."
(Ali Imran: 14)
As-Sa'di rahimahullahu berkata di dalam tafsirnya: "Allah Subhanahu wa Ta'ala telah memberitakan bahwa Dia telah menghiasi kepada manusia cinta syahwat duniawiah, dan Dia menghususkan perkara-perkara (di dalam ayat tersebut) ini disebabkan besarnya syahwat kepada dunia dalam (kehidupan) sedangkan selainnya sebagai pengekor semata, Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:
 
"Sesungguhnya Kami telah menjadikan segala apa yang ada di atasnya sebagai penghiasnya." (Al-Kahfi: 7)
Maka tatkala dijadikan semuanya ini sebagai perhiasan bagi mereka dan segala yang memikat, lalu jiwa-jiwa mereka bergantung atasnya dan hati-hati mereka
condong kepadanya, mereka terbagi sesuai dengan realita menjadi dua golongan.
Pertama: "Segolongan dari mereka menjadikan dunia ini sebagai tujuan, sehingga segala pemikirannya, rencananya, amalan lahiriah dan batiniah diarahkan kepadanya yang akhirnya dunia menyibukkan dirinya dari tugas dia diciptakan. Hidupnya bagaikan binatang piaraan, yang penting mereka menikmatinya dan terpenuhi segala keinginannya. Tidak peduli dari mana dia mengambilnya serta kemana dikeluarkan dan dipergunakannya. Bagi mereka dunia menjadi bekal menuju negeri kecelakaan, penyesalan, dan azab.
Kedua: "Mereka mengerti tujuan dunia, bahwa Allah Subhanahu wa Ta'ala menjadikannya sebagai ujian dan cobaan bagi hamba-hamba-Nya agar Allah Subhanahu wa Ta'ala mengetahui siapa di antara mereka yang lebih mengutamakan ketaatan dan ridha-Nya daripada kenikmatan dan kelezatan dunia. Mereka menjadikan dunia sebagai wasilah dan jalan untuk berbekal buat akhirat, mereka menikmatinya sebagai bentuk bantuan dalam mengejar ridha-Nya. Badan mereka menyertai dunia akan tetapi hati-hati mereka berpisah darinya. Mereka mengetahui firman Allah Subhanahu wa Ta'ala: "Itulah kesenangan dunia." Mereka menjadikan dunia ini sebagai jembatan menuju akhirat dan perniagaan yang dia harapkan keberuntungan yang besar. Bagi mereka dunia menjadi bekal untuk menghadap Rabb mereka.
Ayat ini menjadi hiburan bagi orang-orang yang faqir yang tidak memiliki kesanggupan mengejar syahwat dunia sebagaimana orang-orang kaya. Sekaligus sebagai peringatan bagi orang-orang yang telah tertipu dengannya dan agar orang-orang yang berakal jernih menjadi zuhud darinya. (Tafsir As-Sa'di 1/123)
Saudaraku… cobalah kita mengingat, ternyata di dalam harta kita terdapat hak-hak orang lain yang kita pergunakan dengan penuh kelaliman.
Manusia adalah makhluk yang tamak
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
لَوْ أَنَّ ابْنَ آدَمَ أُعْطِيَ وَادِيًا مَلْأَى مِنْ ذَهَبٍ أَحَبَّ إِلَيْهِ ثَانِيًا وَلَوْ أُعْطِيَ ثَانِيًا أَحَبَّ إِلَيْهِ ثَالِثًا وَلَا يَسُدُّ جَوْفَ ابْنِ آدَمَ إِلاَّ التُّرَابُ وَيَتُوبُ اللهُ عَلَى مَنْ تَابَ
"Jika anak Adam itu diberikan satu lembah emas, dia akan mencari yang kedua dan jika dia diberikan yang kedua niscaya dia akan mencari lembah ketiga dan tidak ada yang menutup mulut anak Adam melainkan tanah dan Allah Subhanahu wa Ta'ala akan menerima taubat siapa saja yang bertaubat."
 (HR. Al-Bukhari no. 6072, Muslim no. 1042)
Al-Kirmani mengatakan: "Seolah-olah makna sabda beliau adalah dia tidak akan puas dari dunia sampai dia mati." (Fathul Bari 18/250)
Al-Imam Nawawi rahimahullahu mengatakan, "Di dalam hadits ini terdapat celaan bagi orang yang rakus terhadap dunia, menumpuk-numpuknya, serta mencintainya. Makna 'Tidak akan memenuhi tenggorokan anak Adam melainkan tanah' yaitu terus-menerus sikap rakus terhadap dunia menyertainya sampai dia mati dan tanah kuburan menyumbat mulutnya. Hadits ini juga bercerita tentang mayoritas bani Adam dalam hal kerakusan terhadap dunia."
(Syarah Shahih Muslim 4/2)
 
Harta benda adalah ujian
Harta benda merupakan bagian dari sederetan bentuk ujian dan cobaan yang tidak sedikit dari umat Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam yang gagal dalam menghadapinya. Bukankah Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam telah mengatakan:
إِنَّ لِكُلِّ أُمَّةٍ فِتْنَةً وَفِتْنَةُ أُمَّتِي الْمَالُ
"Sesungguhnya bagi setiap umat ada fitnah (ujian) dan fitnah yang akan menimpa umatku adalah fitnah harta benda." (HR.At-Tirmidzi no. 2507)
مَا ذِئْبَانِ جَائِعَانِ أُرْسِلَا فِي غَنَمٍ بِأَفْسَدَ لَهَا مِنْ حِرْصِ الْمَرْءِ عَلَى الْمَالِ وَالشَّرَفِ لِدِيْنِهِ
"Tidaklah dua ekor serigala dalam keadaan lapar dilepas pada seekor kambing akan lebih merusak dibandingkan dengan kerusakan orang yang rakus terhadap harta dan kedudukan pada agamanya." (HR. At-Tirmidzi no. 2376 dari sahabat Ka'b bin Malik Al-Anshari radhiyallahu 'anhu)

Artinya bahwa rakusnya seseorang terhadap harta benda dan kedudukan sangat besar kerusakannya bagi agamanya, yang diserupakan bagaikan binatang yang tidak berdaya dan lemah yang berada dalam terkaman dua serigala. (Tuhfatul Ahwadzi 6/162)

بَادِرُوا بِالْأَعْمَالِ فِتَنًا كَقِطَعِ اللَّيْلِ الْمُظْلِمِ يُصْبِحُ الرَّجُلُ مُؤْمِنًا وَيُمْسِي كَافِرًا أَوْ يُمْسِي مُؤْمِنًا وَيُصْبِحُ كَافِرًا يَبِيعُ دِينَهُ بِعَرَضٍ مِنَ الدُّنْيَا
"Bersegeralah kalian untuk melakukan amal shalih, karena akan terjadi fitnah yang banyak seperti potongan gelap malam. Di pagi hari seseorang dalam keadaan beriman maka di sore harinya menjadi kafir, dan di pagi hari dia beriman maka di sore harinya dia kafir, dia melelang agamanya dengan secuil harta benda dunia." (HR. Muslim no. 328 dari sahabat Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu)
 
Ujian dengan sebuah kewajiban
"Sekali-kali janganlah orang-orang yang bakhil dengan harta yang Allah berikan kepada mereka dari karunia-Nya menyangka, bahwa kebakhilan itu baik bagi mereka. Sebenarnya kebakhilan itu adalah buruk bagi mereka, harta yang mereka bakhilkan itu akan dikalungkan kelak di lehernya di hari kiamat, dan kepunyaan Allahlah segala warisan (yang ada) di langit dan di bumi. Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan." (Ali Imran: 180)
 
"Wahai orang-orang yang beriman, sesungguhnya sebagian besar dari orang-orang alim Yahudi dan rahib-rahib Nasrani benar-benar memakan harta orang dengan jalan batil dan mereka menghalang-halangi (manusia) dari jalan Allah, dan orang-orang yang menyimpan emas dan perak dan tidak menafkahkannya pada jalan Allah, maka beritahukanlah kepada mereka, (bahwa mereka akan mendapat) siksa yang pedih. Pada hari dipanaskan emas perak itu dalam neraka Jahannam, lalu dibakar dengannya dahi mereka, lambung dan punggung mereka (lalu dikatakan) kepada mereka: 'Inilah harta bendamu yang kamu simpan untuk dirimu sendiri, maka rasakanlah sekarang (akibat dari) apa yang kamu simpan itu'."
Tentunya seorang muslim wajib mensyukuri nikmat Allah Subhanahu wa Ta'ala yang berupa harta dengan menunaikan zakat sehingga Allah Subhanahu wa Ta'ala menambah keberkahan pada hartanya dan bisa berkembang. (Fatwa Asy-Syaikh Ibnu Utsaimin, lihat Fatawa Ulama' Balad Al-Haram, hal. 837-838)
 
selengkapnya:

--
-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-
Serulah kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik
dan bantahlah mereka dengan cara yang lebih baik. -Qs. 16 an-Nahl :125
 
Berilah mereka pelajaran, dan katakanlah kepada mereka perkataan yang berbekas pada jiwa mereka. -Qs. 4 an-Nisa' : 63
 
Gabung : Milis_Iqra-subscribe@googlegroups.com
Keluar : Milis_Iqra-unsubscribe@googlegroups.com
Situs 1 : http://groups.google.com/group/Milis_Iqra
Mod : moderator.milis.iqra@gmail.com
-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-

No comments:

Post a Comment