Tuesday, August 31, 2010

[Milis_Iqra] Gus Dur dan Kontroversi "Asslamu'alaikum" (Kesaksian Ahmad Tohari)

Bagaimana asal-muasal kontroversi bahwa Gus Dur yang dituduh ingin
mengganti "Assalamu'alakum" dengan selamat pagi? berikut kesakian
Ahmad Tohari.

Kula Ndherek, Gus

Oleh Ahmad Tohari

ADALAH Edy Yurnaedi almarhum. Suatu siang, pada 1987, wartawan Majalah
Amanah itu bergegas masuk ke ruang redaksi di Jalan Kramat VI Jakarta.
Dengan wajah gembira dia meminta beberapa redaktur, di antaranya saya,
mendengarkan laporannya. Dia baru selesai mewancarai KH Abdurrahman
Wahid di Kantor PBNU. Topik wawancaranya adalah pluralitas internal
umat Islam Indonesia.

Maka rekaman wawancara pun diputar. Intinya, Gus Dur mengatakan,
kemajemukan di dalam masyarakat muslim di Indonesia sudah menjadi
kenyataan sejak berabad lalu. Meskipun sebagian besar umat Islam
Indonesia menganut Mazhab Syafi'i namun ada juga yang mengambil mazhab
lain. Bahkan penganut Islam Syi'ah, Ahmadiyah, abangan pun ada.
Menurut Gus Dur tingkat penghayatan umat pun amat bervariasi dari yang
hanya berkhitan dan bersyahadat waktu menikah sampai yang bertingkat
kiai. Namun, ujar Gus Dur kemajemukan itu harus tetap terikat dalam
ukhuwah islamiyah atau ikatan persaudaraan Islam. Artinya, sesama umat
Islam yang berbeda aliran maupun tingkatan pemahaman seharusnya saling
menyambung rasa saling hormat.

Gus Dur sangat tidak suka terhadap istilah Islam KTP atau Islam
abangan. Baginya, semua orang yang sudah bersyahadat dan berkelakuan
baik ya muslim. Mereka yang ketika bertamu masih memberi salam dengan
ucapan kula nuwun (Jawa), punten (Sunda) atau selamat pagi, ya muslim
karena syahadatnya.

" Kalau begitu Gus, ucapan assalamu alaikum bisa diganti dengan
selamat pagi?" tanya Edy Yurnaedi.
" Ya bagaimana kalau petani atau orang-orang lugu itu bisanya bilang
kula nuwun, punten atau selamat pagi? Mereka kan belum terbiasa
mengucapkan kalimat dalam bahasa Arab kayak kamu?"

Itulah inti pendapat Gus Dur dalam wawancara dengan Edy Yurnaedi. Edy
mengusulkan wawancara itu dimuat dalam Majalah Amanah edisi depan
dengan penekanan bahwa Gus Dur menganjurkan mengganti assalamu alaikum
dengan selamat pagi. Alasannya cukup konyol. Menurut Edy, Majalah
Amanah yang kala itu baru berumur satu tahun harus membuat gebrakan
dalam rangka menarik perhatian pasar. " Kan nanti Gus Dur akan
membantah. Dan bantahan itu kita muat pada edisi berikut. Nah, jadi
malah ramai kan? Ini cuma taktik pasar kok," Edy ngotot.

Drs H Kafrawi Ridwan MA yang waktu itu jadi pemimpin redaksi lebih
suka mengambil sikap momong kepada yang muda. Maka usul Edy ditawarkan
kepada rapat. Tentu ada yang pro dan kontra. Celakanya lebih banyak
yang pro. Mereka beralasan seperti Edy, cuma taktik pemasaran, dan Gus
Dur mereka yakini akan membantah.

Dan terbitlah edisi assalamu alaikum itu. Benar saja, masyarakat riuh.
Gus Dur menuai kecaman. Oplah majalah terdongkrak. Dan Edy melanjutkan
aksinya dengan mewawancarai kembali Gus Dur. Diharapkan Gus Dur akan
membantah bahwa dia telah menganjurkan mengganti assalamu alaikum
dengan selamat pagi. Tapi Edy amat terkejut ketika Gus Dur dengan
enteng menjawab, buat apa membantah. " Biarin, gitu aja kok repot."

Edy pulang ke kantor dengan wajah lesu. Oleh pemimpin redaksi dia
dianggap telah gagal menyukseskan strategi pemasaran. Memang, oplah
naik tetapi makan korban berupa terjadinya fitnah di tengah
masyarakat. Secara pribadi saya pernah minta Gus Dur berbuat sesuatu
untuk menghentikan fitnah yang sebenarnya tidak perlu terjadi. Tapi
dasar Gus Dur. Dia tetap pada pendirian akan membiarkan fitnah itu
berhenti sendiri.

Sayang fitnah itu ternyata berumur panjang. Setelah Gus Dur wafat
kemarin masih terdengar suara penyiar yang mengatakan Gus Dur pernah
ingin mengganti assalamu alaikum dengan selamat pagi. Maafkan kami
para wartawan dan redaksi Majalah Amanah yang telah bermain api yang
ternyata membakar kami sendiri. Gus Dur sendiri tetap berjiwa besar,
tetap bersahabat, meskipun banyak yang terpaksa salah faham. Gus Dur
tidak pernah mengusulkan mengganti assalamu alaikum dengan selamat
pagi. Untuk hal ini saya akan menjadi saksi bagi Gus Dur.

Dia, dengan kebesaran jiwa hanya ingin mengajak siapa pun untuk
menghargai sesama muslim yang bisanya mengucap salam dengan kula
nuwun, punten, atau selamat pagi. Ini adalah sikap dasar Gus Dur yang
menyintai semua muslim dari yang hanya bermodal khitan sampai yang
bergelar kyai. Bahkan ukhuwwah basyariyah (persaudaraan kemanusiaan)
yang berkembang dari iman membuat Gus Dur memiliki rasa cinta kepada
siapa saja, tak pandang ras, agama, maupun status sosial. Sugeng
tindak, Gus, insya Allah kula ndherek.

http://suaramerdeka.com/v1/index.php/read/cetak/2010/01/02/93511/Kula.Ndherek..Gus

--
-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-
Serulah kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik
dan bantahlah mereka dengan cara yang lebih baik. -Qs. 16 an-Nahl :125

Berilah mereka pelajaran, dan katakanlah kepada mereka perkataan yang berbekas pada jiwa mereka. -Qs. 4 an-Nisa' : 63

Gabung : Milis_Iqra-subscribe@googlegroups.com
Keluar : Milis_Iqra-unsubscribe@googlegroups.com
Situs 1 : http://groups.google.com/group/Milis_Iqra
Mod : moderator.milis.iqra@gmail.com
-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-

No comments:

Post a Comment