menurut redenominasi menurut gubernur BI :
2011, Redenominasi Rupiah - Nominal Turun, Nilai Tukar Tetap | | Written by Redaksi Web | Wednesday, 04 August 2010 06:01 | Meski sempat memancing polemik, Bank Indonesia tetap melaksanakan rencana redenominasi mata uang rupiah mulai 2011. Tujuannya agar nilai tukar rupiah semakin tinggi dari saat ini. Redenominasi adalah penurunan nominal tanpa pemotongan nilai, dalam rangka proses penyederhanaan penyebutan satuan harga dan nilai. Meski demikian tidak mudah melaksanakan rencana itu."Rencananya dibutuhkan waktu 10 tahun melakukan sosialisasi," ungkap Gubernur Bank Indonesia (BI) terpilih Darmin Nasution dalam konferensi persnya di Gedung BI, kawasan Jalan MH Thamrin Jakarta, Selasa (3/8).
Ia mengemukakan, pada masa transisi akan digunakan dua penilaian atau dua kuotasi yang tertuang dalam undang-undang. "Pada masa transisi digunakan dua rupiah, yakni memakai istilah Rupiah lama dan rupiah hasil redenominasi yang disebut Rupiah baru," ungkapnya.
Nantinya, di toko-toko yang menjual produk akan tercatat dua label harga, yakni Rupiah lama dan Rupiah baru. Ia mencontohkan, jika nol-nya disederhanakan tiga digit, harga barang Rp 10.000 akan dibuat dua label yakni Rp 10.000 (Rupiah lama) dan Rp 10 (Rupiah baru). "Pada masa transisi, masyarakat boleh memilih uang Rupiah baru atau lama," tukasnya.
Pada kesempatan itu, Darmin menegaskan, redenominasi berbeda dengan sanering atau pemotongan nilai mata uang Rupiah. Menurutnya, redenominasi merupakan pengurangan nominal tanpa mengurangi nilainya. Satu hal lagi, kata Darmin, sanering dilakukan suatu negara yang kondisi perekonomiannya tidak terlalu stabil dengan inflasi tinggi. Akibat tingginya inflasi itu, maka nilai uangnya merosot cepat sehingga diperlukan sanering. Kondisi itu berbeda dengan rencana redenominasi di Indonesia yang dilaksanakan saat perekonomian stabil serta inflasi terkendali. Kendati demikian, ia menyatakan, semua itu akan disampaikan ke pemerintah untuk dibahas anggota DPR RI.
Menurut Darmin, uang pecahan Rp 100.000 merupakan terbesar kedua di dunia setelah Vietnam yang memiliki 500.000 Dong. Hal ini menjadi salah satu alasan akan dilakukan redenominasi rupiah. Saat ini pihak BI sedang tahap finalisasi riset dan akan dibicarakan pemerintah dengan anggota DPR RI. Ia juga yakin, redenominasi rupiah tidak akan mengalami nasib tragis seperti Dolar Zimbabwe.
Meski telah heboh dibicarakan, namun Menko Perekonomian Hatta Rajasa menegaskan, wacana redenominasi rupiah tidak masuk dalam agenda pemerintah di masa kepemimpinan Presiden SBY. "Saya tidak mau berpolemik soal itu,tidak ada agenda pemerintah maupun program yang dibahas dengan BI soal itu. Kalau ini jadi wacana di BI, ya bisa saja, kalau wacana yang dikembangkan bukan berarti segera dijalankan," tukasnya.
Secara terpisah, Dirjen Industri Kecil dan Menengah (IKM) Kementerian Perindustrian, Fauzi Aziz, meminta pihak BI memberikan penjelasan secara jelas kepada masyarakat terkait rencana redenominasi Rupiah. Hal itu penting agar tidak menimbulkan keresahan masyarakat.
"Persepsi dari masyarakat sudah sanering. Kalau tak ada penjelasan dari otoritas moneter maka bahaya," sebutnya.
DETIK | GLOBAL | JAKARTA
--- Pada Sel, 3/8/10, Faizal <faizal@busanagroup.com> menulis:
Dari: Faizal <faizal@busanagroup.com> Judul: [Milis_Iqra] Denominasi Rupiah Kepada: "Milis_Iqra" <Milis_Iqra@googlegroups.com> Tanggal: Selasa, 3 Agustus, 2010, 5:13 PM
Rencana Denominasi Rupiah: Berkah atau Bencana? Sufyan al Jawi - Numismatik Indonesia. Bersiaplah Anda menerima gaji yang tinggal bernilai ribuan rupiah. Anda yang hari ini mendapat gaji Rp 2 Juta, lusa gaji Anda tinggal dua ribu rupiah saja. Tak percaya? Tanpa hiruk pikuk, Pemerintah RI mulai 18 Mei 2010, mengumpulkan dana untuk memodali proyek bernama Denominasi Rupiah, yaitu memangkas tiga nol angka dalam nominal rupiah, atau yang dulu dikenal sebagai Sanering Rupiah (Sumber: BI). Peristiwa ini mengingatkan kita pada sanering 31 Desember 1965, saat Orde Lama - Soekarno memangkas nilai Rp 1000 menjadi Rp 1. Caranya: uang lama 'rupiah glabak, karena dicetak dalam lembaran besar' yang beredar, umumnya bernilai Rp 50, Rp 100, Rp 500, Rp 1000, Rp 5000 dan Rp 10.000 ditarik oleh Bank Indonesia, kemudian ditukar menjadi 5 sen untuk Rp 50, 10 sen untuk Rp 100, dan 50 sen untuk Rp 500, lalu Rp 1 untuk Rp 1000, Rp 5 untuk Rp 5000, serta Rp 10 untuk baru Rp 10.000 lama. Denominasi Rupiah, atau Sanering kali ini didanai dari Surat Utang Negara (SUN). Penjualan SUN Denominasi Rupiah ini dilakukan di Bursa Efek Indonesia (BEI). Setelah dana terkumpul dirasa cukup oleh pemerintah, maka sanering segera dimulai. Memang wacana sanering rupiah sudah lama muncul sejak Reformasi 1999, dan kini mendekati kenyataan. Rencananya Rp 1000 saat ini akan diganti dengan Rp 1 baru, tentu dengan gambar uang kertas yang nyaris serupa. Misalnya Rp 100.000 yang bergambar Soekarno-Hatta akan ditarik, dan ditukar dengan Rp 100 baru yang juga bergambar Soekarno-Hatta, seperti dulu ketika BI menarik uang plastik Rp 100.000 berbahan polymer gambarnya hanya dimodivikasi. Lembaran bergambar I Gusti Ngurah Rai yang bernominal Rp 50.000, kelak ditukar menjadi Rp 50. Begitu pula dengan rupiah pecahan lainnya, tetapi kali ini uang kertas Rp 1000 kemungkinan besar diganti dengan koin, jadi uang kertas terkecil nantinya Rp 2 baru bergambar Pangeran Antasari. Untuk uang logam, akan di mulai dari nominal 50 sen untuk mengganti Rp 500, dan Rp 1 untuk mengganti Rp 1000. Begitu pula dengan nilai nominal rupiah dalam rekening bank dan slip gaji kita. Akan otomatis dipangkas 3 digit dalam penulisannya. Misalnya: rekening tabungan Rp 1.525.720,00 akan ditulis Rp 1.525,72 dan ini tentu lebih efisien, sebab denominasi rupiah akan mengangkat citra mata uang republik ini di mata dunia internasonal, karena penulisan rupiah setara dengan penulisan mata uang lain. Uang baru nantinya akan beredar bersama dengan rupiah sekarang, dan pedagang nantinya diwajibkan untuk menulis harga barang dengan dua jenis rupiah secara berdampingan. Misalnya: 1 Kg beras Rp 6.000, menjadi 1 Kg beras Rp 6000 / Rp 6 baru. Hal ini tidaklah aneh, tanpa disadari kebiasaan masyarakat saat ini memangkas nilai uang dalam istilah sehari-hari, mereka menyebut 50 untuk nominal Rp 50.000, juga 120 untuk Rp 120.000. Denominasi ini katanya untuk mencegah diterbitkannya rupiah dalam nominal yang lebih besar lagi akibat inflasi. Beberapa waktu yang lalu, memang dikuatirkan oleh belbagai pihak bahwa nominal dalam lembaran rupiah akan terus membengkak, bahkan hingga 7 digit, yaitu Rp 1.000.000. Kekuatiran ini diawali oleh rencana terbitnya Rp 200.000 dan Rp 500.000 pasca beredarnya uang kertas Rp 2000 pada tahun 2009 kemarin. Namun sayang, proyek denominasi rupiah kali ini pun tidak dibekali oleh pondasi yang kuat. Sanering justru dibiayai dari Surat Utang Negara (SUN), ini tentunya akan membebani rupiah kelak. Seharusnya pemerintah bukan mengumpulkan dana dari utang, tetapi menabung dalam bentuk emas dari sebagian penghasilannya. Kalau tak sanggup mengumpulkan emas batangan karena tak ada uang tunai, alangkah baiknya pemerintah segera mengajak masyarakat untuk menabung dalam dinar. Setelah pondasi keuangan terbentuk di masyarakat, misalnya telah beredar 25 juta koin dinar emas, barulah pemerintah mengkaitkan rupiah dengan dinar, untuk memperkuat rupiah baru. Hal ini tidaklah berlebihan, bila setiap keluarga WNI dianjurkan untuk menabung 1/2 atau 1 dinar emas. Lepas dari itu semua, yang terpenting bagi kita, rakyat Indonesia, denominasi rupiah tidak menjadi awal dari bencana permainan riba ex nihilo atau zero sum game dalam rupiah. Sebab nantinya rakyat yang kalah gesit mengimbagi permainan ini pasti semakin terpuruk kondisinya. [SF] -- This message has been scanned for viruses and dangerous content by MailScanner, and is believed to be clean. -- -=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=- Serulah kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang lebih baik. -Qs. 16 an-Nahl :125 Berilah mereka pelajaran, dan katakanlah kepada mereka perkataan yang berbekas pada jiwa mereka. -Qs. 4 an-Nisa' : 63 Gabung : Milis_Iqra-subscribe@googlegroups.com Keluar : Milis_Iqra-unsubscribe@googlegroups.com Situs 1 : http://groups.google.com/group/Milis_Iqra Mod : moderator.milis.iqra@gmail.com -=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-
|
No comments:
Post a Comment