Friday, June 18, 2010

Re: [Milis_Iqra] Pilih Salafy atau Muslim, Mukmin, Muttaqin?

ada sebuah artikel percakapan antara Seorang Penulis buku yang benama
Ustadz Abdul Halim Abu Syuqqoh dan Syaikh Al-Albaniy, semoga ini
menjadi penjelas dari apa itu Salafy.......


Seorang Penulis buku yang benama Ustadz Abdul Halim Abu Syuqqoh,
Penulis kitab "Tahrir Al-Mar'ah fii Ashr Ar-Risalah". Kesalahpahaman
ini telah diluruskan oleh Syaikh Al-Albaniy ketika beliau dialog
dengan Abu Syuqqoh. Sekarang dengarkan kisahnya, kami ambilkan dari
kitab Syaikh Salim bin Ied Al-Hilaliy As-Salafiy (salah seorang murid
Syaikh Al-Albaniy Al-Atsariy -rahimahullah-), berikut nashnya:

Syaikh Al-Albaniy berkata, "Jika ditanyakan kepada Anda, apa
madzhabmu? Apa jawaban Anda?"
Abu Syuqqoh menjawab, "muslim".
Syaikh Al-Albaniy berkata, "Ini tak cukup !"
Abu Syuqqoh menjawab, "Sungguh Allah telah menamai kita muslim". Abu
Syuqqoh membaca firman-Nya -Ta'ala-,

"Dia (Allah) telah menamai kamu sekalian orang-orang muslim dari
dahulu". (QS.Al-Hajj :78 ).

Syaikh Al-Albaniy berkata, "Ini adalah jawaban yang benar andaikan
kita berada di kurun pertama sebelum tersebarnya kelompok-kelompok
sesat. Andaikan kita sekarang bertanya kepada muslim manapun dari
kelompok-kelompok sesat ini yang kita telah berbeda dengannya dalam
pokok aqidah, maka tak akan melenceng jawabannya dari kata ini (yaitu
"kata muslim"). Semuanya akan menjawab, baik itu orang
Syi'ah-Rofidhoh,Khawarij, Duruz, maupun Nushoiriy-Alawiy, "Aku adalah
muslim". Jadi, ini tak cukup di hari-hari ini".
Abu Syuqqoh berkata, "Kalau begitu aku katakan, Aku adalah seorang
muslim yang berada di atas Al-Kitab dan As-Sunnah".
Syaikh Al-Albaniy berkata, "Ini juga tak cukup !"
Abu Syuqqoh berkata, "Kok bisa?".
Syaikh Al-Albaniy berkata, "Apakah Anda mendapati seorang diantara
mereka yang telah kita contohkan -misalnya- ia berkata, "Saya adalah
seorang muslim yang tak berada di atas Al-Kitab dan As-Sunnah"…Siapa
yang akan menyatakan, "Aku tak berada di atas Al-Kitab dan Sunnah?"

Kemudian Syaikh -hafizhahullah- mulai menjelaskan pentingnya landasan
yang kami bangun, yaitu Al-Kitab dan As-Sunnah berdasarkan pemahaman
As-Salaf Ash-Sholih.

Abu Syuqqoh berkata, "Kalau begitu aku katakan, Aku adalah seorang
muslim yang berada di atas Al-Kitab dan As-Sunnah berdasarkan
pemahaman As-Salaf Ash-Sholih".
Syaikh Al-Albaniy berkata, "Jika ada yang bertanya kepadamu tentang
madzhabmu, apakah engkau mengatakan hal itu kepadanya" .
Abu Syuqqoh berkata, "Ya".
Syaikh Al-Albaniy berkata, "Bagaimana pendapatmu jika kita meringkas
kalimat itu menurut bahasa? Karena sebaik-baik ucapan adalah yang
ringkas, lagi menunjukkan (maksud). Maka kita katakan, "Salafy"[2].
Abu Syuqqoh berkata, "Mungkin aku bisa bertoleran denganmu, maka aku
katakan kepadamu,"Ya ". Tapi keyakinanku sebagaimana yang telah lalu.
Karena awal kali –ketika orang mendengar bahwa engkau adalah
salafiy-,maka pikiran manusia akan lari kepada banyak perkara nerupa
tindakan-tindakan bermuatan kekerasan yang sampai pada tingkatan
kekasaran yang terkadang terjadi dari salafiyyun".
Syaikh Al-Albaniy berkata, "Anggaplah ucapanmu benar. Jika kau
katakan, "muslim", tidakkah pikiran orang akan lari kepada orang
Syi'ah-Rofidhoh, atau Duruziy, atau Isma'iliy…dan seterusnya?[3]
Abu Syuqqoh berkata, "Mungkin saja. Tapi aku telah mengikuti ayat yang
mulia ini:

"Dia (Allah) telah menamai kamu sekalian orang-orang muslim".
(QS.Al-Hajj :78 ).

Syaikh Al-Albaniy berkata, "Tidak, wahai saudaraku!Sungguh engkau tak
mengikuti ayat ini, karena ayat ini memaksudkan Islam yang benar
(baca: murni). Seyogyanya Anda berbicara dengan manusia sesuai
tingkatan berpikirnya…apakah seorang diantara kalian akan memahami
bahwa engkau adalah muslim sesuai dengan makna yang dimaksudkan dalam
ayat itu? Perkara-perkara yang terlarang (tercela) yang Anda telah
sebutkan, yah terkadang benar atau tidak, karena ucapanmu "keras", ini
terkadang pada sebagian person, bukan menjadi manhaj dalam aqidah
ilmiyyah. Tinggalkan person-person itu, karena kita sekarang berbicara
tentang manhaj; karena bila kita bilang, "Syi'ah, Duruziy, Khawarij,
shufiy, atau Mu'tazilah, maka akan muncul perkara-perkara tercela
tersebut (berupa sikap keras dan brutal).[4] Jadi, itu bukanlah inti
pembicaraan kita. Kita sedang membahas tentang nama yang menunjukkan
madzhab seorang manusia yang ia beragama kepada Allah dengannya".

Kemudian Syaikh berkata, "Bukankah semua sahabat muslim?"
Abu Syuqqoh berkata, "Tentunya muslim".
Syaikh Al-Albaniy berkata, "Tapi diantara mereka ada orang yang
mencuri, dan berzina. Ini tentunya tak membolehkan bagi seorang
diantara mereka untuk bilang, "Aku bukan muslim". Bahkan ia adalah
muslim, dan beriman kepada Allah dan Rasul-nya sebagai suatu manhaj.
Akan tetapi terkadang ia menyelisihi manhajnya, karena ia bukanlah
ma'shum. Karenanya, kita –Semoga Allah memberkahimu- sekarang
berbicara tentang sebuah kata yang menunjukkan aqidah kita, pemikiran
kita, dan acuan kita dalam kehidupan kita yang berkaitan dengan urusan
agama kita yang kita menyembah Allah dengannya. Adapun fulan orangnya
mutasyaddid (keras) atau mutasahil (bergampangan), maka ini adalah
perkara lain"

Kemudian Syaikh Al-Albaniy -rahimahullah- berkata lagi, "Aku ingin
engkau pikirkan kata yang ringkas ini (kata salafy) sehingga engkau
tak tetap bersikeras di atas kata muslim, sedang Anda tahu bahwa tak
ada seorang pun di antara kalian yang memahami apa yang Anda inginkan
selama-lamanya. Jadi, bicarailah manusia sesuai tingkatan berpikir
mereka. Semoga Allah memberkahimu dalam sambutanmu".

Inilah diskusi Syaikh yang kami nukilkan dari kitab Limadzaa Ikhtartu
Al-Manhaj As-Salafy (hal. 36-38) karya Syaikh Salim bin Ied Al-Hilaliy
As-Salafiy Al-Atsariy -hafizhahullah-, cet. Dar Ibnil Qoyyim & Dar
Ibnu Affan, 1422 H.

Pada tanggal 17/06/10, Armansyah <armansyah.skom@gmail.com> menulis:
> Pilih Salafy atau Muslim, Mukmin, Muttaqin?
> Sumber : http://swaramuslim.net/more.php?id=5572_0_1_0_m
>
>
> Oleh Haryanto
> Assalamu 'alaikum wr. wb,
> Saya ingin meletakkan hal ini secara objektif, agar kita tidak fanatik dan
> taqlid kepada siapun juga.
>
> Pertama, kalau kita semuanya mau jujur bahwa perintah menjadi SALAFY itu
> tidak ada yang jelas, semuanya hanya berupa indikasi dan penafsiran yang
> sifatnya ijtihadiyah (atau maaf seperti dipaksakan).
>
> Contohnya, At-Taubah ayat 100, itu bukan perintah untuk menjadi SALAFY tapi
> perintah untuk mengikuti Rasulullah dan Sahabat (muhajirin dan anshor).
> Kalau hal itu perintah menjadi SALAFY tentunya ayatnya akan dinyatakan
> secara tegas dan jelas semisal "Isyhaduu biannaa muslimuun" (Saksikanlah
> kami adalah muslim).
> Tapi kita kan nggak pernah menemukan perintah "SAKSIKANLAH BAHWA KAMI
> SALAFY".
>
> Atau perintah "ITTAQULLAHA HAQQA TUQAATIHI" (Bertakwalah kepada Allah dengan
> sebenar-benar taqwa). Adakah perintah yang setegas itu untuk untuk bermanhaj
> SALAFY, misalnya berbunyi "BERTAKWALAH KEPADA ALLAH dan BERMANHAJ SALAFLAH
> KALIAN".
>
> Lalu dilanjutkan WA LAA TAMUUTUNNA ILLAA WA ANTUM MUSLIMUUN (perintah ini
> kan sangat tegas jelas tidak perlu penafsiran lagi yaitu bahwa Allah
> menyuruh kita menjadi MUSLIM).
>
> Belum lagi banyak sekali akhir ayat yang secara tegas menyatakan WA NAHNU
> LAHU MUSLIMUN (Dan kami adalah orang-orang Islam).
>
> Adakah dalam Alqur'an yang menyatakan WA NAHNU LAHU SALAFIYUUN....? Atau
> dalam HADITS. Inilah yang saya maksud sebaiknya kita kembali kepada perintah
> yang JELAS dan TEGAS.
>
> Kedua, surat Ali Imran ayat 110, ini adalah perintah untuk beramar ma'ruf
> nahi munkar dan beriman kepada Allah SWT. Bukan perintah untuk bermanhaj
> SALAF.
>
> Ketiga, berkaitan dengan hadits-hadits yang mengindikasikan SALAF, contohnya
> "Sebaik-baik manusia adalah kurunku, kemudian setelah mereka, kemudian
> setelah mereka…"
>
> Hadits ini khabar atau perintah. Kalau kabar maka hadits ini adalah pujian
> kepada generasi terbaik. Hadits ini jelas-jelas berupa kabar. Sebab jika
> kita kaitkan dengan ayat lainnya maka yang paling mulia adalah yang paling
> taqwa (INNA AKRAMAKUM 'INDALLAHI ATQAAKUM). Mereka tidak dibatasi ZAMAN dan
> WAKTU.
>
> Contohnya IMAM MAHDI meskipun lahir di akhir zaman. Beliau adalah orang yang
> sangat bertaqwa.
>
> Kalau setiap khabar dijadikan dalil untuk membuat sebuah MANHAJ. Maka kita
> akan temukan banyak sekali MANHAJ. (Ini tidak masalah, selama hal ini tidak
> dipaksakan kepada orang lain). Atau dijadikan tanda/simbol merekalah
> satu-satunya kelompok yang selamat/yang ditolong (FIRQATUN NAJIYAH/THAIFAH
> MANSHURAH).
>
> Contohnya dalam Alqur'an banyak sekali kita temukan khabar tentang para Nabi
> dan Rasul. Lalu kemudian kita buat namanya MANHAJ RUSULI (Pengikut 25 Nabi
> dan Rasul).
>
> Dalam Alqur'an dan hadits banyak kita temukan pujian terhadap SAHABAT, lalu
> kita buat MANHAJ ASHABI. Atau banyak juga pujian terhadap JIBRIL lalu kita
> bentuk MANHAJ JIBRILI dst.
>
> Keempat, pernyataan Syaikh Albani Rahimahullah, kenapa kita butuh simbol
> ini, alasannya karena banyaknya aliran sesat pada zaman ini? (Silahkan baca
> buku Biografi Syaikh Albani)
>
> Pertanyaannya adalah apakah pada zaman FITNATUL KUBRA (Ali RA VS Muawiyah
> RA) tidak banyak aliran sesat? Lalu masa-masa setelahnya apakah juga tidak
> banyak aliran sesat?
>
> Lalu kenapa para IMAM dan SALAFUS SHALIH pada saat itu tidak memproklamirkan
> MANHAJ SALAFY. Justru yang disepakati adalah AHLU SUNNAH WAL JAMA'AH (ini
> menjadi sumber hukum karena IJMA'/kesepakatan). Karena kesepakatan adalah
> (salah satu) sumber hukum Islam. Sedangkan MANHAJ SALAF belum pernah menjadi
> IJMA'.
>
> Pertanyaan yang muncul kemudian adalah, BAGAIMANA JIKA KEMUDIAN ORANG-ORANG
> MENGAKU ber-MANHAJ SALAF itu kemudian rusak lagi dan berpecah belah,
> terbukti saat ini SALAFY telah terbelah menjadi berbagai kelompok ADA SALAFY
> JIHADI, SALAFY ILMI, SALAFY HARAKI, SALAFY YAMANI, Ada SALAFY-nya SYAIKH
> ABDUR RAHMAN ABDUL KHALIQ, SALAFY-nya LUQMAN BAABDUH, SALAFY-nya USAMAH,
> SALAFY SYAIKH SAFAR, SALAFY-nya SYAIKH ALBANI, SALAFY-nya SYAIKH AL QARNI,
> SALAFY-nya SYAIKh MUQBIL, SALAFY-nya SYAIKH RABI' Rahimahumullah dll.
>
> Apakah kemudian kita membuat SIMBOL Baru lagi? Misalnya QADIMI?
>
> Sekali lagi mari kita kembali kepada penisbatan yang dicintai Allah dan
> Rasul-Nya yaitu menjadi MUSLIM/MUKMIN/MUTTAQIIN.
>
> Mohon maaf, bila ada kata-kata yang kurang berkenan.
>
> Wassalamu 'alaikum wr. wb.
>
>
> Oleh Haryanto (PSDM)
> hyanto@sucofindo.co.id
>
>
> --
> Salamun 'ala manittaba al Huda
>
>
>
> ARMANSYAH
>
> --
> -=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-
> Serulah kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik
> dan bantahlah mereka dengan cara yang lebih baik. -Qs. 16 an-Nahl :125
>
> Berilah mereka pelajaran, dan katakanlah kepada mereka perkataan yang
> berbekas pada jiwa mereka. -Qs. 4 an-Nisa' : 63
>
> Gabung : Milis_Iqra-subscribe@googlegroups.com
> Keluar : Milis_Iqra-unsubscribe@googlegroups.com
> Situs 1 : http://groups.google.com/group/Milis_Iqra
> Mod : moderator.milis.iqra@gmail.com
> -=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-

--
-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-
Serulah kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik
dan bantahlah mereka dengan cara yang lebih baik. -Qs. 16 an-Nahl :125

Berilah mereka pelajaran, dan katakanlah kepada mereka perkataan yang berbekas pada jiwa mereka. -Qs. 4 an-Nisa' : 63

Gabung : Milis_Iqra-subscribe@googlegroups.com
Keluar : Milis_Iqra-unsubscribe@googlegroups.com
Situs 1 : http://groups.google.com/group/Milis_Iqra
Mod : moderator.milis.iqra@gmail.com
-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-

No comments:

Post a Comment