Tak Mau Rugi, Paris Ajak Tehran Berunding
Sumber : http://indonesian.irib.ir/index.php/berita/berita/22902.html
Entah karena menyesal atau takut rugi, Presiden Perancis Nicolas Sarkozy akhirnya mengungkapkan kesiapan Paris untuk menggelar perundingan nuklir dengan Tehran tanpa membuang-buang waktu. Sarkozy kemarin (Sabtu, 19/6) dalam pertemuan dengan mitranya dari Rusia, Dmitry Medvedev di Saint Petersburg saat menjelaskan resolusi terbaru anti-Iran Dewan Keamanan PBB menyatakan, Dewan Keamanan PBB bertujuan untuk meyakinkan Tehran guna melanjutkan kembali perundingan soal program nuklirnya. Dia menambahkan, perundingan mendatang akan membicarakan kesepakatan Iran, Turki, dan Brazil soal rincian implementasi pertukaran uranium dan bagaimana jawaban Amerika Serikat, Rusia, dan Perancis mengenai masalah ini.
Republik Islam Iran, 17 Mei lalu menggalang kesepakatan trilateral dengan Turki dan Brazil. Kesepakatan trilateral yang lantas dikenal sebagai Deklarasi Tehran itu berisi kesediaan Iran untuk menitipkan uranium dengan kadar rendahnya (LEU) kepada Turki untuk ditukar dengan uranium berkadar tinggi. Uranium itu digunakan sebagai bahan bakar reaktor riset Tehran untuk keperluan medis. Ironisnya, kendati Iran telah menunjukkan iktikad baik dan tawaran rasionalnya itu, namun AS dan sekutunya justru mendesak Dewan Keamanan PBB untuk menjatuhkan sanksi tambahan sehingga lahirlah Resolusi 1929.
Para analis menilai ada banyak alasan di balik pengumuman kesiapan negara-negara Eropa untuk menjalin perundingan nuklir dengan Iran. Resolusi anti-Iran yang dirancang AS, ternyata justru memberikan dampak buruk bagi perekonomian Eropa yang kini tengah berjuang keluar dari krisis ekonomi. Ongkos konfrontasi dengan Iran terlalu mahal bagi Eropa apalagi rival utama mereka semacam Cina dan Rusia juga tidak begitu berminat untuk terlibat sengketa yang lebih serius dengan Iran. Baik Beijing, Moskow, maupun Paris sama-sama tidak ingin hubungan jangka panjangnya dengan Tehran menjadi korban politik irasional Washington. Pengalaman juga menunjukkan bahwa ketimbang AS, Uni Eropa justru merupakan korban terbesar politik sanksi anti-Iran. Pasalnya, AS tidak memiliki hubungan dengan Iran.
Melihat kenyataan ini, pantas jika Presiden Mahmoud Ahmadinejad menanggapi dingin tawaran perundingan Ketua Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa Catherine Ashton. Di mata Iran, situasi perundingan nuklir dengan Tehran telah berubah. Sebuah situasi baru yang membuat Barat menyesali perilisan resolusi anti-Iran terbarunya.
Di sisi lain, dalam jawaban resminya terhadap resolusi 1929, Tehran mendesak DK PBB untuk segera memperbaiki kesalahannya dan secara tegas menyatakan bahwa Iran akan memberikan jawaban legal yang setimpal terhadap segala bentuk upaya yang mengancam kepentingan sah bangsa Iran. Singkat kata, petualangan anti-Iran yang dilancarkan AS sejatinya hanya akan menghambat kerjasama internasional dan membuat hubungan antarnegara memeras banyak ongkos. (IRIB/LV/NA)
--
Salamun 'ala manittaba al Huda
ARMANSYAH
--
-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-
Serulah kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik
dan bantahlah mereka dengan cara yang lebih baik. -Qs. 16 an-Nahl :125
Berilah mereka pelajaran, dan katakanlah kepada mereka perkataan yang berbekas pada jiwa mereka. -Qs. 4 an-Nisa' : 63
Gabung : Milis_Iqra-subscribe@googlegroups.com
Keluar : Milis_Iqra-unsubscribe@googlegroups.com
Situs 1 : http://groups.google.com/group/Milis_Iqra
Mod : moderator.milis.iqra@gmail.com
-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-
No comments:
Post a Comment