Hegemoni Global, Senjata Makan Tuan
oleh: Purkon Hidayat
Sumber : http://indonesian.irib.ir/index.php/politik/opini/23280-hegemoni-global-senjata-makan-tuan.html
Sorak-sorai itu telah usai. Pelan tapi pasti, negara industri maju mulai mengendurkan urat sarafnya. Sosok raksasa yang kekar itu tidak lagi mengangkat bahunya lebar-lebar. Apalagi meninggikan batang lehernya. Intonasi arogan itu, kini mulai melemah. Bahkan, berganti menjadi permintaan yang dibalut kebijakan kolektif melawan krisis global. Meskipun isinya tetap saja menekan dan menjerat negara berkembang. Dikte hegemoni global itu, tidak lagi berwarna pekat dan hampir terlihat memudar.
Pasca KTT G8 di Toronto usai, sontak ketujuh pemimpin negara industri maju dunia ini dan Presiden Uni Eropa secara marathon melanjutkan pertemuan dengan 12 negara ekonomi baru dan negara berkembang. Pertemuan ini diwarnai kegelisahan berbagai negara terutama negara industri maju terhadap munculnya kembali badai krisis ekonomi global yang membuat kekuatan raksasa ekonomi dunia terhuyung-huyung, bahkan nyaris ambruk.
Selama dua tahun pasca merebaknya krisis finansial global, Amerika Serikat jumpalitan mengatasi masalah ekonomi dalam negerinya yang dipicu oleh problem subprime mortgage. Semua pihak lamat-lamat mulai menyalahkan lemahnya kebijakan finansial di Negeri Paman Sam itu. Suara protes semakin keras nyaris memekakan telinga, dengan makian yang mirip paduan suara tanpa nada,"inilah buntut keserakahan segelintir orang."
Obama mengucurkan bail out dengan harapan ekonomi negara yang mengaku sebagai Polisi Dunia ini bisa diselamatkan. Wall Street menjadi kambing hitam, akibat sikap ugal-ugalan sejumlah spekulan yang ingin meraup untung besar. Upaya Obama mulai menunjukkan hasil.Tapi tetap saja ekonomi Amerika rentan terhadap krisis. Belum selesai masalah tersebut, muncul kasus baru berupa tumpahan minyak yang disebut-sebut sebagai krisis lingkungan paling buruk dewasa ini.
Kini, giliran Eropa kembang-kempis menghadapi efek domino krisis finansial tersebut. Belum hilang dalam ingatan kita, Yunani yang perkasa itu nyaris kocar-kacir diguncang badai krisis finansial yang berhembus kencang. Amerika terpaku, Eropa gelagapan. Barat termenung.
Konferensi Toronto merupakan ikhtiar negara Barat menemukan solusi memasang benteng yang dapat melindungi negaranya dari bencana tsunami finansial yang sekonyong-konyong menerjang keras tanpa sirine pemberitahuan.
Di tengah kekalutan itu, negara-negara Barat tetap saja tidak mau belajar dari sejarah krisis dengan mengulang kekeliruannya menekan dunia ketiga dan membenamkan hegemoni global sedalam-dalamnya.
Para pemimpin negara industri maju dalam pertemuan Toronto menyinggung hak asasi manusia di Iran dan menyebut rezim Tehran menyumbat suara rakyat Iran.
Tepat, ketika AS dan negara Barat lainnya mengemukakan statemen ini, para demonstran di luar gedung KTT Toronto meneriakan aksi protes terhadap para petinggi negara Barat itu. Barisan demonstran yang dijaga ketat petugas keamanan menyebut para pejabat tinggi negara maju ini sebagai kaum penghisap negara miskin. Tehran tidak perlu susah payah untuk menjawabnya. Arah angin sedang bertiup menuju timur.
Barat tidak belajar dari krisis finansial global yang belum lama bertiup kencang. Pada 9 Juni lalu, Dewan Keamanan PBB mengeluarkan resolusi no.1929 yang bernada menyudutkan program nuklir sipil Iran. Dengan memperalat lembaga internasional itu, Barat berusaha menekan Iran agar menangguhkan program nuklir sipilnya. Alih-alih pasrah, Tehran malah menantang, selama tiga dekade sanksi tidak akan pengaruhi Iran, bahkan membuat negara ini semakin mandiri dan kokoh.
Beberapa hari pasca keluarnya resolusi anti Iran tersebut, koran-koran Iran menyinggung tidak terpengaruhnya Bursa Efek Iran. Bahkan, beberapa hari pasca keluarnya resolusi itu, Indeks harga saham gabungan (IHSG) di Bursa Efek Tehran (TSE) menguat 60,43 poin berada di level 14180.
Koran ekonomi terbesar di Iran, Donya-e-Eghtesad melaporkan, nilai transaksi di pasar bursa hingga akhir bulan Khordad 1389 Hs, akhir triwulan pertama tahun anggaran Iran, sebesar 71,442 triliun rial. Angka ini naik 9,1 persen dibandingkan akhir Isfand 1388 Hs.
Di bawah tekanan hegemoni global yang dihembuskan Barat, Iran terus membangun dengan caranya sendiri. Negeri penghasil permadani indah itu terus mengejar ketertinggalannya di bawah kepemimpinan Presiden Ahmadinejad, di saat negara-negara Barat semakin dihantui ketakutan terulangnya krisis ekonomi global. Barat kebingungan, Tehran asyik dengan urusannya sendiri.
Pelan tapi pasti, pelatuk hegemoni global yang ditarik Barat semakin jauh dari sasaran bidiknya. Bahkan kini, mulai berbalik memangsa tuannya sendiri. Sekarang pun kita mulai menyaksikan tanda-tandanya.(IRIB)
--
Salamun 'ala manittaba al Huda
ARMANSYAH
--
-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-
Serulah kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik
dan bantahlah mereka dengan cara yang lebih baik. -Qs. 16 an-Nahl :125
Berilah mereka pelajaran, dan katakanlah kepada mereka perkataan yang berbekas pada jiwa mereka. -Qs. 4 an-Nisa' : 63
Gabung : Milis_Iqra-subscribe@googlegroups.com
Keluar : Milis_Iqra-unsubscribe@googlegroups.com
Situs 1 : http://groups.google.com/group/Milis_Iqra
Mod : moderator.milis.iqra@gmail.com
-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-=-
No comments:
Post a Comment